Disusun oleh :
Asih Wulansari
P07233318650
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan ucapan
alhamdulillahirobbil Alamin, Karena atas berkat Rahmat- Nya yang diberikan kepada
kita terutama nikmatul imaniwal islam, diantara beberapa nikmat tersabut sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Uji Efektivitas Ekstrak
Buah Bengkuang (Pachyrhizus Erosus (L.) Urb.) Sebagai Pengawet Alami Cabai
Merah (Capsicum Annuum L)”
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mikroorganisme. Mikroorganisme yang banyak menyebabkan
kerusakan/pembusukan pada cabai merah adalah jamur. Untuk mencegah
pembusukannya, cabai merah harus diawetkan dengan menggunakan bahan pengawet
(Oktoviana, dkk., 2012).
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses pembuatan ekstrak bengkuang sebagai pengawet
alami cabai merah
b. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak buah bengkuang (pachyrhizus erosus
(l.) Urb.) Sebagai pengawet alami cabai merah (capsicum annuum l)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pangan memiliki jenis zat pengawet alami, namun karena jumlah zat
pengawet tersebut relatif kecil maka kemampuan mengawetkan menjadi lebih rendah
jika dibandingkan zat pengawet yang ditambahkan di luar bahan pangan. Ada efek
samping yang dapat timbul ketika mengkonsumsi zat pengawet yang berlebih,
misalnya alergi atau sakit kepala jika mengkonsumsi sulfit atau pengawet sejenis
yang biasanya digunakan pada buah, benzoat sebagai antimikroba yang dapat
menyebabkan iritasi kulit atau asma, dan dapat juga menyebabkan kanker perut
ketika mengkonsumsi nitrat dan nitrit yang biasanya digunakan untuk curing agent
pada daging (Sharma, 2015).
Zat pengawet yang dapat digunakan dalam makanan seperti NaCl kemudian
dari jenis asam organik misalnya asam cuka, asam benzoat, asam propionate, asam
sorbat yang biasanya digunakan pada makanan yang memiliki pH rendah lalu
terdapat nitrit, nitrat, sulfur dioksida dan sulfit, serta nisin dan natamycin sebagai
3
antimiroba (Silva dan Lidon, 2016). Zat pengawet yang pada dasarnya merupakan
senyawa kimia sehingga perlu ada batas konsumsi agar tidak menimbulkan kerugian,
baik itu yang bersifat langsung seperti keracunan maupun yang bersifat tidak
langsung yang perlu akumulasi zat di dalam tubuh untuk menimbulkan penyakit yang
berbahaya misalnya kanker, toksisitas akut dan teratogenik (Davidson et al., 2013).
2.2 Bengkuang
Bengkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus) berasal dari Amerika tropis
yang termasuk dalam suku polong-polongan atau Fabaceae. Di tempat asalnya,
tumbuhan ini dikenal sebagai xicama atau jícama. Orang Jawa menyebutnya sebagai
besusu. Tumbuhan yang dikenal dari umbi (cormus) putihnya yang bisa dimakan
sebagai komponen rujak dan asinan atau dijadikan masker untuk menyegarkan wajah
dan memutihkan kulit. Tanaman bengkuang merupakan tanaman jenis umbi yang
memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Pachyrizus
4
Buah bengkuang mengandung beberapa senyawa kimia yang memiliki manfaat
yang sangat baik yaitu vitamin C, flavonoid dan saponin (Lukitaningsih, 2009).
Sandler (2005) juga menyebutkan bahwa bengkuang mengandung senyawa saponin.
Saponin merupakan salah satu metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas biologi,
diantaranya bersifat sebagai antimikroba. Di Indonesia, bengkuang telah banyak
digunakan sebagai salah satu bahan kosmetik, terutama sebagai skrining matahari dan
bahan pemutih kulit (Lukitaningsih, dkk., 2013) . Buah bengkuang juga dapat
digunakan sebagai bahan pangan. Namun, tak banyak yang tahu bahwa kandungan
saponin yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
pengawet alami pada tanaman sayur, seperti cabai merah (Irwan, dkk., 2007).
Senyawa saponin merupakan larutan berbuih yang diklasifikasikan berdasarkan
struktur aglycon ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Senyawa saponin mampu
berperan sebagai pengawet alami karena dapat bekerja sebagai antimikroba yang
akan merusak membran sitoplasma (Gotawa, dkk., 1999).
5
BAB III
PEMBAHASAN
1. Oven
2. Blender
3. Baskom
4. tabung reaks
5. neraca digital
6. erlenmeyer 1000 mL
7. shaker
8. gelas ukur 250 mL dan 10 mL
9. labu ukur 100 mL
10. pipet tetes
11. corong
12. kertas saring
13. vacuum pump
14. rotary evaporator
15. botol kecil
16. keranjang kecil
17. spatula
18. batang pengaduk
19. buret 25 mL
20. klem dan statif
21. serta gelas kimia 100 mL dan 1000 mL
6
Bahan
1. buah bengkuang
2. cabai merah
3. etanol (Merck)
4. larutan HCl 2 N (J.T Baker)
5. larutan amilum 1% (Merck
6. larutan standar iodine 0,01 N (Ajax chemicals)
7. alumunium foil dan aquades.
Cara pembuatan
7
3.2 Efektivitas Ekstrak Bengkuang Sebagai Pengawet Alami Cabai Merah
Berdasarkan hasil pengawetan yang dilakukan menggunakan ekstrak
bengkuang, menunjukkan bahwa semakin lama cabai tersebut disimpan, maka akan
terjadi perubahan tekstur menjadi agak lembek dan kemudian mengering. Perubahan
ini disebabkan oleh penguraian zat-zat organik yang terkandung dalam cabai pada
proses metabolisme. Pengawetan dapat menghambat kerusakan pada bahan pangan
karena cepat atau lambat akan mengalami kerusakan. Bahan pangan yang telah
diawetkan dapat mengalami perubahan tetapi tidak terlihat langsung karena terjadi
sangat lambat
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ekstrak buah bengkuang dapat digunakan sebagai pengawet alami pada cabai
merah, karena dapat menghambat aktivitas dari mikroorganisme sehingga laju
pembusukan pada cabai merah dapat berkurang. Ekstrak buah bengkuang yang paling
efektif untuk mengawetkan cabai merah adalah pada konsentrasi 4% yaitu selama 14
hari dengan kadar vitamin C setelah diawetkan yaitu 75,13 mg/100 g dari kadar awal
yaitu 84,47 mg/100 g. Dimana, ini merupakan penurunan kadar vitamin C yang
paling kecil dari konsentrasi lainnya.
4.2 Saran
Penelitian ini sangat cocok digunakan oleh usaha kecil menengah,penjual dan
konsumen cabai merah dalam usaha mengawetkan cabai merah.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/139/jtptunimus-gdl-diannuriva-6907-3-
babii.pdf
file:///C:/Users/user/Documents/224158-uji-efektivitas-ekstrak-buah-bengkuang-
p.pdf
10