Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FARMAKOLOGI BAHAN ALAM

“Lidah Buaya Berkhasiat Sebagai Obat Penyakit Laktasif atau Sembelit”

DOSEN: Apt.Almahera S.Farm.,M.Farm

Disusun Oleh:

Nama Kelompok 1

1. Baiq Nurtika Sastri (1908060047)


2. Alawiyah Muzaema (1908060063)
3. Nurmahyuni (1908060001)
4. Nikmatul Walidaini (1908060004)
5. Alvionita Wirawanti (1908060004)
6. Aulia Agustina (1908060006)
7. Viqi Panji Krisna (1908060034)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN AJARAN 2022


ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 20 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA
C0VER
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................2
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................4
A. Definisi Farmakologi Bahan Alam ........................................................4
B. Klasifikasi Tanaman ..............................................................................5
C. Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman .................................................7
D. Definisi Penyakit ....................................................................................8
E. Faktor Resiko ..........................................................................................9
F. Patofisiologi ...........................................................................................12
G. Diagnosa..................................................................................................15
H. Pencegahan ............................................................................................15
H. Penatalaksanaan .....................................................................................15
I. Studi Kasus ..............................................................................................15
BAB III PENUTUP ............................................................................................18
A. Kesimpulan ............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lidah buaya atau yang dikenal dengan nama ilmiahnya aloe vera
merupakan salah satu tanaman yang cukup banyak ditemui di wilayah
Indonesia. Tanaman satu ini dipercaya memiliki beragam khasiat bagi
tubuh. Manfaat lidah buaya untuk kesehatan sudah terbukti sejak ribuan
tahun lalu.Karena itulah, lidah buaya banyak digunakan sebagai bahan
alami dalam industri kosmetik dan farmasi untuk pengobatan serta
perawatan kulit manusia. Hal ini tidak terlepas karena kandungan dari
nutrisi yang ada pada tanaman lidah buaya tersebut.Kandungan nutrisi
tanaman ini pertama enzim yakni mengandung 8 enzim penting yang
bermanfaat bagi kesehatan, antara lain yakni selulase, katalase, alkaline
phosphatase, bradykinase, amylase, carboxy peptidase, aliase, peroksidase
dan lipase. Kedua, Lidah buaya juga mengandung beberapa vitamin yang
baik bagi tubuh, antara lain vitamin C, vitamin E dan vitamin A yang
berbentuk beta-karoten, jenis vitamin tersebut merupakan vitamin
antioksidan bagi tubuh.Ketiga, Selain mengandung vitamin, tanaman aloe
vera juga mengandung beragam mineral di antaranya, selenium, kalsium,
magnesium, kalium, natrium, mangan, seng, tembaga dan kromium.
Kempat, Lidah buaya memiliki kandungan antrakuinon, di mana
antrakuinon ini merupakan senyawa fenolik yang sering dikenal juga
sebagai obat pencahar. Dan terakhir Lidah buaya juga mengandung 7 asam
amino esensial dan 20 jenis asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh. Nah
untuk kandungan senyawa metabolit sekunder dari tanaman tersebut ialah
Ekstrak n-heksana lidah yaitu flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan
steroid kecuali terpenoid.

Konstipasi adalah penurunan frekuensi normal defekasi yang


disertai kesulitan saat pengeluaran feses atau rasa tidak tuntas dan feses

iii
keras, kering dan banyak (NANDA, 2015-2017). Konstipasi adalah
persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang
air besar. Dikatakan konstipasi jika buang air besar kurang dari 3 kali
seminggu atau 3 hari tidak buang air besar dan diperlukan mengejan secara
berlebihan (Dharmika, 2009). Kejadian konstipasi dianggap remeh yang
sesekali dialami dan tidak berdampak pada gangguan sistem tubuh, tetapi
jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi (Claudia et al,
2018).

Prevalensi angka kejadian konstipasi di Indonesia sendiri terdapat


sebanyak 3.857.327 jiwa yang mengalami konstipasi sesuai data
Internasional Amerika Serikat Bereau pada tahun 2003 (Sari, 2016).

Laksansia adalah obat-obatan yang memperlancar evakuasi feses


dari usus besar, dengan cara mengubah konsistensi dan jumlah feses, serta
memperlancar pengeluarannya. Obat pencahar terbagi menjadi pencahar
pembentuk massa, pencahar garam, pencahar emolien, dan pencahar
rangsang. Keempat pencahar inimemiliki indikasi, kontraindikasi, dan cara
kerja obat yang berbeda-beda. Pemilihan dan penggunaan obat pencahar
yang tepat seharusnya disesuaikan dengan penyebab konstipasi, kondisi
khusus penderita, serta tetap menjaga asupan cairan tubuh. Dampak positif
penggunaan obat pencahar adalah dapat menyebabkan usus bereaksi lebih
aktif menyerap makanan, sehingga membuat makanan yang dikonsumsi
cepat dibuang sebelum diserap (NIDDK, 2013). Dampak negatif
penggunaan obat pencahar apabila tidak digunakan sesuai indikasi akan
menyebabkan mual, muntah, kram, sakit kepala, diare, dehidrasi,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan hipokalemia (Journal of
Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 2006).

Sebagai tanaman lokal yang mengandung senyawa aktif berefek


laksatif dan untuk memperkaya khasanah pengobatan, maka peneliti akan
mencoba meneliti efek laksatif dari suatu tanaman herbal yaitu lidah buaya
(Aloe barbadensis Miller). Menurut Supriyatna dkk (2014) bagian lidah

iv
buaya yang berkhasiat obat adalah kulit, daging, gel dari daun, bunga dan
akarnya. Lidah buaya membantu mengatasi sembelit atau sulit buang air
besar karena lendirnya bersifat pahit dan mengandung laksatif sehingga
berfungsi sebagai pencahar yang baik. Lidah buaya juga memiliki senyawa
aktif antrakuinon yang mempunyai efek laksatif dan terdapat kandungan
serat 0,30 g/100 g serta senyawa aktif flavonoid yang banyak didapatkan
pada sumber makanan berserat.

B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Farmakologi Bahan Alam

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu bahan


kimia/obat berinteraksi dengan sistem biologis, khususnya mempelajari aksi
senyawa obat dalam tubuh. Sedangkan Bahan Alam adalah bahan yang dapat
diperoleh dari alam tanpa diperlukan proses sintesis.

Jadi, Farmakologi Bahan Alam merupakan ilmu yang mempelajari suatu


bahan kimia suatu produk alami baik hewani, nabati, dan mineral yang
digunakan sebagai bahan obat untuk pengobatan selain pengobatan dengan
produk sintesis.

B. Klasifikasi Tanaman

GAMBAR 1. Tanaman Lidah buaya

Aloe vera adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun
silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk
perawatan kulit. Aloe vera dapat ditemukan di pekarangan rumah dengan
mudah dan di kawasan kering di Afrika. Seiring dengan kemajuan ilmu

vi
pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan aloe vera berkembang sebagai bahan
baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan
minuman kesehatan.Berikut klasifikasi ilmiah tanaman trengguli sebagai
berikut :

1. Klasifikasi Lidah Buaya


Kingdom Plantae (tumbuhan)
Divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas Lilieropsida (berkeping satu atau monokotil)
Ordo Asparagales
Famili Asphodelaceae
Genus Aloe
Spesies Aloe vera
Nama Binomial Aloe vera (L) Burm f

2. Morfologi Lidah Buaya


a. Akar

Akar aloe vera berupa akar serabut yang pendek dan berada dipermukaan
tanah. Panjang akar berkisar antara 50-100 cm. Untuk pertumbuhannya
tanaman menghendaki tanah yang subur dan gembur dibagian atasnya.

b. Batang

Aloe vera berbatang pendek, tertutup oleh daun-daun yang rapat dan
sebagian terbenam dalam tanah, melalui batang ini akan muncul tunas-tunas
yang menjadi anakan. Aloe vera bertangkai panjang juga muncul dari
batang melalui celah-celah atau ketiak daun.peremajaan tanaman ini
dilakukan dengan memangkas habis daun dan batangnya, kemudian dari
sisa tunggul batang ini akan muncul tunas baru atau anakan.

vii
c. Daun

Aloe vera berbentuk pita dengan helainya yang memanjang agak runcing
berbentuk taji, tebal, getas, tepinya bergerigi/berduri kecil, permukaan
berbintik-bintik, panjang 15-36 cm, lebar 2-6 cm. Daunnya berdaging tebal,
tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen atau banyak
mengandung air, getah atau lendir. Aloe vera dibentuk oleh epidermis tebal
yang ditutup oleh kutikula diseluruh mesofil dapat dibedakan menjadi sel
klorenkim dan sel-sel berdinding tipis membentuk parenkim atau fillet. Sel-sel
parenkim berisi agar mucilaginous transparan yang disebut sebagai gel aloe
vera. Aloe vera tahan tehadap kekeringan karena didalam daun banyak
tersimpan cadangan air yang dapat dimanfaatkan pada waktu kekurangan air,
bentuk daun berduri lemas dipinggirnya. Panjang daun dapat mencapai 50-75
cm dengan berat 0,5-1 kg.

d. Bunga

Bunga aloe vera berwarna kuning atau kemerahan berbentuk pipa yang
mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam
rangkaian berbentuk tandan dan panjangnya bisa mencapai 60-100 cm, bunga
biasanya muncul bila aloe vera ditanam dipegunungan.

C. Kandungan Senyawa Metabolit pada Tanaman


Lidah buaya memiliki kandungan antrakuinon, di mana antrakuinon ini
merupakan senyawa fenolik yang sering dikenal juga sebagai obat pencahar.
Tak heran jika aloe vera memiliki manfaat untuk mengatasi sembelit atau susah
buang air besar. Serta senyawa aktif flavonoid yang banyak didapatkan pada
sumber makanan berserat.

viii
Berikut beberapa produk dari bahan katif lidah buaya sebagai berikut :

Gambar 1. Contoh Produk Lidah buaya

D. Definisi Penyakit

Laktasif atau Konstipasi biasa disebut sembelit atau susah buang air besar.
Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi
feses menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi
(Eva, 2015). Obat pencahar atau juga bisa disebut sebagai laksatif adalah obat-
obatan yang digunakan untuk mengatasi sembelit atau konstipasi. Penggunaan
obat ini bertujuan untuk mengosongkan isi usus, sehingga feses yang kering
dan keras dapat keluar.

E. Faktor Resiko

Konstipasi banyak terjadi di masyarakat umum pada kelompok remaja dan


dewasa awal. Menurut Chudahman Manan, risiko terjadinya konstipasi lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan angka
perbandingan 4:1 (Susilawati, 2010). Hasil penelitian Bardosono dan Sunardi

ix
(2011) pada 210 pekerja perempuan di Jakarta usia 18-55 tahun didapatkan
prevalensi konstipasi fungsional sebesar 52,9% dan ditemukan secara
bermakna lebih besar prevalensi pada subjek yang berusia kurang dari 30
tahun.

Seseorang dapat memiliki risiko tinggi terkena sembelit jika memiliki pola
makan yang buruk atau kurang berolahraga. Faktor lainnya meliputi:
a. Usia 65 tahun atau lebih. Orang dewasa usia lanjut cenderung kurang
aktif secara fisik, memiliki penyakit, serta pola makan yang buruk.
b. Keterbatasan di tempat tidur. Mereka yang memiliki kondisi medis
tertentu, seperti cedera tulang belakang, sering mengalami kesulitan
BAB.
c. Wanita atau anak. Wanita lebih sering mengalami sembelit ketimbang
pria. Anak-anak juga lebih rentan terkena sembelit dibandingkan orang
dewasa.
d. Hamil. Perubahan hormon dan tekanan pada usus karena adanya janin
yang sedang tumbuh dapat menyebabkan sembelit.

Dan beberapa faktor yang lainnya juga bisa menyebabkan seseorang


mengalami konstipasi, antara lain:

 Jenis kelamin. Konstipasi lebih sering dialami oleh perempuan


daripada pria, terutama pada masa sebelum menstruasi dan masa
kehamilan.
 Usia. Konstipasi juga lebih sering dialami oleh lansia.
 Makan makanan yang rendah serat.
 Jarang atau tidak berolahraga sama sekali.
 Minum obat-obatan tertentu, termasuk obat penenang, atau obat untuk
tekanan darah tinggi.

x
 Memiliki kondisi kesehatan mental, seperti depresi.

F. Etiologi

Laktasif atau konstipasi atau susah buang air besar dalam Traditional Chinese
Medicine dapat disebabkan karena suka makanan dengan rasa pedas dan
mengandung banyak lemak, emosi tidak stabil, dan sakit lama yang
menghabiskan Qi, Xue, dan Jin Ye (Yanfu, 2002). Hal tersebut dapat berubah
menjadi akumulasi panas di usus yang kemudian dapat menghabiskan cairan
yang digunakan untuk melembabkan tinja sehingga tinja menjadi keras. Feses
yang keras dapat menyebabkan Qi pada usus besar tidak lancar lalu susah
untuk buang air besar. Terjadinya defisiensi Qi, Xue, dan Jin Ye menyebabkan
tidak ada daya pendorong pada usus dan usus besar juga kehilangan
kelembaban. Beberapa penyebab tersebut dapat membuat frekuensi buang air
besar menjadi tidak teratur, susah untuk dikeluarkan dan konsistensi feses yang
keras (Yin dan Liu, 2000).

Konstipasi atau sembelit paling sering terjadi karena tinja bergerak terlalu
lambat melalui saluran pencernaan atau tidak bisa dikeluarkan secara efektif,
sehingga menyebabkan tinja menjadi keras dan kering. Beberapa faktor risiko
di atas bisa menjadi pemicu terjadinya kondisi tersebut.

Namun, konstipasi juga bisa menjadi gejala dari suatu penyakit, seperti:

 Penyakit pada usus atau rektum, seperti penyumbatan usus, kanker usus
besar, fisura ani, dan kanker rektum.
 Gangguan saraf, yang biasanya terjadi pada pengidap penyakit Parkinson,
cedera saraf tulang belakang, stroke, dan multiple sclerosis.
 Gangguan pada otot penggerak usus, seperti pada dyssynergia.
 Gangguan hormon, yang bisa disebabkan oleh diabetes,
hiperparatiroidisme, kehamilan, atau hipotiroidisme.

G. Diagnosis

xi
Penderita konstipasi dapat menanganinya mengubah pola makan,
memperbanyak olahraga, atau minum laksatif (pelancar BAB). Namun,
penggunaan laksatif sebaiknya tidak lebih dari dua minggu tanpa mengunjungi
dokter. Selain wawancara dan pemeriksaan fisik, dokter juga dapat melakukan
pemeriksaan penunjang seperti:

 Tes darah, untuk melihat apakah ada kelainan seperti hipotiroid atau kadar
kalsium yang tinggi.
 Sinar X. Melalui pemeriksaan sinar X-ray, dokter dapat melihat apakah
usus pengidap tersumbat atau apakah ada tinja di seluruh usus besar.
 Pemeriksaan rektum dan kolon bawah (sigmoidoskopi), untuk memeriksa
kondisi rektum dan bagian bawah usus besar.
 Pemeriksaan rektum dan seluruh kolon (kolonoskopi), untuk melihat
kondisi seluruh usus besar.
 Evaluasi fungsi otot sfinger anal (anorektal manometri) untuk mengukur
koordinasi otot yang digunakan untuk menggerakkan usus
 Studi transit kolonik untuk mengevaluasi pergerakan makanan yang masuk
ke usus besar
 Defekografi atau rontgen rektum pada saat defekasi untuk melihat adanya
prolapse atau masalah dengan fungsi otot rektum
 MRI defekografi

H. Pencegahan Konstipasi

Berikut cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah konstipasi:

 Membiasakan diri untuk ke toilet pada waktu yang sama setiap hari
 Perbanyak makan makanan berserat tinggi, termasuk kacang-kacangan,
sayuran, buah-buahan, sereal, dan dedak.
 Minum banyak air putih.
 Cobalah untuk berolahraga secara teratur.
 Coba atasi stres.

xii
 Jangan menahan keinginan untuk buang air besar

H. Penatalaksanaan Penyakit

Penatalaksanaan konstipasi adalah dengan terapi komprehensif untuk


mengembalikan fungsi defekasi yang fisiologis dan mempertimbangkan
penyebab dari konstipasi. Pada pasien konstipasi kronik yang tidak
menunjukkan tanda bahaya, usia<40 tahun, tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan colok dubur, dan diduga tidak ada konstipasi sekunder, terapi
empirik dapat dilakukan dengan rawat jalan yaitu terapi farmakologis dan
nonfarmakologis. Terapi non farmakologi untuk konstipasi adalah modifikasi
gaya hidup. Hal ini penting untuk ditanamkan agar mencegah keluhan berulang

1. Algoritma Terapi Farmakologi

xiii
C. STUDI KASUS

a. Kasus

Seorang pasien bernama ibu Ayi (35 tahun) mengalami kesulitan buang air
besar selama 3 hari pasca melahirkan

b. Kasus dengan Metode SOAP


1. Subjeck
Kesulitan buang air besar pasca melahirkan
2. Objective
Konstipasi selama tiga hari

xiv
3. Assessment
-
4. Plan
Dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Terapi non farmakologi : banyak minum air putih, makan makanan berserat
(wortel, kacang-kacangan, dll) dan olahraga
teratur.
Terapi farmakologi : pemberian obat bisakodil sebagai laktasif
pemebntukan massa, Laktulosa digunakan sebagai
pencahar dengan membentuk asam organik dalam
usus besar yang menahan air sehingga tinja
menjadi lunak dan ada rangsangan untuk buang air
besar, penggunaannya disarankan jika sangat
diperlukan, penggunaan tidak dalam jangka waktu
panjang.
5. KIE
Menejelaskan pola hidup sehat seperti berikut :
 Konsumsi lebih banyak serat. Usahakan untuk mengonsumsi minimal 30
gr serat setiap hari dengan mengonsumsi buah, sayuran dan sereal yang
merupakan sumber serat yang baik.
 Tambahkan bulking agen pada menu makanan Anda. Bahan seperti tepung
gandum utuh akan membuat tinja jadi lebih lembut, meskipun efek
sampingnya mungkin membuat sedikit kembung.
 Minum banyak air, minimal 8 gelas per harinya.
 Olahraga secara teratur.

xv
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

xvi
DAFTAR PUSTAKA
Abe, T., Hachiro, Y., Ebisawa, Y., Hishiyama, H., Murakami, M., and Kunimoto,
M. 2014. Efficacy of Lubiprostone in Chronic Constipation: Clinical and
Work Productivity Outcomes. J Gastroint Dig Syst. Japan. IV(5).

Agrawal, K., Ghildiyal, S., Gautam, M. 2012. Studies On Laxative Effect Of


Extract Of Dried Fruit Pulp Of Cassia Fistula. Journal of Natural Remedies.
XII(2): Pp. 118–127.

Akanmu, M., Iwalewa, E., Elujoba, A. and Adelusola, K. 2004. Toxicity


Potentials of Cassia Fistula Fruits as Laxative with Reference to Senna.
Nigeria. African Journal of Biomedical Research. VII: Pp. 23–26. Ali, Md.
2014. Cassia Fistula Linn: A Review Of Phytochemical And
Pharmacological Studies. International Journal of Pharmaceutical Sciences
and Research. V(6): Pp. 125–2130.

Bardosono, S., Sunardi, D. 2011. Functional Constipation and its related factors
among female workers. Maj kedokteran Indonesia, LXI(3): Pp. 126–129.

Benninga, M., Candy D.C., Catto-Smith A.G., et al. 2005. The Paris Consensus
on Childhood Constipation Terminology (PACCT) Group. J Pediatr
Gastroenterol Nutr. XI: Pp. 273–275.

BPOMRI. 2011. Acuan Sediaan Herbal Volume Keenam Edisi Pertama. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Pp. 4.

xvii

Anda mungkin juga menyukai