KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Senyawa
Beracun Dalam Bahan Pangan .
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa juga dalam kesempatan ini kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman serta bantuan dari berbagai pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat khususnya untuk diri kita sendiri, umumnya
kepada para pembaca makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk kedalam tubuh dengan berbagai
cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan bisa menyebabkan kematian. Umumnya berbagai bahan kimia
yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun telah diketahui. Namun,tidak demikian
halnya dengan beberapa jenis hewan dan tumbuhan , termasuk beberapa jenis tanaman
pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat
rendah (Ahmad Djaeni Sediaoetama, 2004).
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman untuk
dikonsumsi manusia, termasuk didalamnya adalah bahan tambahan pangan,bahan baku
pangan, dan bahan lain yang sengaja atau tidak disengaja bercampur dengan makanan atau
minuman tersebut (Winarno,1995).
Dalam setiap produksi yang menghasilkan pangan tak lepas dari bahan-bahan kimia
untuk membantu proses, contohnya pada proses pengolahan yang sering digunakan untuk
bahan tambahan pangan (BTM) seperti pengawet makanan, pewarna makanan dan lain
sebagainya. Akan tetapi, hal-hal tersebut bukanlah suatu hambatan bagi manusia untuk
selalu mengkonsumsi makanan (pangan) karena makanan adalah kebutuhan pokok manusia.
Tiap hari manusia harus makan untuk memberi tenaga pada tubuh.
Mungkin sering tak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi seharihari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun dan membahayakan bagi
tubuh,baik itu sebagai pewarna, penyedap rasa dan bahan campuran lain.
Zat- zat kimia ini berpengaruh terhadap tubuh kita dalam sel, sehingga kebanyakan
kita akan mengetahui dampaknya dalam waktu yang lama. Dampak negatif yang bisa saja
terjadi yaitu dapat memicu kanker, kelainan genetik, cacat bawaan ketika lahir dan masih
banyak lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pangan merupakan salah satu komponen utama yang dibutuhkan oleh manusia untuk
dapat tnempertahankan hidupnya selain air dan oksigen. Kebutuhan pangan harus cukup
berimbang dari segi kuantitas maupun kualitas. Kuantitas pangan yaitu banyak sedikitnya pangan
yang dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan kualitas pangan meliputi mutu, kandungan nutrien
maupun keamanannya.
Makanan dikatakan aman untuk dikonsumsi oleh manusia apabila bahan pangan tersebut
bebas dari adanya komponen atau zatzat yang apabila termakan dapat menyebabkan sakit atau
bahkan mengakibatkan kematian. Makanan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi manusia
antara lain katena adanya racun alami yang terdapat dalam bahan pangan yang pengolahannya
belum tuntas, penggunaan bahan aditif yang tidak aman, sisa pestisida, adanya logam berat
berbahaya yang terikut oleh makanan, dan makanan yang terkontaminasi bakteri atau kapang
yang menghasilkan toksin (racun) yang berbahaya.
Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat
berbahaya atau bersifat racun, telah diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa
jenis hewan dan tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat
mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah. Secara garis besar,
senyawa beracun dalam bahan makanan dapat di golongkan menjadi tiga golongan yaitu :
2.1
Senyawa Kimia
Sumber
Gejala keracunan
Kacang-kacangan,
Inhibitor
Protein,
kacang
polong,
BM: 8.000-24.000
kentang, ubi
jalar,
biji-bijian
Pertumbuhan
penyerapan makanan
kurang
baik,
pembesaran kelenjar
pankreas
Pertumbuhan
Hemaglutinin
dan
Protein
Kacang-kacangan,
BM: 36.000-132.000
kacang polong
dan
penyerapan makanan
kurang
baik,
serta
terjadi penggumpalan
darah merah (invitro)
Glikosida
tanah,
bayam,
asparagus
Goitrogen
Tioglikosida
Kol
dan
sejenis
lobak, mustard
Kacang-kacangan,
Sianogen
Glukosianida
sianogenetik
buah-buahan berbiji
keras,
singkong,
Keracunan HCN
dan
linseed
Kerusakan
Gosipol
Gosipol
Biji kapas
hati,
perdarahan,
pembengkakan
aminopropio-
Oateolaritisme
(susunan
Latiorogen
tak
L-, diamino
Protein
Sikasin
Metilazoksi-metanol
Favison
Glikosida
sempurna),
neurolatirisme alergi
propionat
Alergen
kerangka
Kanker
hati
organ lain
dari Anemia
genunus Cycas
Kacang-kacangan
fava beans
dan
hemolitik
yang akut
Merangsang
pusat,
syaraf
kelumpuhan
organ pernafasan
kandungan racun dalam bahan pangan biasanya rendah sehingga bila dikonsumsi
dalam jumlah normal oleh orang yang sehat dan normal tidak banyak membahayakan tubuh
(Winarno.1982).
Penting untuk mengetahui berbagai aneka jenis racun alami yang ada dalam bahan
pangan dan bagaimana mencegahnya. Dalam newsletter yang dikeluarkan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sejumlah racun alami dalam bahan pangan yang
dapat menimbulkan keracunan saat mengonsumsinya antara lain :
a.
Kentang
Racun alami yang dikandung kentang termasuk dalam golongan glikoalkaloid
dengan dua macam racun utama yaitu solanin dan chaconine. Biasanya racun yang
dikandung oleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan efek yang merugikan
bagi manusia. Meskipun demikian, kentang yang berwarna hijau, bertunas dan secara
fisik telah rusak atau membusuk dapat menyebabkan glikoalkaloid dalam kadar yang
tinggi. Racun tersebut terutama terdapat pada daerah yang berwarna hijau, kulit atau
daerah dibawah kulit. Kadar glikoalkoid yang tinggi dapat menimbulkan rasa seperti
terbakar di mulut, sakit perut, mual dan muntah. Sebaiknya kentang disimpan di tempat
yang sejuk, gelap, dan kering serta dihindarkan dari paparan sinar matahari atau sinar
lampu. Untuk mencegah terjadinya keracunan sebaiknya kentang dikupas kulitnya dan
dimasak sebelum dikonsumsi.
b.
Bayam
Sayuran yang satu ini banyak dikonsumsi ibu rumah tangga karena kandungan
gizi yang melimpah. Namun, jika tidak hati-hati bayam bisa meracuni akibat asam
oksalat yang banyak terkandung dalam bayam. Asam oksalat yang terlalu besar dapat
mengakibatkan defisiensi nutrient, terutama kalsium. Selain itu, asam oksalat juga
merupakan asam kuat sehingga dapat mengiritasi saluran pencernaan, terutama
lambung. Asam oksalat juga berperan dalam pembentukan batu ginjal.
Untuk menghindari pengaruh buruk akibat asam oksalat sebaiknya tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa itu terlalu banyak.
c.
Tomat
Tomat hijau yang memiliki racun alami jenis glikoalkaloid yang dapat
menimbulkan perasaan mual dan nyeri perut. Racun itu menyebabkan tomat hijau
berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya hindari
konsumsi tomat hijau dan jangan pernah mengkonsumsi daun dan batang tanaman
tomat.
d.
Seledri
Seledri mengandung senyawa psoralen yang termasuk racun golongan kumarin.
Senyawa itu bisa menimbulkan reaksi sensitivitas pada kulit jika terpapar matahari.
Untuk menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya hindari terlalu banyak
mengkonsumsi seledri mentah. Lebih aman jika seledri dimasak sebelum dikonsumsi
karena psoralen dapat terurai melalui proses pemasakan (Apry, 2010).
e.
Singkong
Singkong (Manihot utilissima) merupakan bahan makanan pokok di daerahdaerah tertentu yang tanahnya kurang subur dan kurang air. Kandungan sianida dalam
singkong sangat bervariasi. Kadar sianida rata-rata dalm singkong manis dibawah 50
mg/kg berat asal, sedangkan singkong pahit diatas 50 mg/kg. Menurut FAO, singkong
dengan kadar 50 mg/kg masih aman untuk dikonsumsi manusia. Bahan makanan ini
mengandung suatu ikatan organic yang dapat menghasilkan racun biru (HCN) yang
sangat toksik.
Singkong sebagai bahan pokok ini banyak digunakan sebagai pengganti beras dan
jagung, karena tanah yang tadinya subur telah kehilangan kesuburannya dan menjadi
gersang kekurangan air. Juga beberapa jenis kacang koro (Macuna spp) dikonsumsi di
daerah-daerah tertentu pada masa paceklik, padahal jenis kacang tersebut juga
mengandung bahan beracun yang menghasilkan HCN. Tergantung jumlahnya hidrogen
sianida dapat menyebabkan sakit sampai kematian (dosis yang mematikan 0,5-3,5 mg
HCN/kg berat badan).
Singkong mengandung racun linamarin dan lotaustralin, yang keduanya termasuk
golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman,
terutama terakumulasi pada akar dan daun.
Singkong dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit
mengandung kadar racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah
atau yang dimasak kurang sempurna dikonsumsi maka racun tersebut akan berubah
menjadi senyawa kimia yang dapat mengganggu kesehatan.
Gejala keracunan sianida, antara lain :
penyempitan saluran nafas
mual, muntah, sakit kepala,
kasus berat dapat menimbulkan kematian
Untuk mencegah keracunan singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong
dicuci untuk menghilangkan tanah yang menempel, dikupas lalu direndam dalam air
bersih yang hangat selama beberapa hari, dicuci lalu dimasak sempurna baik dibakar
atau direbus. Singkong tipe manis hanya memerlukan pengupasan dan pemasakan untuk
mengurangi kadar sianida ke tingkat non toksik. Singkong yang biasa dijual di pasar
adalah singkong tipe manis.
Dengan perlakuan tersebut linamarin banyak yang rusak dan hidrogen sianidanya
ikut terbuang keluar sehingga tinggal sekitar 10-40 mg/kg. Disamping itu hidrogen
sianida akan mudah hilang oleh penggodokan, asal tidak ditutup rapat. Dengan
pemanasan, enzim yang bertanggung jawab terhadap pemecahan linamarin menjadi
inaktif sehingga hidrogen sianida tidak dapat terbentuk.
pingsan. Sebaiknya hindari mengkonsumsi zucchini yang berbau tajam dan berasa pahit
(Apry, 2010).
i. Jengkol (Pithecolobium lobatum) dan Petai Cina
Racun asam jengkolat ini terdapat pada biji jengkol. Kandungan zat ini berbedabeda tergantung varietas dan umur biji jengkol. Ketahanan seseorang terhadap
keracunan asam jengkolat ini berbeda-beda dan keracunan asam jengkolat ini jarang
menimbulkan kematian. Jumlah asam jengkolat dalam biji jengkol adalah 1-2% dari
Asam jengkolat dapat menyebabkan keracunan yang ditandai dengan mual dan
susah buang air kecil, karena tersumbatnya saluran kencing. Racun jengkol dapat
dikurangi dengan cara perebusan, perendaman dengan air, atau membuang mata
lembaganya karena kandungan racun terbesar ada pada bagian ini. Lain halnya dengan
petai cina (Leucaena glauca). Bahan pangan ini mengandung mimosin, yaitu sejenis
racun yang dapat menjadikan rambut rontok karena retrogresisi di dalam sel-sel partikel
rambut (Apry, 2010).
Mimiosin bersifat sangat mudah larut dalam air. Cara menghilangkan atau
menurunkan senyawa beracun tersebut dilakukan dengan merndam biji lamtoro dalam
air pada suhu 70
kandungan mimosin dapat diturunkan dari 4,5% menjadi 0,2% atau penurunan sebanyak
95%. Demikian juga dengan proses pembbuatan tempe kadar mimosin dapat banyak
dikurangi, kandungan mimosin dalam biji lamtoro tinggal 0,001 mg/kg. Bila bereaksi
dengan logam, misalnya besi, mimosin akan membentuk senyawa kompleks yang
berwarna merah ( Winarno, 1982 ).
j. Kopi (Caffea arabica) dan Teh (Camelia sinensis)
Kopi dan teh mengandung kafein yaitu senyawa yang pahit rasanya(Apry, 2010).
Lafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam the, kopi, coklat, kola dan beberpa
minuman penyegar lainnya. kafein dapat berfungsi sebaga stimulan dan beberapa
aktivitas biologi lainnya. kandungan kafein dalam dalam the relatif lebih besar daripada
yang terdapat dalam kopi, tetapi pemakaian the dalam minuman juga lebih encer bila
dibanding kopi (Winarno, ). Kafein ini bersifat diuretik, merangsang pengeluaran
kelenjar urin, merangsang kerja otak dan aktivitas jantung. Jika konsumsi tidak
berlebihan, kafein memberikan kontribusi yang po-sitif seperti badan terasa lebih segar
dan menghilangkan rasa ngantuk. Jika melebihi ambang batas, konsumsi teh dan kopi
akan berakibat sukar tidur, jantung berdebar-debar, dan bayi lahir cacat jika dikonsumsi
oleh ibu hamil (Apry, 2010).
daalam golongan yang sama dengan kalsium . Seperti halnya Kalsium , stronsium -90
tersangkut pada tulang dan gigi , tetap tinggal di tempat tersebut untuk beberapa tahun.
Radiasi yang berasal dari stronsium -90 sangat berbahaya, bukan hanya terhadap
tulang tetapi juga terhadap pembentukan tulang dan sel sel darah di sumsum tulang.
Stronsium -90 di serap melalui usus kecil persis sama seperti kalsium. Unsur-unsur
radioaktif lainnya seperti sesium -137 dan iodium -131 mempunyai waktu paruh pendek
yaitu berturut turut 140 hari dan 8 hari . Sesium -137 tersebar ke seluruh tubuh , sedang
iodium terkumpul pada kelenjar gondok . Karena itu , Iodium -131 lebih berbahaya
karena dapat menyebabkan kanker. Iodium -131 banyak terdapat pada susu, demikian
juga stronsium -90.
c. Kontaminasi Merkuri
Keracunan metil merkuri terjadi karena korban memakan ikan yang telah
terkontaminasi merkuri, misalnya di teluk minamatapada tahun 1953. Ternyata metil
merkuri berasal dari buangan sisa industry yang di alirkan ke sungai- sungai yang
bermuara di teluk itu. Logam merkuri di ubah menjadi metil merkuri oleh bakteri
methanobacterium omelanskii yang hidup dalam lumpur dasar danau atau sungai.
Gambar : Jalur keracunan merkuri pada manusia melalui makanan ( Wilson et al.1975)
Keracunan pada manusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung
seperti dapat terlihat pada gambar. Keracunan merkuri di sebut juga penyakit minamata
dengan gejala- gejala terasa geli dan panas pda anggota badan , mulut, bibir, dan lidah
kehilangan penglihatan, sukar berbicara dan menelan , kehilangan pendengaran , tidak
stabil emosinya , koma dan kematian . Batas maksimum yang di sarankan untuk
konsumsi merkuri adalah 0,3 mg per org per minggu atau 0,005 mg per kg berat badan
dari jumlah tersebut tidak boleh lebih dari 0,2 mg sebagai metil merkuri. Merkuri organik
juga bertanggung jawab terhadap keracunan bahan makanan. Merkuri organik biasanya di
gunakan untuk melindungi biji-bijian yang di simpan ( Winarno, 1991 : 238 -239).
2.3 Senyawa racun dari mikroba
Keracunan yang disebut juga intoksikasi disebabkan mengkonsumsi makanan yang telah
mengandung senyawa beracun yang diproduksi oleh mikroba, baik bakteri maupun kapang.
Bebrapa senyawa racun yang dapat menyebabkan intoksikasi adalah bakteri Clostridium
Botulinum, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas Cocovenenans. Sedang dari kapang,
biasanya disebut mikotoksin yaitu Aspergillus Flavus, Penicillium sp, dan lain sebagainya.
a. Clostridium Botulinum
Senyawa beracun yang diproduksi Clostridium Botulinum disebut Botulinin dan
keracunan yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung botulinin
disebut botulisme. Botulinin merupakan neurotoksin yang sangat berbahaya bagi
mannusia dan sering kali akut dan menyebabkan kematian.
Gejala-gejala botulisme timbul dalam waktu 12 hingan 36 jam. Dimulai dengan
gangguan pencernaan yang akut, mual, muntah-muntah, serta pusing. Kemudian diikuti
dengan terjadinya pandangan ganda, sulit menelan dan berbicara, kemudia diikuti
kelumpuhan saluran pernafasan dan jantung, dan kematian terjadi karena kesulitan
bernafas. Korban dapat meninggal dalam waktu tiga sampai enam hari.
Botulinin merupakan sebuah molekul protein dengan daya keracunan yang sangat
kuat, satu mikrigram saja sudah cukup untuk membunuh seorang manusia. Untungnya
karena merupakan protein, botulinin bersifat termolabil dan dapat diinakifkan dengan
pemanasan pada suhu 800C selama 30 menit.
b. Pseudomonas Cocovenenans
Senyawa beracun yang dapat diproduksi oleh Pseudomonas Cocovenenans adalah
toksoflavin dan asam bongkrek. Kedua senyawa beracun tersebut diproduksi dalam jenis
makanan yang disebut tempe bongkrek, suatu tempe yang dibuat dengan bahan utama
ampas kelapa. Pada umumnya empe bongkrek yang jadi atau berhasil dengan baik hanya
ditumbuhi kapang tempe Rhizopus Olosporus, tetapi tempe yanng gagal danrapuh
disamping kapang tersebut biasanya juga tumbuh sejenis bakteri yang disebut
Pseudomonas Cocovenenans, bakteri yang sebenarnya tidak dikehendaki ada dalam
tempe bongkrek.
P.Cocovenenans memerlukan subsrat minyak kelapa, dengan enzim yang
diproduksinya mampu menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol
kemudian diubah menjadi oksoflavin dan asam lemaknya, terutamaasam oleat, diubah
menjadi toksik lain yang tidak berwarna yang disebut asam bongkrek.
Asam bongkerek bersifat sangat fatal dan biasanya merupakan penyebab
kematian korban. Hal ini disebabkan tiksik tersebut dapat menggangu metabolisme
glikogen dengan memobilisasi glikogen dari hati sehingga erjadi hiperglikemia yang
kemudian berubah menjadi hipoglikemia dan pasien kemudian meninggal dunia.
Penderita hipoglikemia biasannya meninggal empat hari setelah mengkonsumsi tempe
bongkrek yang beracun.
Pertumbuhan P.Cocovenenans di laboratorium dapat dicegah bila pH substrat
diturunkan dibawah 5,5 atau dengan penambahan garam NaCl pada substrat pada
konsentrasi 2,75-3,0 %.
c. Staphylococcus Aureus
Senyawa beracun yang diproduksi Staphylococcus Aureus disebut enterotoksin
dan dapat terbentuk dalam makanan karena pertumbuhan bakteri tersebut. Disebut
enterotoksin karena menyebabkan gastroenteritis. Enterotoksin sangat stabil terhadap
panas. Pemanasan yang dilakukan oleh proses pemasakan normal tidak mampu
menginaktifkan toksin tersebut dan tetap dapa menyebabkan keracunan.
Gejala keracunan yang terjadi adalah banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah,
kejang perut, diare, sakit kepala, berkeringat dingin yang terjadi hanya satu atau dua hari.
Sesudah itu penderita akan sembuh. Biasanya jarang terjadi kematian.
d. Mikotoksin dan Aflatoksin
Mikotoksin adalah suatu zat racun yang dihasilkan oleh jamur. Banyak jenis
mikotoksin yang dihasilkan oleh jamur, diantaranya flatoksin, zearalenon, trichotenes,
oktratoksin dan patulin, Mikotoksin adalah yang sering tnenyebabkan keracunan antara
lain adalah yang berasal dari jenis Aspergillus, Penicillium dan Fusarium. Jamur ini
hidup secara bebas sebagai cemaran pada berbagai macam bahan makanan, bijibijian,
palawija dan komoditi pertanian, tetapi tidak semua jamur akan menghasilkan metabolit
toksin. Ada pula diantaranya yang berguna seperti jamur tempe dan oncom (susy yunita
prabawati, 2006 : 136-137 ).
Kapang
Bahan
makanan Akibat
yang terkena
Aflatoksin
A.Flavus
Kacang
yang
ditimbulkan
tanah, Keracunan
hati,
A.Parasiticus
minyak
yang kanker
Sterigmatosisin A.Nidulans
A.Ochraceoous
jenis
bijian
hewan
Serelia
A.Versicolor
Okratoksin
pada
BAB III
KESIMPULAN
1. Pangan merupakan salah satu komponen utama yang dibutuhkan oleh manusia untuk
dapat tnempertahankan hidupnya selain air dan oksigen.
2. Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk kedalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan bisa menyebabkan kematian
3. Senyawa beracun dalam bahan pangan dapat terjadi akibat aktivitas mikroba (jasad renik)
maupun karena residu/pencemaran.
4. kapang dapat menghasilkan senyawa racun antara lain aflatoksin, islanditoksin, potulin
dan masih banyak lagi.
5. Senyawa beracun dapat menimbulkan keracunan yang akut, yang sudah dikenal
masyarakat pahan pangan yang mengandung racun diantaranya adalah, daun singkong (
mengandung HCN), cendawan (mskarin), biji bengkoang (pakirizida), jengkol (asam
jengkolat), disamping itu ada beberapa senyawa beracun yang terdapat pada hewan
seperti; ikan buntal, jenis kerang-kerangan, dan udang.
6. Keracunan yang disebut juga intoksikasi disebabkan mengkonsumsi makanan yang telah
mengandung senyawa beracun yang diproduksi oleh mikroba, baik bakteri maupun
kapang.
7. Residu dan pencemaran meliputi Residu Pestisida, kontaminasi radioaktif , kontaminasi
merkuri (Hg).