Oleh
Kelompok 1
ANGGORO PUTRA RAGIL
MEISY SYAHRONI
ISTIANAH
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan praktikum Tehnik bididaya
Biofarmaka.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Co.Asst
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat-Nya dan kesempatan yang
diberikan-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan laporan praktikum Tekhnik Budidaya
biofarmaka ini dengan baik. Adapun tujuan pembuatan laporan praktikum ini adalah untuk
mengetahui jenis tanaman obat apa saja yang ada di TWA Suranadi serta sebagai persyaratan
untuk memenuhi standar kelulusan mata kuliah Takhnik Budidaya Gaharu yang memiliki 3
sks dalam program studi Kehutanan Universitas Mataram.
Tentunya ucapan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang telah bekerja
sama dalam menyelesaikan praktikum ini dengan baik serta tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepeda co.assisten yang dengan sabar membimbing kami dalam pelaksaan praktikum,
yang tak terlupa lagi dosen pembimbing praktikum kami ucapkan terima kasih
Kami menyadari bahwa dalam laporan praktikum ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Semoga laporan praktikum Tekhnik Budidaya Gaharu ini dapat memberi manfaat.
Praktikan
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan kekayaan alam. Hal ini tentunya
didukung oleh iklim tropis yang dimiliki Indonesia sehingga memungkinkan beraneka ragam
tumbuhan hidup dan berkembang. Sebagian dari tumbuh-tumbuhan tersebut merupakan
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit, tumbuhan tersebut
biasa disebut sebagai tanaman obat. Faktor biotik maupun abiotik akan menunjang
keberlangsungan hidup dari tanaman tersebut.
Tanaman obat merupakan salah satu tanaman yang sensitif terhadap lingkungan tumbuh.
Lingkungan tumbuh yang tidak sesuai akan mengurangi kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkan tanaman obat baik ripang, daun, maupun batangnya. Kandungan senyawa aktif
yang ada pada tanaman obat sensitif terhadap lingkungan tumbuhnya. Lingkungan tumbuh
yang dimaksud meliputi tanah, iklim maupun curah hujan.
Tanaman yang bermanfaat sebagai obat sangat beragam, antara lain temulawak,
sambiloto, lempuyang, kunyit, kumis kucing, kapulaga, jahe, broto wali, iler, lavender,
kemuning dan masih banyak tanaman lain. Setiap tanaman obat memiliki kebutuhan
lingkungan tumbuh yang berbeda-beda.
1.2 Tujuan
Mengenal dan mendeskripsikan berbagai jenis tanaman obat, komponen biotic dan
abiotik pada ekosistem tanaman obat serta teknik budidaya yang diterapkan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman.
Tanaman obat didefinisikan sebagai tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan
eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan.
Masyarakat memanfaatkan bahan-bahan asal tanaman obat masih dalam keadaan segar,
maupun yang sudah dikeringkan sehingga dapat disimpan lama yang disebut dengan
simplisia (Agus & Jacob, 1992 dalam Mumpuni 2004). Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat
tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern (Lusia
2006).
Tumbuhan obat terdiri beberapa habitus antara lain pohon, perdu, herba, liana dan
semak (Tjitrosoepomo 1988). Tumbuhan obat mempunyai khasiat yang bekerja sebagai
antioksidan, antiradang, analgesik, dan lain-lain, mengarah pada penyembuhan suatu
penyakit. Hal ini tidak terlepas dari adanya kandungan bahan kimia tumbuhan obat yang
berasal dari metabolisme sekunder. Setiap tumbuhan menghasilkan bermacam-macam
senyawa kimia yang merupakan bagian dari proses normal dalam tumbuhan.
Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian,
seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau
ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zatzat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari
tanamannya. Dalam penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum,
ditempel, untuk mencuci/mandi, dihirup sehingga penggunaannya dapat memenuhi konsep
kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan.
Sasak
Meteran
Pita ukur
Tali rapia
Spritus
Kamera
Dan alat tulis
-Nama Daerah
: Kates
-Nama Daerah
: Lolon buak
-Nama Indonesia
: Pepaya
-Nama Indonesia
: Pinang
-Nama Ilmiah
: Carica
-Nama Ilmiah
: Areca
cetachu
papaya L.
-Suku
: Caricaceae
-Suku
: Arecaceae
biji
-Khasiat
-Khasiat
-Nama Daerah
: Pace
-Nama Daerah
: Santeguri
-Nama Indonesia
: Mengkudu
-Nama Indonesia
: Sidaguri
-Nama Ilmiah
: Morinda
cinta folia
-Suku
: Rubiaceae
: Obat gatal-
-Nama Ilmiah
: Sida retusa
-Suku
: Malvaceae
buah
-Khasiat
daun
: Obat sakit
perut,darah tinggi.
-Nama Daerah
-Khasiat
gigi, dan kudis.
: Kemuning
gawah
-Nama Daerah
: Paku jukut
-Nama Indonesia
: Paku
-Nama Indonesia
: Kamaler
beunyiur
-Nama Ilmiah
: Micromelum
-Nama Ilmiah
minutom
-Suku
: Bisul, sakit
: Diplazium
esculentum
: Rutaceae
-Suku
Cormophyta
-Khasiat
bisul
: Kudis dan
-Khasiat
: Obat batuk,
-Nama Daerah
: Anggrek
Larat
-Nama Indonesia
: Anggrek
Larat
-Nama Ilmiah
: Dendrobium
Phalaenopsis
-Suku
:Orchidaceae
Graviolens)
Bagian yan dimamfaatkan : batang
sampai daun
Khasiat kesehatan : obat asam urat
:Kecantikan
dan Kesehatan
Pembahasan
: Pada acara pengenalan jenis tanaman obat ini, ada tujuh tanaman obat
KLASIFIKASI PEPAYA
Kingdom (Dunia/Kerajaan):
Subkingdom:
Super divisi:
Divisio (Pembagian):
Classis (Kelas):
Sub Kelas :
Ordo (Bangsa):
Plantae (Tumbuhan)
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Dilleniidae
Violales
Familia (Suku):
Genus (Marga):
Species (Jenis):
Caricaceae
Carica
Carica papaya L.
yang
sudah
dikeramas.
Gunakan
sebelum
tidur.
Genus : Areca
Spesis : Areca catechu L.
Daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Pinang juga merupakan nama
buahnya
yang
diperdagangkan
orang.
Pelbagai
nama
daerah
di
antaranya
adalah pineung (Aceh), pining (Batak Toba), penang (Md.), jambe(Sd., Jw.), bua,
ua,
wua, pua, fua, hua (aneka bahasa di Nusa Tenggara dan Maluku) dan berbagai sebutan
lainnya.
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama
ilmiahnya adalah Areca catechu.
telah digunakan sebagai obat rumahan oleh masyaratat untuk mengobati penyakit.
(Oudhia 2003). Biji pinang aromatis memiliki efek antioksidan dan anti mutagenik,
astringent (bersifat menyiutkan), serta bersifat memabukkan, sehingga telah lama
digunakan sebagai taeniafuge untuk mengobati cacingan (Grieve 1995, Wang & Lee ,
1996). Selain itu pinang digunakan juga untuk mengatasi bengkak karena retensi cairan
(edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat menstruasi,
keputihan, beri-beri, malaria, dan memperkecil pupil mata (Kristina & Syahid 2001).
Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan bersama-sama dengan
sirih untuk menguatkan gigi goyah. Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk
obat sakit mata Selain sebagai obat penguat gigi kebanyakan masyarakat juga
menggunakan biji pinang muda sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah
melahirkan dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum
selama seminggu (Kristina & Syahid 2007). Umbut tumbuhan pinang digunakan untuk
mengobati patah tulang dan sakit pinggang. Daun pinang berguna untuk mengatasi
masalah tidak nafsu makan, dan sakit pinggang. Selain untuk sebagai obat, pelepah
daun pinang digunakan untuk pembungkus makanan dan bahan campuran untuk topi.
Sabut pinang rasanya hangat dan pahit digunakan untuk gangguan pencernaan dan
sembelit. Pinang juga dapat dimanfaatkan untuk penanganan kesehatan ternak sehingga
dapat memperbaiki produktivitas ternak.
Pinang muda bisa dimanfaatkan oleh industriawan sebagai sumber bahan baku
cat arecared, pemerah kain katun
3. Mengkudu (Morinda Cintafolia)
Polinesia, yang disebut kahuna adalah orang memegang peranan penting dalam dunia
pengobatan tradisional bangsa Polinesia dan selalu menggunakan mengkudu dalam
resep pengobatannya.
Laporan-laporan tentang khasiat tanaman mengkudu juga terdapat pada tulisantulisan kuno yang dibuat kira-kira 2000 tahun yang lalu, yaitu pada masa pemerintahan
Dinasti Han di Cina, dan juga dimuat dalam cerita-cerita pewayangan yang ditulis pada
masa pemerintahan raja-raja di pulau Jawa ratusan tahun yang lalu.
Perkembangan industri tekstil di Eropa mendorong pencarian bahan-bahan pewarna
alami sampai ke wilayah-wilayah kolonisasi, karena pada masa itu pewarna sintetis
belum ditemukan. Pada tahun 1849, para peneliti Eropa menemukan zat pewarna alami
yang berasal dari akar Mengkudu, dan kemudian diberi nama "Morindone" dan
"Morindin". Hasil penemuan inilah yang menjadi latar belakang nama "Morinda"
kingdom
: Plantae
subkingdom
: Tracheobionta
super divisi
: Spermatophyta
divisi
: Magnoliophyta
kelas
: Magnoliopsida
subkelas
: Asteridae
ordo
: Rubiales
famili
: Rubiaceae
genus
: Morinda
spesies
: Morinda citrifolia L.
Manfaat
Sidaguri (Sida
rhombifolia
L.) adalah
satu
jenis
tanaman
obat
dari
famili Malvaceae. Tumbuhan ini biasa tumbuh liar di i tepi jalan, halaman berrumput,
hutan, ladang, dan tempat-tempat dengan sinar matahari cerah atau sedikit terlindung.
Tumbuhan Sidaguri tersebar pada daerah tropis di seluruh dunia dari dataran rendah
sampai 1.450 m dpl. Sidaguri bermanfaat untuk kesehatan karena dapat mengobati
Berkhasiat sebagai pemati rasa (anestisia), penenang (sedatife), antiradang, antirematik, anti-tiroid, penghilang bengkak, pelancar peredaran darah, dan penghalus
kulit.
Kandungan Kimia
Daun kemuning mengandung cadinene, methyl-anthranilate, bisabolene, caryophyllene, geraniol, carene-3, eugenol, citronellol, methyl-salicylate, sguaiazulene, osthole, paniculatin, tannin, dan coumurrayin. Kulit batang mengandung
mexotioin, 5-7-dimethoxy-8 (2,3-dihydroxyisopentyl) coumarin. Sedangkan bunga
Keputihan,
Pelangsing tubuh,
Kulit kasar.
Epidemic encephalitis B.
Sakit gigi, nyeri akibat luka terbuka dikulit atau selaput lendir (ulkus).
Cara Pemakaian
Akar dan daun kering sebanyak 9-15 g atau daun segar sebanyak 30-60 g, direbus
atau direndam arak, lalu minum. Untuk pemakaian luar, daun segar dipipis lalu diletakkan
pada tempat yang sakit, atau direbus, airnya untuk cuci.
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian
Infuse daun kemuning dengan dosis 1.000 mg serbuk/kg bb mencitalbino pada
percobaan analgesik dengan bahan pembanding asetosal 52 mg/kg bb, memberikan efek
analgesik (Pudjiastuti, dkk., cermin Dunia Kedokteran No. 59, 1989).
Infuse daun kemuning dengan dosis 210 mg, 420 mg dan 840 mg/200 g bb
diberikan per oral pada tikus sesaat sebelum penyuntikan 0,2 ml larutan karagenin 1%
dalam NaCl fisiologis secara subplantar (zat pembuat udem buatan). Pada infuse daun
kemuning dengan dosis 840 mg/200 g bb menunjukan efek anti-anflamasi mendekati
natrium diklofenak dengan dosis 8 mg/200 g bb yang digunakan sebagai pembanding
(Farida Ibrahim, Juheini, Katrin, Rosrini, Jurusan Farmasi FMIPA UI warta Perhipba
No. I/III, Jan- maret 1995).
Infuse daun kemuning 10%, 20%, 30%, 40% sebanyak 0,5 ml pada mencit dapat
menurunkan berat badan secara bermakna (Ika Murni Sugiarti, Jurusan Biologi FMIPA
UNAIR, 1990).
Contoh Pemakaian
Bisul
Akar kemuning sebanyak 30 g g dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus
dengan 3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa 1 gelas. Setelah dingin
disaring lalu diminum. Sehari 2 kali, masing-masing gelas.
Memar
Kemuning dan kaca piring, masing-masing daun segar, sama banyak dicuci lalu
digiling halus. Tambahkan sedikit arak sambil diaduk diatas api. Hangat-hangat
ditempelkan pada bagioan tubuh yang memar.
Sakit gigi
Minyak yang keluar dari kulit batang kemuning yang dibakar diteteskan kedalam gigi
yang berlubang.
Melangsingkan badan
Daun kemuning segar dan daun mengkudu (Morinda citrifolia) masing-masing
segenggam penuh dan temu giring sebanyak jari kelingking ditumbuk halus.
Tambvahkan 1 cangkir air masak sambil diaduk merata. Peras dengan sepotong kain.
Air yang terkumpul diminum sekaligus pada pagi hari sebelum makan.
cm, mudah lepas, melengkung ke arah ujung tulang daun utama, mempunyai 8-10 tulang
daun lateral. Sori memanjang, menempati hampir seluruh panjang tulang daun, dengan
indusiun sempit di bagian tepi. Spora berbentuk ginjal.
Jenis pakis ini dimanfaatkan terutama sebagai bahan sayuran. Perasan daun digunakan
sebagai tonik untuk ibu-ibu setelah melahirkan dan sebagai ekspektoran untuk mengobati
batuk. Ekstrak daun tua digunakan sebagai lulur untuk mengobati demam dan untuk
mengurangi bau keringat. Rimpang ditumbuk dan direndam dalam air untuk kemudian
diminum sebagai obat disentri
7. Anggrek Larat (Dendrobium phalaenopsis)
Klasifikasi Ilmiah. Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo:
Orchidales; Famili: Orchidaceae; Genus: Dendrobium; Spesies: Dendrobium phalaenopsis.
Anggrek Larat (Dendrobium phalaenopsis) termasuk anggrek langka dari Maluku.
Bahkan anggrek Larat termasuk satu dari 12 spesies anggrek langka yang dilindungi di
Indonesia. Anggrek Larat (Dendrobium phalaenopsis) juga ditetapkan sebagai flora identitas
provinsi Maluku.
Anggrek ini dinamakan Anggrek Larat lantaran pertama kali ditemukan di pulau Larat,
Tanimbar, Maluku. Namun lantaran keindahannya itu, semakin hari anggrek larat semakin
langka di habitat aslinya.
Anggrek Larat yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Cooktown Orchid, berkerabat
dekat dengan beberapa jenis anggrek lainnya seperti Anggrek Merpati, Anggrek Albert,
Anggrek Stuberi, Anggrek Jamrud, Anggrek Karawai, dan Anggrek Kelembai. Dalam bahasa
latin tumbuhan ini dikenal sebagai Dendrobium phalaenopsis dengan sinonimVappodes
phalaenopsis, dan Dendrobium bigibbum.
Diskripsi Anggrek Larat. Anggrek Larat yang ditetapkan sebagai flora identitas provinsi
Maluku ini mempunyai batang berbentuk gada dengan pangkal berukuran kecil, bagian
tengah membesar dan ujungnya mengecil kembali. Daun Anggrek Larat (Dendrobium
phalaenopsis) berbentuk lanset dengan ujung tidak simetris. Panjang daunnya kira-kira 12
cm, dengan lebar kira-kira 2 cm.
Bunga Anggrek Larat berwarna keungunan pucat hingga ungu tua. Tersusun dalam bentuk
tandan yang tumbuh pada buku-buku batangnya, agak menggantung. Panjang tandan
bunganya kurang lebih 60 cm dengan jumlah bunga tiap tandan 6 24 kuntum. Masingmasing bunga bergaris tengah kurang lebih 6 cm. Daun Kelopak berbentuk lanset, berwarna
keunguan. Daun Mahkota lebih pendek, tetapi lebih lebar dari pada kelopaknya. Pangkalnya
sempit dengan ujungnya runcing dan berwarna keunguan. Bibir bertajuk tiga membentuk
corong dengan tajuk tengahnya yang lebar, runcing atau meruncing. Buah berbentuk jorong,
panjang 3,2 cm namun bunganya jarang menjadi buah.
Anggrek Larat (Dendrobium phalaenopsis) yang pertama kali di temukan di pulau Larat,
Maluku tumbuh baik di daerah panas, pada ketinggian antara 0 150 m dpl. Di habitat
aslinya, Anggrek yang dijadikan bunga maskot provinsi Maluku ini tumbuh pada pohonpohonan dan karang-karangan kapur yang mendapat sinar matahari cukup.
8. Seledri
Mungkin tanaman yang satu ini tidak asing lagi bagi kita, selain enak dipakai sebagai
penyedap rasa ternyata seledri juga berfungsi sebagai obat alami karena kaya akan kalsium,
fosfordll. Contohnya seledri bisa dipakai sebagai Obat Asam Urat. Caranya Cukup rebus
beberapa biji seledri untuk segelas air didihkan lalu minum setiap pagi.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum ini adalah banyak berbagai
jenis tanaman obat yang ada taman wisata suranadi antara lain tanaman pepaya,
pinang,mengkudu, Sindaguri ujung, Kamaler, Paku bebunyir, Anggrek larat dan Seledri selain
itu banyak mamfaat yang terkandung di dalam tanaman obat tersebut.
ACARA II
Identifiakasi Tanaman obat
Praktikum ini di laksanakan pada hari kamis 17 Desember 2015 bertempat di Taman
wisata alam Suranadi
1.2 Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam Praktikum Tehnik budidaya
biofaramaka anatara lain
Sasak
Meteran
Pita ukur
Tali rapia
Spritus
Kamera
Dan alat tulis
1.3 Prosudur Kerja
Dalam praktikum ini menjelaskan berbagai macam tanaman biofarmaka yang ada
dalam TWA Suranadi kepada praktikan dari mahasiswa Progam Studi Kehutanan Universitas
Mataram dan praktikan mendengar, mencatat dan mengambil dokumentasi agar lebih
memahami lebih mendalam, dalam praktikum tersebut dapat berbagai macam tanaman obat
misalnya :Awar-awar, Putri malu, Pulai, Jambubatu, Mangkokan, Mahkota Dewa, Pegagang,
Picut Kuda, Sirih Hutan, Rambutan, Tapak Liman, dll
dengan ukuran 10x10 meter, identifikasi pancang dengan ukuran 5x5 meter, dan identifikasi
semai dengan ukuran 2x2 meter. Pengamatan pada kelas pohon terdapat empat jenis tanaman
yaitu, mahoni berjumlah 2, jati berjumlah 2, jati putih berjumlah 2 dan bajur berjumlah 1.
Selanjutnya pada kelas tiang meliputi tanaman dao dengan jumlah 4, kumbi dengan jumlah 2,
dan mahoni dengan jumlah 8. Pada kelas pancang ada dua jenis tanaman yaitu dao dengan
jumlah 8 dan kumbi berjumlah 3, dan yang terakhir pada kelas semai meliputi paku
berjumlah 15, jukut dengan jumlah 8, mengkudu dengan jumlah 6, dan sirih hutan berjumlah
5. Terlihat bahwa tanaman obat yang lebih dominan yaitu pada tanaman kumbi di kawasan
TWA Suranadi. Dilihat dari data dan hasil identifikasi yang didapatkan bahwa masih sedikit
jenis tanaman obat yang berada di kawasan TWA Suranadi, hal ini diduga karena, pemerintah
maupun masyarakat setempat tidak dapat melestarikan atau menjaga potensi tanaman obat
yang dapat tumbuh di kawasan TWA Suranadi tersebut, untuk itu perlu adanya penanaman
kembali atau penghijauan agar hutan yang berada di TWA Suranadi potensinya sebagai
produksi tanaman obat.
dan jati putih untuk tiang dao, kumbi dan mahoni. Pada kelas pancang ada tanaman dao dan
kumbi. Terakhir yaitu kelas semai yaitu paku, jukut, mengkudu dan sirih.
ACARA III
(Pembuatan Herbariuam)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk
tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490- 1550) seorang Professor
Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di
bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah
(Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai
koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein Herbarium Celebense 39
praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003). Untuk koleksi
objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya.
Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan
pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat
dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah
ataupun kering. Cara dan bahan pengawetnya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk
organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah.
Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium
(Suyitno, 2004). Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama,
penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung
batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus.
Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun,
batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair
dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).
1.2 Tujuan
a. Mengoleksi spesimen seranting daun dan kulit batang dari satu jenis pohon dengan cara
koleksi kering
b. Menguraikan risalah singkat dari pohon untuk di cantumkan pada label herbarium
Mahoni termasuk tumbuhan tropis dari famili Meliaceae yang berasal dari Hindia
Barat. Tumbuhan ini dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati, pinggir pantai, dan dijalanjalan sebagai pohon peneduh. Perkembang-biakannya dengan menggunakan biji, cangkokan,
atau okulasi. Untuk tanaman mahoni yang akan digunakan sebagai tanaman obat, maka tidak
boleh diberi pupuk kimia (anorganik) maupun pestisida. Buahnya pahit dan berasa dingin.
(Harianja, 2008).
Tanaman ini merupakan tanaman tahunan dengan tinggi 5-25 m, berakar tunggang,
berbatang bulat, percabangan banyak dan kayunya bergetah. Daunnya majemuk menyirip
genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing, dan tulang daunnya
menyirip. Daun muda berwarna merah, setelah tua berwarna hijau. Bunganya majemuk
tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Buahnya bulat telur, berlekuk lima,
berwarna cokelat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak tebal dan
warnanya coklat kehitaman.(Yuniarti, 2008).
Praktikum ini di laksanakan pada hari kamis 17 Desember 2015 bertempat di Taman
wisata alam Suranadi
3.2 Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam Praktikum Tehnik budidaya
biofaramaka anatara lain
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Sasak
Meteran
Pita ukur
Tali rapia
Spritus
Kamera
Dan alat tulis
BAB IV PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu tentang pembuatan herbarium atau awetan herbarium, dimana
pembuatan awetan herbarium di bagi menjadi dua jenis yaitu herbarium kering dan herbarium
basah. Spesimen yang kami gunakan dalam pembuatan herbarium kering adalah batang,
ranting daun, daun dan akar dari Tumbuhan mahni. Sedangkan untuk pebuatan herbarium
basah
dari
spesimen
bunga
dan
akar
pada
tumbuhan
mahoni.
Pada pembuatan herbarium kering, bagian-bagian dari spesimen di recah menjadi dua
bagian yaitu akar dan daun, ranting daun dari tumbuhan sungsang (Gloriosa superba). Dari
bagian-bagian tersebut kemudian di cuci sampai bersih. Setelah itu, di awetkan dengan
alkohol 70% dengan cara di semprot semua bagian spesimen sampai basah, yang berfungsi
untuk menghindari kerusakan dari jamur dan serangga, kemudian letakan di atas koran yang
berlapis untuk dipress dengan mengunakan sasag dan di ikat dengan tali rapia, proses terahir
di jemur 7 hari. Setelah spesimen kering di tata di atas kertas BW dengan mengaunakan
isolasi bening serta manunjukan bagian-bagian pada spesimen dan diberi label herbarium.
Sedangkan pada pembuatan herbarium basah. Pertmanya spesimen di recah manjadi 2
bagian diantaranya bunga dan akar dari tumbuhan sedap malam (Polianthes tuberosa L.),
kemudian tata/atur bagian-bagian tersebut pada objek glass sesuai dengan ukuran botol jam
yang akan digunakan, kemudian dimasukan/di rendam ke dalam botol jam yang telah berisi
larutan
alkohol
70%,
dan
tutup
dengan
rapat,
lalu
beri
label
herbarium
Jika kami bandingkan dengan literature Menurut Bagus (2012). pembuatan herbarium
ditujukan sebagai acuan perbandingan pada saat kiranya ditemukan spesies yang menyerupai.
Dalam proses pembuata herbarium, larutan pengawet yang digunakan haru sesuai. Dan
spesimen yang akan diawetkan, harus terbasahi seluruh bagiannya agar awetan bertahan
dalam jangka waktu yang cukup lama dan menghindari kerusakan pada sepesimen yang
disebabkan jamur maupun serangga, maka dilakukan pengaweten dengan alkohol. Karena
jamur tidak aka tumbuh pada habitat yang kering. Serta proses terahir di beri keterangan yang
berupa label untuk memudahkan indentifikasi tumbuhan tersebut.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada peraktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa pembuatan herbarium di bagi menjadi 2
cara yaitu herbarium basah dan herbarium kering, dimana pembuatan herbarium pada awetan
kering dengan cara menyerprotkan spritus70% pada spesimen smpai benar-benar basah
sedangkan spesimen yang kami gunakan pada herbarium kering yaitu daun dan akar pada
tumbuahan mahoni (swetenia mahagoni.
DAFTAR PUSTAKA
ACARA IV
Pembibitan tanaman obat
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumbuhan memerlukan kondisi media tanaman yang sesuai untuk tempat tumbuhnya.
Kondisi tempat tumbuh tersebut berkaitan dengan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah kondisi
topografi dan kondisi geografi. Masing-masing tanaman memiliki kriteria tersendiri untuk
tempat tumbuhnya. Tumbuhan kencur merupakan tanaman biofarmaka yang telah
dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk keluhan sakit tertentu. Pertumbuhan
tanaman kencur juga dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuhnya.
Beberapa kondisi yang menunjang pertumbuhan tanaman kencur yaitu kondisi media
tanam. Namun masih belum banyak referensi yang menjelaskan dengan pasti kondisi lahan
yang tepat sehingga mampu menunjang pertumbuhan kencur. Oleh karena itu diperlukan
percobaan komposisi tanah terhadap tanaman kencur agar dapat dketahui dengan pasti
kondisi yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh berbagai
macam media terhadap terhadap pertumbuhan tanaman Jahe.
awalnya. Media tanam berfungsi sebagai tempat akar melekat, mempertahankan kelembaban
dan sebagai sumber makanan. Media yang baik dapat menyimpan air untuk kemudian dapat
dilepaskan sedikit demi sedikit dan dimanfaatkan oleh tanaman (Budiyati,1994).
Unsur-unsur yang penting dan harus tersedia pada media tanam adalah N,P,K. Unsur
N berfungsi mempercepat pertumbuhan klorofil ,menambah lebar daun, besarnya benih.
Dosis yang digunakan tergantung pada varietas benih dan keadaan tanah. Pupuk P berfungsi
untuk pembentukan akar, pertumbuhan tanaman, menstimulasi pembentukan buah dan
mempercepat panen. Unsur P berpengaruh untuk kandungan total benih terutama dalam
bentuk Fitin. Fitin berfungsi sebagai cadangan fosfor dan untuk pemeliharaan energi yang
diperlukan untuk perkecambahan (Benyamin, 2000).
Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat
tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Media tanam banyak macam ragamnya, dapat
merupakan campuran dari bermacam-macam bahan atau satu jenis bahan saja asalkan
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain cukup baik dalam memegang air, bersifat porous
sehingga air siraman tidak menggenang (becek), tidak bersifat toksik (racun) bagi tanaman,
dan yang paling penting media tanam tersebut cukup mengandung unsur-unsur hara yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Widarto, 1996).
Pemberian pupuk kandang yang berupa pupuk kotoran ayam diharapkan akan dapat
membantu menetralkan pH tanah, menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah,
memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, membantu penyerapan hara dari pupuk
kimia yang ditambahkan, membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasi tidak
tinggi, mendorong kehidupan jasad renik, dan sebagai sumber unsur mikro yang dibutuhkan
tanaman, sehingga keseimbangan unsur hara di dalam tanah menjadi lebih baik. Semakin
baiknya kondisi fisik tanah dan semakin meningkat kandungan unsur hara di dalam tanah
menyebabakan laju pertumbuhan fotosintesis meningkat dan tersedia fotosintat yang cukup
untuk meningkatkan jumlah polong isi per tanaman (Nurjen, 2002).
kandang.
3.3 Prosudur Keraja
Adapun cara kerja pada praktikum teknik budidaya gaharu acara II tentang
pertumbuhan semai pada berbagai media tanam ini adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan ember, ayakan dan cangkul
2. Disiapkan tanah, pupuk kandang, dan pupuk kompus kemudian media tanah diayak.
3. Dicampurkan berbagai media (pupuk kompos+tanah (11), pupuk kompos+tanah (1:2),
pupuk kandang+tanah (1:1), pupuk kandang+tanah (1:2) ).
4. Dimasukkan berbagai media kedalam polibag ( 3 kali ulangan )
5. Ditempelkan kertas label sebagai penanda media
6. Dipilih benih kencur, seragamkan ukuran, kenampakan warna, kesehatannya ( tidak
cacat fisiknya )
7. Benih ditanam pada polybag dengan telah disiapkan berbagai media tersebut.
8. Diletakkan percobaan tersebut dibawah naungan 65 % ( paranet 1 lapis
3.4 Persentase hidup
no
1
2
3
4
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
P1KUU1
P2KUU3
P2KUU2
P2KUU1
P1KUU2
K2KUU1
K1KUU2
K1KUU3
K1KUU1
K2KUU3
K2KUU3
4.2 PEMBAHASAN
Praktikum acar empat ini yaitu pembibitan tanaman biofarmaka yaitu kencur dengan
menggunakan empat perlakuan. Perlakuan pertama (P1) yaitu dengan menggunakan media
pupuk kompos
menggunakan media yang sama yaitu pupuk kompos dan tanah tetapi komposisi berbeda
yaitu 1:2. Untuk perlakuan ketiga (P3) menggunakan campuran pupuk kandang dan tanah
dengan komposisi 1:1. Perlakuan keempat (P4) menggunakan campuran pupuk kandang dan
tanah dengan komposisi 1:2. Keempat perlakuan tersebut diberi benih kencur dan diletakkan
pada paranet serta dilakukan penyiraman setiap hari.
Parameter yang diamati dalam praktikum ini yaitu tinggi tanaman dan kapan mulai
bertunas. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan selama 3 minggu sekali. Benih kencur pada
saat dilakukan pengamatan hari pertama terlihat semua perlakuan mulai bertunas. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman kencur mudah untuk pematahan proses dormansi. Pada
perlakuan pertama (P1) terlihat bahwa dari tiga kali ulangan hanya satu tanaman yang tidak
tumbuh yaitu P1 ku u1 sedangakan yang alai memiliki tinggi 0,5cm untuk P1 kuu3 dan 1cm
untuk P2 KU U3. perbedaan tinggi tanaman tersebut menunjukkan bahwa pemberian
campuran pupuk kompos dan tanah dengan komposisi 1:1 tidak memberikan pengaruh yang
besar terhadap pertumbuhan tanaman jahe.
Perlakuan kedua (P2) terlihat hasil yang lebih baik dari perlakuan pertama. Dari
ketiga ulangan menunjukkan tinggi tanaman yaitu 2.5cm dan 1.7cm. hanya satu tanaman
yang memiliki tinggi paling kecil yaitu 0.5cm. dapat diketahui dari hasil pengamatan bahwa
pemberian pupuk kompos dengan dosis yang lebih banyak dari media tanam dapat
mempercepat pertumbuhan tanaman jahe. Hal ini menunjukkan bahwa dosis pemberian
pupuk kompos berbanding lurus dengan tingkat pertumbuhan tanaman jahe.
Perlakuan ketiga
perbanndingan 1:1 menunjukkan tinggi yang berbeda tiap ulangannya. Dari ketiga ulangan
yang menunjukkan pertumbuhan paling cepat yaitu pada ulangan K1kCU2 dengan tinggi
mencapai 5,4cm. sedangankan kedua ulangan lainnya mencapai tinggi dibawah 1cm. terdapat
kesamaan hasil perlakuan P3 terhadap P1. Tanaman tersebut menunjukkan pertumbuhan yang
kurang baik. Dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kandang dengan campuran tanah
pada komposisi yang sama kurang menunjang dalam pertumbuhan tanaman.
Perlakuan keempat (P4) menunjukkan hasil yang lebih baik dari P3. Terdapat dua
ulangan yang menunjukkan pertumbuhan tinggi dengan cepat yaitu 1.3cm dan 1.2cm.
penggunaan pupuk kompos dan pupuk kandang pada media tanam menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman kencur. Yang perlu diperhatikan yaitu
komposisi pemberian pupuk. Semakin banyak dosis pupuk yang dilakuan dalam praktikum
ini menunjukkan hasil yang semakin baik terhadap pertumbuhan tanaman terutama pada
parameter tinggi.
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan menunjukkan tinggi tanaman yang paling baik yaitu pada
perlakuan P2 yaitu pupuk kompos dan tanah dengan komposisi 2:1.
2. Urutan pertumbuhan benih dari yang paling baik sampai teendah yatu P2, K2, K1, dan
P1.
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Lakitan, 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Budiyati,1994. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.