Oleh:
Radja Firstmansyah
(0072207652)
Guru Pembimbing:
Amalia Imansari S.Pd
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya,
karya tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan dengan baik. Dalam upaya
mengembangkan pemahaman dan pengetahuan di bidang biologi, saya dengan
senang hati menyajikan karya tulis ini dengan judul “Efek ekstrak daun teh
terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus.”
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan konstribusi
yang berarti dalam pengembangan ekstrak antifungi. Kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat saya harapkan guna perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, saya berharap karya tulis ini ilmiah ini dapat menjadi salah
satu sumber referensi yang bermanfaat bagi semua pembaca yang tertarik
mengkaji lebih dalam tentang pengaruh antifungi ekstrak daun teh.
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 5. PENUTUP.............................................................................................. 12
iv
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13
v
BAB 1
LATAR BELAKANG
vi
Metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme tumbuhan yang tidak
digunakan untuk pertumbuhan dan banyak terdapat pada jaringan akar, batang
dan daun yang sudah tua. Beberapa jenis metabolit sekunder tumbuhan adalah
tanin, flavonoid, terpenoid dan alkaloid. Senyawa tersebut dipercaya dapat
menghambat beberapa jenis mikroba dan mempunyai efek samping yang lebih
rendah dibandingkan senyawa kimia sintetik. Salah satu tumbuhan yang
memiliki beragam metabolit sekunder adalah teh (Camellia sinensis (L.)
kuntze). Pemanfaatan teh sebagai bahan minuman hanya menggunakan pucuk
daun teh yang masih muda, sedangkan daun teh yang sudah tua memilliki
kandungan metabolit sekunder yang tinggi. Metabolit sekunder utama yang
terdapat pada daun teh berasal dari golongan fenol diantaranya yaitu flavonol,
flavonoid dan tanin.
vii
1. Subjek penelitiannya adalah tanaman teh varietas asam dan jamur
Aspergillus flavus
2. Objek penelitiannya adalah pertumbuhan jamur Aspergillus flavus
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
viii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aspergillus flavus adalah jamur pantogen yang sering ditemui pada bahan-
bahan pakan seperti pada komoditas kacang-kacangan. Pakan yang berbahan
baku tepung ikan, kacang-kacangan, jagung, daging biji-bijian dan buah juga
sangat rentan terkena kontaminasi jamur ini. Kontaminasi jamur Aspergillus
Flavus terjadi mulai dari penyiapan bahan baku pakan, penyumpakan,
pengolahan pemasaran sampai pada konsumen. Jamur ini menghasilkan
mikatoksin sebagai metabolitnya. Aspergillus Flavus memiliki mikotoksin
yang paling banyak ditemukan dan sangat berbahaya disebut juga aflatoxin
(Rahmana dan Taufiq, 2003:47).
ix
menunjukkan bahwa Aspergillus SPP merupakan pencemar utama pada
pakan dan bahan penyusunnya dibandingkan cendawan lainnya mencapai 36%
Aspergillus flavus merupakan pencemar terbesar sebanyak 43% dibandingkan
Aspergillus SPP. Aspergillus flavus adalah pencemar utama yaitu sebanyak
45,5% dan jumlahnya lebih besar dibandingkan Aspergillus SPP. (Gholib
et.al.., 2004:102)
x
Umumnya bahan penyusun pakan disimpan di dalam gudang sehingga
berpotensi tercemar kapang dan mikotoksin di dalam pakan selanjutnya akan
menyebabkan gannguan kesehatan bagi hewan dan manusia yang
mengonsumsinya. Cemaran kapang dan mikotoksin pada biji-bijian akan
meningkat setelah biji-bijian tersebut dipanen dan disimpan di gudang akibat
kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan kapang. Suhu dan
kelembapan yang sesuai untuk pertumbuhan cendawan berkisar antara 4-40 C
(optimal 25-32 C) dengan kadar air 18% serta kelembapan optimal diatas 85%
(Reddy dan Waliyar, 2008:12).
Menurut Cotty dan Melan (2004:21) bahwa kondisi optimal jamur ini
untuk menghasilkan aflatoxin yaitu sebesar 25-32 C dengan kelembapan
sebesar 85% dan kadar air sebesar 15% serta pH 6. Kontaminasi aflatoxin
pada bahan pakan terjadi apabila strain aflatogenetic berhasil tumbuh dan
membentuk sebuah koloni serta membentuk aflatoxin, selanjutnya jamur
Aspergillus flavus akan menghasilkan 50% strain aflatogenetic.
xi
BAB 3
METODE PENELITIAN
Daun teh diperoleh dari Teh Celup Gunung Dempo Sumatra Selatan yang
dibeli di Kota Pagar Alam.
xii
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas Penelitian ini adalah ekstrak daun teh dengan konsentrasi
konsentrasi 0 (kontrol); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; dan 3,5 mg/ml.
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun teh, etanol
95%, akuades, dan isolat Aspergillus flavus.ccccccccccc
Daun teh diperoleh dari teh celup gunung dempo Sumatra Selatan
yang dibeli dari toko oleh oleh kota pagar Alam.
xiii
Daun teh kering dihaluskan dengan blender selama 2 x 2 menit
hingga menjadi serbuk. Sebanyak 25 gram serbuk daun teh direndam dan
dihomogenkan dalam 100 ml etanol 95% dengan menggunakan shaker
orbital pada suhu ruang selama 24 jam. Larutan disaring dengan kertas
saring lalu diuapkan dengan rotary evaporator. Ekstrak daun teh disimpan
pada suhu 4 C hingga digunakan.
Ekstrak daun teh yang telah dibuat dilarutkan dengan akuades steril
dengan konsentrasi 0 (kontrol); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; dan 3,5 mg/ml,
kemudian sebanyak 2 ml ekstrak dituang kedalam cawan petri lalu setelah
itu medium PDA sebnyak 10 ml ditungkan dan diratakan dengan ekstrak
kemudian dibiarkan memadat. Perlakuan kontol diberi 2 ml akuades steril.
Medium yang sudah padat didiamkan selama 24 jam agar ekstrak meresap
ke dalam medium dan untuk melihat ada atau tidaknya kontaminasi pada
medium. Isolat A. flavus yang telah ditumbuhkan selama 3 hari dipotong
menggunakan bor gabus steril dengan diameter 5 mm, kemudian 1 plug
inokulum diletakkan dalam cawan petri yang sudah berisi medium dan
ekstrak dengan arah miselium menyentuh oermukaan medium. Semua
perlakuan kemudian diinkubasi pada suhu ruang. Pengamatan aktivitas
antifungi ekstrak daun teh dalam menghambat pertumbuhan A. flavus
dengan cara mengamati diameter koloni A. flavus setiap hari. Pengamatan
dimulai pada hari pertama setelah inkubasi hingga salah satu isolat tumbuh
memenuhi cawan petri. Pengamatan diameter dilakukan dengan menggaris
bagian bawah cawan petri menjadi 8, sehinggga pengukuran dilakukan
dengan 4 arah berbeda dan diambil rata-ratanya. Persentase penghambatan
ekstrak daun teh terhadap pertumbuhan A. flavus dihitung dengan
persamaan menurut Mori et al. (1997) sebagai berikut:
K−P
%penghambatan = x 100 % K = Diameter koloni kontrol (mm)
K
xiv
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHAAN
6 5.57
5.34
5.1 4.97
5 4.71
4.48 4.46 4.36
Rata-Rata Diameter (mm)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (mg/mm)
xv
pada ekstrak daun teh. Persentase penghambatan ekstrak daun teh terhadap
A. flavus dapat dilihat pada Grafik 2. Pada Grafik 2 dapat dilihat bahwa
persentase penghambatan yang dihasilkan oleh perlakuan dengan
konsentrasi ekstrak daun teh sebanyak 0,5 mg/ml merupakan perlakuan
dengan persentase penghambatan paling rendah yaitu sebesar 4,42%.
Persentase penghambatan terus meningkat seiring dengan semakin
tingginya konsentrasi ekstrak daun teh yang dicobakan. Persentase
penghambatan paling tinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi ekstrak
daun teh sebanyak 3,5 mg/ml dengan persentase penghambatan sebesar
21,32%.
25
21.32
20.23 20.34
Presentase Penghambatan (%)
20
15.75
15
10.37
10 9.15
5 4.42
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (mg/ml)
xvi
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran, 103 : 5
Huff, W.E., Kubena, L.B. Harvey, D.E. Corrier, and H.H Mollenhauer. 1986. in
Okubo, S., M. Toda, Y. Hara and T. Shimamura. 1991. Antifungal and fungicidal
Pitt, J.I and Hocking , A.D. 1997. Fungi and Food Spoilage. Blackie Academic &
Professional, London.
xviii
Penghambatan produksi aflatoxin dari Aspergillus flavus oleh kapang dan
khamir yang diisolasi dari ragi tempe. Biota, Vol. X (3) : 146-153
Yogyakarta
109-112
xix