Anda di halaman 1dari 19

EFEK EKSTRAK DAUN TEH TERHADAP

PERTUMBUHAN JAMUR ASPERGILLUS FLAVUS

Oleh:
Radja Firstmansyah
(0072207652)

Guru Pembimbing:
Amalia Imansari S.Pd

SMA UNGGUL NEGERI 4 LAHAT


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya,
karya tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan dengan baik. Dalam upaya
mengembangkan pemahaman dan pengetahuan di bidang biologi, saya dengan
senang hati menyajikan karya tulis ini dengan judul “Efek ekstrak daun teh
terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus.”

Dalam penyusunan karya tulis ini, saya berusaha mengumpulkan data,


menganalisis informasi, dan menyajikannya secara sistematis. Saya berharap
karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca yang
berminat dalam bidang biologi.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


memberikan dukungan, baik dalam bentuk bantuan, motivasi, maupun informasi
yang diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Saya juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan konstribusi
yang berarti dalam pengembangan ekstrak antifungi. Kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat saya harapkan guna perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, saya berharap karya tulis ini ilmiah ini dapat menjadi salah
satu sumber referensi yang bermanfaat bagi semua pembaca yang tertarik
mengkaji lebih dalam tentang pengaruh antifungi ekstrak daun teh.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya


dalam setiap langkah kita. Amin.

Lahat, 10 oktober 2023


Radja Firstmansyah

ii
ABSTRAK

Aspergilllus flavus merupakan jamur patogen penghasil racun aflatoksin


yang banyak mengontaminasi komoditi hasil pertanian dan bahan pangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi ekstrak daun teh
terhadap pertumbuhan A. flavus. Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 7
konsentrasi ekstrak daun teh yaitu 0 (kontrol); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 dan 3,5
mg/ml. Variabel bebas berupa konsentrasi ekstrak daun teh dan variabel
tergantung berupa persentase penghambatan ekstrak daun teh terhadap A. flavus.
Parameter yang diamati adalah diameter pertumbuhan A. flavus, pH media dan
suhu ruang Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (uji F) pada
tingkat kepercayaan 95% dan 99%, jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun
teh mampu menghambat pertumbuhan A. flavus dan konsentrasi 2,5 mg/ml
merupakan konsentrasi efektif untuk menghambat pertumbuhan A. flavus.
Kandungan metabolit sekunder daun teh yang dapat dideteksi yaitu golongan
alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan asam lemak.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah............................................................................. 2
1.4 Tujuan ............................................................................................ 3
1.5 Manfaat........................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Jamur Aspergillus flavus........................................................ 4

2.2 Proses Penyebaran Jamur Aspergills flavus........................................ 4

2.3 Habitat Jamur Aspergillus flavus......................................................... 5

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian........................................................................ 7

3.2 Objek Penelitian................................................................................ 7

3.3 Sampel dan Teknik Sampling............................................................ 7

3.4 Variabel Penelitian............................................................................. 7

3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 8

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 10

BAB 5. PENUTUP.............................................................................................. 12

iv
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13

v
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Aspergillus flavus merupakan salah satu jamur mikroskopis patogen yang


menghasilkan metabolit sekunder berupa racun (mikotoksin) yang disebut
dengan aflatoksin. Aflatoksin banyak mengontaminasi berbagai jenis
komoditas pertanian seperti kacangan-kacangan, jagung dan beras. Hasil
pertanian yang terkontaminasi aflatoksin dengan kadar yang melebihi batas
yang telah ditetapkan dapat membahayakan ternak jika tanaman tersebut
dijadikan sebagai pakan. Ternak yang memakan pakan ternak yang telah
terkontaminasi aflatoksin dapat mengalami penurunan berat badan,
peningkatan berat limfa dan ginjal serta terjadinya atropi pada hati. Sisa
aflatoksin juga akan terdapat juga akan terdapat pada beberapa produk ternak
seperti telur, daging dan hati. Produk ternak tersebut dapat membahayakan
kesehatan apabila dikonsumsi oleh manusia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aflatoksin menyebabkan kerusakan hati akut, sirosis hati, induksi tumor
dan efek teratogenik.

Berdasarkan kerugian dan bahaya yang disebabkan oleh aflatoksin maka


perlu dilakukan suatu upaya penanggulangan yang efektif. Upaya
pengendalian yang aman dan tidak berbahaya, yaitu pengendalian secara
hayati. Pengendalian hayati merupakan suatu cara mengurangi jumlah atau
menghambat aktivitas metabolisme organisme patogen menggunakan agen
hayati. Pendekatan pengendalian hayati yang dapat menjadi alternatif yang
efektif, aman dan efisien untuk mengendalikan Aspergillus flavus adalah
pemanfaatan bahan nabati. Bahan nabati yang digunakan berupa metabolit
sekunder yang terdapat pada ekstrak tumbuhan.

vi
Metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme tumbuhan yang tidak
digunakan untuk pertumbuhan dan banyak terdapat pada jaringan akar, batang
dan daun yang sudah tua. Beberapa jenis metabolit sekunder tumbuhan adalah
tanin, flavonoid, terpenoid dan alkaloid. Senyawa tersebut dipercaya dapat
menghambat beberapa jenis mikroba dan mempunyai efek samping yang lebih
rendah dibandingkan senyawa kimia sintetik. Salah satu tumbuhan yang
memiliki beragam metabolit sekunder adalah teh (Camellia sinensis (L.)
kuntze). Pemanfaatan teh sebagai bahan minuman hanya menggunakan pucuk
daun teh yang masih muda, sedangkan daun teh yang sudah tua memilliki
kandungan metabolit sekunder yang tinggi. Metabolit sekunder utama yang
terdapat pada daun teh berasal dari golongan fenol diantaranya yaitu flavonol,
flavonoid dan tanin.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui “Efek ekstrak daun teh terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus” dan konsentrasi ekstrak daun teh yang efektif dalam menghambat
pertumbuhan Aspergillus flavus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang iuraikan diatas, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengapa ekstrak daun teh memengaruhi pertumbuhan jamur Aspergillus


flavus?
2. Bagaimana konsentrasi ekstrak daun teh yang efektif dalam menghambat
pertumbuhan jamur Aspergillus flavus?

1.3 Batasan Masalah

Agar dalam penelitian terarah dan untuk menghindari meluasnya


permasalahan, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut :

vii
1. Subjek penelitiannya adalah tanaman teh varietas asam dan jamur
Aspergillus flavus
2. Objek penelitiannya adalah pertumbuhan jamur Aspergillus flavus

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun teh terhadap pertumbuhan


Aspergillus flavus
2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun teh yang efektif dalam
menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus flavus

1.5 Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan untuk menunjang pembelajaran biologi


2. Mengetahui pengaruh ekstrak daun teh terhadap pertumbuhan Aspergillus
flavus
3. Di harapkan dapat memberi manfaat yaitu, menambah khasanah keilmuan,
pengetahuan tentang jamur bagi penulis khususnya pembaca.

viii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Jamur Aspergillus Flavus

Aspergillus flavus adalah jamur pantogen yang sering ditemui pada bahan-
bahan pakan seperti pada komoditas kacang-kacangan. Pakan yang berbahan
baku tepung ikan, kacang-kacangan, jagung, daging biji-bijian dan buah juga
sangat rentan terkena kontaminasi jamur ini. Kontaminasi jamur Aspergillus
Flavus terjadi mulai dari penyiapan bahan baku pakan, penyumpakan,
pengolahan pemasaran sampai pada konsumen. Jamur ini menghasilkan
mikatoksin sebagai metabolitnya. Aspergillus Flavus memiliki mikotoksin
yang paling banyak ditemukan dan sangat berbahaya disebut juga aflatoxin
(Rahmana dan Taufiq, 2003:47).

Aspergillus flavus dapat menyebabkan berbagai tingkat dekomposisi pakan.


Jamur ini dapat tumbuh di media biji-bijian yang belum dipanen, hasil panen
yang belum disimpan, hasil panen yang sedang disimpan, bahan pakan yang
sedang diolah ataupun yang sedang dipasarkan. Bahan pakan yang mengalami
dekomposisi oleh jamur ini menyebabkan kerusakan pada pakan (Ganjar dkk,
2006:2).

2.2 Proses Penyebaran Jamur Aspergillus Flavus

Menurut Alvarez (2010:21) bahwa media yang mudah dicemari jamur


Aspergillus flavus adalah bahan-bahan yang berasal dari hasil pertanian. Jenis
Aspergillus bersifat kosmopolitan, mempunyai ukuran spora yang sangat
kecil, ringan dan mudah menyebar melalui udara sehingga mempunyai
pengaruh pencemaran yang sangat besar terutama pada bahan-bahan pakan.

Dari penelitian sebelumnya, pencemaran kabang sebanyak 114 sampel.


Dari keseluruhan sampel tersebut, 64% merupakan pakan dan bahan-bahan
penyusunnya kebanyakan berasal dari ransum unggas. Hasil penelitian

ix
menunjukkan bahwa Aspergillus SPP merupakan pencemar utama pada
pakan dan bahan penyusunnya dibandingkan cendawan lainnya mencapai 36%
Aspergillus flavus merupakan pencemar terbesar sebanyak 43% dibandingkan
Aspergillus SPP. Aspergillus flavus adalah pencemar utama yaitu sebanyak
45,5% dan jumlahnya lebih besar dibandingkan Aspergillus SPP. (Gholib
et.al.., 2004:102)

Menurut Dharmaputra (2004:7) menyatakan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi tumbuh kembangnya keberadaan mikotoksin sebagai jamur
Aspergillus flavus yaitu berasal dari biji-bijian yang telah tercemar cendawan
dan cendawan penghasil toksin, sedangkan untuk faktor lingkungan biasanya
disebabkan oleh suhu yang mendukung perkembangan jamur, kelembapan dan
kerusakan bahan pakan yang disebabkan oleh serangga. Pendeteksian bahan
pakan sejak dini juga diperlukan untuk menghindari pencemaran jamur
Aspergillus flavus seperti pemisahan biji yang belum terkontaminasi. Cemaran
jamur Aspergillus flavus pada bahan-bahan pakan seperti biji-bijian yang
menyebabkan viabilitas, perubahan warna. Kontaminasi mikotoksin dan
kerusakan total sehingga dapat berpengaruh terhadap kadar toksin pada bahan
pakan.

2.3 Habitat Jamur Aspergillus Flavus

Spesies Aspergillus flavus dapat mencemari berbagai produk pertanian di


lapangan, area penyimpanan, pabrik pengolahan dan selama distribusi.
Aspergillus flavus dapat tumbuh pada keadaan kandang dengan ventilasi yang
kurang, kandang berdebu, kandang dengan kelembapan tinggi dan temperatur
relatif tinggi (>25 C), kadar ammonia tinggi, liter basah dan lembab, pakan
lembab dan berjamur, penyakit imunosupresif, pencemaran pada inkubator
dan temperatur pemanas yang rendah pada saat pemeliharaan (Tabbu,
2000:61).

x
Umumnya bahan penyusun pakan disimpan di dalam gudang sehingga
berpotensi tercemar kapang dan mikotoksin di dalam pakan selanjutnya akan
menyebabkan gannguan kesehatan bagi hewan dan manusia yang
mengonsumsinya. Cemaran kapang dan mikotoksin pada biji-bijian akan
meningkat setelah biji-bijian tersebut dipanen dan disimpan di gudang akibat
kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan kapang. Suhu dan
kelembapan yang sesuai untuk pertumbuhan cendawan berkisar antara 4-40 C
(optimal 25-32 C) dengan kadar air 18% serta kelembapan optimal diatas 85%
(Reddy dan Waliyar, 2008:12).

Menurut Cotty dan Melan (2004:21) bahwa kondisi optimal jamur ini
untuk menghasilkan aflatoxin yaitu sebesar 25-32 C dengan kelembapan
sebesar 85% dan kadar air sebesar 15% serta pH 6. Kontaminasi aflatoxin
pada bahan pakan terjadi apabila strain aflatogenetic berhasil tumbuh dan
membentuk sebuah koloni serta membentuk aflatoxin, selanjutnya jamur
Aspergillus flavus akan menghasilkan 50% strain aflatogenetic.

xi
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu untuk


mengetahui ada atau tidaknya akibat dari suatu perlakuan pada subjek yang
diteliti. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium SMK Tiara Lahat dimulai
pada tanggal 10 September 2023 hingga selesai. Rancangan penelitian ini
adalah pengaruh antifungi ekstrak daun teh terhadap pertumbuhan Aspergillus
flavus dengan metode difusi cakram (Disc Diffusion) dan menggunakan
konsentrasi 0 (kontrol); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; dan 3,5 mg/ml.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Pengaruh antifungi jamur Aspergillus flavus.

3.3 Sampel dan Teknik Sampling

Daun teh diperoleh dari Teh Celup Gunung Dempo Sumatra Selatan yang
dibeli di Kota Pagar Alam.

Teknik sampling yang digunakan adalah simpel random sampling yaitu


pengambilan sampel secara acak.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Bebas

xii
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas Penelitian ini adalah ekstrak daun teh dengan konsentrasi
konsentrasi 0 (kontrol); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; dan 3,5 mg/ml.

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi varibel bebas. Variabel


terikat penelitian ini adalah zona hambat ekstrak daun teh terhadap jamur
Aspergillus flavus.

3.4.3 Variabel Kontrol

Variabel kontol adalah variabel yang mengontrol variabel bebas dan


variabel terikat. Varibel kontrol dari penelitian ini adalah jamur Aspergillus
flavus dan daun teh.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Alat dan Bahan
a. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender, kertas


saring, oven, cawan petri, alat-alat gelas, rotary evaporator, shaker
orbital, pinset, dan sendok.

b. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun teh, etanol
95%, akuades, dan isolat Aspergillus flavus.ccccccccccc

3.5.2 Cara Kerja


a. Pengumpulan Simplisia

Daun teh diperoleh dari teh celup gunung dempo Sumatra Selatan
yang dibeli dari toko oleh oleh kota pagar Alam.

b. Pembuatan Ekstrak Daun Teh

xiii
Daun teh kering dihaluskan dengan blender selama 2 x 2 menit
hingga menjadi serbuk. Sebanyak 25 gram serbuk daun teh direndam dan
dihomogenkan dalam 100 ml etanol 95% dengan menggunakan shaker
orbital pada suhu ruang selama 24 jam. Larutan disaring dengan kertas
saring lalu diuapkan dengan rotary evaporator. Ekstrak daun teh disimpan
pada suhu 4 C hingga digunakan.

c. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Teh Terhadap Aspergillus Flavus

Ekstrak daun teh yang telah dibuat dilarutkan dengan akuades steril
dengan konsentrasi 0 (kontrol); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; dan 3,5 mg/ml,
kemudian sebanyak 2 ml ekstrak dituang kedalam cawan petri lalu setelah
itu medium PDA sebnyak 10 ml ditungkan dan diratakan dengan ekstrak
kemudian dibiarkan memadat. Perlakuan kontol diberi 2 ml akuades steril.
Medium yang sudah padat didiamkan selama 24 jam agar ekstrak meresap
ke dalam medium dan untuk melihat ada atau tidaknya kontaminasi pada
medium. Isolat A. flavus yang telah ditumbuhkan selama 3 hari dipotong
menggunakan bor gabus steril dengan diameter 5 mm, kemudian 1 plug
inokulum diletakkan dalam cawan petri yang sudah berisi medium dan
ekstrak dengan arah miselium menyentuh oermukaan medium. Semua
perlakuan kemudian diinkubasi pada suhu ruang. Pengamatan aktivitas
antifungi ekstrak daun teh dalam menghambat pertumbuhan A. flavus
dengan cara mengamati diameter koloni A. flavus setiap hari. Pengamatan
dimulai pada hari pertama setelah inkubasi hingga salah satu isolat tumbuh
memenuhi cawan petri. Pengamatan diameter dilakukan dengan menggaris
bagian bawah cawan petri menjadi 8, sehinggga pengukuran dilakukan
dengan 4 arah berbeda dan diambil rata-ratanya. Persentase penghambatan
ekstrak daun teh terhadap pertumbuhan A. flavus dihitung dengan
persamaan menurut Mori et al. (1997) sebagai berikut:

K−P
%penghambatan = x 100 % K = Diameter koloni kontrol (mm)
K

P = Diameter koloni perlakuan (mm)

xiv
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHAAN

A. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Teh Terhadap A. flavus


Hasil pengujian ekstrak daun teh dengan konsentrasi yang berbeda
menunjukkan adanya aktivitas antifungi terhadap A. flavus. Hal tersebut
dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan A. flavus yang diberi
perlakuan ekstrak daun teh. Persentase penghambatan ekstrak daun teh
terhadap pertumbuhan A. flavus ditentukan dengan pengukuran diameter
koloni A. flavus selama 8 hari terdapat pada Grafik 1.
Grafik 1. Rata-rata diameter pertumbuhan koloni A. flavus selama 8 hari

6 5.57
5.34
5.1 4.97
5 4.71
4.48 4.46 4.36
Rata-Rata Diameter (mm)

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (mg/mm)

Berdasarkan Grafik 1 dapat dilihat bahwa rata-rata diameter koloni


A. flavus yang paling tinggi adalah rata-rata pertumbuhan A. flavus yang
tidak diberi perlakuan ekstrak daun teh (kontrol) dan yang terendah adalah
A. flavus dengan perlakuan ekstrak dau teh sebanyak 3,5 mg/ml. Rata-rata
diameter koloni A. flavus semakin menurun seiring meningkatnya
konsentrasi yang diujikan. Selanjutnya data rata-rata pertumbuhan A.
flavus digunakan untuk menghitung persentase penghambatan ekstrak
daun teh terhadap A. flavus.

Perbedaan diameter koloni juga menghasilkan persentase


penghambatan pertumbuhan A. flavus yang berbeda-beda. Adanya
persentase penghambatan merupakan indikator adanya aktivitas antifungi

xv
pada ekstrak daun teh. Persentase penghambatan ekstrak daun teh terhadap
A. flavus dapat dilihat pada Grafik 2. Pada Grafik 2 dapat dilihat bahwa
persentase penghambatan yang dihasilkan oleh perlakuan dengan
konsentrasi ekstrak daun teh sebanyak 0,5 mg/ml merupakan perlakuan
dengan persentase penghambatan paling rendah yaitu sebesar 4,42%.
Persentase penghambatan terus meningkat seiring dengan semakin
tingginya konsentrasi ekstrak daun teh yang dicobakan. Persentase
penghambatan paling tinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi ekstrak
daun teh sebanyak 3,5 mg/ml dengan persentase penghambatan sebesar
21,32%.

Grafik 2. Persentase Penghambatan Ekstrka Daun Teh Terhadap A. flavus

25
21.32
20.23 20.34
Presentase Penghambatan (%)

20
15.75
15

10.37
10 9.15

5 4.42

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (mg/ml)

Berdasarkan grafik 2 dapat diketahui bahwa perlakuan yang


memberikan pengaruh antifungi paling baik terhadap aktifitas antifungi
ekstrak daun teh terhadap A. flavus adalah konsentrasi 2,5 mg/ml karena
dapat memberikan hasil yang sama secara statistik dengan konsentrasi 3,5
mg/ml.

Adanya penghambatan pertumbuhan A. flavus oleh ekstrak daun


teh menunjukkan adanya aktivitas antifungi dalam ekstrak etanol daun teh.
Aktivitas antifungi tersebut disebabkan oleh senyawa antifungi yang
dikandungnya. Secara umum, mekanisme kerja senyawa antifungi dalam
menghambat pertumbuhan jamur dapat melalui beberapa cara, yaitu
menghambat sinteis dinding sel jamur, mengganggu membran sel jamur,
menginaktivasi enzim-enzim metabolik dan meghambat sintesis asam
nukleat dan protein. Ekstrak daun teh yang digunakan pada penelitian ini
mengandung beberapa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas
antifungi.

xvi
BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekstrak daun teh memiliki aktivitas antifungi dan mampu menghambat


pertumbuhan A. flavus. Konsentrasi ekstrak daun teh yang efektif
menghambat pertumbuhan A. flavus adalah konsentrasi sebesar 2,5 mg/ml.
Kandungan metabolit sekunder daun teh yang berperan sebagai antifungi
yairtu golongan alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan asam lemak.

B. Saran

Saran bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan


menaikkan konsentrasi ekstrak etanol daun teh atau menggunakan metode
penelitian yang berbeda.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mughrabi, K.I., T. A. Abujai, G.H. Anfoka and W. Shahrour. 2001. Antifungal

activity of olivecake etracts. Phytopathologia mediterrenea, 40 : 240-244

Atta-ur-Rahman, dan Choudhary. 1995. Diterpenoid and Steroidal Alkeloid.

Nat. Prod. Rep., 12 : 361-379

Budiarso, L. T. 1995. Dampak Mikotoksin terhadap Kesehatan. Cermin Dunia

Kedokteran, 103 : 5

Cowan, M. M. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents.

Clinical Microbiology Review, Vol 12 No. 4 : 564-582

Gramza-Michalowska, A., J. Korczak and M.. Hes. 2007. Purification process

Influence on green tea extracts’ polyphenol content and antioxidant

activity. Acta Sci. Pol. Technol. Aliment., 6 (2) : 41-48

Hamilton-Miller, J.M.T. 1995. Antimicrobial properties of tea (Camelia sinensis

L.). Antimicrobial Agent and Chemotherapy, 39 (11) : 2375-2377

Huff, W.E., Kubena, L.B. Harvey, D.E. Corrier, and H.H Mollenhauer. 1986. in

broiler chicken. Poultry Science, 65 : 1891-1899.

Okubo, S., M. Toda, Y. Hara and T. Shimamura. 1991. Antifungal and fungicidal

Activities of tea extract and catechin against Trichophyton. Nippon

Saikingaku Zasshi, 46 (2) : 509-514

Parning dan Horale. 2005. Kimia. Yudhistira : Yogyakarta

Pitt, J.I and Hocking , A.D. 1997. Fungi and Food Spoilage. Blackie Academic &

Professional, London.

Purnawijantiningsih, E., R.D Hariyadi., C.C Nurwitridan Istiana. 2005.

xviii
Penghambatan produksi aflatoxin dari Aspergillus flavus oleh kapang dan

khamir yang diisolasi dari ragi tempe. Biota, Vol. X (3) : 146-153

Setyamidjaja, D. 2000. Teh: Budidaya dan Pengolahan. Penerbit kanisius :

Yogyakarta

Sumartini dan E. Yusnawan. 2005. Upaya menghambat perkembangan

Aspergillus flavus pada kacang tanah. Jurnal Litbang Pertanian, 24 (3) :

109-112

Wink, M. 1999. Functions of Plant Secondary Metabolities and Their Exploitation

In Biotechnology. Sheffield Academic Press Ltd, Sheffield.

xix

Anda mungkin juga menyukai