0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan20 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan asap cair terhadap serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang dan menentukan dosis yang efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan asap cair terhadap serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang dan menentukan dosis yang efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan asap cair terhadap serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang dan menentukan dosis yang efektif.
Proposal penelitian dapat dibuat melewati 3 proses:
Berisi tentang teori, data pendukung hasil penelitian yang relevan dengan topik penelitian
BAB I. BAB II. BAB III.
PENDAHULUAN TINJAUAN BAHAN DAN PUSTAKA METODA
Berisi tentang penjelasan
Berisi tentang: tempat dan waktu mengapa penelitian tersebut pelaksanaan, alat dan bahan, metode perlu/ penting/ menarik untuk penelitian, pelaksanaan, dan pengamatan dilakukan. Apa Mengapa
penelitian itu perlu dilakukan
Bagian ini memberikan gambaran mengenai topik
penelitian yang hendak disajikan. Oleh karena itu, pada bab pendahuluan memuat: A. Latar Belakang Berisi tentang penjelasan mengapa penelitian tersebut perlu/ penting/ menarik untuk dilakukan. Latar belakang penelitian adalah bagian pertama dan sangat penting dalam menyusun proposal penelitian. Latar belakang menjelaskan secara lengkap topik penelitian, masalah penelitian, dan mengapa melakukan penelitian dengan dilengkapi data-data (pustaka) yang mendukung dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik tersebut. Contoh latar belakang : Kentang merupakan komoditas tanaman hortikultura yang menjadi tanaman sayur utama dunia yang berpotensi sebagai penunjang program diversifikasi pangan. Kentang menempati urutan ke lima di Dunia setelah padi, gandum, kedelai dan jagung, di Benua Asia tanaman kentang menempati urutan ke tiga setelah padi dan gandum (Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2014). Produksi Indonesia pada tahun 2016 berkisar 1.271.967 ton dengan rata-rata per hektar 18,23 ton dan produksi kentang di Provinsi Sumatera Barat berkisar 50.515 dengan rata- rata per hektar 19,49 ton (Badan Pusat Statistik, 2017). Produksi kentang di dunia ketiga melampaui produksi negara- negara maju. Hal ini antara lain karena (i) keberhasilan dunia ketiga dalam membudidayakan kentang ; (ii) adanya kecenderungan penduduk dunia ketiga semakin mendiversifikatifkan pada konsumsinya, dan (iii) adanya penurunan produksi kentang di negara-negara maju akibat organisme pengganggu tanaman (OPT) (Setiadi, 2009). Kentang di dunia merupakan tanaman pangan utama setelah padi, gandum dan jagung. Di Indonesia kentang masih dikonsumsi sebagai sayuran dan makanan ringan, belum sebagai makanan pokok pengganti beras (Firmansyah, 2006). Susilo (2012), menyatakan bahwa, zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bahan (kentang) adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. Selanjutnya dijelaskan oleh Firmansyah (207) bahwa Pembangunan pertanian yang dilakukan Pemerintah Indonesia dititik beratkan pada subsektor hortikultura. Peningkatan produksi diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan petani, memperluas kesempatan kerja, dan menjamin ketersediaan produk pada tingkat harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen. Berdasarkan sumber energi pangan, komoditi hartikultura memegang peranan penting karena komoditi ini merupakan sumber vitamin dan mineral dan karbohidrat yang perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangannya. Tanaman hortikultura pada umumnya merupakan komoditi yang prospektif untuk dikembangkan, hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya permitaan komoditi hortikultura seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang gizi dan kesadaran untuk mengkonsumsi produk tersebut. Kebutuhan komoditas hortikultura semakin lama semakin besar seiring dengan semakin tingginya kesadaran akan kesehatan dan peningkatan pendapatan serta kesehjateraan masyarakat. Oleh sebab itu perluasan areal tanam komoditas hortikultura melalui pertumbuhan sentra produksi baru, masih perlu dilakukan Salah satu tanaman hortikultura yang diusahakan dan mempunyai arti ekonomis bagi petani adalah tanaman kentang (Karyadi, 2012). Di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi sentra produksi kentang adalah di Kecamatan Kayu Aro dan Kecamatan Gunung Tujuh. Dimana di Kecamatan Kayu Aro dan Kecamatan Gunung Tujuh ini merupakan salah satu daerah pertanian yang sudah berkembang. Masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Kayu Aro dan Kecamatan Gunung Tujuh ini secara mayoritas segi kehidupannya adalah pertanian dan komoditi utama yang diusahakan adalah komoditi kentang (Karyadi, 2012). Luas potensi tanaman kentang di Kecamatan Gunung Tujuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi adalah seluas 9.460 ha. Potensi ini adalah menyumbang potensi yang dapat mendongkrak Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi sebagai sentra produksi kentang di Indonesia (Maksim, 2012) Pada kurun waktu dua tahun terakhir, setidaknya dalam empat kali musim tanam produktifitas tanaman semakin menurun, salah satu penyebab penurunan produksi tersebut adalah adanya serangan penyakit busuk daun yang disebabkan oleh cendawan Phythophthora infestan yang semakin mewabah. Penyakit ini telah lama menyerang tanaman kentang di kawasan ini yakni sejak awal mula kentang dikembangkan di daerah ini. Selama ini para petani kentang mengendalikanya dengan pestisida kimia secara konvensional (Maksim, 2012) Menyinggung pemberantasan secara konvensional, pada awalnya cara pemberantasan ini menguntungkan, karena dapat mengurangi atau menghindarkan kerugian akibat adanya serangan hama dan penyakit. Tetapi hal ini tidak berjalan lama, petani semakin merasakan bahwa untuk memperoleh hasil produksi yang sama dengan sebelumnya terpaksa semakin meningkatnya frekuensi dan dosis penyemprotan. Lama kelamaan akan berakibat terhadap pengurangan keuntungan petani (Syamsuwirman, 2011). Penurunan produktifitas tergambar dalam DataBase Dinas Pertanian Kabupaten Kerinci yaitu di tahun 2012 dengan luas panen berjumlah 3.642 dengan produksi total 68.600 ton sehingga bila dihitung produksi per hektanya adalah 18,83 ton, angka ini menurun dibandingkan tahun 2006 dengan luas panen 2.277 Ha dengan produksi 51.369 ton dengan rata-rata produktivitas 22,56 ton/ha. Ditahun 2013 penurunan produksi berdampak terhadap kenaikan harga komoditi kentang yang mencapai Rp 6.500/kg dari tingkat petani, karena kurangnya pasokan. Penurunan produksi juga dipengaruhi oleh kejenuhan para petani kentang akibat trauma akan kegagalan usaha yang diakibatkan oleh serangan OPT dan terkurasnya modal usaha untuk musim tanam sebelumnya. Menurut Plos (2013) terjadinya penurunan yang paling terpuruk di sepanjang lima tahun terakir yaitu di tahun 2013, dengan luas tanam 450 ha dengan luas panenya adalah 248 ha dan rata- rata produksi hanya 12 ton /ha. Bila dibandingkan dengan tahun 2006 penurunan produtifitasnya hampir 100% dimana pada saat itu produktifitasnya mencapai diatas 22 ton/ha. Pemberantasan hama menggunakan pestisida yang terus- menerus kususnya jenis Fungisida (pembasmi jamur) dan Insektisida (pembasmi hama) telah berdampak tidak hanya dari segi teknis dan ekonomis, tetapi juga telah berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan, timbulnya residu pada komoditi yang dihasilkan juga telah terdapat cemaran pada darah manusia dan menimbulkan kerusakan ekosistim. Untuk itu perlu adanya upaya alternatif pengendalian yang alami, khususnya terhadap pengendalian penyakit busuk daun pada tanaman kentang ( Syafnelis, 2011). Upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi penggunaan pestisida salah satunya dengan cara pemanfaatan asap cair “ASAPHTAN” dengan dasar bahwa : Asap cair “ASAPHTAN” adalah produk alami yang ramah lingkungan. Sebagai anti jamur, anti bakteri, anti oksidan, anti hama dan penyakit tanaman. Asap cair sebagai pengawet alami juga dapat dijadikan sebagai bahan pengawet untuk bahan pangan yang ramah lingkungan (Budaraga, 2013). Percobaan pendahuluan pada 2 X musim tanam Januari s/d April dan pada tempat terpisah bulan Mei s/d Agustus 2013, dengan penggunaan “ASAPHTAN” pada dosis 50 ml/l air di banding kontrol (tanpa ASAPHTAN) menunjukan adanya reaksi terhadap serangan busuk daun tersebut dan berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman kentang (Tukiran, 2014). Berdasarkan uraian-uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk percobaan dengan judul : “Pengaruh Penggunaan asap cair “ASAPHTAN” Terhadap Serangan Penyakit Busuk Daun (Phytophthora infestans) Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberasum L.)” B. Tujuan penelitian
Berisi yang ingin dicapai dari
pelaksanaan penelitian. Tujuan penelitian juga berperan untuk membatasi lingkup penelitian lebih fokus dan terarah. Tujuan penelitian relevan dengan hipotesis.
Contoh Tujuan Penelitian:
Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1.Mengetahui pengaruh asap cair “ASAPHTAN” terhadap
serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang, serta dampak lainya yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman.
2.Untuk mengetahui dosis yang efektif penggunaan asap cair
“ASAPHTAN” dapat mempengaruhi, menghambat serangan penyakit busuk daun kentang. C. Hipotesis Berisi tentang usulan yang diusulkan oleh peneliti untuk menjawab rumusan masalah. Hipotesis dirumuskan setelah peneliti mengadakan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar.
Persyaratan untuk membuat hipotesis yang baik adalah:
Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian
dan dirumuskan dengan jelas. Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris. Menunjukkan dengan nyata adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori- teori yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya dan didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan. Contoh Hipotesis:
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 = H1 : Penggunaan asap cair tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang.
H0 ≠ H1 : Penggunaan asap cair berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang.