Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

PENELITIAN

Henny Puspita Sari, S.P., M.P


BAGAIMANA MEMBUAT SEBUAH
PROPOSAL PENELITIAN ??

Proposal penelitian dapat dibuat melewati 3 proses:


Berisi tentang teori, data pendukung hasil penelitian
yang relevan dengan topik penelitian

BAB I. BAB II. BAB III.


PENDAHULUAN TINJAUAN BAHAN DAN
PUSTAKA METODA

Berisi tentang penjelasan


Berisi tentang: tempat dan waktu
mengapa penelitian tersebut
pelaksanaan, alat dan bahan, metode
perlu/ penting/ menarik untuk
penelitian, pelaksanaan, dan pengamatan
dilakukan.
Apa Mengapa

penelitian itu perlu dilakukan

 Bagian ini memberikan gambaran mengenai topik


penelitian yang hendak disajikan.
Oleh karena itu, pada bab
pendahuluan memuat:
A. Latar Belakang
 Berisi tentang penjelasan mengapa penelitian
tersebut perlu/ penting/ menarik untuk dilakukan.
 Latar belakang penelitian adalah bagian pertama
dan sangat penting dalam menyusun proposal
penelitian.
 Latar belakang menjelaskan secara lengkap topik
penelitian, masalah penelitian, dan mengapa
melakukan penelitian dengan dilengkapi data-data
(pustaka) yang mendukung dan hasil penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan topik tersebut.
Contoh latar belakang :
Kentang merupakan komoditas tanaman hortikultura yang menjadi
tanaman sayur utama dunia yang berpotensi sebagai penunjang program
diversifikasi pangan. Kentang menempati urutan ke lima di Dunia setelah
padi, gandum, kedelai dan jagung, di Benua Asia tanaman kentang
menempati urutan ke tiga setelah padi dan gandum (Food and Agriculture
Organization of the United Nations, 2014). Produksi Indonesia pada tahun
2016 berkisar 1.271.967 ton dengan rata-rata per hektar 18,23 ton dan
produksi kentang di Provinsi Sumatera Barat berkisar 50.515 dengan rata-
rata per hektar 19,49 ton (Badan Pusat Statistik, 2017).
Produksi kentang di dunia ketiga melampaui produksi negara-
negara maju. Hal ini antara lain karena (i) keberhasilan dunia ketiga dalam
membudidayakan kentang ; (ii) adanya kecenderungan penduduk dunia
ketiga semakin mendiversifikatifkan pada konsumsinya, dan (iii) adanya
penurunan produksi kentang di negara-negara maju akibat organisme
pengganggu tanaman (OPT) (Setiadi, 2009).
Kentang di dunia merupakan tanaman pangan utama setelah padi, gandum
dan jagung. Di Indonesia kentang masih dikonsumsi sebagai sayuran dan makanan
ringan, belum sebagai makanan pokok pengganti beras (Firmansyah, 2006).
Susilo (2012), menyatakan bahwa, zat-zat gizi yang terkandung dalam 100
gram bahan (kentang) adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram,
karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg, dan
vitamin B 0,04 mg.
Selanjutnya dijelaskan oleh Firmansyah (207) bahwa Pembangunan
pertanian yang dilakukan Pemerintah Indonesia dititik beratkan pada subsektor
hortikultura. Peningkatan produksi diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup dan
kesejahteraan petani, memperluas kesempatan kerja, dan menjamin ketersediaan
produk pada tingkat harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen.
Berdasarkan sumber energi pangan, komoditi hartikultura memegang peranan
penting karena komoditi ini merupakan sumber vitamin dan mineral dan karbohidrat
yang perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangannya.
Tanaman hortikultura pada umumnya merupakan komoditi
yang prospektif untuk dikembangkan, hal ini dapat dilihat dengan
semakin meningkatnya permitaan komoditi hortikultura seiring
dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang gizi dan
kesadaran untuk mengkonsumsi produk tersebut. Kebutuhan
komoditas hortikultura semakin lama semakin besar seiring dengan
semakin tingginya kesadaran akan kesehatan dan peningkatan
pendapatan serta kesehjateraan masyarakat. Oleh sebab itu
perluasan areal tanam komoditas hortikultura melalui pertumbuhan
sentra produksi baru, masih perlu dilakukan Salah satu tanaman
hortikultura yang diusahakan dan mempunyai arti ekonomis bagi
petani adalah tanaman kentang (Karyadi, 2012).
Di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi sentra produksi kentang
adalah di Kecamatan Kayu Aro dan Kecamatan Gunung Tujuh.
Dimana di Kecamatan Kayu Aro dan Kecamatan Gunung Tujuh ini
merupakan salah satu daerah pertanian yang sudah berkembang.
Masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Kayu Aro dan
Kecamatan Gunung Tujuh ini secara mayoritas segi kehidupannya
adalah pertanian dan komoditi utama yang diusahakan adalah
komoditi kentang (Karyadi, 2012).
Luas potensi tanaman kentang di Kecamatan Gunung Tujuh
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi adalah seluas 9.460 ha. Potensi ini
adalah menyumbang potensi yang dapat mendongkrak Kabupaten
Kerinci dan Provinsi Jambi sebagai sentra produksi kentang di
Indonesia (Maksim, 2012)
Pada kurun waktu dua tahun terakhir, setidaknya dalam empat kali
musim tanam produktifitas tanaman semakin menurun, salah satu
penyebab penurunan produksi tersebut adalah adanya serangan penyakit
busuk daun yang disebabkan oleh cendawan Phythophthora infestan yang
semakin mewabah. Penyakit ini telah lama menyerang tanaman kentang di
kawasan ini yakni sejak awal mula kentang dikembangkan di daerah ini.
Selama ini para petani kentang mengendalikanya dengan pestisida kimia
secara konvensional (Maksim, 2012)
Menyinggung pemberantasan secara konvensional, pada awalnya
cara pemberantasan ini menguntungkan, karena dapat mengurangi atau
menghindarkan kerugian akibat adanya serangan hama dan penyakit.
Tetapi hal ini tidak berjalan lama, petani semakin merasakan bahwa untuk
memperoleh hasil produksi yang sama dengan sebelumnya terpaksa
semakin meningkatnya frekuensi dan dosis penyemprotan. Lama
kelamaan akan berakibat terhadap pengurangan keuntungan petani
(Syamsuwirman, 2011).
Penurunan produktifitas tergambar dalam DataBase Dinas
Pertanian Kabupaten Kerinci yaitu di tahun 2012 dengan luas
panen berjumlah 3.642 dengan produksi total 68.600 ton sehingga
bila dihitung produksi per hektanya adalah 18,83 ton, angka ini
menurun dibandingkan tahun 2006 dengan luas panen 2.277 Ha
dengan produksi 51.369 ton dengan rata-rata produktivitas 22,56
ton/ha. Ditahun 2013 penurunan produksi berdampak terhadap
kenaikan harga komoditi kentang yang mencapai Rp 6.500/kg dari
tingkat petani, karena kurangnya pasokan. Penurunan produksi
juga dipengaruhi oleh kejenuhan para petani kentang akibat
trauma akan kegagalan usaha yang diakibatkan oleh serangan
OPT dan terkurasnya modal usaha untuk musim tanam
sebelumnya.
Menurut Plos (2013) terjadinya penurunan yang paling terpuruk
di sepanjang lima tahun terakir yaitu di tahun 2013, dengan luas tanam
450 ha dengan luas panenya adalah 248 ha dan rata- rata produksi
hanya 12 ton /ha. Bila dibandingkan dengan tahun 2006 penurunan
produtifitasnya hampir 100% dimana pada saat itu produktifitasnya
mencapai diatas 22 ton/ha.
Pemberantasan hama menggunakan pestisida yang terus-
menerus kususnya jenis Fungisida (pembasmi jamur) dan Insektisida
(pembasmi hama) telah berdampak tidak hanya dari segi teknis dan
ekonomis, tetapi juga telah berdampak terhadap penurunan kualitas
lingkungan, timbulnya residu pada komoditi yang dihasilkan juga telah
terdapat cemaran pada darah manusia dan menimbulkan kerusakan
ekosistim. Untuk itu perlu adanya upaya alternatif pengendalian yang
alami, khususnya terhadap pengendalian penyakit busuk daun pada
tanaman kentang ( Syafnelis, 2011).
Upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi
penggunaan pestisida salah satunya dengan cara
pemanfaatan asap cair “ASAPHTAN” dengan dasar
bahwa : Asap cair “ASAPHTAN” adalah produk alami
yang ramah lingkungan. Sebagai anti jamur, anti bakteri,
anti oksidan, anti hama dan penyakit tanaman. Asap cair
sebagai pengawet alami juga dapat dijadikan sebagai
bahan pengawet untuk bahan pangan yang ramah
lingkungan (Budaraga, 2013).
Percobaan pendahuluan pada 2 X musim tanam Januari
s/d April dan pada tempat terpisah bulan Mei s/d Agustus 2013,
dengan penggunaan “ASAPHTAN” pada dosis 50 ml/l air di
banding kontrol (tanpa ASAPHTAN) menunjukan adanya reaksi
terhadap serangan busuk daun tersebut dan berpengaruh
terhadap pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman
kentang (Tukiran, 2014).
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dalam bentuk percobaan dengan
judul : “Pengaruh Penggunaan asap cair “ASAPHTAN” Terhadap
Serangan Penyakit Busuk Daun (Phytophthora infestans) Pada
Tanaman Kentang (Solanum tuberasum L.)”
B. Tujuan penelitian

 Berisi yang ingin dicapai dari


pelaksanaan penelitian.
 Tujuan penelitian juga berperan untuk
membatasi lingkup penelitian lebih fokus
dan terarah.
 Tujuan penelitian relevan dengan
hipotesis.
 
Contoh Tujuan Penelitian:

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini


bertujuan untuk :

1.Mengetahui pengaruh asap cair “ASAPHTAN” terhadap


serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang, serta
dampak lainya yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan,
perkembangan dan produksi tanaman.

2.Untuk mengetahui dosis yang efektif penggunaan asap cair


“ASAPHTAN” dapat mempengaruhi, menghambat serangan
penyakit busuk daun kentang.
C. Hipotesis
 Berisi tentang usulan yang diusulkan oleh
peneliti untuk menjawab rumusan
masalah.
 Hipotesis dirumuskan setelah peneliti
mengadakan penelaahan yang mendalam
terhadap berbagai sumber untuk
menentukan anggapan dasar.
 
Persyaratan untuk membuat
hipotesis yang baik adalah:

 Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian


dan dirumuskan dengan jelas.
 Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud
untuk dapat diuji secara empiris. Menunjukkan dengan
nyata adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.
 Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-
teori yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya
dan didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para
ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Contoh Hipotesis:

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 = H1 : Penggunaan asap cair tidak berpengaruh


terhadap pertumbuhan dan serangan
penyakit busuk daun pada tanaman kentang.

H0 ≠ H1 : Penggunaan asap cair berpengaruh terhadap


pertumbuhan dan serangan penyakit busuk
daun pada tanaman kentang.

Anda mungkin juga menyukai