Anda di halaman 1dari 26

2

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN


PENGARUH PEMULSAAN TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL DUA VARIETAS UBI JALAR
(Ipomoea batatas L.)

Oleh:
Kelompok R4

Asisten:
Kayyis Muayadah Lubba

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
2

LEMBAR DATA ANGGOTA


PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN
Kelompok : R4
Asisten : Kayyis Muayadah Lubba

No Nama NIM

1 Hamidatul Khofifah 175040101111073

2 Hylda Baktiar Octaviana 175040101111051

3 Adrian Disa Qomara 175040100111163


4 Muhammad Afif Pragara 175040107111004
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
Laporan Dasar Budidaya Tanaman yang berjudul “Pengaruh Pemulsan Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Dua Varietas Ubi Jalar” dengan baik. Adapun tujuan
penulisan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas akhir praktikum mata
kuliah Dasar Budidaya Tanaman di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan moril, materiil
dan pikiran serta tenaga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayah dan ibu yang selalu senantiasa mendukung dan memberikan doa, motivasi,
serta kasih sayangnya.
2. Kayyis Muayadah Lubba selaku asisten praktikum yang memberikan bimbingan,
motivasi, serta masukan yang bermanfaat dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan
berkaitan dengan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Malang, April 2018

Penulis
1. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) adalah komoditas sumber karbohidrat utama
selain padi, jagung, dan ubi kayu. Ubi jalar juga salah satu tanaman yang
mempunyai potensi besar di Indonesia. Areal panen ubi jalar di Indonesia seluas
229.000 hektar per tahun. Luasan tersebut tersebar di seluruh provinsi, baik di lahan
sawah maupun tegalan dengan produksi rata-rata nasional 10 ton per hektar
(Khudori, 2001). Penghasil utama ubi jalar di Indonesia adalah Jawa dan Irian Jaya
yang menempati porsi sekitar 59 persen. Peluang perluasan areal panen masih
sangat terbuka. Berdasarkan data BPS (2004) produksi ubi jalar di Indonesia pada
tahun 2004 mencapai 1.876.434 ton. Dibutuhkan cara atau teknik budidaya yang
baik dan benar terhadap ubi jalar mulai dari persiapan bibit sampai dengan panen
untuk mendapatkan produksi yang maksimal.
Produksi yang maksimal dapat dicapai dengan sistem budidaya yang baik dan
benar. Budidaya yang baik dan benar dapat dilakukan dengan memperhatikan
pengaruh faktor biotik dan abiotik terhadap ubi jalar, pola penanaman, dan
perawatan. Pengaruh faktor biotik berasal dari makhluk hidup seperti pengaruh
mikroorganisme, gulma, jamur, dan hama. Sedangkan pengaruh faktor abiotik
berasal dari benda tidak hidup seperti intensitas cahaya, pH tanah, kelembaban
tanah, dan suhu. Faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh perawatan seperti
penyiraman, penyulaman, pemupukan, penyiangan gulma, pengendalian hama, pola
tanam dan pemulsaan. Pola tanam adalah sistem penanaman pada suatu lahan
pada periode waktu tertentu. Pola tanam dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem
monokultur dan tumpangsari. Pola tanam dapat dikombinasikan dengan
penggunaan mulsa dan tanpa mulsa.
Kelembaban dan suhu yang sesuai kebutuhan ubi jalar dapat dilakukan
dengan pemberian mulsa. Pemulsaan adalah pemberian penutup tanah pada
tanaman budidaya dapat berupa mulsa plastik hitam perak (MPHP) atau mulsa
organik. Pemberian mulsa dapat mempengaruhi suhu tanah, sehinngga tercipta
kondisi lingkungan yang dibutuhkan tanaman (Rukmana, 2002). Oleh karena itu,
perlu dilakukan praktikum mengenai cara budidaya ubi jalar yang baik dan benar
pada pola tanam monokultur dengan dua perlakuan yang berbeda yaitu pemberian
2

mulsa plastik hitam perak (MPHP) dan tanpa mulsa. Sehingga, dapat diketahui
pengaruh pemulsaan terhadap pertumbuhan dan hasil dua varietas ubi jalar.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara budidaya ubi jalar
dengan mulsa dan tanpa mulsa. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh pemulsaan
terhadap pertumbuhan dan hasil dua varietas ubi jalar.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Ubi Jalar


Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) adalah komoditas yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan banyak mengandung manfaat. Ubi jalar mempunyai kandungan
karbohidrat yang tinggi serta nutrisi yang berguna bagi kesehatan tubuh (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, 2012). Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) adalah tanaman
pangan yang berpotensi sebagai pengganti beras dalam program diversifikasi
pangan karena efisien dan menghasilkan energi, vitamin, dan mineral (Supadmi,
2009).
Ubi jalar termasuk dalam kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, subdivisio
Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Convolvulus, familia Convolvulacea,
genus Ipomoea, dan species Ipomoea batatas. Menurut Suprapti (2003), tanaman
ubi jalar memiliki ciri-ciri yaitu, susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun,
bunga, buah, biji, dan umbi, batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, dan
berbuku-buku, tipe pertumbuhan tegak dan merambat atau menjalar dengan
panjang 2 sampai 3 meter. Ubi jalar dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun
pegunungan dengan suhu 27°C dan lama penyinaran 11-12 jam per hari.

Gambar 1. Ubi Jalar Varietas Antin (Karsa, 2015)


Berdasarkan warna ubi jalar memiliki beberapa golongan yakni ubi jalar putih,
ubi jalar kuning, ubi jalar orange, dan ubi jalar ungu. Ubi jalar putih adalah jenis ubi
jalar yang dagingnya berwarna putih. Ubi jalar kuning adalah jenis ubi jalar yang
memiliki daging umbi berwarna kuning, kuning muda, atau kekuning-kuningan. Ubi
jalar orange adalah ubi jalar dengan warna daging berwarna orange. Ubi jalar ungu
adalah jenis ubi jalar yang memiliki daging berwarna ungu hingga ungu muda
(Juanda dan Cahyono, 2000).
4

2.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar


Budidaya ubi jalar memiliki kendala utama dalam pertumbuhannya karena fase
pertumbuhan ubi jalar didominasi oleh fase pertumbuhan vegetatif yang
mengakibatkan pertumbuhan bagian atas (daun dan batang) yang berlebihan,
bersamaan dengan kurangnya pembentukan umbi (Sengin, 2011). Perkembangan
dari bibit sampai umbi siap dipanen membutuhkan waktu 100-150 hari tergantung
varietas dan lingkungan. Menurut Sarwono (2005), fase pertumbuhan ubi jalar dapat
dibedakan menjadi tiga fase tumbuh yaitu:
1. Fase awal pertumbuhan
Fase ini berlangsung sejak bibit stek ditanam sampai dengan umur 4 minggu.
Ciri-cirinya, setelah bibit ditanam, pertumbuhan akar muda berlangsung cepat,
sedangkan pembentukan batang dan daun masih lambat.
2. Fase pembentukan umbi
Fase pembentukan umbi berlangsung sejak tanaman berumur 4-8 minggu.
Rata-rata fase ini berlangsung antara 4-6 minggu setelah tanam, tergantung varietas
ubi jalar dan keadaan lingkungan tumbuh. Pada saat umur 7 minggu 80% umbi telah
terbentuk. Ciri pembentukan umbi mulai berlangsung saat pertumbuhan batang dan
daun berlangsung cepat. Pada saat ini batang tanaman tampak paling lebat.
3. Fase pengisian umbi
Fase ini berlangsung sejak tanaman berumur 8-17 minggu. Diantara 8-17
minggu, tanaman berhenti membentuk umbi baru karena mulai membesarkan umbi
yang sudah ada. Ciri pembentukan dan pengisian umbi berlangsung cepat dan
pertumbuhan batang dan daun berkurang. Pengisian zat makanan dari daun ke
umbi berhenti saat tanaman berumur 13 minggu. Sementara mulai umur 14 minggu
daun tanaman mulai menguning dan rontok. Tanaman dapat dipanen umbinya saat
berumur 17 minggu.

2.3 Pengaruh Varietas dan Asal Stek


Terhadap Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar

Perlakuan stek yang berbeda pada ubi jalar dapat mempengaruhi


pertumbuhan ubi jalar meliputi panjang tanaman, bobot umbi, jumlah umbi, dan
5

diameter umbi (Mardi, 2016). Menurut Ryan (2009), pengaruh varietas stek terhadap
pertumbuhan ubi jalar ditunjukkan oleh bahan stek yang diambil. Bahan stek yang
diambil dari pucuk lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan bahan stek yang
diambil dari batang. Hal ini bisa terjadi dikarenakan bahan stek dari pucuk lebih
muda dari bahan stek batang, dan bahan stek dari batang sebagian dari pori-porinya
mengandung zat lilin yang akan menghambat tumbuhnya akar dalam proses
perakaran stek tersebut.
2.4 Pengaruh Mulsa Terhadap Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar

Mulsa adalah bahan penutup tanah disekitar tanaman yang berfungsi untuk
menciptakan kondisi yang menguntukan untuk tumbuh kembang tanaman sehingga
menghasilkan hasil yang maksimal. Penggunaan mulsa plastik telah menggantikan
rumah kaca dikarenakan biaya yang lebih murah dan dapat menggantikan
fungsinya. Penggunaan mulsa pada ubi jalar dapat meningkatkan hasil produksi, di
Blitar para petani diperbaiki cara pengurusan lahannya dengan menggunakan mulsa
dimana penggunaan mulsa dapat meningkatkan hasil umbi dari 15.60 ton ha-1
hingga 35.17 ton ha-1 (Zuraida & Suprapti, 2001). Haryono (2009) mengatakan
bahwa fungsi mulsa yaitu:
a) Penggunaan mulsa plastik transparan akan meningkatkan suhu tanah kira-kira
7°C, penggunaan plastik putih akan menurunkan suhu 1°C dan penggunaan
mulsa plastik hitam akan meningkatkan suhu sebanyak 3-5°C. Suhu tanah
sangatlah berpengaruh dikarenakan proses dekomposisi biologis sangat
dipengaruhi oleh suhu tanah.
b) Penggunaan mulsa plastik dapat mempertahankan lengas tanah yang lebih
baik, kecepatan hilangnya air atau uap air pada tanah akan melambat. Hal itu
terjadi karena mulsa yang digunakan akan menurunkan jumlah sinar radiasi
matahari langsung ke permukaan tanah. Perbedaan warna plastik akan
berpengaruh pada kandungan lengas tanah. Kandungan lengas tanah terendah
pada pemakaian mulsa plastik transparan, yaitu 26,2% dan tertinggi pada mulsa
plastik hitam, yaitu 28,2%.
c) Gulma dapat menyebabkan persaingan dalam hal kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pemakaian mulsa dapat mencegah pertumbuhan
gulma. Pertumbuhan gulma paling tertekan apabila menggunakan mulsa plastik
5

hitam bila dibandingkan dengan mulsa warna lainnya. Warna plastik dapat
menyebabkan sinar matahari tidak dapat masuk ke permukaan tanah, yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkecambahan gulma terhambat, apabila
pertumbuhan gulma terhambat, tumbuh kembang tanaman pokok akan lebih
optilam dikarenakan persaingan untuk mendapatkan nutrisi berkurang.
3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2018. Kegiatan
praktikum bertempat di Lahan Jatimulyo Universitas Brawijaya, Kelurahan Jatimulyo,
Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten Malang. Menurut Akaibara (2016), secara
geografis Kecamatan Lowokwaru berada pada ketinggian 440-460 meter diatas
permukaan laut dan pada posisi 112.60o-112.63o Bujur Timur 7.91o-7.95o Lintang
Selatan. Luas keseluruhan lahan sebesar 4,4 ha, sedangkan luas dari bedengan
komoditas ubi jalar tanpa mulsa yaitu sebesar 6 m 2. Suhu rata−rata sebesar 26,1oC
dan dalam setahun curah hujan rata-rata adalah 1384 mm.
3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan kegitan budidaya ubi jalar tanpa mulsa
adalah cangkul, cetok, meteran jahit, tali raffia, gunting, ember, dan alat tulis. Bahan
yang digunakan dalam penanaman ubi jalar tanpa-mulsa adalah tanah, bibit ubi jalar
varietas antin, benih refugia kenikir, air, pupuk NPK, pupuk kandang, pupuk Urea,
pupuk KCl, dan pupuk SP-36.
3.3 Metode Pelaksanaan

3.3.1 Persiapan Lahan


Pengolahan lahan adalah kegiatan pertama kali yang dilakukan sebelum
budidaya ubi jalar. Lahan yan diolah berukuran 4x1,5 m. Diawali dengan
menyiapkan alat-alat yang diperlukan seperti cangkul, cetok, ember. Pengolahan
tanah dilakukan untuk merubah tekstur tanah yang keras dan padat menjadi tekstur
yang halus, gembur, dan tidak keras agar memudahkan kegiatan penanaman.
Setelah mencangkul tanah kemudian membuat guludan sebagai tempat yang akan
ditanami ubi jalar. Setelah itu tanah pada bedengan yang terlihat masih kering dapat
disiram agar basah dan mudah untuk ditanami.
3.3.2 Penanaman
Penanaman ubi jalar tanpa mulsa dilakukan setelah penolahan lahan. Satu
bedengan bersi 24 komoditas ubi jalar. Penanaman dilakukan mengggunakan
sistem pola tanam monokultur. Ubi jalar ditanam dengan jarak tanam 50x50 cm.
Setelah membuat jarak tanam menggunakan meteran jahit, selanjutnya membuat
8

petakan lahan dari tali rafia. Setelah itu membuat lubang tanam sesuai dengan
petakan lahan untuk ditanami ubi jalar. Panjang stek ubi jalar yang digunakan ± 20
cm. Posisi penanaman tegak dengan sedikit membengkokkan bagian bawah bibit
yang ditanam di dalam tanah. Setelah melakukan penanaman ubi jalar, dilanjutkan
dengan penanaman tanaman refugia di lahan bagian pinggir setelah itu memasang
papan tanda tanaman budidaya.
3.3.3 Pemupukan
Pemupukan ubi jalar dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang, SP-36,
urea, dan KCl. Pemupukan pertama menggunakan pupuk SP-36 dengan dosis 100
kg ha-1 atau 60 gram per petak dan pupuk kandang 2 kg per petak. Lalu dilakukan
pemupukan pada 7 hst menggunakan pupuk urea dengan dosis 100 kg ha-1 atau 60
gram per petak. Pada 14 hst pupuk KCl diberikan dengan dosis rekomendasi 150 kg
ha-1 atau 90 gram per petak dan pupuk urea dengan dosis 100 kg ha-1 atau 60 gra
per petak. Pada 21 hst diberikan pupuk urea dengan dosis rekomendasi sebanyak
200 kg ha-1 atau 120 gram per petak. Pupuk KCl juga diberikan pada 28 hst dan 35
hst dengan dosis rekomendasi 200 kg ha-1 atau 120 gram per petak. Pemupukan
dilakukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman agar lebih cepat tumbuh dan
berproduksi. Pemberian pupuk per tanaman dapat dilakukan melalui perhitungan
rekomendasi pupuk per tanaman. Formula perhitungan rekomendasi pupuk per
tanaman adalah kebutuhan pupuk per lahan dibagi dengan populasi tanaman
(Lampiran 3).
Tabel 1. Pemupukan Ubi Jalar
Waktu Dosis (gram
No Jenis Cara Aplikasi
(HST) per tanaman)
1. Tanam Pupuk kandang 83,3 Ditaburkaan di atas guludan
Pupuk SP-36 Diletakkan pada lubang yang berjarak 5 cm
2. Tanam 2,5
(abu-abu) dari tanaman
Pupuk Urea Diletakkan pada lubang yang berjarak 5 cm
3. 7 2,5
(merah muda) dari tanaman
Pupuk KCl Diletakkan pada lubang yang berjarak 5 cm
4. 14 3,75
(merah muda) dari tanaman
Pupuk Urea Diletakkan pada lubang yang berjarak 5 cm
5. 14 2,5
(merah muda) dari tanaman
Pupuk Urea Diletakkan pada lubang yang berjarak 5 cm
6. 21 5
(merah muda) dari tanaman
Pupuk KCl Diletakkan pada lubang yang berjarak 5 cm
7. 28 5
(merah muda) dari tanaman
Pupuk KCl Diletakkan pada lubang yang berjarak 5 cm
8. 35 5
(merah muda) dari tanaman
8

3.3.4 Perawatan
Perawatan dilakukan dengan beberapa perlakuan seperti penyiraman,
penyiangan gulma, pengendalian hama, dan pembalikan tanaman.
1) Penyiraman
Penyiraman dapat dilakukan setiap pagi atau sore secara teratur. Penyiraman
dilakukan secukupnya dan merata, namun tidak sampai menggenang. Penyiraman
bertujuan untuk menyuplai kebutuhan nutrisi dari ubi jalar itu sendiri.
2) Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mengambil atau mencabut
tumbuhan-tumbuhan liar yang terdapat disekitar tanaman ubi jalar. Dalam
melakukan penyiangan gulma, gulma harus dicabut sampai pada akarnya.
Penyiangan gulma bertujuan untuk menghilangkan tumbuhan penghambat atau
pengganggu bagi tanaman ubi jalar untuk tumbuh dan berkembang khususnya
dalam hal penyerapan nutrisi.
3) Pengendalian hama
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan mengambil hama secara
langsung dari lingkungan dan tanaman budidaya ubi jalar. Pengendalian hama
bertujuan untuk menghilangkan faktor penghambat pertumbuhan ubi jalar.
4) Pembalikan Tanaman
Pembalikan tanaman dilakukan dengan cara membalikkan masing-masing
batang tanaman kearah depan. Pembalikan tanaman bertujuan untuk mencegah
akar adventif tumbuh dari ruas-ruas sulur diatas tanah saat bersinanggungan
langsung dengan tanah.
3.3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan mulai 7 hst. Pengamatan dilakukan seminggu sekali
dengan menentukan 5 sampel tanaman. Sampel tanaman yang diambil diutamakan
yang berada pada posisi tengah dengan kondisi tanaman yang baik. Parameter
yang digunakan dalam pengamatan ubi jalar adalah panjang sulur (cm) dan jumlah
daun (helai).
3.3.6 Panen
Widodo dan Rahayuningsih (2009) mengatakan bahwa pemanenan ubi jalar
dilakukan pada umur 3,5 sampai 5 bulan. Ciri-ciri tanaman ubi jalar yang sudah
8

dapat dipanen adalah daun-daunnya mulai menguning dan muncul bunga terompet.
Cara memanen ubi jalar adalah dengan membongkar sisi-sisi guludan, lalu pangkal
batang dipotong kurang lebih 5 cm dari petakan. Setelah itu potongan di keluarkan
dari petakan. Kemudian menggali umbi dengan cangkul dan diusahakan jangan
sampai umbi terluka.
3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Panjang Tanaman (cm)


Sebelum melakukan pengamatan panjang tanaman, terlebih dahulu ditentukan
penandaan pada batang bagian paling bawah pada 5 sampel tanaman sebagai titik
awal pengukuran. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan setiap pengamatan
panjang tanaman valid dan relevan. Tujuan dari pengamatan panjang tanaman ini
sendiri ialah agar dapat mengetahui pertambahan panjang dari masing-masing ke
lima sampel bibit tanaman yang telah ditentukan setiap minggunya mulai 7 hst.
Panjang tanaman diukur menggunakan meteran dari titik awal yang telah ditentukan
sampai pada ujung batang yang paling panjang.
3.4.2 Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun dari
masing-masing kelima sampel yang telah ditentukan dari awal. Penghitungan jumlah
daun ini bertujuan agar mengetahui perkembangan tanaman dalam hal jumlah daun
dari masing-masing kelima sampel setiap minggunya mulai 7 hst. Daun yang
dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna atau penuh.
3.5 Analisis Data
Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari
suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian.
Analisis data dapat dilakukan dengan bantuan Software Microsoft Office Excel.
Microsoft Office Excel ini berfungsi untuk menyusun data secara berurut dan teratur.
8

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Panjang Sulur
Pengaruh pemberian mulsa terhadap pertumbuhan tanaan ubi jalar varietas
antin 3 dan beta 2 dapat dilihat dari pertambahan panjang sulur tanaman.
Pengamatan panjang sulur dilakukan mulai satu minggu setelah tanam hingga tujuh
minggu setelah tanam terhadap 5 sampel yang telah ditentukan. Berikut adalah data
hasil pengamatan panjang sulur ubi jalar.
Tabel 2. Perbandingan rata-rata panjang sulur (cm) tanaman ubi jalar dua varietas dengan dua
perlakuan berbeda
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan Varietas Kelas
1 2 3 4 5 6 7
P4 12,2 14,9 17,2 40,0 94,2 147,6 165,7
R4 20,9 22,7 82,0 112,8 130,0 181,8 220,6
Antin 3 X4 31,3 36,0 55,6 136,4 189,8 217,4 243,2
Rata-
21,5 24,5 51,6 96,4 138 182,3 209,8
Tanpa rata
Mulsa D4 8,1 17,4 25,6 37,0 51,8 65,6 85,0
G4 13,8 18,0 25,0 32,4 51,6 66,0 75,6
Beta 2 Z4 6,6 11,8 52,2 123,2 194,4 235,2 252,0
Rata-
9,5 15,7 34,3 64,3 99,3 122,3 137,5
rata
Rata-rata 15,5 20,1 43,0 80,4 118,7 152,3 173,7
P3 14,3 22,5 26,0 52,2 87,6 99,0 154,6
R3 12,2 20,5 57,2 111,2 132,4 148,6 176,6
Antin 3 X3 18,2 18,6 29,5 66,9 118,9 154,9 182,6
Rata-
14,9 20,5 37,6 76,8 112,9 134,2 171,3
rata
Mulsa
D3 14,8 21,8 26,2 33,3 45,7 63,9 77,0
G3 19,2 20,1 22,8 38,4 45,7 52,8 57,1
Beta 2 Z3 6,6 8,8 44,0 97,0 120,6 165,0 187,6
Rata-
13,5 16,9 31,0 56,2 70, 7 93,9 107,2
rata
Rata-rata 14,2 18,7 34,3 66,5 112,9 114,1 139,3
Berdasarkan tabel data hasil pengamatan di atas panjang sulur tanaman ubi
jalar varietas antin 3 dan beta 2 dengan perlakuan pemberian mulsa maupun tidak
terus mengalami peningkatan. Diketahui bahwa ubi jalar tanpa mulsa dari dua
varietas memiliki rata-rata panjang sulur yang lebih panjang sebesar 173,7 pada 7
mst. Sedangkan rata-rata panjang sulur ubi jalar dengan perlakuan pemberian mulsa
terhadap dua varietas yang diamati sebesar 139,3 pada 7 mst. Sehingga tanaman
8

ubi jalar tanpa mulsa memiliki rata-rata yang lebih panjang dibandingka tanaman ubi
jalar yang diberi perlakuan mulsa.

4.1.2 Jumlah Daun


Pengaruh pemberian mulsa terhadap pertumbuhan tanaan ubi jalar varietas
antin 3 dan beta 2 dapat dilihat dari pertambahan jumlah daun per helai.
Pengamatan jumlah daun dilakukan mulai satu minggu setelah tanam hingga tujuh
minggu setelah tanam terhadap 5 sampel yang telah ditentukan. Berikut adalah data
hasil pengamatan jumlah daun per helai ubi jalar.
Tabel 3. Perbandingan rata-rata jumlah daun (helai) tanaman ubi jalar dua varietas dengan dua
perlakuan berbeda
Umur Tanaman (MST)
Perlakuan Varietas Kelas
1 2 3 4 5 6 7
P4 2 4 8 17 41 73 141
R4 5 8 41 48 52 130 214
Antin 3 X4 4 7 21 48 97 201 241
Rata-
4 6 23 38 63 135 199
Tanpa rata
Mulsa D4 8 17 46 130 190 227 268
G4 11 20 66 255 386 515 665
Beta 2 Z4 4 7 19 41 56 54 96
Rata-
8 15 44 142 211 265 343
rata
Rata-rata 6 11 34 90 137 200 271
P3 3 11 31 45 60 71 65
R3 2 5 29 50 73 104 172
Antin 3 X3 5 9 16 33 75 136 196
Rata-
3 8 25 43 69 104 144
rata
Mulsa
D3 7 15 34 49 65 137 149
G3 15 24 62 207 285 355 287
Beta 2 Z3 4 7 16 29 45 53 71
Rata-
9 15 37 95 132 182 169
rata
Rata-rata 6 12 31 69 101 143 150
Berdasarkan tabel data hasil pengamatan di atas jumlah daun per helai
tanaman ubi jalar varietas antin 3 dan beta 2 dengan perlakuan pemberian mulsa
maupun tidak terus mengalami peningkatan. Diketahui bahwa jumlah daun ubi jalar
tanpa mulsa memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih banyak sebesar 271 helai
pada 7 mst. Sedangkan rata-rata jumlah daun ubi jalar dengan perlakuan pemberian
mulsa sebesar 150 helai ada 7 mst. Sehingga jumlah daun terbanyak dimiliki oleh
tanaman ubi jalar tanpa mulsa dibandingkan jumlah daun yang dimilki oleh tanaman
ubi jalar mulsa.
8

4.1.3 Perbandingan Jenis dan Jumlah Gulma Pada Ubi Jalar


Pengamatan gulma dilahan ubi jalar varietas antin dilakukan setiap seminggu
sekali secara berkala dan rutin. Dalam pengamatan gulma ditemukan berbagai
macam gulma yang terdapat pada lahan tanaman ubi jalar dengan perlakuan
pemberian mulsa maupun tidak. Berikut adalah tabel data hasil pengamatan gulma.
Tabel 4. Pengamatan Gulma
No Perlakuan Jenis Gulma Jumlah Dokumentasi

Rumput Bermuda
873
(Cynodon dactylon)

UJ NM B Rumput Jelatang
1. 90
KELAS G (Urtica diocia)

Krokot
166
(Portulaca oracea)

2. UJ NM B Rumput Bermuda 120


KELAS Z (Cynodon dactylon)
8

Goletrak
95
(Borreria alata)

Krokot
35
(Portulaca oleracea L.)

Krokot
(Portulaca 1765
oleracea)

UJ NM B
3.
KELAS D

Rumput teki
3178
(Cyperus rotundus)

Rumput Teki
3
(Cyperus rotundus)

UJ M B
4.
KELAS G

Krokot
1
(Portulaca oleracea)
8

Rumput Gajah Mini


(Axonopus
50
compressus)

Rumput Setawar
5
(Borreria alata)

UJ M B
5.
KELAS Z

Rumput Teki
90
(Cyperus rotundus L.)

Krokot
5
(Portulaca oleracea)

Rumput Teki
6
(Cyperus rotundus)

UJ M B
6.
KELAS D

Rumput Bandotan
4
(Ageratum conyzoides)
8

Rumput teki (Cyperus


297
rotundus)

Rumput belulang
(Eleusine indica) 196

UJ NM A
7.
KELAS R

Rumput setawar
185
(Borreria alata)

Rumput paetan
(Axonopus 268
compressus)

8. UJ NM A
KELAS U
Krokot
(Portulaca 154
oleracea)

Rumput teki 33
(Cyperus rotundus)
8

Bandotan
(Ageratum conyzoides 24
L.)

Rumput paetan
(Axonopus 42
compressus)

Rumput teki
3306
(Cyperus rotundus)

UJ NM A
9.
KELAS P

Krokot
2552
(Portulaca oleracea L.)

Rumput Belulang
18
(Eleusine indica)

UJ M A
10. Krokot 101
KELAS R
(Portulaca
oleracea)
8

Rumput teki
534
(Cyperus rotundus)

Rumput Bandotan
(Ageratum conyzoides 1
L)

UJ M A
12.
KELAS U

Rumput Teki
2
(Cyperus rotundus)

Ketupang
1
(Ria leavis borre)

UJ M A Banta
13. 1
KELAS P (Leersia hexandra sw)

Galinsoga parviflora
2
cav
8

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa


keberadaan gulma pada tanaman ubi jalar varietas antin dengan perlakuan mulsa
didominasi oleh rumput teki dengan jumlah 534. Keberadaan gulma pada tanaman
ubi jalar varietas antin dengan perlakuan tanpa mulsa didominasi oleh rumput teki
dengan jumlah 1103. Sedangkan keberadaan gulma pada tanaman ubi jalar varietas
beta dengan perlakuan mulsa didominasi oleh rumput teki dengan jumlah 90 dan
pada tanamn ubi jalar varietas beta dengan perlakuan tanpa mulsa didominasi oleh
rumput teki dengan jumlah 3178. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan
gulma pada tanaman ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan mulsa.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Panjang Sulur
Dari data yang sudah didapatkan dari lapangan, panjang rata-rata sulur ubi
jalar dari dua perlakuan yang berbeda yaitu pemberian mulsa dan tanpa mulsa
dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
8

Gambar 3. Grafik Perbandingan rata-rata panjang sulur (cm)


tanaman ubi jalar dengan dua varietas
Panjang sulur tanaman ubi jalar varietas antin yang dibudidayakan dengan
pola tanam monokultur tanpa menggunakan mulsa mengalami peningkatan
pemanjangan sulur yang cukup tinggi. Pada minggu pertama hingga minggu ketujuh
setelah tanam terus terjadi peningkatan perambatan sulur dari satu sulur tanaman
ubi jalar hingga sulur tanaman seterusnya. Pada tanaman ubi jalar yang
menggunakan mulsa, peningkatan panjang sulur ubi jalar tetap terlihat mengalami
pertumbuhan namun peningkatan panjang sulur ubi jalar yang menggunakan mulsa
tidak lebih besar dibandingkan peningkatan panjang sulur yang diamati pada
tanaman ubi jalar tanpa menggunakan mulsa di lahan monokultur. Selama kegiatan
perawatan dan pengamatan kondisi tanaman ubi jalar, diberikan perlakuan
pembalikkan batang sulur ubi jalar agar dapat menghitung panjang sulur, jumlah
daun, dan memerhatikan gulma disekitar tanaman ubi jalar dengan jelas dan rapi.
Menurut Rahmiana (2015), perlakuan pembalikkan batang sulur ubi jalar secara
terus menerus tiap minggunya dapat mempengaruhi pertumbuhan sulur ubi jalar
secara signifikan.
4.2.2 Jumlah Daun
Dari data yang sudah didapatkan dari lapangan, jumlah rata-rata daun ubi jalar
dari dua perlakuan yang berbeda yaitu pemberian mulsa dan tanpa mulsa dapat
dilihat pada grafik dibawah ini.
8

Gambar 4. Grafik Perbandingan rata-rata jumlah daun (helai)


tanaman ubi jalar dengan dua varietas
Perbandingan banyaknya jumlah daun dari tanaman ubi jalar yang tidak
menggunakan mulsa dengan yang menggunakan mulsa menunjukkan peningkatan
yang jauh lebih baik pada tanaman ubi jalar yang tidak menggunakan mulsa. Jumlah
daun dari kedua jenis lahan tanamanan setiap minggunya selalu bertambah dengan
pesat, tetapi dengan perlakuan pemberian mulsa dan tidak diberi mulsa di lahan
menunjukan hasil lapangan yang berbeda. Pada lahan tanaman ubi jalar yang
menggunakan mulsa memilki daun yang lebih sehat dan lebih berwarna hijau subur.
Hal ini diakibatkan pengaruh mulsa yang memberi nutrisi dan kesuburan terhadap
tanaman ubi jalar. Penggunaan mulsa memberikan berbagai keuntungan, baik dari
aspek biologi, fisik maupun kimia tanah. Secara fisik,mulsa mampu menjaga suhu
tanah lebih stabil dan mampu mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran
tanaman sehingga tanaman menjadi subur (Doring et al., 2006) Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa daun pada tanaman ubi jalar tanpa pemberian mulsa rata-
rata lebih cepat bertambah banyak namun tidak sesehat dan daun tanaman ubi jalar
yang menggunakan mulsa.
4.2.3 Perbandingan Jenis dan Jumlah Gulma Pada Ubi Jalar
Dari data yang sudah didapatkan dari lapangan, perbandingan jumlah gulma
pada lahan tanaman ubi jalar dari dua perlakuan yang berbeda yaitu pemberian
mulsa dan tanpa mulsa dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
8

Gambar 6. Grafik Perbandingan Jenis dan Jumlah Gulma Pada Ubi Jalar
Jumlah gulma terbanyak pada lahan tanaman ubi jalar yang telah tumbuh
pada sekitarnya menunjukkan jumlah yang lebih banyak pada lahan yang tidak
diberi mulsa sama sekali dibandingkan dengan tanaman dengan pemberian mulsa.
Hal ini sangat jelas,lahan tanaman ubi jalar yang tidak diberi mulsa akan banyak
ditumbuhi gulma karena hal tersebut sama saja berarti memberi kesempatan kepada
gulma untuk tumbuh pada tanah tersebut. Pemulsaan dapat menghambat
pertumbuhan gulma serta dapat menambah kesuburan tanah, khususnya mulsa
organik (Effendi, 2010). Apabila diberi mulsa kepada lahan ubi jalar, gulma yang
tumbuh akan menjadi lebih sedikit bahkan tidak ada dibandingkan dari yang tidak
diberi mulsa.

5 . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari kegiatan praktikum di lapangan adalah
pemberian mulsa memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ubi jalar.
Pengamatan sampel menggunakan tanaman ubi jalar varietas Antin 3 dan Beta 2
selama 7 minggu setelah tanam. Pengaruh tersebut dapat diukur dengan parameter
panjang sulur tanaman ubi jalar (cm), jumlah daun (helai) dan banyaknya gulma di
lahan yang dapat memberi hasil yang berbeda dengan tanaman ubi jalar yang diberi
mulsa dengan yang tidak. Perlakuan dengan pemberian mulsa memberi pengaruh
8

keuntungan terhadap ubi jalar dari segi jumlah gulma yang sedikit dan daun ubi jalar
menjadi lebih subur dan lebih hijau. Dari segi panjang sulur dan jumlah daun,
perlakuan dengan tidak memberikan mulsa terhadap ubi jalar menunjukkan panjang
sulur yang lebih panjang pada ubi jalar dengan rerata yaitu 173,7 cm. Sedangkan
dari rerata jumlah daun yang lebih banyak dimiliki oleh ubi jalar dengan pemberian
mulsa sebesar 271 helai. Tanaman ubi jalar varietas Antin 3 maupun Beta 2 dengan
perlakuan tanpa mulsa lebih banyak ditumbuhi oleh gulma dibandingkan dengan
pemberian mulsa. Jenis gulma yang banyak tumbuh pada lahan tanaman ubi jalar
varietas Antin 3 dan Beta 2 dengan perlakuan pemberian mulsa maupun tidak
adalah rumput teki.
5.2 Saran
Disarankan dalam penanaman Ubi Jalar agar ikut menanam tanaman refurgia
untuk menekan populasi gulma di lahan. Sebaiknya sebelum menanam refugia
hendaklah disemai terlebih dahulu agar refugia dapat tumbuh dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai