Anda di halaman 1dari 15

PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT TANAMAN

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh

Rizky Agung Permadi


1614131101
Kelompok 6

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehidupan mahkluk hidup tidaklah lepas dari suatu kelainan atau penyakit.
Penyakit pun mempunyai berbagai jenis, sifat, dan dampak yang
diakibatkannya. Termasuk juga dengan tanaman yang memiliki berbagai jenis
penyakit khusus tanaman. Secara singkat penyakit tanaman adalah
penyimpangan dari keadaan normal. Berbagai penyakit yang sering terjadi
seperti timbulnya bercak daun, kudis, penyakit terbakar, penyakit layu,
penyakit karat dan penyakit embun tepung. Penyebab penyakit tanaman
bermacam-macam, antara lain diakibatkan oleh cendawan, bakteri, virus,
kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara. Setiap penyakit pada
tanaman tertentu akan memberikan gejala khusus, yang biasanya timbul dalam
suatu rangkaian selama terjadinya penyakit. Penyakit tanaman ditunjukan oleh
keadaan patologis yang khas yang disebut gejala. Gejala adalah keadaan
penyakit yang merupakan perwujudan dari reaksi fisiologis dari tanaman
terhadap kegiatan yang bersifat merusak yang disebabkan patogen. Biasanya
kalau hanya dengan memperhatikan gejalanya saja, masih belum dapat untuk
menentukan diagnosis dengan pasti, oleh karena itu perlu diperhatikan juga
tanda penyakit pada tanaman. Tanda-tanda penyakit merupakan bagian atau
keseluruhan morfologi patogen yang terlihat pada bagian tumbuhan yang
terserang penyakit.

Uraian diatas menjadi landasan yang mendasar mengapa pentingnya dilakukan


praktikum mengenai gejala dan tanda penyakit tanaman pada kali ini.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah:


1. Mengenal gejala dan tanda penyakit pada tanaman
2. Mengetahui jenis penyakit penting pada tanaman
3. Mengetahui perbedaan antara gejala dan tanda penyakit pada tanaman
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

a. Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan Gejala dan Tanda Penyakit Tanaman ini dilakukan pada
Kamis 19 Oktober 2017 pukul 13.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium
Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

b. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis dan kaca
pembesar
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel tanaman jagung
yang sudah terkena jamur Peronosclerospora mayolis, daun baur pada singkong,
daun cordana pada pisang, dan daun jeruk yang terkena penyakit CVPD.

c. Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum ini pertama kali adalah:


Disiapkan alat dan bahan. Selanjutnya, sampel diamati dan diidentifikasi gejala
serangan dan tanda penyakit yang ada dengan bantuan kaca pembesar. Setelah itu,
data yang telah diamati dideskripsikan pada kertas HVS.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Adapun hasil yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai beriktu:

No. Gambar Keterangan


1. Penyakit Bulai pada Jagung (Zea mays  bercak hijau dan kuning
ssp.)
yang tidak beraturan
 warna putih seperti tepung
pada permukaan atas dan
bawah daun
 tongkol tidak terbentuk
 daun-daun menggulung dan
terpuntir
2. Bercak Daun Baur pada Singkong  bercak cokelat besar tanpa
(Manihot esculenta L.)
batas jelas
 pada pusat bercak di
permukaan bawah daun
berwarna abu-abu
 konidiofor coklat kemerahan
 pada permukaan bawah
daun tulang-tulang daun
kecil menjadi rusak

3. Bercak Daun Cordana pada Pisang  bercak berbentuk jorong


(Musa sp.)
atau bulat telur
 bercak berwarna cokelat,
dan bewarna kemerahan
dikelilingi kuning pada
bagian tepi daun
 bila infeksi bermula dari tepi
dalam menjalar hingga ke
ibu tulang daun
4. Penyakit CVPD pada Daun Jeruk  daun dewasa menguning
(Citrus hystrix)
 tulang-tulang daun halus
berwarna hijau
 daun menjadi lebih kecil,
kaku, lebih tebal
 tulang daun yang halus
berwarna lebih gelap

3.2 Pembahasan

3.2.1 Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung

Penyebab penyakit bulai di Indonesia ada tiga jenis spesis yaitu


Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis, dan P. sorghi. Penyakit ini menjadi
serangan penyakit utama yang diresahkan para petani karena akibat infeksi ini jika
tidak tertangani dengan baik petani bisa mengalami kerugian kehilangan hasil.

Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun
dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah
terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari.
Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan
tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir
serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan
Proses infeksi cendawan Peronosclrospora spp. dimulai dari konidia jatuh dan
tumbuh dipermukaan daun jagung serta berkembang membentuk appressoria lalu
masuk kedalam jaringan tanaman muda melalui stomata, selanjutnya terjadi lesion
local dan berkembang sampai ketitik tumbuh, menyebabkan infeksi sistemik
sehingga terbentuk gejala bulai lalu kembali terulang ketika konidia terbawa angin
atau air hingga mengenia permukaan daun jagung lainnya.

Lokasi penyebaran dan identifikasi sepsis Peronosclerospora spp. telah diketahui


di 20 Kabupaten dan kota di Indonesia. P. maydid umumnya menyerang tanaman
jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY. P.philipinensis
banyak menyerang tanaman jagung di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan
sampai Sulawesi Utara, sedangkan p. sorghi banyak ditemukan di Tanah Karo
Sumatera Utara dan Bati-Malang.

Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung dapat dilakukan dengan:

1. Menciptakan sanitasi lingkungan pertanaman jagung yang baik untuk


menghindari adanya inang-inang yang dapat menjadi sumber inoculum
pertanaman berikutnya.
2. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman non serealia
3. Melakukan eradikasi pada tanaman yang terserang bulai.
4. Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed
treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal

3.2.2 Bercak Daun Baur pada Tanaman Singkong

Penyebab bercak baur pada tanaman ubi kayu seperti ini disebabkan oleh jamur
Cercospora viscosae Muller et Chupp. Dalam penginfeksiannya jamur ini tidak
membentuk stroma, tetapi membentuk spora secara merata. Suhu dan kelembaban
yang rendah juga menjadi penyebab penyakit akan semakin tinggi, begitu juga
sebaliknya. Penyakit ini juga timbul akibat kekurangan magnesium.
Gejala Serangan terdapat bercak pada daun dengan ukuran besar, berwarna coklat,
tanpa batas yang jelas. Tiap bercak meliputi seperlima dari luas helaian daun atau
lebih. Pada permukaan atas daun bercak berwarna coklat merata, tetapi
dipermukaan bawah daun pusat bercak yang berwarna coklat bewarna keabu-
abuan juga. Pada permukaan bawah daun, tulang-tulang daun yang kcil sekitar
bercak menjadi rusak dan membentuk garis-garis hitam yang memancar
bercak. Bercak - bercak berkembang menjadi hawar daun, akhirnya seluruh daun
dan tangkai menjadi coklat tua, layu dan rontok.

Daur hidup jamur ini dimulai ketika konidiumnya dipencarkan oleh angin dan
serangga. Jamur akan melakukan penetrasi langsung dengan menembus
permukaan lateral sel-sel epidermal, atau melalui mulut kulit daun. Infeksi dapat
melalui dua sisi daun, tetapi yang paling banyak melalui epidermis atas (Kranz et
al.1997 dalam Semangun, 1996.).

Pengendalian terhadap jamur ini dapat dilakukan dengan menanam variestas yang
tahan terhadap jamur Cercospora viscosae, melakukan pergiliran tanaman,
menggunakan stek yang sehat, memotong langsung tanaman yang terkena
penyakit, dan memakai fungisida pada tanaman yang sudah terinfeksi parah.

3.2.3 Bercak Daun Cordana pada Tanaman Pisang

Penyakit bercak Cordana merupakan salah satu jenis penyakit pada tanaman
pisang yang mnyerang pada bagian daun. Penyebab penyakit ini berasal dari
golongan jamur yakni JamurCordana sp. Penyakit bercak cordana yang terjadi di
Indonesia disebabkan oleh jamur C. musae yang ditemukan di Jawa dan C.
jonstonii yang ditemukan di Irian Jaya. Kedua jenis patogen ini mempunyai gejala
serangan yang sama (Ploetz et al., 2005).

Mula-mula timbul becak-becak jorong atau bulat telur, kadang berbentuk berlian,
kemudian membesar dan berwarna coklat pucat, dengan tepi yang berwarna coklat
kemerahan, dikelilingi halo berwarna kuning cerah. Seringkali bercak tampak
bercincin-cincin, dan dapat terbentuk di sekeliling bercak Sigatoka. Bercak dapat
menjadi besar sekali, bahkan dikatakan bahwa panjangnya dapat mencapai 10 cm.
Bila yang terinfeksi tepi daun, bercak dapat berbentuk sabit, yang kemudian dapat
memanjang menjadi coreng berwarna coklat pucat, yang dapat meluas sampai ibu
tulang daun.

Angin mempengaruhi terjadinya penyebaran konidiofor dari tanaman yang


terinfeksi ke tanaman yang sehat. Konidia jamur cordana sangat mudah terbawa
angin sehingga penyebarannya juga akan terjadi sangat cepat. Kelembaban udara
yang tinggi juga merupakan komponen yang sangat mendukung perkembangan
patogen. Jamur cordana akan sangat mudah melakukan sporulasi pada saat
kelembaban udara tinggi yang terjadi pada malam hari. Curah hujan yang tinggi
berhubungan erat dengan peningkatan kelembaban. Semakin tinggi curah hujan,
maka semakin tinggi pula kelembabannya. Keadaan pertanaman pisang yang
rimbun juga berpengaruh terhadap kelembaban yang terjadi di sekitar rumpun
pisang tersebut.

Pengendalian untuk mengatasi jamur ini dapat dilakukan dengan tidak menanam
pisang di bawah naungan yang lebat dan tidak menanam pisang terlalu rapat.
Apabila infeksi sudah terlalu parah dapat dilakukan pemberian fungisida yaitu
mankozeb (Dithane M-45) atau propineb (Antracol).

3.2.4 Penyakit CVPD pada Daun Jeruk

Penyakit CVPD merupakan penyakit yang timbul dan menyerang tanaman jeruk.
Penyakit ini menyerang bagian daun tanaman jeruk dimana pada serangan lanjut
tanaman akan menghasilkan buah yang kecil, buah tidak dapat berkembang lagi
dan akhirnya gugur (Dirjen Tanaman Pangan, 1992). Penyakit CVPD disebabkan
oleh bakteri Liberobacter asiaticum yang hidup dan hanya berkembang pada
jaringan floem, akibatnya sel- sel floem mengalami degenerasi sehingga
menghambat tanaman menyerap nutrisi.

Pada tanaman jeruk yang terkena penyakit CVPD dapat dilihat dari gejala yang
dialami tanaman. Secara umum gejala penyakitnya dibagi dua yaitu gejala dalam
dan gejalan luar. Pada tanaman muda gejala yang nampak yaitu adanya kuncup
yang berkembang lambat, pertumbuhan mencuat ke atas dengan daun-daun kecil
dan belang-belang kuning. Tanaman biasanya menghasilkan buah berkualitas
rendah.
Pada tanaman dewasa, gejala yang sering tampak adalah cabang yang daun-
daunnya kuning dan kontras dengan cabang lain yang daun-daunnya masih sehat.
Gejala ini dikenal dengan sebutan greening sektoral. Daun pada cabang-cabang
yang terinfeksi menjorok ke atas seperti sikat. Gejala lain adalah daun berukuran
lebih sempit, lancip dengan warna kuning di antara tulang daun

Menurut Tirtawidjaja (1964) gejala dalam pada tanaman jeruk yang terkena
CVPD adalah:
 ·Floem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari floem tulang daun
tanaman sehat.
 ·Pada floem tulang daun tanaman sakit terdapat sel-sel berdinding tebal
yang merupakan jalur-jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat
xilem. Dinding tebal tersebut adalah beberapa lapis dinding sel yang
berdesak-desakan.
 ·Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara
berlebihan butir- butir halus zat pati.

Penyebab penyakit ganas ini dapat menular dengan penempelan mata tempel /
penyambungan dengan melalui serangga Diaphorina citri Kuw (Psyllidae
Homoptera). Penyebaran penyakit terutama terbawa oleh bibit jeruk yang telah
terjangkit penyakit tersebut (Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan,
1981). Meskipun serangga tersebut tidak terbang jauh, karena panjangnya umur
tanaman sakit, kesempatan menularnya penyakit oleh D. Citri cukup besar.
Penularan terutama terjadi pada waktu tanaman membentuk banyak kuncup.
Menurut Mahfud (1985) serangga tersebut baru dapat menularkan CVPD ke
tanaman sehat bila mengisap tanaman sakit selama 48 jam lalu mengisap tanaman
sehat selama 360 jam.

Di Indonesia penyakit memencar jarak jauh terutama karena terbawa terbawa oleh
bibit. Bibit-bibit tersebut mengandung penyakit karena mata yang dipakai untuk
menempel (okulasi) diambil dari tanaman yang sakit. Selain itu bibit yang sudah
siap juga dapat terinfeksi melalui D. Citri. Tanaman okulasi, cangkokan maupun
tanaman asal biji (semai) trentan terhadap CVPD

Agar populasi tanaman terinfeksi tidak bertambah, penggunaan pestisida dapat


dipertimbangkan untuk mengendalikan populasinya. Insektisida yang dapat
mengendalikan populasi vektor tersebut diantaranya dimethoate (perfekthion,
roxion 40 EC, rogor 40 EC, cygon) yang diaplikasikan pada daun atau disuntikan
pada batang, dan edosulfan (dekasulfan 350 EC). Aplikasi insektisida hendaknya
dilakukan pada saat tanaman menjelang dan ketika bertunas.
Apabila terdapat tanaman yang sudah terinfeksi berat dan sudah jarang
menghasilkan buah, tanaman harus mulai dimusnahkan melalui eradikasi.
IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


1. Gejala dan tanda penyakit masing-masing tanaman berbeda satu sama lain
tergantung pada penyebab penyakit dan tanaman inangnya
2. Gejala yang timbul pada tanaman jagung akibat jamur Pronosclerospora
mayolis adalah timbulnya bercak hijau dan kuning pada daun. Pada tanaman
singkong (Manihot esculenta L.) akibat Cercospora viscosae gejala yang
timbul berupa bercak cokelat tanpa batas yang jelas. Pada tanaman pisang
(Musa sp.) akibat jamur Cordana musae gejala yang timbul bercak cokelat
bulat telur dengan warna merah dan kuning di sekelilingnya dan pada tanaman
daun jeruk akibat bakteri Liberobacter asiaticus muncul gejala berupa bercak-
bercak kuning pada daun
3. Penyakit Bulai Jagung diakibatkan oleh jamur Pronosclerospora mayolis.
Penyakit daun baur pada tanaman singkong diakibatkan oleh jamur
Cercospora viscosae. Penyakit daun cordana pada tanaman pisang disebabkan
oleh jamur Cordana musae. Penyakit CVPD pada daun jeruk disebabkan oleh
bakteri Liberobacter asiaticum.
4. Perbedaan antara gejala dengan tanda penyakit adalah kalau gejala yaitu
perubahan akibat adanya penyakit, sedangkan tnada penyakit adalah
penampakan penyakit (virus, bakteri, jamur, pathogen, atau mikroorganisme)
pada inang tanaman yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan. Penyakit Pada Tanaman Jeruk
Dan Usaha Pengendaliannya Fak. Pertanian IPB. Bogor. 1981

Mahfud. MC. Penularan Penyakit CVPD Oleh Diaphorina citri K. Kongres


Nasional VIII. PFI. Cibubur. Jakarta. 1985

Ploetz RC. 2005. Fusarium induced diseases of tropical, perennial crops.


Phytopathol 96: 648-652.

Ploetz, R. C. 2006. Fusarium wilt of banana is caused by several pathogens


referred to as Fusarium oxysporum f. sp. cubense. Phytopathology 96:653-
656.

Rumahlewang, Wilhelmina.2010. Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Pisang.


http://kliniktanaman.blogspot.co.id/. Diakses pada Kamis 26 Oktober 2017
Pukul 00.22 WIB

Semangun, H. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Diterbitkan oleh Gadjah


Mada University Press. Tahun 1996 .

Semangun, H. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan. Diterbitkan oleh Gadjah


Mada University Press. Tahun 1996.

Tirtawidjaja, S. 1964. Citrus Vein Phloem Degeneration Virus, penyebab Citrus


Chlorosis di Jawa. Disertasi, Inst. Pert. Bogor.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai