Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA

MATERI ALAT-ALAT OPTIK (MATA, MIKROSKOP,


DAN TELESKOP) DI SMA
1)
Nur Faizah, 2) Singgih Bektiarso, 3)Sudarti
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
2)
Dosen Pembimbing I Skripsi
3)
Dosen Pembimbing II Skripsi
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: nrfaizah1896@gmail.com

Abstract

This study was conducted with the aim of describing the validity of
contextual learning videos on the material of optical devices (eyes, microscopes, and
telescopes) in high school and describing students' responses to the video using the
response questionnaire. The method used in this research is research and development
(Research and Development) by applying the Nieveen design to develop videos. Based on
the results of the three stages of validation obtained an average validity for each aspect
of the assessment of the validation of experts and users, namely, Relevance 87.5%,
Accuracy of 93.75%, Contextual Learning 87.50%, and Linguistics 95%, so that a final
validity of 90% is obtained with the category "It is very valid and can be used without
improvement", meaning that the video developed is appropriate for use in learning. The
results of the distribution of questionnaire responses of students of XII MIPA 1 and XII
MIPA 3 in MAN Lumajang with aspects of the response consisting of Display, Student
Learning Instructions, Learning Objectives, and Content with an average percentage of
total responses was 89.52% which is included in the category of "Very Positive" and
means students are interested in using video in learning.

Keywords: learning videos, contextual, validity, and student responses

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan wadah bagi dapat tercapai, karena dengan


setiap individu untuk meningkatkan mengutamakan kemampuan tersebut dapat
kemampuannya baik dibidang akademis melatih keterampilan berpikir ilmiah dari
ataupun non-akademis. Kemampuan tingkat dasar sampai tingkatan yang
tersebut dapat mengalami peningkatan tertinggi. Hal ini sejalan dengan acuan
apabila diimbangi dengan proses belajar pendidikan di Indonesia yang
yang berkualitas. Hasil belajar yang menggunakan kurikulum 2013 yang
bermutu akan didapatkan hanya dengan menuntut siswa agar dapat menguasai
kegiatan belajar yang bermutu pula pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
(Fayakun & P, 2015). Hasil dari kegiatan baik sebagai target akhir pembelajaran.
belajar yang dimaksud adalah untuk Dengan mengutamakan kemampuan-
mendapatkan kemampuan kognitif, kemampuan tersebut dapat melatih
psikomotorik, dan afektif yang lebih baik. keterampilan berpikir ilmiah dasar sampai
Ketiga kemampuan tersebut dapat dilatih tingkatan yang tertinggi atau yang dikenal
dan dikembangkan saat pembelajaran sebagai Kemampuan Berpikir Tingkat
berlangsung dan tentunya akan menjadi Tinggi atau High Order Thinking Skills
fokus utama guru agar tujuan pembelajaran (HOTS) yang sekarang ini menjadi daya

240
241 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 4, Desember 2019, hal 240-247

tarik pendidik untuk diterapkan kepada ekstrimnya persaingan dalam pendidikan


peserta didiknya. (Halpern, 2003). Sekitar 70% tamatan SMA
Fisika merupakan salah satu bidang belum mempunyai pengalaman
kajian ilmu pengetahuan alam yang menggunakan berpikir kritis yang baik dan
membutuhkan kemampuan berpikir ilmiah mahasiswa hanya memiliki sekitar 28%
yang tinggi karena muatan materinya yang yang melibatkan keterampilan berpikir
terdiri dari fenomena abstrak dan konkret tersebut (Chartrand, 2010).
yang dikaji secara matematis untuk Berdasarkan data-data tersebut dapat
menemukan konsep pengetahuannya. diartikan bahwa fisika membutuhkan
Fisika adalah bidang dalam sains yang pembelajaran yang dilengkapi dengan
berkaitan dengan kehidupan nyata manusia sumber belajar yang memudahkan siswa
(Siregar, 2016). Fisika mendeskripsikan untuk mempelajari materi fisika. Sumber
berbagai fenomena fisis di alam baik belajar yang dimaksud adalah semua objek
melalui perhitungan ataupun teori (Diani, yang mendorong siswa untuk mempelajari
2015). bahasan materi yang ada kaitannya dengan
Bidang studi Fisika adalah salah satu objek tersebut, baik itu di alam ataupun
bidang yang ditakuti oleh peserta didik berbentuk bahan ajar dan media belajar
(Afifah et al., 2013). Sebab dari ketakutan sehingga mereka mudah untuk
tersebut didasari dari kesan dari memahaminya.
pengalaman belajar bahwa pelajaran fisika Guru memerlukan media penunjang
merupakan pelajaran yang serius dan berat dalam pembelajaran untuk lebih
yang berhubungan erat dengan konsep, menguatkan pemahaman siswa terhadap
penyelesaian soal-soal rumit menggunakan materi yang dipelajari. Pada umumnya
matematis sampai melakukan praktikum media terdiri dari media audio (dapat
yang meminta mereka mendapatkan hasil didengarkan), media visual (dapat dilihat),
dengan sangat teliti dan membosankan (Tri dan media audio-visual (dapat didengar dan
et al., 2012). dilihat). Media audio-visual adalah suatu
Fakta tersebut diperkuat dengan hasil media hasil penggabungan dari audio dan
Trends In International Mathematics and visual yang dapat menyampaikan secara
Science (TIMSS) menunjukkan Indonesia lengkap dan optimal isi dari pembelajaran
pada tahun 1999 di peringkat 34 dengan 338 (Hamdani, 2011). Salah satu bentuk media
negara ikut berpartisipasi, tahun 2003 di ini adalah video. Video terbukti menjadi
urutan 35 dari 50 negara, tahun 2007 berada media yang interaktif dan memotivasi siswa
di 36 dari 49 negara, dan pada tahun 2015 untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
di 45 dari 50 negara. Selanjutnya untuk (Purwono, 2014).
Programme for International Students Pendekatan dalam pembelajaran juga
Assesment (PISA) tahun 2003, Indonesia perlu diperhatikan karena akan
menempati urutan ke-36 dari 40 negara, dan memudahkan pendidik untuk memahami
ditahun 2006 berada di 54 dari 57 negara. kebutuhan peserta didiknya. Pendekatan
Hasil kedua survey tersebut membuktikan kontekstual merupakan salah satu
bahwa pengetahuan sains siswa di pendekatan yang membimbing siswa untuk
Indonesia belum meningkat secara menghubungkan peristiwa fisis di alam
signifikan. dengan bahasan yang akan dipelajari
Pendidikan di abad 21 membutuhkan (Mulyono, 2012).
pembelajaran dengan kemampuannya yang Peneliti memilih video sebagai
berpengaruh atau kuat, salah satunya yaitu produk pembelajaran untuk dikembangkan
berpikir kritis yang merupakan bagian dari dengan menggunakan pendekatan
HOTS (Ikuonobe, 2001). Berpikir kritis kontekstual yang juga menyediakan soal-
perlu ditumbuhkan pada setiap peserta didik soal yang mampu mendorong siswa
agar mereka dapat mengimbangi berpikir kritis guna untuk meningkatkan
Faizah, Pengembangan Video Pembelajaran... 242

minat siswa untuk mempelajarinya. Video produk final. Revisi I, validasi dilakukan
animasi pada pelajaran mekanika teknik oleh 2 validasi ahli, Revisi II oleh 1 validasi
dapat meningkatkan ketertarikan siswa ahli dan 1 pengguna, dan tahap penilaian
untuk belajar (Wardoyo dan Faqih, 2015). oleh 1 ahli dan 1 pengguna. Validasi ahli
Media video dapat menjadikan hasil belajar dinilai oleh empat dosen pendidikan fisika
dan aktifitas IPA semakin meningkat Universitas Jember dan validasi pengguna
(Pratama et al., 2014). oleh dua guru mata pelajaran fisika MAN
Lumajang.
METODE Setelah tahap validasi mendapatkan
skor akhir dengan kategori layak, maka
Penelitian ini adalah jenis penelitian video dapat diuji coba terbatas kepada 10
pengembangan dengan menggunakan desan reponden menggunakan angket respon.
Nieveen (2006) yang memiliki tiga tahapan Kemudian video dievaluasi dan diperbaiki
utama yaitu Tahap penelitian pendahuluan bagian yang kurang sempurna, setelah itu
(Preliminirary Research), Tahap video dapat diuji coba di lapangan. Uji ini
perancangan produk (Prototyping Stage), juga diukur menggunakan respon siswa.
dan tahap penilaian (Assesment Stage), Respon siswa dilakukan dengan
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. menggunakan angket respon yang
disebarkan kepada siswa kelas XII MIPA 1
dan XII MIPA 3 di MAN Lumajang tahun
pelajaran 2019/2020 semester gasal. Siswa
kelas XII MIPA 1 berjumlah 35 orang dan
kelas XII MIPA 3 sebanyak 38 orang.
Pemilihan kedua kelas tersebut didasarkan
pada rata-rata nilai kelas yang tidak terlalu
jauh dan merupakan responden pada
penelitian pendahuluan.
Instrumen validasi tersusun atas
butir-butir aspek penilaian berikut
diantaranya, 1) Relevansi, 2) Keakuratan,
3) Pembelajaran Kontekstual, dan 4)
Kebahasaan. Penialaian dilakukan dengan
memberikan tanda centang pada salah satu
kolom skala skor yang tersedia tiap
indikatornya. Skala tersebut mulai dari
angka 1 sampai 4. 1 adalah sangat kurang, 2
adalah kurang, 3 adalah baik, dan 4 adalah
sangat baik. Selanjutnya untuk angket
respon siswa memuat beberapa aspek yaitu,
1) Tampilan, 2) Petunjuk Belajar Siswa, 3)
Tujuan Pembelajaran, dan 4) Isi. Setiap
Gambar 1. Desain Nieveen (2006) aspek memiliki sejumlah kriteria.
Penelitian dilakukan untuk Pemberian respon dapat dilakukan dengan
mengetahui validitas Video Pembelajaran memberikan centang pada kolom “setuju”
Kontekstual pada Materi Alat-Alat Optik atau ”tidak setuju” yang tersedia pada
(Mata, Mikroskop, dan Teleskop) di SMA masing-masing kriteria.
dan respon siswa terhadap video yang Penghitungan untuk skor dari
dikembangkan tersebut. validasi ahli dapat menggunakan rumus
. Validasi dilakukan melalui tiga (3) berikut:
tahap, diantaranya Revisi I, Revisi II, dan 𝑇
tahap penilaian, setelah itu dihasilkan Vahl = 𝑠𝑒 x 100%
𝑇𝑎ℎ
243 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 4, Desember 2019, hal 240-247

Dengan: tentang teleskop mempunyai 8 menit 12


Vahl : Validitas ahli ke-i detik.
𝑇𝑠𝑒 : Total skor empiris yang diperoleh Penelitian yang ada menyebutkan
𝑇𝑎ℎ : Total skor maksimal bahwa video pembelajaran yang telah
Akbar (2013: 82) dikembangkan sebelumnya hanya terdapat
Selanjutnya skor dari validasi ahli pembahasan materi dan soal (Wardoyo &
dapat dihitung melalui rumus berikut: Faqih, 2015). Namun yang membedakan
𝑇
Vpg = 𝑠𝑒 x 100% dengan video yang dikembangkan oleh
𝑇𝑎ℎ peneliti berisi tentang pembahasan materi
Dengan: menggunakan pendekatan kontekstual
Vpg : Validitas pengguna (Contextual Teaching Learning) dengan
𝑇𝑠𝑒 : Total skor empiris yang diperoleh pembahasan materi alat-alat optik (mata,
𝑇𝑎ℎ : Total skor maksimal mikroskop, dan teleskop) yang disertai
Akbar (2013: 82) proses pembentukan bayangan, rumus
matematis ditambah asal usul perolehan
Sehingga validasi akhir diperoleh rumus, gambar-gambar peristiwa fisis
melalui: sehari-hari untuk menuntun siswa
menghubungkannya dengan materi, dan
𝑉𝑎ℎ + 𝑉𝑝𝑔 latian soal yang mampu mendorong siswa
𝑉=
2 berpikir kritis.
Berikut tampilan masing-masing
Kevalidan video akan diketahui dengan video
mencocokkan validitas rata-rata yang
diperoleh dengan kriteria validitas.
Sedangkan untuk skor respon siswa
dapat menggunakan persamaan berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 (𝑃)


𝐴
= × 100%
𝐵
Keterangan: Gambar 2. Tampilan video tentang Mata
P = Persentase respon siswa
A = proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa (responden)
(Trianto, 2009: 243)

Karakteristik respon siswa ditunjukkan


dengan mencocokkan skor akhir dengan
kriteria respon.
Gambar 3. Tampilan video tentang
HASIL DAN PEMBAHASAN Mikroskop
Produk pembelajaran yang
dihasilkan dari penelitian pengembangan
ini adalah Video Pembelajaran Kontekstual
pada Materi Alat-Alat Optik (Mata,
Mikroskop, dan Teleskop) di SMA. Video
ini terbagi menjadi tiga buah yaitu 1 video
tentang mata memiliki durasi 16 menit 21
detik, 1 video tentang mikroskop dengan
durasi 12 menit 21 detik, dan 1 video Gambar 4. Tampilan video tentang
Teleskop
Faizah, Pengembangan Video Pembelajaran... 244

kebutuhan dalam proses pembelajaran


Pengembangan video pembelajaran berdasar dari wawancara dengan guru
ini menerapkan desain Nieveen (2006), fisika. Selain teori, perlu juga
berikut hasil pengembangan video memperhatikan acuan pendidikan yang
menggunakan desain ini: berlaku di Indonesia saat ini, yaitu
a) Preliminirary Research (Tahap kurikulum 2013, karena melalui pengkajian
Penelitian Pendahuluan) tersebut pendidik akan mengetahui
Tahap ini dilaksanakan dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang
membagikan angket siswa kelas XI MIPA 1 sesuai dengan kebutuhan siswa dan aturan
dan XI MIPA 3 tahun pelajaran 2018/2019 kurikulum.
semester genap dan wawancara dengan b) Prototyping Stage (Tahap Pembuatan
guru fisika MAN Lumajang. Angket siswa Prototipe)
dan wawancara berkaitan dengan Tahap perancangan adalah proses
pembelajaran fisika. pembuatan video pembelajaran alat-alat
Hasil pengisian angket menunjukkan optik yang dikembangkan menggunakan
bahwa hampir semua siswa tidak memiliki Wondershare Filmora versi 7.8.9 sehingga
mina untuk belajar fisik, video tidak selalu menjadi video pembelajaran kontekstual
digunakan dalam pembelajaran, dan pada materi alat-alat optik (mata,
sebagian besar siswa mengalami kesulitan mikroskop, dan teleskop) di SMA dengan
dalam memahami konsep-konsep fisika dan pembahasan materi menggunakan
tidak terlalu mengerti soal yang berbentuk pendekatan kontekstual, soal dan latihan
gambar dan cerita. Dan hasil wawancara soal yang dapat melatih untuk berpikir
dengan guru fisika di MAN Lumajang yang kritis. Prototyping Stage menghasilkan
memaparkan persentase rata-rata siswa tiap video sebagai draft 1.
indikator berpikir kritis, diantaranya 50%- Draft 1 akan divalidasi melalui tiga
75% peserta didik yang dapat memberikan tahap validasi oleh validator ahli dan
penjelasan sederhana, 50%-75% siswa pengguna. Apabila telah dinilai maka akan
mampu membangun keterampilan dasar, dievaluasi untuk mengetahui validitas
<50% siswa mampu menyusun kesimpulan, video. Setelah video sudah dinyatakan
dan <50% siswa dapat menyusun strategi valid untuk digunakan maka artinya sudah
dan taktik. Persentase tersebut menjelaskan dapat dilakukan uji terbatas. Uji ini perlu
bahwa banyak siswa yang memiliki dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan
kemampuan berpikir kritis minimum dalam video sebelum digunakan untuk seluruh
pengalaman belajarnya. siswa kelas XII MIPA 1 dan XII MIPA 3.
Tahap ini juga mengkaji teori-teori Berikut hasil tahap penilaian oleh validator
yang berkaitan dengan permasalahan serta ahli dan pengguna, yaitu:

Tabel 1. Hasil penilaian


Indikator Rata-Rata Validitas Kategori
Validitas
Tiap Aspek
Relevansi 87.5% Sangat
90%
Keakuratan 93.75% valid dan
245 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 4, Desember 2019, hal 240-247

Pembelajara 87.50% dapat


Kontekstual digunakan
Kebahasaan 95% tanpa
perbaikan

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh skor sehingga skor akhirnya adalah 90%. Ini
akhir validasi oleh validasi ahli dan berarti bahwa video pembelajaran hasil
pengguna untuk Video Pembelajaran pengembangan tersebut sangat valid dan
Kontekstual pada Materi Alat-Alat Optik dapat digunakan tanpa perbaikan sebagai
(Mata, Mikroskop, dan Teleskop) di SMA media pembelajaran.
untuk setiap aspek yaitu Relevansi 87.5%, c) Assesment Stage (Tahap Penilaian)
Keakuratan 93.75%, Pembelajaran Respon siswa terhadap video yang
kontekstual 87.50%, dan Kebahasaan 95% dikembangkan adalah sebagai berikut

Tabel 2. Data rata-rata respon siswa kelas XII MIPA 1 dan XII MIPA 3

No. Aspek Kriteria Persentase Kategori Respon


Respon Siswa
1. Tampilan Judul pada tampilan
98.57% Sangat Positif
pembuka jelas
Gambar pada video
90.22% Sangat Positif
menarik
Jenis huruf sesuai
87.59% Sangat Positif
2. Petunjuk Petunjuk belajar
79.13% Positif
belajar siswa siswa jelas
Bahasa pada
petunjuk
94.51% Sangat Positif
penggunaan video
mudah dipahami
3. Tujuan Tujuan
pembelajara pembelajaran jelas 93.19% Sangat Positif
n
4. Isi Hubungan materi
dengan kehidupan
93.30% Sangat Positif
nyata (kontekstual) 89.52%
mudah dipahami
Contoh
permasalahan
87.70% Sangat Positif
kontekstual menarik
minat siswa
Permasalahan yang
disajikan
mendorong siswa 91.76% Sangat Positif
untuk berpikir kritis
Pertanyaan
membimbing siswa
untuk menemukan 88.90% Sangat Positif
konsep
Pembahasan yang
menuntun siswa
90.45% Sangat Positif
untuk menemukan
konsep
Faizah, Pengembangan Video Pembelajaran... 246

Pemahaman contoh
soal membantu
siswa untuk lebih 85.21% Sangat Positif
memahami konsep
Latihan soal dapat
membantu siswa 84.96% Sangat Positif
memahami konsep
Ringkasan materi
87.82% Sangat Positif
mudah dipahami

Berdasarkan tabel 2. tersebut diketahui Saran


rata-rata respon tiap aspek yaitu aspek
Tampilan mendapat 92.13%, aspek Berdasarkan penelitian yang telah
Petunjuk belajar siswa sebesar 86.52%, dilaksanakan, terdapat beberapa saran
aspek Tujuan pembelajaran 93.19%, dan yang peneliti anjurkan yaitu.
aspek Isi 88.76% sehingga rata-rata a. Bagi siswa, Video pembelajaran
respon didapatkan 89.52% dan kontesktual baik digunakan untuk
dikelompokkan sebagai respon yang siswa yang sesuai dengan
“Sangat Positif”. Hasil ini menunjukkan jenjangnya sehingga siswa akan
bahwa siswa tertari menggunakan video mendapat pengalaman baru dalam
tersebut dalam pembelajaran. Fakta ini belajar fisika dan memudahkan
juga sama dengan penelitian Wardoyo dalam memahami konsep serta
dan Faqih (2015) yang menjelaskan dapat melatih kemampuan berpikir
bahwa video animasi pada pelajaran kritis siswa.
mekanik teknik valid untuk b. Bagi guru, video ini dapat
digunakan sebagai salah satu media
diterapkan dan menaikkan daya tarik
dalam pembelajaran alat-alat optik
pembelajaran agar diminati siswa. utamanya tentang mata, mikroskop,
Video mampu meningkatkan hasil dan teleskop.
belajar dan aktifitas siswa (Pratama c. Bagi sekolah, video ini dijadikan
et al., 2014). sebagai salah satu media
pembelajaran dalam fisika untuk
SIMPULAN DAN SARAN menunjang fasilitas pembelajaran
yang disediakan.
Simpulan d. Bagi peneliti lain, sebaiknya video
Berdasarkan hasil analisis data ini diadakan uji efektifitas untuk
maka dapat dibuat kesimpulan bahwa mengetahui kemampuan produk
skor validasi untuk Video Pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
Kontekstual pada Materi Alat-Alat siswa.
Optik (Mata, Mikroskop, dan Teleskop)
di SMA sebesar 89.12% yang termasuk DAFTAR PUSTAKA
sangat valid dan sudah dapat digunakan
dalam pembelajaran. Sedangkan untuk Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen
respon siswa diperoleh rata-rata sebesar Perangkat Pembelajaran.
89.52% yang artinya siswa memberikan Bandung: Rosdakarya.
respon “sangat positif” untuk video Afifah, N., Murniati, N., & Susilawati.
tersebut. (2013). Penerapan Pendekatan
Kontekstual Menggunakan Media
Video untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika pada Kelas XI RPL 1
247 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 4, Desember 2019, hal 240-247

SMK N 8 Semarang. Seminar Pembelajaran Quantum Teaching


Nasional 2nd Lonttar Physics dengan Media Video Pembelajaran
Forum. untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Chartrand, J. (2010). My thinking styles: Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan
Development report [Measurement Daur Hidup Hewan Siswa Kelas IV
instrument]. San Antonio, TX: SDN Sumbersari 02 Jember. 1-5.
Pearson Education. Retrieved from Purwono J., S. Yutmini, dan S. Anita.
Diani, R. (2015). Pengembangan 2014. Penggunaan Media Audio-
Perangkat Pembelajaran Fisika Visual pada Mata Pelajaran Ilmu
Berbasis Pendidikan Karakter Pengetahuan Alam di Sekolah
dengan Model Problem Based Menengah Pertama Negeri 1
Instruction. Jurnal Ilmiah Pacitan. Jurnal Teknologi
Pendidikan Fisika Al-Biruni. (4)2: Pendidikan dan Pembelajaran.
243-255. 2(2): 127-144.
Fayakun, M., & P, J. (2015). Efektivitas Siregar, A. (2016). Pembelajaran
Pembelajaran Fisika Menggunakan Pengantar Fisika Kuantum dengan
Model Kontekstual (CTL) dengan Media PhET Simulation dan LKM
Metodepredict, Observe, Explain Melalui Pendekatan Saintifik:
Terhadap Kemampuan Berpikir Dampak pada Minat dan
Tingkat Tinggi. Jurnal Pendidikan Penguasaan Konsep Mahasiswa.
Fisika Indonesia. 11(1): 49-58. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika
Halpern, D. (2003). Thought and Al-Biruni. 5(1): 53-60.
knowledge: An Introduction to Trianto. 2009. Mendesain Model
Critical Thinking. (4th Ed.). Pembelajaran Inovatif-Pregresif.
Mahwah. NJ: Lawrence Erlbaum Jakarta: Kencana Prenada Group.
Associates. Tri, R., F, S. D., & A, W. (2012).
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Penggunaan Model Pembelajaran
Mengajar. Bandung: CV Pustaka Scrambl untuk Peningkatan
Setia. Motivasi Belajar IPA (Fisika) pada
Ikuonobe, P. (2001). Teaching and Siswa SMP Negeri 16 Purworejo
Assessing Critical Thinking Tahun Pelajaran 2011/2012.
Abilities as Outcomes in An Radiasi. (1)1:1-10.
Informal Logic Course. Teaching in Wardoyo, T., C., dan F. Ma’arif. 2015.
Higher Education. 6(1). 19-32. Pengembangan Media
Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Video
Menuju Efektivitas Pembelajaran Animasi pada Mata Pelajaran
di Abad Global. Malang: UIN- Mekanika Teknik di SMK Negeri 1
Maliki Press. Purworejo. Jurnal Pendidika
Pratama, E. R., S. Bektiarso, dan Teknik Sipil dan Perencanaan.
Agustiningsih. Aplikasi Model 3(3): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai