Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEMBESARAN

UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)


DI TAMBAK INTENSIF PT. SURI TANI PEMUKA
BANYUWANGI
JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR

Oleh:
ARMA AULIA ARTA
1622010159

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE
KEPULAUAN
2019
iii
iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Juli 2019


Yang menyatakan,

Arma Aulia Arta

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah yang maha pengasih

lagi maha penyayang yang telah memberikan kenikmatan yang tiada terkira

sehingga penulis dapat menyusun tugas akhir ini dengan baik. Tidak lupa

sholawat serta salam selalu penulis haturkan kepada junjungan terbaik baginda

Rosul Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasasallam selaku tauladan terbaik hingga

akhir zaman. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada beliau, serta kepada

keluarga, sahabat, tabi’in dan orang-orang yang selalu mengikuti sunnahnya.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah mendukung dan membantu penyusunan tugas akhir ini sehingga

berjalan dengan lancar, yaitu :

1. Bapak Syahrir, Ibu Hartati, Rezky Amalia Arta, Sri Nurfiana Arta, Saifullah

Arta selaku orang tua dan saudara. Terima kasih atas segala do’a,

kepercayaan, cinta kasih yang tiada henti diberikan kepada penulis, dan

senantiasa memberikan motivasi yang luar biasa sehingga mampu

memberikan pencerahan dan penguatan yang sangat berarti bagi penulis

2. Bapak Ir. Andi Yusuf Lingka, M.P. selaku pembimbung pertama dan bapak

Ir. Alimuddin, M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

bimbingan, motivasi serta arahan kepada penulis dalam penyelesaian

penulisan tugas akhir.

3. Ibu Dr. Andriani, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Program Studi Budidaya

Perikanan.

4. Bapak Ardiansyah, S.Pi., M.Biotech.St., Ph.D. selaku Ketua Jurusan

Budidaya Perikanan.

vi
5. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Pangkajene Kepulauan.

6. Bapak Bio Prasetyo Nugroho dan Bapak Bayu Pradana selaku pembimbing

lapangan atas arahan dan bimbingannya selama kegiatan PKPM.

7. Ani Rahayu, Asriani, Syamsinar dan Galuh Nugraha teman seperjuangan di

lokasi PKPM. Serta teman teman seperjuangan Jurusan Budidaya Perikanan

(Minat Teknologi Pembesaran Ikan) angkatan 29.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

konstruktif dari semua pembaca demi kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga

tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi positif serta bermanfaat bagi kita

semua, Aamiin.

Pangkep, Juli 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI............................................... iii

PERNYATAAN ...................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi

RINGKASAN ........................................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname ........................ 3
2.2 Makanan dan Kebiasaan Makan ......................................... 5
3.3 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup.............................. 5
2.4 Pakan Buatan ...................................................................... 6
2.5 Kandungan Nutrisi Pakan ................................................... 7
2.6 Sifat Fisik Pakan ................................................................. 11
2.7 Manajemen Pemberian Pakan ............................................ 12
2.8 Rasio Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio, FCR)....... 16

BAB III. METODOLOGI


3.1 Waktu dan Tempat .............................................................. 17
3.2 Alat dan Bahan .................................................................... 17

viii
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................. 18
3.4 Metode Pelaksanaan............................................................ 19
3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data ........................ 24

BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI


4.1 Keadaan Lokasi .................................................................. 27
4.2 Sarana dan Prasarana .......................................................... 29
4.3 Struktur Organisasi ............................................................ 30

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Manajemen Pemberian Pakan ............................................ 31
5.2 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup ............................. 34
5.3 Rasio Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio, FCR)....... 36
5.4 Produktivitas Akuakultur .................................................... 40

BAB VI PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 42
5.2 Saran .................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Jenis dan Ukuran Pakan .......................................................... 13
Tabel 2.2 Analisis Nafsu Makan Udang Berdasarkan Cek Anco ........... 15
Tabel 3.1 Alat yang Digunakan Selama Pemberian Pakan pada
Pembesaran Udang Vaname ................................................... 17
Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan Selama Pemberian Pakan pada
Pembesaran Udang Vaname ................................................... 18
Tabel 5.1 Pertumbuhan Harian Udang Vaname ..................................... 38
Tabel 5.2 Kelangsungan Hidup Udang Udang Selama Pemeliharaan .... 39
Tabel 5.3 FCR Udang Selama Pemeliharaan .......................................... 40

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname .................................................. 4
Gambar 3.1 Pemberian Pakan Manual .................................................... 19
Gambar 3.2 Pemberian Pakan Auto Fedeer ............................................ 19
Gambar 3.3 Pemberian Pakan di Anco ................................................... 19
Gambar 3.4 Pengecekan Anco ................................................................ 21
Gambar 3.5 Sampling.............................................................................. 22
Gambar 3.6 Panen Udang ....................................................................... 23
Gambar 3.7 Pencucian Udang ................................................................. 23
Gambar 3.8 Sortir Udang ........................................................................ 23
Gambar 4.1 Layout Tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi .......... 28
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi .... 30
Gambar 5.1 Pertumbuhan Udang Vaname.............................................. 36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Kandungan Nutrisi Pakan PT. Suri Tani Pemuka .............. 45
Lampiran 2. Program Pemberian Pakan PT. Suri Tani Pemuka ............. 46
Lampiran 3. Pakan Blind Feeding ........................................................... 47
Lampiran 4. Persentase Pakan Harian (Feeding Rate, FR) ..................... 48
Lampiran 5. Jumlah Pakan yang Digunakan pada Pembesaran Udang
Vaname .............................................................................. 49
Lampiran 6. Hasil Panen Udang Vaname ............................................... 51
Lampiran 7. Contoh Perhitungan Pakan ................................................. 52
Lampiran 8. Skema Produktivitas Akuakultur ........................................ 53
Lampiran 9. Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname Selama
Pemeliharaan 63 Hari......................................................... 54
Lampiran 10. Kegiatan Pemberian Pakan pada Pembesaran Udang
Vaname ............................................................................. 55

xii
RINGKASAN

Arma Aulia Arta. 1622010159. Manajemen Pemberian Pakan pada Pembesaran


Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi Jawa Timur. Dibimbing oleh Andi Yusuf Lingka dan
Alimuddin.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditas unggulan


dari sektor perikanan yang banyak diminati oleh petambak karena dapat
dibudidayakan dengan padat tebar yang tinggi, produktivitas tinggi dan tingkat
kematian yang rendah, serta permintaan pasar yang tinggi. Permintaan udang
vaname yang meningkat dapat dipenuhi dengan melakukan peningkatan produksi
melalui budidaya udang vaname secara intensif. Salah satu faktor yang
mendukung keberhasilan budidaya udang secara intensif adalah manajemen
pemberian pakan.
Tujuan tugas akhir ini adalah menguraikan manajemen pemberian pakan
pada pembesaran udang vaname (Litopanaeus vannamei) di tambak intensif PT.
Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Manfaat tugas akhir ini adalah sebagai bahan
informasi untuk menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi keahlian
dalam berkarya dimasyarakat mengenai manajemen pemberian pakan pada
pembesaran udang vaname (Litopanaeus vannamei) di tambak intensif. Metode
pengumpumpulan data yang dilakukan yaitu observasi, partisipasi aktif,
wawancara, dan penelusuran literarur. Data disajikan dalam bentuk tabel, grafik,
dan gambar, kemudian dianalisis secara deskriptif
Pemberian pakan sebanyak 1.580 kg yang mempunyai kandungan nutrisi
berupa protein 30 – 40%, lemak 5 – 6,5% dengan dosis 15 – 2%/BB/hari dan
frekuensi pemberian pakan 2 – 4 kali sehari, memperlihatkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup udang yang baik dan FCR yang optimal. Hal itu dapat dilihat
dari udang yang ditebar sebanyak 134.176 ekor pada tambak yang luasnya 1.183
m2 dengan masa pemeliharaan 63 hari menghasilkan udang sebanyak 121.590
ekor, biomassa 1.586 kg, berat rata-rata 13,04 gram/ekor, size 74,4 ekor/kg
dengan SR 90,62% dan FCR 1.

xiii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditas unggulan

dari sektor perikanan yang banyak dibudidayakan oleh petambak karena

banyaknya permintaan dari pasar nasional maupun pasar internasional. Selain

permintaan yang tinggi, udang vaname juga memiliki kemampuan daya tahan

tubuh yang tinggi sehingga tingkat kematiannya rendah. Udang vaname juga

memiliki tingkat produktivitas yang cukup tinggi dan memiliki kemampuan untuk

memanfaatkan seluruh bagian tambak dari dasar tambak hingga ke lapisan

permukaan. Oleh karena kemampuannya itulah, udang vaname ini dapat

dipelihara di tambak dengan kondisi padat tebar yang tinggi.

Permintaan udang vaname yang meningkat dapat dipenuhi dengan

melakukan peningkatan produksi melalui budidaya udang vaname secara intensif.

Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan budidaya udang secara intensif

adalah manajemen pemberian pakan.

Pakan berperan sangat besar dalam mencapai keberhasilan budidaya

udang. Biaya pakan mencapai lebih dari 50% dari biaya total sehingga perlu

adanya manajemen pemberian pakan yang baik untuk mendukung keberhasilan

budidaya (Hasan, 2012 dalam Supono, 2017). Manajemen pemberian pakan yang

baik sangat penting dilakukan agar pemberian pakan optimum sehingga tidak

terjadi kelebihan pakan atau kekurangan pakan. Pemberian pakan yang kurang

(under feeding) akan menyebabkan pertumbuhan udang terganggu dan timbulnya

sifat kanibalisme pada udang, begitupun sebaliknya apabila kelebihan pakan (over

feeding) menyebabkan penurunan kualitas air dan nilai konversi pakan tinggi.
2

Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan udang (optimum) menyebabkan

kualitas air terjaga, efisiensi pakan dan akan memacu pertumbuhan dan

kelangsungan hidup udang vaname secara optimal sehingga produktivitasnya bisa

meningkat.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan tugas akhir ini adalah menguraikan manajemen pemberian pakan

pada pembesaran udang vaname (Litopanaeus vannamei) di tambak intensif PT.

Suri Tani Pemuka Banyuwangi.

Manfaat tugas akhir ini adalah sebagai bahan informasi untuk menambah

wawasan dan meningkatkan kompetensi keahlian dalam berkarya dimasyarakat

mengenai manajemen pemberian pakan pada pembesaran udang vaname

(Litopanaeus vannamei) di tambak intensif.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morforlogi Udang Vaname

Menurut Holthius (1980), pemberian nama latin udang vaname pertama

kali dilakukan oleh Boone pada tahun 1931 dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)

Menurut Supono (2017), nama ilmiah udang vaname yang pertama kali

diberikan oleh Boone pada tahun 1931 ini adalah Penaeus vannamei. Namun

Litopenaeus diusulkan oleh Isabel Parez Farfante dan Brian Kensley pada tahun

1997 untuk menggantikan nama genus penaeus. Nama lain udang vaname

menurut FAO adalah whiteleg srimp (Inggris), crevette pattes blanches (Prancis)

dan camaron patiblanco (Spanyol).


4

Tubuh udang vaname dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut

cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di

bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas

(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas

pula. Ujung ruas keenam terdapat ekor kipas (uropod) 4 lembar dan satu telson

yang berbentuk runcing (Wyban and Sweeney, 1991).

Udang vaname termasuk genus Penaeus dicirikan oleh adanya gigi pada

rostrum bagian atas dan bawah. Mempunyai dua gigi di bagian ventral dari

rostrum dan 8-9 gigi di bagian dorsal serta mempunyai antena panjang (Elovaara,

2001). Morfologi udang vaname dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname


5

2.2 Makanan dan Kebiasaan Makan

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), udang vaname termasuk golongan

omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang

kecil (rebon), fitoplankton, polyhaeta, larva kerang dan lumut. Selanjutnya

menjelaskan bahwa udang vaname mencari dan mengidentifikasi pakan

menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang

terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior

antennula, bagian mulut, capit, antena, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal

kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi

sumber pakan. Untuk mendekati sumber pakan, udang akan berenang

menggunakan kaki jalan yang memiliki capit, kemudian dimasukkan ke dalam

mulut. Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan

dan oesophagus. Bila pakan yang dikonsumsi terlalu besar, akan dicerna secara

kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut.

2.3 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vaname adalah dua

parameter tingkat keberhasilan proses budidaya. Karena dua faktor tersebut yang

mempengaruhi biomassa yang dihasilkan dari proses budidaya. Kelangsungan

hidup (survival rate) adalah banyaknya udang yang berhasil hidup hingga masa

panen tiba. Yang paling mempengaruhi kelangsungan hidup udang yang

dipelihara ialah kondisi lingkungan perairan tambak dan kondisi benur, terutama

pada waktu penebaran benur dilakukan. Selain itu terdapatnya predator di tambak

juga sangat mengancam kelangsungan hidup udang (Anonim, 2007). Maka

sebelum ditebar kualitas air di tambak harus diperhatikan, diusahakan kondisi


6

perairan tambak hampir sama dengan kondisi air pada bak pembenihan benur

tersebut. Serta sebelum benur ditebar, hama predator maupun kompetitor harus

dibasmi. Widigdo (2013) menyatakan bahwa survival rete (SR) dikategorikan

baik apabila nilai SR>70%, untuk SR kategori sedang 50–60% dan untuk kategori

rendah yaitu <50%.

Pertumbuhan udang merupakan proses pertambahan panjang dan berat

yang terjadi secara bertahap, dimana proses ini sangat dipengaruhi oleh frekuensi

ganti kulit (moulting). Moulting akan terjadi secara teratur pada udang yang sehat.

Bobot udang akan bertambah setiap kali mengalami moulting. Moulting dapat

terjadi secara massal, yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berubah

secara tiba-tiba, seperti terjadinya pasang surut, pergantian air maupun jika terjadi

perubahan suhu secara mendadak. Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan

juga sangat mempengaruhi pertumbuhan udang. Udang akan tumbuh jika pakan

yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup dan

pakan tersebut harus memiliki kandungan protein yang tinggi (minimal 35%).

Kualitas air tambak yang baik akan mendukung perkembangan dan pertumbuhan

udang vaname secara optimal (Anonim, 2007).

2.4 Pakan Buatan

Abidin (2011), menyatakan bahwa pakan buatan (Artifical feed) adalah

pakan yang sengaja dibuat dan disiapkan. Beberapa hal penting perlu diperhatikan

selama pemberian pakan pada hewan budidaya, antara lain; (1) Pakan berkualitas

merupakan hasil formulasi dengan menyediakan nutrien sesuai dengan kebutuhan

kultivan yang akan dipelihara, diproduksi dengan kualitas baik dimana nutrien

yang ada dapat tercerna secara maksimal; (2) Mengunakan pakan yang attraktif,
7

palatabilitas tinggi, serta size/ukuran yang sesuai dengan hewan yang dipelihara;

(3) Mempertahankan kualitas pakan melalui penyimpanan dan penanganan yang

baik dan benar; (4) memberikan pakan pada kultivan dengan jumlah dan frekuensi

yang tepat sesuai dengan jumlah dan ukuran populasi; (5) Mendistribusikan pakan

secara merata pada media budidaya (tambak, kolam dsb) sehingga semua udang

mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan; (6) Melakukan

pengaturan pakan berdasarkan kualitas air dan nafsu makan udang

2.5 Kandungan Nutrisi Pakan Buatan

2.5.1 Protein

Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan

organisme lainnya. Fungsi protein dalam tubuh udang antra lain: pemeliharaan

jaringan, pembentukan jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan.

Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih

tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien yang

paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang. Kebutuhan udang

akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadia larva

pertumbuhan udang lebih pesat dibanding yang dewasa. Disamping itu sumber

protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan

kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva cenderung bersifat

karnivora. Makanan yang baik bagi udang vaname adalah yang mengandung

protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal

bertahan selama 3 – 4 jam setelah ditebar (Tacon, 1987).


8

2.5.2 Lemak

Menurut Amri dan kanna (2008), lemak merupakan senyawa organic yang

terdiri dari minya, phospholipid dan sterol. Lemak juga merupakan komponen

jaringan yang berfungsi sebagai carrier atau pembawa vitamin yang terlarut

didalamnya. Lemak adalah bahan yang mudah dicerna, mengandum energi yang

tinggi dan sangat esensial dalam pertumbuhan dan fungsi normal dari tulang.

Lemak mengandum asam lemak yang diklasifikasikan sebagai asam lemak

jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ditandai adanya ikatan

rangkap (PUFA), sedangkan asam lemak jenuh ditandai dengan tidak adanya

PUFA. Beberapa jenis asam lemak yang sangat dibutuhkan harus tersedia dalam

pakan (asam lemak esensial). Lemak dalam udang berfungsi untuk sebagai

sumber asam lemak dan energi atau sumber tenaga yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang.

Selain itu, lemak juga berfungsi untuk membantu penyerapan vitamin

yang larut dalam minyak, membantu pembentukan struktur biologis membrane,

serta memengaruhi aroma dan tekstur pakan. Kadar lemak dalam pakan udang

vaname sekitar 5 – 7%. Kadar lemak yang berlebihan dapat menyebabkan pakan

berbau tengik karena lemak mudah teroksidasi oleh udara.

Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan

dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi

sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak

dalam tubuh udang antara lain sumber energi. Lemak membantu penyerapan

kalsium dan vitamin A dari makanan. Asam lemak yang penting bagi udang

adalah asam linolenat. Asam lemak ini banyak terdapat pada bagian kepala udang.
9

Kelebihan lemak di dalam tubuh udang disimpan dalam bentuk trigliserida. Di

samping asam lemak esensial, udang juga membutuhkan kolesterol dalam

makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien tersebut dalam tubuh

udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting. Penambahan kolesterol di

dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat berpengaruh pada kadar

kolesterol. Kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak 0,5% (Tacon, 1987).

2.5.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan bagian dari bahan organik yang paling banyak

terdapat dalam pakan dan dibutuhkan oleh tubuh. Peranan karbohidrat adalah: a)

sumber energi; b) pembakar lemak; c) memperkecil penggunaan protein menjadi

energi; d) menambah cita rasa; e) memelihara kesehatan dan fungsi normal alat

pencernaan (Kordi, 2010).

2.5.4 Vitamin

Vitamin secara umum dikenal sebagai senyawa organik yang diperlukan

dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk perbaikan, pertumbuhan,

reproduksi dan kesehatan udang. Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan udang

antara lain; vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin

B12 dan vitamin C (Kordi, 2010).

Menurut Amri dan Kanna (2008), vitamin merupakan senyawa organik

kompleks yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh udang.

Pada umunya vitamin disintesis dalam tubuh udang sehingga harus tersedia dalam

pakan. Walaupun jumlah vitamin yang diperlukan udang sangat sedikit

dibandingkan zat makanan lainnya, namun kekurangan salah satu vitamin dalam
10

pakan akan menyebabkan gejala tidak normal pada udang sehingga mengganggu

proses pertumbuhannya. Devisiensi vitamin akan menimbulkan gejala tidak

normal dalam morfologi maupun fisiologi bagi udang.

2.8.5 Mineral

Menurut Amri dan Kanna (2008), mineral merupakan bahan organik yang

dibutuhkan oleh udang dalam jumlah kecil, tetapi mempunyai fungsi yang sangat

penting. Fungsi umum dari mineral adalah 1) sebagai komponen utama dalam

menjaga keseimbangan tekanan osmosis, struktur jaringan dan transmisi simpul

saraf dan kontraksi otot; 2) sebagai komponen utama dari enzim, vitamin,

hormone, pigmen dan kofaktor dalam metabolisme; 3) sebagai enzim activator.

Berdasarkan konsentrasinya dalam tubuh organisme, mineral dapat digolongkan

dalam dua kelompok yaitu makroelemen dan mikroelemen. Makroelemen terdiri

dari kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Ma), kalium (K), fosfor (P), klorida

(Cl) dan sulfur (S). Sedangkan mikroelemen terdiri dari besi (Fe), seng (Zn),

mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), koblt (Co), nikel (Ni), flor (f), khrom

(Cr), silicon (Si) dan selenium (Se).

Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalam struktur gigi

dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam basa serta menjaga

keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan (Kordi, 2010).

Selanjutnya diktatakan, kebutuhan mineral bagi udang dan ikan sangat tergantung

pada konsentrasi air tempat budidaya. Udang memerlukan mineral tertentu untuk

ganti kulit karena selama ganti kulit, ekseskeleton yang lepas banyak mengandung

mineral. Penambahan mineral dalam pakan yang berlebih justru akan berakibat

negatif bagi pertumbuhan udang budidaya karena dapat mengakibatkan


11

terhambatnya pertumbuhan. Gejala defisiensi mineral pada umumnya tidak

disebabkan oleh kadarnya yang rendah tetapi lebih sering terjadi karena ketidak

seimbangan antara mineral dan nutrisi lainnya (Kordi, 2010).

2.6 Sifat Fisik Pakan

2.6.1 Stabilitas Air

Stabilitas air (Water Stability) atau ketahanan pakan dalam air mutlak

dimiliki oleh suatu pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi

makanan secara lambat dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan

faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan dan secara langsung dapat

mempengaruhi tingkat rasio konversi pakan. Pakan yang tidak stabil dan cepat

terurai dalam air merupakan pemborosan dan dapat menimbulkan pencemaran air

yang akhirnya menurunkan kualitas air dalam tambak (Naharuddin, 2008). Sifat

pakan udang yang berbeda dari udang menuntut adanya tarik dan kestabilan pakan

yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan secara baik dan efisien sebelum larut

atau terurai dalam air (Naharuddin, 2008). Selanjutnya dikatakan, larutnya pakan

dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan berakibat terhadap kualitas air,

namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam waktu perendaman tertentu masih

belum dapat mempengaruhi pertumbuhan udang.

Menurut Amri dan Kanna (2008), pakan yang baik mempunyai Water

Stability sekitar 2 – 3 jam. Jika lebih dari waktu itu, berarti pakan susah dicerna

oleh udang. Sedangkan jika kurang, kemungkinan besar pakan sudah hancur

sebelum ditemukan oleh udang.


12

2.6.2 Aroma dan Rasa Pakan

Pakan dengan kandungan nutrien yang cukup tinggi dan seimbang akan

menjadi tidak berarti apabila tidak dimakan oleh udang, karena pakan tidak

memiliki aroma dan rasa yang disukai oleh udang (Heriansyah, 1995).

Selanjutnya dikatakan bahwa attraktan sebagai sumber aroma dapat keluar dari

pelet yang kemudian ditangkap melalui chemoreceptor yang terdapat di seluruh

bagian tubuh udang. Pakan yang memiliki aroma baik akan menarik udang untuk

menghampirinya dan rasa yang disukai oleh udang sehingga akan terus

memakannya tanpa rasa terganggu.

2.7 Manajemen Pemberian Pakan

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), pakan merupakan sumber protein,

lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Pakan juga merupakan faktor yang

sangat penting dalam budidaya udang vaname karena menyerap 60 – 70% dari

total biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu

pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal sehingga

produktivitasnya bisa ditingkatkan.

2.7.1 Jenis dan Ukuran Pakan

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), pakan udang selama ini sering

diartikan sebagai pelet karena kebutuhan nutrisi udang budidaya dipenuhi dari

pakan buatan yang berbentuk pelet. Namun demikian ada juga jenis pakan lain,

yaitu pakan alami dan pakan tambahan yang mempunyai fungsi yang tidak kalah

penting. Pakan tambahan digunakan sebagai pelengkap nutrisi pakan alami dan

pakan buatan. Selain itu pakan tambahan dapat berfungsi merangsang nafsu
13

makan udang, mempercepat proses moulting, memperkecil FCR dan sebagai

pupuk organik.

Menurut Amri dan Kanna (2008), jenis dan ukuran pakan sebaiknya

disesuaikan dengan ukuran udang yang diberikan pakan itu sendiri. Ukuran udanh

yang umum digunakan untuk menentukan jenis dan ukuran pakan adalah berat

rata- (Average Body Weight, ABW). Berdasarkan penggunaanya, jenis pakan

dibagi menjadi empat macam yaitu PL. Feed, Starter, Grower dan Finishe.

Sedangkan berdasarkan ukuran diameternya atau bentuknya dibagi menjadi

empat bentuk yaitu Fine Crumble, Coarse, Crumble dan Pellet. Jenis dan ukuran

pakan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis dan Ukuran Pakan

Nomor Ukuran Pakan


Jenis Pakan Bentuk Pakan
Pakan (mm)
0 PL. Feed Fine Crumble Ø 0,6 – 1,0

1+2 Starter Coarse Ø 1,0 – 2,0

2 Grower Crumble Ø 2,0 – 2,2


Ø 2,0 – 2,2
2+3 Grower Finisher Crumble Pellet P 1,2 – 3,0
Ø 2,0 – 2,2
P 1,2 – 3,0
3 Finisher Pellet
Ø 2,0 – 2,2
P 2,2 – 5,0
3+4 Finisher Pellet
Ø 2,0 – 2,4
4 Finisher Pellet P 4,0 – 8,0
14

2.7.2 Pemberian Pakan

Pemberian pakan buatan dapat mulai dilakukan sejak benur ditebar hingga

udang siap panen. Namun ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus

dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan

pakan (underfeeding) atau kelebihan pakan (overfeeding). Underfeeding dapat

menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat, ukuran udang tidak seragam,

tubuh tampak keropos, dan timbul sifat kanibalisme. Sedangkan overfeeding dapat

menyebabkan kualitas air menjadi jelek (Suprapto, 2005).

Menurut Amri dan Kanna (2008), pemberian pakan merupakan faktor

paling paling kritikal dalam budidaya udang. Kesalahan dalam pemberian pakan

akan berdampak pada kualitas air dan lingkungan tambak. Karenannya, strategi

atau teknik pemberian pakan harus memberikan perilaku makan udang sebagai

pemakan kontonu dan lambat, serta sifat udang sebagai binatang malam

(nocturnal). Teknik pemberian pakan juga harus memerhatikan nafsu makan

udang berkaitan dengan persentase (Feeding rate, FR) dan frekuensi pemberian

pakan perhari.

2.7.3 Frekuensi Pemberian Pakan

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), seperti udang pada umumnya,

vaname bersifat nokturnal atau aktif makan pada malam hari. Frekuensi

pemberian pakan dapat diperkirakan dengan memperhitungkan sifat tersebut

untuk mendapatkan nilai feed conversion ratio (FCR) atau nilai konversi yang

ideal. Pakan yang dikonsumsi secara normal akan diproses selama 3 – 4 jam

setelah pakan tersebut dikonsumsi, kemudian sisanya akan dibuang sebagai

kotoran. Dengan pertimbangaan sifat biologis tersebut, pemberian pakan dapat


15

dilakukan dengan interval tertentu. Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil

cukup 2 – 3 kali sehari karena masih mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa

dengan pakan buatan berbentuk pellet, frekuensi pemberian dapat ditambahkan

menjadi 4 – 6 kali sehari pada pukul 04.00, 08.00, 12.00, 16.00, 20.00 dan 24.00.

2.7.4 Kontrol Anco

Menurut Amri dan Kanna (2008), kontrol anco merupakan kombinasi

antara jumlah pakan yang bisa dikonsumsi oleh udang di anco dengan waktu yang

dibutuhkan untuk menghabiskannya. Kontrol anco dibutuhkan untuk membantu

nafsu makan udang sehingga kebutuhan pakannya dapat diestimasikan dan tidak

terjadi under feeding atau pun over feeding. Kebutuhan pakan berdasarkan cek

anco ini bisa di-croos check dengan perhitungan dari data hasil sampling.

Tabel analisis nafsu makan udang berdasarkan cek anco dapat dilihat dari

Tabel 2.2

Tabel 2.2 Analisis Nafsu Makan Udang Berdasarkan Cek Anco

Sisa Pakan di Anco Nilai Kenaikan-Penurunan Pakan

0 (habis) 0 Ditambah 5%
< 10% 1 Tetap
10–25% 2 Dikurangi 10%
> 25-50% 3 Dikurangi 30%
> 50% 4 Dikurangi 40%
16

2.8 Rasio Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio, FCR)

Menurut BMP (2014), Rasio Konfersi Pakan (Feed Conversion Ratio,

FCR) adalah jumlah total berat pakan buatan dibandingkan dengan jumlah berat

total udang hasil panen. FCR yang umum antara 1,2 – 1,5. Semakin kecil nilai

FCR maka semakin besar keuntungan yang diperoleh. Pengeluaran tertinggi

dalam budidaya udang vaname adalah untuk pakan sekitar 60%. Untuk

meningkatkan penyerapan nutrisi dan daya tahan (immunostimulan) udang

vaname, dapat dilakukan penambahan feed additive dan vitamin-mineral dengan

dosis sesuai anjuran. Pemberian feed additive dilakukan setiap hari bersama

pemberian pakan, sebaiknya pemberian dilakukan pada siang hari (nafsu makan

paling tinggi).
BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja

Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama 3 bulan dari tanggal 14

Januari – 14 April 2019 di tambak intensif PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi

Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan selama pemberian pakan pada pembesaran udang

vaname di PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi (Tabel 3.1)

Tabel 3.1 Alat yang Digunakan Selama Pemberian Pakan pada Pembesaran
Udang
Vaname

NO. Nama alat Spesifikasi Kegunaan

1. Tambak 1.183 m2 Wadah budidaya


2. Auto feeder Haye autofider Alat pemberian pakan
(70 kg)
3. Kincir 1 hp Mengsuplai oksigen
4. Ember 15 L Tempat pakan pada saat
pemberian pakan manual
5. Timba Max. 150 kg Menimbang pakan
2
6. Anco 160 m Mengontrol pakan dan
kesehatan udang
7. Keranjang/basket 25 (kg) Digunakan untuk tempat udang
8. Timbangan analitik Camri EK5055 Alat untuk menimbang pakan
(100 g) anco dan sampel udang pada
saat sampling
9. Jala lempar 2 meter Digunakan sampling dan panen
18

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan selama pemberian pakan pada pembesaran udang

vaname di PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi (Tabel 3.2)

Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan Selama Pemberian Pakan pada Pembesaran
Udang
Vaname

NO. Nama alat Spesifikasi Kegunaan

1. Udang vaname Hidup dan sehat Organisme yang dibudidayakan


2. Pakan buatan Crumble/pellet Sebagai pakan udang dalam
proses pemeliharaan
3. Probiotik Cair Memperbaiki kualitas air dan
mempercepat pertumbuhan
plankton

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

- Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan terhadap berbagai kegiatan operasional teknik pembesaran udang

vaname.

- Metode partisipasi aktif yaitu metode pengumpulan data dengan cara

mengikuti secara aktif kegiatan operasional pembesaran udang vaname.

- Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab

dengan pembimbing lapangan dan teknisi pembesaran udang vaname.

- Metode studi literatur yaitu metode pengumpulan data dengan cara

penelusuran pustaka melalui literatur yang ada hubungannya dengan teknik

pembesaran udang vaname.


19

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Pemberian Pakan

Proses pemberian pakan pada udang vaname ada dua cara yaitu pemberian

pakan secara manual dan pemberian pakan menggunakan mesin auto feeder.

Prosedur kerja pemberian pakan secara manual :

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Pakan ditimbang sesuai dengan feeding program (Lampiran 2).

3) Pakan diangkut ke petak pemeliharaan.

4) Pakan dituang ke dalam ember.

5) Pakan ditebar ke petakan dengan cara mengelilingi petakan sambil

melempar pakan menggunakan timba secara merata (Gambar 3.1).

Prosedur kerja pemberian pakan menggunakan auto feeder :

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Pakan ditimbang sesuai dengan feeding program (Lampiran 2).

3) Pakan diangkut kepetak pemeliharaan.

4) Pakan dituang ke dalam auto feeder yang telah diatur durasi waktunya

(Gambar 3.2).

Gambar 3.1 Pemberian Pakan Gambar 3.2 Pemberian Pakan Auto


Manual. Feeder.
20

3.4.2 Pemberian Pakan Di anco

Prosedur kerja pemberian pakan di anco :

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Pakan anco ditimbang sesuai feeding program

3) Anco diangkat secara Perlahan-lahan, lalu pakan yang telah ditimbang

dituang ke dalam anco (Gambar 3.3).

4) Anco diturunkan kembali ke dalam petakan tambak secara perlahan-lahan.

Gambar 3.3 Pemberian Pakan


di Anco

3.4.3 Pengontrolan Anco

Prosedur kerja pengontrolan anco :

1) Anco diangkat dengan menarik tali secara perlahan lahan.

2) Sisa pakan, kesehatan dan pertumbuhan udang yang ada di anco diamati

(Gambar 3.4).

3) Anco dibersihkan lalu diturunkan kembali ke dalam petakan tambak.


21

Gambar 3.4 Pengecekan Anco

3.4.4 Sampling Pertumbuhan

Prosedur kerja sampling pertumbuhan :

1) Alat dan bahan disiapkan.

2) Anco diangkat secara perhahan-lahan, lalu udang yang ada di dalam anco

dimasukkan ke dalam sak pakan.

3) Udang yang ada di dalam disak pakan dituang ke dalam keranjang dengan

cepat.

4) Timbangan dihidupkan.

5) Timba dinaikkan ketimbangan, lalu tombol zero ditekan.

6) Udang dimasukkan ke dalam timba yang berada di atas timbangan. Berat

udang dicatat (Gambar 3.5).

7) Udang yang berada di dalam timba dihitung jumlahnya.


22

Gambar 3.5 Penimbangan Sampel


Udang

3.4.5 Pemanenan Udang

Panen

Prosedur kerja pada saat panen :

1) Alat dan bahan disiapkan.

2) Kincir yang ada dalam petakan tambak dimatikan.

3) Jaring panen dipasang pada pintu pengeluaran petakan tambak dengan

mengunakan bambu sebagai alat penyangga.

4) Air dikeluarkan dari petakan tambak dengan membuka pintu pengeluaran

air.

5) Udang yang berada di dalam di jaring panen dipindahkan kejaring

kondom.

6) Udang yang masih tersisa pada petakan tambak ditangkap dengan

menggunakan seser atau jala (Gambar 3.7) dan selanjutnya digabung

dengan udang yang ada di jaring kondom.

7) Udang diangkut ke tempat proses selanjutnya.


23

Gambar 3.6 Panen Udang

Pasca Panen

Prosedur kerja pada saat pasca panen :

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Udang hasil dipanen dicuci (Gambar 3.7) dan disortir (Gambar 3.8), lalu

dimasukkan ke dalam keranjang kemudian ditimbang

3) Udang diambil pembeli untuk diolah lebih lanjut.

Gambar 3.7 Pencucian Udang Gambar 3.8 Sortir Udang


24

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data

3.5.1 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati pada manajemen pemberian pakan udang vaname

adalah sebagai berikut :

1) Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, berat, dan panjang

udang

dalam waktu tertentu.

2) Kelangsungan hidup (Survival Rate, SR)

Kelangsungan hidup merupakan tingkat kelulusan hidup udang dalam

petakan tambak mulai dari awal pemeliharaan sampai panen.

3) Populasi

Populasi merupakan jumlah udang yang hidup selama masa

pemeliharaan didalam petakan tambak.

4) Berat rata-rata (Avarage Body Weight, ABW)

ABW merupakan berat rata-rata udang dalam suatu periode tertentu.

5) Biomassa udang

Biomassa merupakan berat total udang dari suatu populasi dalam

suatu periode tertentu.

6) Rata-rata pertambahan berat (Average Daily Gain, ADG)

ADG merupakan rata-rata pertambahan berat harian udang dalam

suatu periode tertentu.


25

7) Rasio konversi pakan (Feed Conversion Ratio, FCR)

Rasio konversi pakan (feed Conversion Ratio, FCR) adalah jumlah

pakan yang digunakan udang untuk menghasilkan bobot tubuh.

3.5.2 Analisis Data

Data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar, kemudian dianalisis

secara deskriptif. Data dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berukut :

Kelangsungan hidup (Survival rate, SR)

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), SR dihitung dengan rumus :

Jumlah udang yang dipanen (ekor)


SR = × 100% .............................................. (3.1)
Jumlah udang yang ditebar (ekor)

Populasi

Berdasarkan SOP PT. Suri Tani Pemuka (2017), populasi dihitung dengan

rumus :

Jumlah udang di anco (ekor)


Populasi = × luas lahan (m2 ) .......................... (3.2)
Luas anco (m2 )

Berat rata-rata (Avarage Body Weight, ABW)

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), average body weight (gram/ekor)

dihitung dengan rumus :

Berat sampel udang (gram)


ABW= Jumlah sampel udang (ekor) ...................................................................... (3.3)

Rasio konversi pakan (Feed Conversion Ratio, FCR)

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), FCR dihitung dengan rumus :

Total pakan yang diberikan (kg)


FCR = Biomassa udang hasil panen (kg) ................................................................. (3.4)

Pertambahan berat rata-rata (Average Daily Gain, ADG)

Berdasarkan Haliman dan Adijaya (2005), ADG dihitung dengan rumus :


26

ABW II−ABW I
ADG = ......................................................................................... (3.5)
T

Keterangan : ABW II : Berat rata-rata pada saat sampling kedua (gram/ekor)

ABW I : Berat rata-rata pada saat sampling pertama

(gram/ekor)

T : Selang waktu sampling (hari)

Pakan per hari (Feed/Day, F/D)

Berdasarkan Suyanto dan Mujiman (1989), jumlah pakan per hari (FD)

dihitung dengan rumus :

Jumlah tebar (ekor) X SR (%) X ( ABW + ADG) X FR (%)


F/D = ........................... (3.6)
1000

Keterangan : F/D : Pakan perhari (Feeding Day) (kg)


SR : Kelangsungan hidup (Survival Rate) (%)
ABW : Pertambahan berat rata-rata (Average Body weigh)
(gram/ekor)
ADG : Pertambahan berat rata-rata (Average Daily Gain)
(gram)
FR : Feeding rate (%)

Anda mungkin juga menyukai