Anda di halaman 1dari 64

TUGAS PENGEMBANGAN

MATERIAL JALAN RAYA

Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc

Dikerjakan oleh

Nama : Febrina Dian Kurniasari

NPM : 1609200060029

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL


MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

BAB I DEFINISI TANAH DASAR, JENIS-JENIS TANAH DAN SIFAT-


SIFAT TANAH............................................................................ 1

1.1 Definisi Tanah Dasar ............................................................. 1

1.2 Jenis-Jenis Tanah ................................................................... 2

1.3 Sifat-Sifat Tanah ................................................................... 3

BAB II KLASIFIKASI TANAH, PROFIL TANAH, PEMADATAN, DAYA


DUKUNG DAN STABILISASI ................................................. 6

2.1 Tekstur Tanah ....................................................................... 6

2.2 Fase Tanah ............................................................................. 7

2.3 Klasifikasi Tanah ................................................................... 5

2.4 Perbandingan Antara Sistem AASHTO Dengan USCS ........ 15

2.5 Karakteristik Tanah Dasar ..................................................... 15

2.6 Pemadatan Tanah ................................................................... 22

2.7 Kuat Geser.............................................................................. 25

2.8 Daya Dukung ......................................................................... 29

2.9 Stabilisasi Tanah .................................................................... 32

BAB III TEKANAN DALAM TANAH DAN CBR RENCANA ........... 36

3.1 Tekanan Tanah Dalam Massa ................................................ 36


3.2 CBR Rencana ........................................................................ 38

BAB IV TANAH GAMBUT, PEMAMPATAN TANAH GAMBUT DAN


PENERAPAN KONSTRUKSI .................................................. 42

4.1 Pengertian Tanah Gambut ...................................................... 42

4.2 Jenis-Jenis Tanah Gambut ..................................................... 42

4.3 Pemampatan Tanah Gambut .................................................. 43

4.4 Penerapan Konstruksi ............................................................ 44

BAB V TUGAS LATIHAN I ................................................................... 46

5.1 Resume Analisa Nilai CBR Tanah Glee Geunteng ............... 46

BAB VI TUGAS LATIHAN II ................................................................. 49

6.2 Klasifikasi Tanah Timbunan Pada Studi Kasus Jembatan Lamnyong


Dan Jembatan Krueng Cut Banda Aceh ................................ 49
Tugas Pengembangan I
DEFINISI TANAH DASAR, JENIS - JENIS TANAH DAN

SIFAT - SIFAT TANAH

Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc

Dikerjakan oleh

Nama : Febrina Dian Kurniasari

NPM : 1609200060029

No. Urut : 4

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL


MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
DEFINISI TANAH DASAR, JENIS-JENIS TANAH DAN SIFAT-SIFAT
TANAH

1.1 DEFINISI TANAH DASAR


Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk
(berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong
di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai
pendukung pondasi dari bangunan.

Subgrade atau tanah dasar merupakan fondasi yang menopang beban


perkerasan yang berasal dari kendaraan yang melewati suatu jalan. Oleh karena itu
perencanaan suatu perkerasan jalan sangat ditentukan oleh kondisi tanah dasar atau
sub grade.
Pada kasus yang sederhana tanah dasar dapat terdiri atas tanah asli tanpa
perlakuan sedangkan pada kasus lain yang lebih umum, tanah dasar terdiri atas tanah
asli pada galian atau bagian atas timbunan yang dipadatkan. Tanah dasar sebagai
pondasi perkerasan disamping harus mempunyai kekuatan atau daya dukung terhadap
beban kendaraan, maka tanah dasar juga harus mempunyai stabilitas volume akibat
pengaruh lingkungan terutama air. Tanah dasar yang mempunyai kekuatan dan
stabilitas volume yang rendah akan mengakibatkan perkerasan mudah mengalami
deformasi dan retak. Dengan demikian maka perkerasan yang dibangun pada tanah
dasar yang lemah dan mudah dipengaruh lingkungan akan mempunyai umur
pelayanan yang pendek. Sebagai prasarana transportasi darat, perkerasan harus
mempunyai permukaan yang selalu rata dan kesat, agar para pengguna jalan dapat
merasa nyaman dan aman.
Karena dibangun pada tanah dasar, maka kinerja perkerasan akan sangat
dipengaruhi oleh mutu tanah dasar. Dengan dituntutnya perkerasan yang harus selalu
mempunyai permukaan yang rata, maka persyaratan utama yang harus dipenuhi tanah
dasar adalah tidak mudah mengalami perubahan bentuk. Tanah dasar yang mengalami
perubahan bentuk, baik akibat beban lalu-lintas maupun cuaca, akan mengakibatkan
perkerasan mengaiami kerusakan seperti bergelombang, alur dan terjadi penurunan.
Perubahan bentuk tanah dasar dapat diakibatkan oleh kekuatan atau daya dukung yang
rendah (tanah mudah runtuh), pengembangan, penyusutan dan densifikasi tanah dasar
serta konsolidasi tanah di bawah tanah dasar. Lebih jauh lagi, faktor-faktor tersebut
akan tergantung pada jenis tanah, berat isi kering dan kadar air.

1.2 Jenis-Jenis Tanah


Adapun jenis-jenis tanah adalah berikut ini:
a. Tanah granular
Jenis tanah yang termasuk kedalam tanah granular yaitu pasir, kerikil, batuan
dan campurannya. Tanah granular merupakan material yang baik untuk mendukung
bangunan dan badan jalan karena tanah ini mempunyai kapasitas dukung yang tinggi
dan penurunan kapasitas dukung kecil asalkan tanahnya relatif padat. Penurunanan
kapasitas dukung terjadi segera karena permukaan tanah diterapkan beban. Penurunan
yang besar juga dapat terjadi pada tanah yang tidak padat jika terdapat getaran dengan
frekuensi tinggi. Tanah granular merupakan tanah yang baik untuk tanah urug pada
dinding penahan tanah karena menghasilkan tekanan lateral yang kecil. Tanah
granular ini mudah dipadatkan dan merupakan material untuk drainase yang baik
karena lolos air. Tanah yang baik untuk timbunan karena mempunyai kuat geser yang
tinggi. Tanah ini jika dicampur dengan tanah kohesif tidak dapat digunakan sebagai
bahan tanggul, bendungan, kolam dan lain-lain permeabilitasnya besar.

b. Tanah kohesif/ Lempung


Jenis tanah yang termasuk tanah kohesif yaitu lempung, lempung berlanau,
lempung berpasir atau berkerikil yang sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari
butiran halus. Dalam menentukan kuat geser tanah ini dapat ditentukan dengan
melihat nilai kohesinya.
Tanah granular mempunyai beberapa sifat yaitu mempunyai kuat geser rendah,
bila basah bersifat plastis dan mudah mampat (menurun), menyusut bila kering dan
mengembang bila basah, akan berkurang kuat gesernya bila kadar air bertambah dan
struktur tanahnya terganggu, berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat
rayapan (creep) pada beban yang konstan, merupakan material kedap air, material
yang jelek untuk tanah urug karena menghasilkan tekanan lateral yang tinggi.

c. Tanah lanau dan loess


Lanau merupakan material yang butiran-butirannya lolos saringan no. 200.
Peck, dkk. (1953) membagi tanah ini menjadi dua kategori yaitu :
1. Lanau tepung batu yang mempunyai karakteristik tidak berkohesi dan tidak
plastis, sifat teknis lanau tepung batu cenderung mempunyai sifat pasir halus,
2. Lanau yang bersifat plastis
Secara umum tanah lanau mempunyai sifat yang kurang baik yaitu mempunyai
kuat geser rendah setelah dikenai beban, kapilaritas tinggi, permeabilitas rendah dan
kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.
Loess adalah material lanau yang diendapkan oleh angin dengan diameter butiran
kira-kira 0,06 mm. Sifat tanah ini jika mengandung material pengikat (lempung atau
kapur) dalam kondisi kering tanah ini mempunyai kapasitas dukung sedang sampai
tinggi. Akibat penjenuhan, loess kehilangan sifat rekatnya dan dapat mengalami
penurunan yang tinggi.

d. Tanah organik
Tanah organik adalah tanah yang tersusun dari bahan organik dan
mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Bahan-bahan organik tersebut terdiri dari sisa
tumbuh-tumbuhan dan binatang. Jumlah bahan organik dalam tanah organik
dinyatakan dengan kadar organik. Kadar organik adalah nilai banding antara berat
bahan organik terhadap contoh tanah yang kering oven. Berat bahan organik dapat
ditentukan dengan memanaskan contoh tanah untuk membakar bahan organiknya (Mc
Farland, 1959).

1.3 SIFAT-SIFAT TANAH


Dalam membangun sebuah bangunan maka kita harus mempelajari karakter
tanahnya dan menyesuaikan dengan jenisnya serta sifat-sifat tanah tersebut. Sifat-sifat
tanah yaitu:
a. Sifat Teknis
Sifat teknis adalah sifat yang dimiliki oleh tanah terkait dengan
kemampuannya jika diberikan pengaruh dari luar. Tanah yang labil tentunya sangat
berbahaya bagi bangunan yang tidak tahan perubahan struktur tanahnya, Tanah yang
labil seringkali mengalami perubahan susunan lapisan sehingga hal tersebut dapat
merusak suatu bangunan. Beberapa sifat teknis tanah yaitu:
 Permeabilitas
Setiap lapisan tanah memiliki pengaruh yang berbeda beda dimana salah satu
sifat penting dari tanah adalah kemampuannya untuk menyerap air melalui celah-celah
atau pori-pori tanah.
 Konsolidasi
Sifat ini sangat berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan beban dari
suatu kostruksi yang ada diatasnya karena pada saat kita membangun suatu konstruksi
material yang ada diatasnya merupakan beban tersendiri bagi tanah dan akiban beban
tersebut lapisan tanah dapat mengalami penurunan. Sifat konsolidasi tanah ini
dipergunakan untuk mengetahui besarnya penurunan tanah.
 Tegangan Geser (Shear Strength)
Lapisan tanah akibat beban yang diderita dari luar atau beban lalu lintas dapat
mengalami perubahan posisi. Perubahan posisi ini salah satunya terjadinya geseran
dan geseran dapat timbul disebabkan oleh beban yang diterima tanah dasar tersebut.
Jika tanah tersebut mudah mengalami terjadinya geseran maka hal tersebut akan
mempermudah terjadinya proses keruntuhan.

b. Sifat Fisik
Sifat fisik tanah sangan terkait dengan kondisi material, sifat fisik tanah terdiri
dari:
 Warna Tanah
Warna Tanah dipengaruhi oleh kandungan organik atau kimiawi. Pada
umumnya tanah yang banyak kandungan organiknya akan berwarna gelap, dan
memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi.
 Tekstur Tanah
Yang dimaksud dengan tekstur tanah yaitu besar kecilnya butiran tanah,
dimana tekstur ini dapat kita bedakan jadi 3 kelas yaitu tanah pasir, lempung dan
tanah liat. Tekstur tanah yang baik adalah tanah lempung dengan perbandingan antara
pasir, debu dan tanah liat harus sama, sehingga tanah tidak terlalu lepas dan tidak
terlalu lekat.

 Struktur Tanah
Struktur Tanah. Yang dimaksud dengan struktur tanah yaitu susunan dari
butiran-butiran tanah, dimana struktur ini dapat kita bedakan menjadi 3 macam yaitu
struktur lepas butir, struktur remah, dan struktur gumpal. Tanah dikatakan memiliki
struktur lepas butir, bila butir2 tanah letaknya berderai atau terlepas satu sama lainnya,
sedangkan tanah berstruktur remah bila butir-butir tanah berkumpul membentuk
semacam kerak roti. Dan struktur remah merupakan struktru tanah yang paling baik
untuk dijadikan sebagai tanah pertanian. Tanah yang berstruktur gumpal ditandai
dengan butir-butir tanah melekat sangat rapat satu sama lain.

 Kadar Air
Menurut Hakim et al (1986), metode umum yang biasa dipakai untuk
menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah
kering. Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan lembab sering
bergejolak dengan keadaan air.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah.
Tugas Pengembangan II
TEKSTUR TANAH, KLASIFIKASI TANAH, PEMADATAN, DAYA DUKUNG
DAN STABILISASI TANAH

Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc

Dikerjakan oleh

Nama : Febrina Dian Kurniasari

NPM : 1609200060029

No. Urut : 4

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL


MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
KLASIFIKASI TANAH, PROFIL TANAH, PEMADATAN, DAYA DUKUNG
DAN STABILISASI

2.1 Tekstur Tanah


Tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai penampilan visual suatu tanah
berdasarkan komposisi kualitatif dari ukuran butiran tanah dalam suatu massa tanah
tertentu. Partikel-partikel tanah yang besar dengan beberapa partikel kecil akan
terlihat kasar atau disebut tanah yang bertekstur kasar. Gabungan partikel yang lebih
kecil akan memberikan bahan yang bertekstur sedang, dan gabungan partikel yang
berbutir halus akan menghasilkan tanah yang bertekstur halus. Dapat diamati pula
bahwa bahan-bahan berbutir halus dapat memberikan tekstur yang kasar, sehingga
kita harus mengaitkan pula tekstur ini dengan keadaan partikel-partikel tanah itu.
Tekstur yang berdasarkan penampilan visual sering digunakan dalam
klasifikasi tanah untuk bahan-bahan seperti pasir kasar, pasir dan kerikil agak kasar
dan pasir halus.

Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi:


a. Tanah bertekstur halus atau kasar berliat; artinya tanah yang memiliki minimal
37,5% liat, baik itu liat berdebu dan atau liat berpasir.
b. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung; artinya tanah ini tersusun
atas:
 Tanah bertekstur sedang, mencakup tanah dengan tekstur lempung berdebu
(silty loam), lempung berpasir sangat halus, lempung (loam), atau debu (silt).
 Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar, mencakup tanah yang bertekstur
lempung berpasir halus atau lempung berpasir (sandy loam).
c. Tanah bertekstur sedang dan agak halus, meliputi lempung liat berdebu (sandy
silt loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), serta lempung liat (clay loam).
Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir; artinya tanah yang memiliki minimal 70%
pasir, dan atau bertekstur pasir, dan atau pasir berlempung.
Gambar Jenis-jenis tanah berdasarkan kelas teksturnya.

A. Fase Tanah
Dalam mekanika tanah, terjadi di dalam komponen tanah terdiri dari 3
komponen, yaitu:
 Butiran tanah, yang mungkin miskroskopis ukurannya jelas bahwa partikel
miksroskopis tidak akan terlihat oleh mata biasa, tetapi mungkin saja partikel
ini terdapat kedalam jumlah yang bervariasai.
 Air (Kelembaban tanah), yang dapat menyebabkan tanah terlihat basah,
lembab, ataupun kering. Air didalam pori atau rongga disebut air pori,
mungkin ada dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh rongga
tersebut (tanah jenuh) atau mungkin hanya ada di sekeliling butiran tanah saja.
 Pori-pori atau Rongga (Voids), yang merupakan ruang terbuka di antara
butiran-butiran tanah dengan berbagai ukuran.
Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat
mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau
seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya,
tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada
kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak
mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.
Tanah merupakan suatu sistem yang homogen, polifasik, berbutir, dispers
(caraiberai), dan porus (berpori), yang di dalamnya per unit volume dapat sangat
besar. Sifat penyebaran tanah dan akibat kegiatan bidang singgungnya telah
menimbulkan fenomena seperti jerapan air dan bahan kimia, pertukaran ion, adhesi,
pembengkakan dan pengkerutan, dispersi (pencerai beraian) dan flokulasi
(penjonjotan), dan kapileritas.

Gambar Tiga sistem fase tanah

Komposisi (berdasarkan volume) suatu tanah bertekstur sedang yang dianggap


optimal bagi pertumbuhan tanaman. Perhatikan bahwa bahan padat menduduki 50%
dari volume tanah, sedangkan air 30% dan udara 20%. Perbandingan antara ketiga
fase tersebut di dalam tanah selalu berubah-ubah, dan bergantung kepada variabel-
variabel seperti cuaca, vegetasi, dan pengelolaan tanah.

B. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok
dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi
memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat
umum tanali yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Sebagian besar
sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan
pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran dan
plastisitas. Walaupun saat ini terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah, tetapi tidak
ada satupun dari sistem-sistem tersebut yang benar-benar memberikan penjelasan
yang tegas mengenai segala kemungkinan pem akaiannya. Hal ini disebabkan karena
sifat-sifat tanah yang sangat bervariasi. Sistem klasifikasi tanah terbagi atas:

 Klasifikasi Berdasarkan Tekstur


Dalam arti umum, yang dimaksud dengan tekstur tanah adalah keadaan
permukaan tanah yang bersangkutan. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap
butir yang ada didalam tanah. Pada umumnya tanah asli merupakan campuran dari
butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Dalam sistem klasifikasi
tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas dasar komponen utama yang
dikandungnya, misalnya lempung berpasir, lempung berlanau dan seterusnya.

 Klasifikasi Berdasarkan Pemakaian


Klasifikasi berdasarkan tekstur adalah relatif sederhana karena ia hanya
didasarkan distribusi ukuran tanah saja. Dalam kenyataannya, jumlah dan jenis dari
mineral lempung yang terkandung oleh tanah sangat mempengaruhi sifat fisis tanah
yang bersangkutan. Oleh karena itu, kiranya perlu untuk memperhitungkan sifat
plastisitas tanah yang disebabkan adanya kandungan mineral lempung, agar dapat
menafsirkan ciri-ciri suatu tanah. Karena sistem klasifikasi berdasarkan tekstur tidak
memperhitungkan plastisitas tanah dan secara keseluruhan tidak menunjukkan sifat-
sifat tanah yang penting, maka sistem tersebut dianggap tidak memadai untuk
sebagian besar dari keperluan teknik. Pada saat sekarang ada dua sistem klasifikasi
tanah yang selalu dipakai oleh para ahli teknik sipil. Menurut Braja M Das (1998),
sistem-sistem tersebut adalah: Sistem klasifikasi AASHTO dan Sistem klasifikasi
Unified.

 Sistem Klasifikasi AASHTO


Sistem klasifikasi ini dikembangkan dalam tahun 1929 sebagai Public Road
Administration Classification System. Sistem ini sudah mengalami beberapa
perbaikan ; versi yang saat ini berlaku adalah yang diajukan oleh Committee on
Classification of Materials for Subgrade and Granular Type Road of the Highway
Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standard no D-3282, Sistem klasifikasi
AASHTO yang dipakai saat ini diberikan dalam Tabel. Pada sistem ini, tanah
diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok besar, yaitu A- 1 sampai dengan A-7. Tanah
yang diklasifikasikan ke dalam A- 1 , A-2, dan A-3 adalah tanah berbutir di mana
35% atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No. 200. Tanah di
mana lebih dari 35% butirannya lolos ayakan No. 200 diklasifikasikan ke dalam
kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7
tersebut sebagian besar adalah lanau dan lempung. Sistem klasifikasi ini didasarkan
pada kriteria di bawah ini:

1) Ukuran butir :
 Kerikil: bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm dan yang
tertahan di ayakan No.20 (2 mm)
 Pasir: bagian tanah yang lolos ayakan No 10 (2 mm) dan yang tertahan pada
ayakan No. 200 (0,075 mm).
 Lanau dan lempung: bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.

2) Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bila
mana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastik sebesar 11 atau
lebih.
3) Apabila batuan ( ukurannya lebih besar dari 75mm) ditemukan didalam contoh
tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya , maka batuan-batuan tersebut harus
dikeluarkan terlebih dahulu. Tetapi persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut
harus dicatat.
Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah,
maka data dari hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam tabel
berikut ini

Tabel Klasifikasi AASHTO


 Sistem Klasifikasi Menurut USCS

Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan adalah klasifikasi Sistem

USCS Menurut sistem ini sifat tanah ditentukan oleh ukuran butir dan gradasi

butirannya. Sistem klasifikasi tanah Unified merupakan sistem klasifikasi tanah yang

paling terkenal dikalangan para ahli teknik tanah dan pondasi. Sistem ini pertama-

tama dikembangkan oleh Casagrande (1984) dan dikenal sebagai sistem klasifikasi

Airfied. Sitem ini lalu dipakai dengan sedikit modifikasi oleh U.S. Bureau of

Reclamationdan U.S. Corps of Engineers tahun 1952. Kemudian pada tahun 1969

American Socienty for Testing and Materials (ASTM) telah menggunakan sistem

unified sebagai metode standar guna mengklasifikasikan untuk maksud-maksud

rekayasa (ASTM D-2487). Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok

besar, yaitu:

a. Tanah berbutir-kasar (coarse-grained-soil), yaitu: tanah kerikil dan pasir di

mana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari

kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G adalah untuk kerikil (gravel)

atau tanah berkerikil, dan S adalah untuk pasir (sand) atau tanah berpasir.

b. Tanah berbutir-halus (fine-grained-soil), yaitu tanah di mana lebih dari 50%

berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai

dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik,

dan 0 untuk lanau-organik dan lempung-organik. Simbol PT digunakan untuk tanah

gambut (peat), muck, dan tanah - tanah lain dengan kadar organik yang tinggi.

Simbil-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS adalah

W = well graded (tanah dengan gradasi baik)

P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)


L = low plasticity (plastisitas rendah)(LL < 50)

H = high plasticity (plastisitas tinggi) (LL > 50)

Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbil kelompok seperti: GW, GP, GM,

GC, SW, SP, SM, dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, faktor-faktor berikut ini perlu

diperhatikan :

1 . Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)

2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No. 40

3. Koefisien keseragaman (uniformity coeffisien, Cu) dan koefisien gradasi (gradation

coefficient, Cc) untuk tanah di mana 0 - 1 2% lolos ayakan No. 200

1. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan No. 40

(untuk tanah di mana 5% atau lebih lolos ayakan No. 200).


Tabel sistem klasifikasi tanah USCS
Perbandingan antara Sistem AASHTO dengan Sistem Unified
Kedua sistem klasifikasi, AASHTO dan Unified, adalah didasarkan pacta
tekstur dan plastisitas tanah. Juga, kedua sistem tersebut membangi tanah dalam dua
kategori pokok, yaitu: berbutir kasar (coarse-grained) dan berbutir halus (fine-
grained), yang dipisahkan oleh ayakan No. 200. Menurut sistem AASHTO, suatu
tanah dianggap sebagai tanah berbutir halus bilamana lebih dari 35% lolos ayakan No.
200. Menurut sistem Unified, suatu tanah dianggap sebagai tanah berbutir halus
apabila lebih dari 50% lolos ayakan No. 200. Suatu tanah berbutir kasar yang
mengandung kira-kira 35% butiran halus akan bersifat seperti material berbutir halus.
Hal ini disebabkan karena tanah berbutir halus jumlahnya cukup banyak untuk
mengisi pori-pori antar butir-butir kasar dan untuk menjaga agar butiran kasar
berjauhan satu terhadap yang lain. Dalam hal ini, sistem AASHTO adalah lebih
cocok. Dalam sistem AASHTO, ayakan no. 1 0 digunakan untuk memisahkan antara
kerikil dan pasir, dalam sistem Unified yang digunakan adalah ayakan No. 4. Dari segi
batas ukuran pemisahan tanah, ayakan No. 1 0 adalah lebih dapat diterirna untuk
dipakai sebagai batas atas dari pasir. Hal ini digunakan juga dalam teknologi beton
dan lapisan pondasi jalan raya. Dalam sistem Unified, tanah berkerikil dan berpasir
dipisahkan dengan jelas, tapi dalam sistem AASHTO tidak. Kelompok A-2 berisi
tanah-tanah yang bervariasi. Tanda-tanda seperti GW, SM, CH, dan lain-lain yang
digunakan dalam sistem Unified menerangkan sifat-sifat tanah lebih jelas daripada
simbol yang digunakan dalam sistem AASHTO. Klasifikasi tanah organik seperti OL,
OH, dan PT telah diberikan dalam sistem Unified, tapi sistem AASHTO tidak
memberikan tempat untuk tanah organik.

Karakteristik Tanah Dasar


Adapun karakteristik tanah dasar adalah sebagai berikut:
1. Analisis pembagian butir, (Grain size analysis)
Analisis pembagian butir umumnya dibagi menjadi dua bagian yaitu:
 Analisis ayakan (Sieve analysis)
Tanah yang akan dianalisis dikeringkan dengan panas matahari atau dengan
oven/alat pemanas. Kemudian dihaluskan dan diayak dengan ayakan yang tersusun
dari bawah dengan lubang terkecil/ terhalus sampai ke atas dengan lubang
terbesar/terkasar. Dari sisa-sisa tanah yang tertinggal di atas ayak dan yang lolos,
maka dapat digambarkan dalam kurva pembagian butir dan dari kurva tersebut dapat
ditentukan jenis tanahnya dan gradasinya. Sehubungan dengan ini dapat diperoleh
parameter-parameter sebagai berikut:
Ukuran efektif (effective size) = D10
Koefisien keseragaman (uniformity coefficient):

𝐷60
𝐶𝑢 =
𝐷10

Dimana:
Cu = koefisien keseragaman (uniformity coeffiensient)
D60 = ukuran butir yang sepadan dengan 60% melalui ayakan (yaitu lebih kecil
daripada ukuran tersebut).

Koefisien gradasi (coeffisient of gradation) atau koefisien lengkungann(coeffisient of


curvature):

𝐷 2 30
𝐶𝑐 =
𝐷10 𝑥 𝐷60

Dimana:
Cc = koefisien gradasi atau koefisien lingkungan
D30 = ukuran butir yang sepadan dengan 30% melalui ayakan (yaitu lebih kecil
daripada ukuran tersebut) .

 Analisis Hidrometer (Hydrometer analysis)


Analisis hidrometer (Hydrometer analysis) atau analisis endapan
(Sedimentation analysis) atau analisis mekanis basah (Wat mechanical analysis).
Analisis ini dipakai untuk tanah berbutir halus (Finerpart), seperti lempung (Clay) dan
lumpur (Silt).
Analisis hidrometer berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Butiran-butiran dalam campuran air (suspensi) akan menurun dengan kecepatan
tertentu yang tergantung ukuran butir-butirnya. Butir-butir yang berukuran sama akan
menurun dengan kecepatan sama.
Kecepatan ini menurut Hukum Stokes adalah sebagai berikut:
2 2 𝛾𝑠− 𝛾𝑤
𝑉= 𝑟
9 ŋ

Dimana:
r = jari-jari butir bulat (cm)
𝛾𝑠 = berat isi butir (gr/cm3)
𝛾𝑤 = berat isi air

b. Berat spesifik/berat jenis suspensi tergantung konsentrasi butirbutir yang


terkandung didalamnya. Jadi dengan cara mengukur berat jenis suspensi kita dapat
menghitung banyaknya tanah yang ada dalam campuran tersebut.
𝐺−1
𝑅ℎ = 1 + 𝐵 ( )
𝐺
Dimana:
𝑅ℎ = Pembacaan hidrometer (Reading of hydrometer)

Gambar Kurva distribusi ukuran butir untuk beberapa jenis tanah


Gambar grafik pembagian ukuran butir

Tanah Lempung Dan penyusunnya


Berdasarkan sistem klasifikasi dapat dibedakan adanya jenis tanah berbutir
halus yang disebut lempung. Lempung ini diklasifikasikan dengan tanah yang semua
butirannya mempunyal ukuran 2 mikron. Tanah lempung tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis tergantung pada komposisi serta mineral
pembentuk butirannya. ditinjau dari mineral pembentuk butirannya lempung dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempung non ekspansif dan lempung ekspansif.
Lempung non ekspansif yaitu lempung yang butirannya terbentuk dari mineral non
ekspansif. Sedangkan lempung ekspansif adalah lempung yang butirannya. terbentuk
oleh mineral ekspansif. Untuk tanah yang termasuk ke dalam jenis tanah ekspansif
beberapa cara stabilisasi yang dapat dipergunakan antara lain adalah:
Das (1994), menerangkan bahwa tanah lempung merupakan tanah dengan
ukuran mikronis sampai dengan sub-mikronis yang dari pelapukan unrsur-unsur
kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan
bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat
lengket (kohesif) dan sangat lunak. Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung menurut
Hardiyatmo (1992) adalah sebagai berikut:
 Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
 Permeabilitas rendah
 Kenaikan air kapiler tinggi
 Bersifat sangat kohesif
 Kadar kembang susut yang tinggi
 Proses konsolidasi lambat

Struktur Mineral Penyusun Lempung


Dalam terminology ilmiah, lempung adalah mineral asli yang mempunyai sifat
plastis saat basah, dengan ukuran butir yang sangat halus dan mempunyai komposisi
dalam jumlah besar berupa hydrous alluminium dan magnesium silicate. Batas atas
ukuran butir untuk lempung umumnya adalah kurang dari 2μm (1μm=0,000001m),
meskipun ada, klasifikasi yang menyatakan batas atas lempung adalah 0,005m
(ASTM). Jika ditinjau dari mineraloginya, lempung terdiri dari berbagai mineral
penyusun, antara lain mineral lempung (kaolinite, montmorillonite dan illite group):
1. Kaolinite
Kaolinite merupakan hasil pelapukan sulfat atau air yang mengandung
karbonat pada temperatur sedang. Warna kaolinite murni umumnya putih, putih
kelabu, kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan. Kaolinite disebut sebagai mineral
lempung satu banding satu (1:1).
Mineral kaolinite berwujud seperti lempengan-lempengan tipis, masingmasing
dengan diameter 1000 Å sampai 20000 Å dan ketebalan dari 100 Å sampai 1000 Å
dengan luasan spesifik per unit massa ± 15 m2/gr.

Gambar Struktur Kaolinite (Das Braja M, 1988)


2. Montmorillonite
Montmorillonite disebut juga mineral dua banding satu (2:1) karena satuan
susunan kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedral mengapit
satu lempeng alumina oktahedral ditengahnya.

Gambar Struktur Montmorillonite (Das Braja M, 1988)

3. Illite group
Memiliki formasi struktur satuan kristal yang hampir sama dengan
montmorillonite. Satu unit kristal illite memiliki tebal dan komposisi yang hampir
sama dengan montmorillonite. Perbedaannnya ada pada:
 Pengikatan antar unit kristal terdapat pada kalium (K) yang berfungsi sebagai
penyeimbang muatan sekaligus pengikat.
 Terdapat ±20% pergantian silikon (Si) oleh alumunium (Al) pada lempeng
tetrahedral.
 Struktur mineralnya tidak mengembang sebagaimana montmorillonite.
Gambar satuan unit illite seperti yang ditunjukkan pada Gambar dibawah ini:
Gambar Struktur illite (Das Braja M, 1988)

Sifat Umum Mineral Lempung


Air sangat mempengaruhi sifat tanah lempung, karena butiran dari tanah
lempung sangat halus sehingga luas permukaan spesifikasinya menjadi lebih besar.
Dalam suatu partikel lempung yang ideal, muatan negatif dalam keadaan seimbang,
selanjutnya terjadi substitusi isomorf dan kontinuitas perpecahan susunannya,
sehingga tejadi muatan negatif pada permukaan partikel kristal lempung. Salah satu
untuk mengimbangi muatan negatif, partikel tanah lempung menarik muatan positif
(kation) dari garam yang ada dalam air porinya. Hal ini disebut pertukaran ion-ion.
Pertemuan antara molekul air dan partikel lempung akan menimbulkan lekatan yang
sangat kuat, sebab air akan tertarik secara elektrik dan air akan berada disekitar
partikel lempung yang disebut air lapisan ganda, sedangkan air yang berada pada
lapisan dalam disebut air resapan. Lapisan air inilah yang menimbulkan gaya tarik
menarik antar partikel lempung yang disebut unhindered moisture film. Lempung
akan bersifat labil (kembang susutnya besar) bila kation-kation yang berada diantara
partikel lempung adalah kation-kation yang lemah, atau dapat dengan mudah
digantikan oleh kation-kation yang lain atau tergeser oleh molekul-molekul air yang
konsentrasinya tinggi. Kation yang lemah adalah kation-kation yang berasal dari
garam-garam mineral yang terdapat di alam misalnya Na+. Sehingga akan dihasilkan
gaya elektrostatis yang lemah serta jari-jari antar partikel besar, sehingga akan
didapatkan lempung yang mengembang disaat banyak air dan menyusut pada saat air
keluar dari lempung, dengan perbedaan kembang susut yang besar.

C. Pemadatan Tanah
Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan
pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel. Tanah dapat
dikerjakan pada mulanya dengan pengeringan, penambahan air, agregat (butir-butir),
atau dengan bahan-bahan stabilisasi seperti semen, kapur dan lainnya.
Menurut Braja M Das (1998), pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan
raya dan struktur teknik lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan
untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung
pondasi di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang
tidak diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments).
Penggilas besi berpermukaan halus (smooth-wheel rollers), dan penggilas getar
(vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan di lapangan untuk
pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk
memadatkan tanah berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang cukup besar dari
permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut vibroflotation
(pemampatan getar apung).
Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air
tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikel-partikel
tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak
dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat.
Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila
kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat. Bila kadar airnya
ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang sama, maka berat dari
jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat secara bertahap.
Setelah mencapai kadar air tertentu, adanya penambahan kadar air justru
cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air
tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat
ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air di mana harga berat
volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air optimum.

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pemadatan


Kadar air mempunyai pengaruh yang bcsar terhadap tingkat kepadatan yang
dapat dicapai oleh suatu tanah. Di samping kadar air, faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi pemadatan adalah jenis tanah dan usaha pcmadatan.
 Tebal lapisan yang dipadatkan.
Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin tebal lapisan yang akan
dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai
kepadatan tertentu maka pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis bergantung
dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung tebal
lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.
 Kadar Air Tanah.
Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air
dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara
butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu tinggi
kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh kepadatan maximum, diperlukan
kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering
maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan :
· Standard Proctor Compaction Test; dan
· Modified Compaction Test
 Alat Pemadat
Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Pada
pelaksanaan dilapangan, tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat
pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri. Alat pemadat maupun tanah yang akan
dipadatkan bermacam-macan jenisnya, untuk itu pemilihan alat pemadat harus
disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan pemadatan dapat
tercapai.
 Pengaruh Usaha Pemadatan
Energi pemadatan per volume satuan (E), dinyatakan dalam persamaan :
E=
(Jumlah tumbukan pelapisan)x (Jumlah lapisan)x (Berat penumbuk)x (Tinggi jatuh penumbuk)
Volume cetakan

Pemadatan Tanah Tidak Kohesif


Tanah tidak kohesif tidak dapat langsung dipadatkan dengan menggunakan
metode tumbukan maupun metode remasan. Tanah ini dapat dipadatkan dengan
dmenggunakan tekanan statis terkekang, tetapi tidak efisien. Metode yang biasa
digunakan untuk memadatkan tanah kohesif adalah dengan melakukan kombinasi
antara kekangan dan getaran. Di lapngan hal ini dapat dicapai dengan menggunakan
mesin penggilas beroda halus dengan alat penggetar didalamnya. Tanah dikekang
secara vertikal di sepanjang suatu jalur lebar roda yang bersinggungan langsung
dengan tanah tersebut dan dikekang secara lateral oleh tanah yang berada di depan dan
di belakang jalur singgung itu. Getaran akan menggetarkan tanah tersebut sehingga
menjadi lebih padat.
Metode lain yang kadang-kadang digunakan adalah dengan membanjiri
(menjenuhkan) tanah dan menggilasnya, sebaiknya dengan mesin gilas berpenggetar.
Metode ini paling sesuai untuk tanah yang sangat berpasir di mana air yang berlebihan
bukanlah merupakan masalah (menimbulkan lumpur, melunakkan tanah di
sekitarnya). Penjenuhan akan menjamin hilangnya tarikan permukaan dari tanah yang
baru saja di lembabkan dan pemakaian yang cepat dari tekanan mesin gilas akan
menimbulkan tekanan pori yang berlebihan. Tekanan pori yang berlebihan ini akan
mencairkan tanah untuk sementara waktu, sehingga butiran-butirannya dapat dengan
mudah diubah menjadi lebih padat selama terjadinya aliran air pada pori-pori tanah.

Spesifikasi Pemadatan tanah di lapangan


Tujuan pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki
sifat-sifat teknisnya. Oleh karna itu, sifat teknis timbunan sangat penting di
perhatikan, tidak hanya kadar air dan berat volume keringnya.
Terdapat dua kategori spesifikasi untuk pekerjaan tanah :
1. Spesifikasi hasil akhir dari pemadatan
2. Spesifikasi untuk cara pemadatan
Untuk spesifikasi hasil akhir, kepadatan relative atau persen kepadatan tertentu
dispesifikasikan (Kepadatan Relatif: adalah nilai banding dari berat volume kering
dilapangan dengan berat volume kering maksimum dilaboratorium menurut percobaan
standar, seperti Percobaan Standar Proctor atau Modeifikasi Proctor). Dalam
spesifikasi hasil akhir (Banyak digunakan pada proek-proyek jalan raya dan pondasi
bangunan). Perlu diingat bahwa memadatkan tanah pada sisi basah optimum (wet
side of optimum), umumnya menghasilkan kuat geser tanah hasil pemadatan lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar air pada sisi kering optimum (dry side of
optimum), Sifat-sifat tanah yang lain seperti permeabilitas dan potensi kembang susut
juga dipengaruhi oleh kadar air saat pemadatan. Karena itu, selain persen kepadatan
ditentukan, rentang kadar air tanah yang akan dipadatkan sebaiknya juga ditentukan.
Untuk spesifikasi cara pemadatan, macam dan berat mesin pemadat, jumlah
lintasan serta ketebalan setiap lapisan juga ditentukan. Hal ini banyak dipakai untuk
proyek pengerjaan tanah yang besar seperti bendungan.

D. Kuat Geser Tanah


Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah
terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila tanah mengalami
pembebanan akan ditahan oleh :
1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak
tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser,
2. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan tegangan
normal pada bidang gesernya.
Mohr (1980) menyuguhkan sebuah teori tentang keruntuhan pada material
yang menyatakan bahwa keruntuhan terjadi pada suatu material akibat kombinasi
kritis antara tegangan normal dan geser, dan bukan hanya akibat tegangan normal
maksimum atau tegangan geser maksimum saja. Jadi, hubungan antara tegangan
normal dan geser pada sebuah bidang keruntuhan dapat dinyatakan dalarn bentuk
berikut:
Rumus menurut Coulomb:
𝜏 = 𝐶 + 𝜎 tan 𝜃
dengan :
τ = kuat geser tanah (kN/m2)
c = kohesi tanah
φ = sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek intern (derajat)
σ = tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m2)
Selain itu, kekuatan geser juga dapat dinyatakan dalam tegangan utama besar σ’1
dan kecil σ’3 pada keadaan runtuh di titik yang ditinjau. Pada keadaan runtuh
merupakan garis singgung terhadap lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan
tegangan dengan nilai positif untuk tegangan tekan, seperti diperlihatkan pada Gambar
berikut.

Gambar Lingkaran Lingkaran Mohr Untuk Kuat Geser

ϴ adalah sudut teoritis antara bidang utama besar dan bidang runtuh. Dengan
𝜑′
demikian jelas bahwa 𝜃 = 45° + 2

Hubungan antara tegangan utama efektif pada keadaan runtuh dan parameter-
parameter kekuatan geser dengan rumus:

1 𝜑′ 𝜑′
𝜎 ′ = 𝜎 ′3 tan ² (45° + ) + 2𝑐 ′ tan(45° + )
2 2
Persamaan diatas merupakan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. Kriteria
tersebut berasumsi bahwa bila sejumlah keadaan tegangan diketahui, di mana masing-
masing menghasilkan keruntuhan geser pada tanah, sebuah garis singgung akan dapat
digambatkan pada lingkaran Mohr; garis singgung tersebut dinamakan selubung
keruntuhan (failure envelope) tanah. Keadaan tegangan tidak mungkin berada di atas
selubung keruntuhannya. Kriteria ini tidak mempertimbangkan regangan pada saat
atau sebelum terjadinya keruntuhan dan secara tidak langsung menyatakan bahwa
tegangan utama menengah efektif σ’2 tidak mempengaruhi kekuatan geser tanah. Di
dalam praktek, kriteria keruntunan Mohr Coulomb ini paling sering digunakan karena
kesederhanannya, walaupun bukan merupakan satu-satunya kriteria keruntuhan tanah.
Selubung keruntuhan untuk tanah tertentu tidak selalu berbentuk garis lurus, tetapi
secara perkiraan dapat dibuat menjadi garis lurus, yang diambil dari suatu rentang
tegangan serta parameter-parameter kekuatan geser pada rentang tersebut.

Keruntuhan geser (Shear failure) tanah terjadi bukan disebabkan karena


hancurnya butir – butir tanah tersebut tetapi karena andanya gerak relative antara butir
– butir tanah tersebut. Pada peristiwa kelongsoran suatu lereng berarti telah terjadi
pergeseran dalam butir – butir tanah tersebut. Kekuatan geser yang dimiliki suatu
tanah disebabkan oleh :

• Pada tanah berbutir halus ( kohesif ) misalnya lempung kekuatan geser yang
dimiliki tanah disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan antara butir – butir tanah
( c soil).

• Pada tanah berbutir kasar (non kohesif ), kekuatan geser disebabkan karena
adanya gesekan antara butir – butir tanah sehingga sering disebut sudut gesek dalam
(φsoil )

• Pada tanah yang merupakan campuran antara tanah halus dan tanah kasar ( c
dan φsoil ), kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi) dan
gesekan antara butir – butir tanah.
Sebagai suatu bahan konstruksi teknik, tanah adalah bahan yang tidak dapat
menahan tarik, dan juga diperhitungkan tidak dapat menahan desak. Semua bahan
yang bekerja pada tanah dilawan oleh kuat geser tanah. Masalah stabilitas pada tanah
meliputi antara lain kemampuan tanah memikul beban pondasi, tekanan tanah pasif
dan aktif, dan stabilitas lereng. Jika tanah tidak mampu memikul beban yang terus
menerus terjadi pada tanah tersebut maka akan terjadi penurunan yang disebut dengan
Deformasi Permanent. Deformasi permanen adalah perubahan bentuk yang
disebabkan oleh pemberian beban, dimana apabila beban dihilangkan maka bentuk
dan ukuran tidak akan kembali ke bentuk semula. Berikut adalah contoh gambar
terjadi deformasi permanen pada suatu tanah.

Gambar Terjadinya deformasi akibat beban yang terus bekerja

Pengujian Kekuatan Geser


Parameter-parameter kekuatan geser untuk suatu tanah tertentu dapat
ditentukan dari hasil-hasil pengujian laboratorium pada contoh-contoh tanah lapangan
(in-situ soil) yang mewakili . Diperlukan ketelitian dan perhatian yang besar terhadap
proses pengambilan contoh, penyimpanan contoh, dan perawatan contoh sebelum
pengujian, terutama untuk contoh tidak terganggu (undisturbed), di mana struktur
tanah di lapangan dan kadar airnya harus dipertahankan.
Ada beberapa cara pengujian kuat geser yaitu:
 Uji geser langsung (Direct Shear Test)
 Uji triaksial (Triaxial test)
 Uji tekan bebas (Uniconfixed Compression Test)

Kekuatan Geser Pasir


Karakteristik kekuatan geser pasir dapat ditentukan dari hasil-hasil uji triaksial
dalam kondisi terdrainasi maupun hasil-hasil pengujian geser langsung. Karakteristik
pasir kering dan pasir jenuh adalah sama seperti yang dihasilkan oleh pasir jenuh
dengan kelebihan tekanan air pori nol. Pada pasir rapat terdapat keterikatan
(interlocking) an tar partikel-partikel, dan sebelum terjadi keruntuhan geser,
keterikatan ini harus diatasi untuk menambah friksi pada titik-titik sentuh partikel-
partikel tersebut.
Istilah dilantasi dipakai untuk menjelaskan kenaikan volume pada pasir rapat
selama mengalami geser dan kecepatan dilasinya dapat ditunjukkan oleh gradien
d∈1 /𝑑 ∈ 𝛼. Konsep dilatansi ini menjadi lebih jelas dalam konteks uji geser langsung.
Selama proses geser pada pasir rapat terjadi bidang geser makroskopik secara
horisontal, tetapi gelinciran (sliding) di antara partikel-partikel terjadi pada banyak
bidang mikroskopik dengan membentuk sudut yang bermacam-macam terhadap garis
horizontal selama partikel-partikel tersebut bergerak bebas. Rowe (4. 1 2]
mengembangkan sebuah teori tegangan-dilatansi yang berhubungan dengan
perbandingan tegangan-tegangan utama, susunan geometri partikel ideal, dan
kecepatan relatif dari perubahan volume dan regangan utama besar. Hal tersebut
diperlihatkan sebagai
berikut:

E. Daya Dukung
Definisi Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung
beban baik berupa beban pondasi sendiri dan beaban yang lain , yaitu berupa beban
tetap, beban bergerak, beban angin, dan beban gempa.
Kapasitas dukung ultimit (qult) didefinisikan sebagai tekanan terkecil yang
dapat menyebabkan keruntuhan geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan di
sekeliling pondasi.
Ada 3 kemungkinan pola keruntuhan kapasitas daya dukung tanah yakni;
 Keruntuhan geser umum (General Shear Failure)
Bila tekanan dinaikkan menjadi qf' akan dicapai kondisi keseimbangan plastis
mula-mula pada tanah di sekeliling sisi-sisi pondasi lalu secara bertahap menyebar ke
bawah dan ke luar. Akhirnya kondisi keseimbangan plastis ultimit akan terbentuk
pada sepanjang tanah di atas bidang runtuh. Terjadi pengangkatan (heaving) pada
permukaan tanah, yaitu pada kedua sisi pondasi, meskipun gerakan menggelincir
akhirnya hanya akan terjadi pada satu sisi saja.. Cara keruntuhan ini terjadi pada tanah
berkompresibilitas rendah (yaitu tanah yang rapat atau kaku) dan bentuk kurva
tekanan-penurunan secara umum diperlihatkan pada Gambar a berikut di mana daya
dukung ultimitnya telah didefinisikan dengan baik.

 Keruntuhan geser lokal (Lokal Shear Failure)


Pada keruntuhan geser lokal (local shear failure) terdapat kompresi yang cukup
besar pada tanah di bawah pondasi dan kondisi keseimbangan plastis hanya terbentuk
pada sebagian tanah saja. Permukaan runtuh tidak sampai mencapai permukaan tanah
dan pengangkatan yang terjadi hanya sedikit. Kemiringan pada pondasi dalam hal ini
diperkirakan tidak terjadi. Keruntuhan geser lokal biasanya terjadi pada tanah
berkompresibilitas tinggi dan seperti terlihat pada Gambar b dibawah ditandai dengan
karakteristik tertentu yaitu terjadinya penurunan yang relatif besar.

 Keruntuhan geser pons (Punching Shear Failure)


Keruntuhan geser pons (punching shear failure) terjadi jika terdapat kompresi
pada tanah di bawah pondasi, yang disertai dengan adanya geseran vertikal di sekitar
sisi-sisi pondasi. Tidak terjadi pengangkatan pada permukaan tanah dan pondasi tidak
akan miring. Keruntuhan ini dicirikan dengan terjadinya penurunan yang relatif besar
dan daya dukung ultimit yang tidak terdefinisi dengan baik. Keruntuhan geser pons
juga akan terjadi pada tanah berkompresibilitas rendah jika pondasi terletak pada
kedalaman yang besar. Secara umum, cara-cara keruntuhan tergantung pada
kompresibilitas tanah dan kedalarnan pondasi relatif terhadap lebarnya.
Gambar cara·cara keruntuhan: (a) geser umum, (b) geser lokal, (c) geser pons.

Daya Dukung Izin Pada Lempung


Daya dukung izin pada lempung, lempung berlanau, dan lanau plastis mungkin
dapat dibatasi oleh faktor keamanan terhadap kemntuhan geser yang memadai
maupun oleh pertimbangan-pertimbangan penurunan tanah. Kekuatan geser, dan tentu
saja faktor keamanannya, akan bertambah setiap saat terjadi konsolidasi. Untuk
lempung homogen dengan permeabilitas massa yang rendah, faktor keamanan yang
digunakan harus diperiksa untuk kondisi segera setelah tahap konstmksi berakhir,
dengan memakai parameter-parameter kekuatan geser tak terdrainasi. Tetapi, dalam
hal lempung yang menunjukkan ciri-cirimakro-fabrik yang cukup, berarti
permeabilitas massa mungkin menjadi relatif tinggi. karemi penurunan konsolidasi
yang dihasilkan akan sangat besar. Jika suatu lapisan lempung lunak terletak di bawah
lapisan yang keras yang merupakan letak pondasi, maka terdapat kemungkinan bahwa
pondasi tersebut dapat patah ke arah lapisan lunak tersebut. Kemungkinan seperti ini
dapat dihindari jika pertambahan tegangan vertikal pada elevasi puncak lempung lebih
kecil dari daya dukung izin lempung tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang
sesuai.
Daya Dukung Izin Pada Pasir
Pada bagian ini, istilah pasir mencakup juga pasir berkerikil, pasir berlanau,
dan lanau nonplastis. Hampir semua deposit pasir bersifat non-homogen dan daya
dukung izin untuk pasir dangkal dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan tentang
penurunan. Umumnya penurunan yang diizinkan akan tercapai pada suatu tekanan di
mana faktor keamanan terhadap keruntuhan geser lebih besar dari 3. Penurunan pada
pasir berlangsung dengan cepat dan terjadi hampir seluruhnya pada waktu
pelaksanaan konstruksi dan pembebanan awal. Oleh karena itu, penurunan harus
diperkirakan dengan memakai beban mati ditambah dengan beban hidup maksimum.
Jika pasir pada kedalaman yang cukup besar bersifat jenuh sempurna, maka berat isi
efektifnya kira-kira akan menjadi setengah dari semula, sehingga menyebabkan
terjadinya reduksi tekanan batas lateral (lateral confining pressure) dan bersesuaian
dengan terjadinya pertambahan penurunan.
𝜎′1 ∅′𝑓 𝑑𝜖𝑣
= {𝑡𝑎𝑛² (45° + )} (1 − )
𝜎′3 2 𝑑𝜖1
Dimana :
d∈𝑣 dan d ∈1 = perubahan kecil dalam regangan volumetrik dan regangan utama besar
(regangan tekan diambil positif)
∅′𝑓 = besarnya sudut tahanan geser

Tabel Rentang nilai ∅′ untuk pasir

F. Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki sifat-
sifat tanahyang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan
kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci. Tanah dibuat stabil
agar jika ada beban yang lewat,tidak terjadi penurunan (settlement). Tanah dasar
minimal harus bisa dilewati kendaraan proyek. Stabilisasi tanah adalah usaha untuk
meningkatkan stabilitas dan kapasitas daya dukung tanah. Stabilisasi dapat terdiri dari
salah satu tindakan berikut:
 Meningkatkan kerapatan tanah
 Menambah material yag tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi atau
tahanan gesek timbul
 Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi atau
fisis pada tanah
 Menurunkan muka air tanah
 Mengganti tanah yang buruk.

Menurut Bowles (1984) apabila tanah yang terdapat di lapangan bersifat


sangat lepas atau sangat mudah tertekan, atau apabila mempunyai indeks konsistensi
yang tidak sesuai, permeabilitas yang terlalu tinggi, atau sifat lain yang tidak
diinginkan sehingga tidak sesuai untuk suatu proyek pembangunan, maka tanah
tersebut harus distabilisasikan. Proses stabilisasi itu meliputi, antara lain:
 Mengganti tanah dengan tanah yang baik atau sesuai spesifikasi.
 Perbaikan gradasi butiran.
 Stabilisasi dengan bahan kimia
 Stabilisasi dengan pemadatan

Tujuan perbaikan tanah tersebut adalah untuk mendapatkan tanah dasar yang
stabil pada semua kondisi. Usaha stabilisasi dilakukan hanya seperlunya saja, tidak
menguntungkan secara ekonomis untuk membuat sesuai bagian konstruksi yang lebih
kuat dari yang diperlukan.
Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan
berikut:
1. Stabilisasi mekanis
Definisi stabilisasi mekanis adalah tanah yang telah distabilisasikan secara
mekanisa dalah yang telah berhasil dibuat memiliki daya dukung tanah tertentu
terhadap deformasi oleh muatan, disebabkan karena adanya kait mengait (interlock)
dan geseran antar butir tanah serta daya ikat antar butir oleh bagian tanah liat.
Beberapa usaha penambahan kekuatan atau daya dukung tanah dengan stablisasi
mekanis seperti mengganti jenis tanah eksisting, mengatur gradasi tanah atau
melakukan pemadatan (compaction).

2. Perbaikan Gradasi Butiran


Perbaikan dilakukan dengan menambahkan butiran tertentu sehingga dicapai
gradasi butiran yang sesuai dengan spesifikasi (well graded). Sebelum penambahan,
dilakukan pengambilan sampel tanah dasar untuk diteliti gradasi butirannya, bila
ditemukan pada butiran tertentu kurang baik, maka dilakukan penambahan butiran
pada butiran tersebut. Perbaikan ini penting mengingat bahwa setiap jenis gradasi
memiliki fungsi yang berbeda, yang saling melengkapi satu sama lain.
Fungsi dari butir butir yang termasuk fraksi “kasar” (tertahan di atas saringan
no 4) adalah sebagai kerangka dari lapisan konstruksi dan meneruskan pengaruh gaya-
gaya muatankepada lapisan di bawahnya. Mengingat fungsinya yang demikian, maka
butir-butir kasar ini harus cukup keras dan tidak lapuk oleh rendaman air yang
mungkin tertahan di dalam massa lapisan untuk waktu yang lama, makin butir butir ini
berbentuk bersegi, makin besar kestabilan masa yang dapat dicapai.
Butir-butir yang termasuk fraksi “halus” (lewat saringan no 40), khususnya
yang lewatsaringan no 200 berfungsi sebagai pengisi ruangan kosong yang terjadi
oleh bentuk dari butir- butir fraksi kasar tadi. Dengan terisinya ruang ruang kosong
tadi (air voids), maka massa menjadi stabil. Dan juga butir-butir halus ini mempunyai
kemampuan untuk mengikat butir-butir kasar dengan sifat kohesifnya. Untuk tanah
yang berbutir lebih kecil dari saringan no 40 (yang terpengaruh oleh kadar air) dengan
fungsi pengisi rongga-rongga kosong dan bahan pengikat, tidak boleh diberikan
terlalau banyak. Untuk ayakan yang melewati saringan no 200 tidak boleh melebihi
dua per tiga dari seluruh bagian yang melwati saringan no 4.

3. Stabilisasi Dengan Pemadatan


Untuk mengantisipasi tanah terutama bersifat ekspansif (kembang-susut) yang
mengikuti kadar airnya maka diperlukan pemadatan (compaction) karena hal ini
mempengaruhi daya dukung tanah. Pada musim kemarau yang sangat panas, kita
sering dapat memperhatikan adanya celah-celah memanjang pada konstruksi jalan
raya yang disebabkan oleh gejala susut dari tanah iat yang diakibatkan oleh
menurunnya kadar air dari masssa tanah itu. Gejala ini diperbesar olehadanya semak
belukar yang akar-akarnya menghisap air dari dalam tanah untuk kemudiandiuapkan
melalui daun-daunan. Gejala susut oleh berkurangnya kadar air minimal ini
terlihatterutama pada tanah-tanah yang kurang kepadatannya.Adapun untuk
melakukan stabilisasi tanah dengan cara pemadatan diperlukan peralatan yang
berfungsi untuk memadatkan tanah tersebut.

Stabilisasi Lempung Ekspansif


Tanah lempung ekspansif sangan banyak terdapat dieilayah manapun.
Pemuaian lempung terjadi ketika kadar air bertambah dari nilai referensinya.
Penyustan terjadi ketika kadar air berkurang dari nilai referensinya sampai pada batas
susut, biasanya suatu tanah lempung dapat diperkirakan akan mempunyai perubahan
volume yang besar (ekspansif) apabila indeks plastisitas Ip ≥20. Terdapat beberapa
prosedur untuk menstabilkan (mengurangi perubahan volume pada tanah jenis ini)
adalah sebagai berikut:
 Tambahkan bahan pencampur seperti gamping yang terhidrasi mati. Biasanya
penambahan sebanyak 2 sampai 4 persen akan mengurangi Ip sampai kurang
dari 20.
 Padatkan tanah pada keadaan yang lebih basah dari optimum (3 sampai 4
persen). Ini menjamin terdapatnya struktur lempung yang sangat terdispersi,
dan pada saat yang sama menghasilkan kerapatan kering yang rendah.
 Mengontrol perubahan kadar air.

Kepentingan ekonomis pada tanah lempung ekspansif ini tidak dapat diabaikan
begitu saja, karena material ini sangat banyak terdapat dan sering mengakibatkan
kerusakan.
Tugas Pengembangan III
TEKANAN DALAM TANAH DAN CBR RENCANA

Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc

Dikerjakan oleh

Nama : Febrina Dian Kurniasari

NPM : 1609200060029

No. Urut : 4

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL


MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
TEKANAN DALAM TANAH DAN CBR RENCANA

3.1 Tekanan Dalam Massa Tanah

Tekanan tanah timbul selama pergeseran tanah (soil displacement) atau selama
peregangan tetapi sebelum tanah tersebut mengalami keruntuhan. Agar dapat
merencanakan konstruksi penahan tanah dengan benar, maka kita perlu mengetahui
gaya horisontal yang bekerja antara konstruksi penahan dan massa tanah yang ditahan.
Gaya horisontal disebabkan oleh tekanan tanah arah horisontal (lateral). Analisa dan
penentuan tekanan tanah lateral sangat penting dalam mendesain dinding penahan
tanah. Besar dan distribusi tekanan lateral yang bekerja pada struktur dinding penahan
tanah atau pondasi tergantung pada regangan relatif tanah dibelakang struktur.

Timbunan tanah yang berada di belakang dinding penahan tanah akan


mendorong dinding ke depan menjauhi timbunan. Jika struktur ini merupakan
abutmen pada jembatan, maka dampaknya sangat berbahaya sekali untuk struktur
diatasnya. Jika dorongan dari tanah lateral tersebut lebih besar dari tahanannya maka
abutmen tersebut akan patah, struktur yang ada diatasnya (contohnya adalah girder
pada jembatan ) bisa runtuh. Hal ini merupakan beban dalam arah lateral yang harus
diperhatikan pada saat mendesain dinding penahan tanah itu. Pada waktu analisis
perhitungan, umumnya besarnya tekanan tanah dan gaya-gaya diambil untuk suatu
unit panjang potongan (pias) selebar satu meter. Distribusi tegangan tanah lateral
akibat berat sendiri tanah biasanya berbentuk segitiga (hidrostatis), dengan nilai
maksimum pada dasar dinding penahan tanah.

a. Tekanan Efektif atau Tekanan Antarbutir


Pada gambar dibawah ini memperlihatkan massa tanah dilapangan. Rangka
tanah tersebut didukung vertikal (dan secara lateral) oleh kontak-kontak antar butir.
Fluida pori-pori udara untuk tanah kering dapat mempengaruhi tegangan-tegangan
kontak ini dalam jumlah yang bervariasi. Apabila cairan pori tersebut berupa udara
pengaruh ini dapat diabaikan karena tahanan geser (shear resistance) sangat kecil.
Fluida pori yang berupa cairan mungkin akan memberikan pengaruh-pengaruh yang
berarti. Tekanan kontak dari butir ke butir (atau antar butir) yang mengimbangi beban
vertikal Pt di atas bidang A-A dalam gambar disebut tekanan efektif. Tekanan inilah
yang membentuk suatu tahanan gesek (friction resistance) Ff terhadap gerakan-
gerakan partikel seperti terguling, tergelincir, seprti yang terdapat pada setiap analisa
gesek.
Ff = vN
Dimana v = Koefisien gesek anatara bahan-bahan (butir-butir)
N = Gaya kontak normal

Tahanan gesek biasanya merupakan faktor penting dalam stabilitas massa dan
kemampuan tanah untuk menahan beban pondasi, maka tekanan efektif dapat dihitung
dengan rumus:
𝑃𝑡 𝑢𝐴𝑤
𝜎′ = −
𝐴 𝐴
Dimana: u = Tekana pori (Untuk air pakai pakai 9,807 h)
AW = Luas pori yang diproyeksikan dalam pidang A-A pada gambar.

Konsep tekanan efektif adalah salah satu faktor terpenting dalam analisi
stabilitas dalam pekerjaan geoteknik. Peranan air pori, atau air pori kelebihan,
tekanan-tekanan dalam terbentuknya tekanan efektif dan sejumlah besar terjadinya
keruntuhan tanah diakibatkan oleh timbulnya tekanan air pori yang berebihan.

b. Tekanan Antarbutir Pada Tanah Jenuh Sebagian


Tekanan antar butir untuk tanah jenuh sebagian dapat dihitung dengan
persamaan:
𝜎 ′ = 𝜎 − [𝜇𝑎 − 𝛹(𝜇𝑎 − 𝜇𝑤)]
Dimana:
𝜇𝑎 = Tekanan udara pori
Ψ = Parameter yang berhubungan dengan derajat kejenuhan, bernilai 1 apabila S =
100 persen dan harus ditentukan secara eksperimen apabila S<100 persen.
3.2 CBR RENCANA
CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang
dikembangkan oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini
adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan
cara ini dapat dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk
membuat perkerasan.
Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen) antara tekanan yang
diperlukan untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3 inch2
dengan kecepatan 0,05 inch/menit terhadap tekanan yang diperlukan untuk menembus
bahan standard tertentu. Tujuan dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk
mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air pemadatan. Untuk menentukan kekuatan
lapisan tanah dasar dengan cara percobaan CBR diperoleh nilai yang kemudian
dipakai untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang nilai
CBRnya tertentu (Wesley,1977).
Percobaan CBR (California Bearing Ratio) merupakan suatu metode empiris
untuk menilai deformasi tanah terhadap pembebanan. CBR adalah alat ukur penetrasi
suatu piston standar yang pada daerah ujungnya mempunyai luas 3 inchi2, dipenetrasi
ke dalam tanah dengan kecepatan 0,05 inchi/menit. Harga CBR dihitung pada harga
penetrasi 0,1 inchi dan 0,2 inchi dengan cara membagi beban pada masing-masing
penetrasi tersebut, masing-masing dengan beban 3000 pound dan 4500 pound. Beban
ini adalah beban standar yang diperoleh dari percobaan terhadap batu pecah California
yang mempunyai CBR 100% 9wesley, 1977).
Menurut Sukirman (1999), nilai CBR yang digunakan adalah nilai CBR yang
terbesar pada penetrasi 0,1 dan 0,2 inchi. Untuk menghiung nilai CBR pada penetrasi
0,1 dan 0,2 digunakan persamaan sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 0,1 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐶𝐵𝑅0,1 = 𝑥 100%
3000 𝑙𝑏
Atau
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 0,2 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐶𝐵𝑅0,2 = 𝑥 100%
4500 𝑙𝑏
Beban yang dipergunakan untuk melakukan penetrasi bahan standar adalah
sebagai berikut:
Penetrasi Beban Standar
Inci Mm lbs kg
0,1 2,5 3000 1370
0,2 5,0 4500 2055
0,3 7,5 5700 2630
0,4 10,0 6900 3180
0,5 12,5 7800 3600
Tabel Beban standar pada berbagai penetrasi

Pada umumnya grafik beban penetrasi yang diperoleh dari hasil pengujian
CBR berupa garis lurus pada penetrasi rendah, sedangkan pada penetrasi tinngi grafik
akan berupa garis lengkung cembung. Dalam beberapa kasus, grafik pembebanan
diperoleh pada penetrasi rendah berbentuk cekung. Hal ini disebabkan karena
peralatan yang kurag sempurna atau teliti. Cara mengkoreksi grafik tersebut dapat
dilihat dalam gambar berikut:

Dalam menguji nilai CBR tanah dapat dilakukan di laboratorium. Tanah dasar
(Subgrade) pada kontruksi jalan baru merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau
tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan
maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai
kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini
disebut CBR rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR
laborataorium. Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan perkerasan
diatasnya akan semakin tipis dan semakin kecil nilai CBR (daya dukung tanah
rendah), maka akan semakin tebal lapisan perkerasan di atasnya sesuai beban yang
akan dipikulnya.
Pada pembuatan jalan baru tanah dasar (subgrade) harus dipadatkan sebaik-
baiknya, untuk menjadikan lebih kuat dan untuk menjamin supaya kekuatannya
seragam. Apabila tanah asli kurang baik, maka tanah tersebut mungkin dapat
digantikan dengan tanah yang sifatnya lebih baik untuk merupakan tanah dasar. Untuk
perencanaan jalan baru, tebal perkerasan biasanya ditentukan dari nilai CBR tanah
dasar yang dipadatkan. Nilai CBR yang dipergunakan untuk perencanaan disebut
“design CBR”. Cara yang dipakai untuk mendapatkan “design CBR” ini ditentukan
dengan 2 faktor, yaitu :
- Kadar air tanah serta berat isi kering pada waktu dipadatkan.
- Percobaan pada kadar air yang mungkin akan terjadi setelah perkerasan selesai
dibuat.
Ada bermacam cara yang dapat dipakai untuk mendapatkan “design CBR” ini, yang
terbaik adalah cara yang dikembangkan oleh U.S Army Corps of Engineers. Pada cara
ini terlebih dahulu harus dilakukan pemadatan untuk menentukan kadar air optimum.

3.3 Jenis- Jenis CBR


Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi menjadi:
 CBR lapangan (CBR inplace atau field CBR).
Digunakan untuk:

a. Memperoleh nilai CBR asli di lapangan, sesuai dengan kondisi tanah dasar saat
itu. Umum digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan yang lapisan tanah
dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi . Pemeriksaan dilakukan dalam kondisi
kadar air tanah tinggi (musim penghujan) tau dalam kondisi terburuk yang mungkin
terjadi.
b. Memeriksa apakah kepadatan yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.
Pemeriksaan untuk tujuan ini tidak umum digunakan, lebih sering menggunakan
pemeriksaan yang lain seperti kerucut pasir (sand cone) dan lain-lain.
 CBR lapangan rendaman (Undisturbed soaked CBR).
Digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapangan pada
keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan (swell) yang maksimum. Hal
ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan
tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi, terletak di daerah yang badan
jalannya se ring terendam air pada musim penghujan dan kering pada musim kemarau.
Sedangkan pemeriksaan dilakukan di musim kemarau.

 CBR laboratorium/CBR rencana titik (Laboratory CBR/design CBR).


Tanah dasar (subgrade) pada konstruksi jalan baru dapat berupa tanah asli,
tanah timbunan atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai kepadatan
95% kepadatan maksimum. Dengan demikianndaya dukung tanah dasar tersebut
merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tanah tersebut
dipadatkan. Berarti nilai CBR-nya adalah nilai CBR yang diperoleh dari contoh tanah
yang dibuatkan mewakili keadaan tanah tersebut setelah dipadatkan. CBR ini disebut
CBR laboratorium, karena disiapkan di laboratorium atau disebut juga CBR rencana
titik. CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam:
a. CBR laboratorium rendaman (Soaked laboratory CBR/soaked design CBR).
b. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked laboratory CBR/unsoaked design
CBR).
Tugas Pengembangan IV
PERILAKU TANAH GAMBUT, PEMAMPATAAN TANAH GAMBUT DAN
PENERAPAN KONSTRUKSI

Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc

Dikerjakan oleh

Nama : Febrina Dian Kurniasari

NPM : 1609200060029

No. Urut : 4

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL


MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
PERILAKU TANAH GAMBUT, PEMAMPATAAN TANAH GAMBUT
DAN PENERAPAN KONSTRUKSI

4.1 Pengertian Tanah Gambut


Tanah gambut merupakan jenis jenis tanah yang merupakan penumpukan sisa
tumbuhan yang setengah busuk/dekomposisi yang tak sempurna dan mempunyai
kandungan bahan organik yang tinggi. Tanah gambut kebanyakan berada pada lahan
yang basah atau jenuh air seperti cekungan, pantai, rawa. Tanah gambut sebagian
besar masih berupa hutan gambut yang di dalamnya terdapat bermacam spesies hewan
dan tumbuhan. Kemampuan hutan gambut, dapat menyimpan banyak karbon.
Kedalaman gambut bisa sampai 10 meter. Selain dapat menyimpan karbon dalam
jumlah besar, tanah gambut juga bisa menyimpan air berkali-kali lipat dari beratnya.
Sehingga berfungsi sebagai penangkal banjir saat musim hujan tiba dan menyimpan
air cadangan tatkala kemarau panjang melanda.

Berikut adalah ciri ciri tanah gambut :


 Banyak terbentuk pada wilayah rawa
 Kurang subur, basah, lembek atau lunak
 Berwarna gelap
 Memiliki sifat asam.

4.2 Jenis-Jenis Tanah Gambut


Menurut keadaan dan sifat-sifatnya gambut dapat dibedakan atas gambut
topogen dan gambut ombrogen.
 Gambut Topogen
Adalah lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air yang
terhambat drainasenya pada tanah cekung di belakang pantai, di pedalaman atau di
pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam, hingga sekitar 4 m saja,
tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan zat hara yang berasal dari lapisan
tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan.
Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.
 Gambut Ombrogen
Gambut ombrogen lebih sering dijumpai, meski semua gambut ombrogen
bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya, pada
umumnya lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m, dan permukaan
tanah gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya. Kandungan
unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan dari air
hujan, sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau drainase yang keluar dari wilayah
gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH 3,0–4,5),
mengandung banyak asam humusdan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh
yang pekat. Itulah sebabnya sungai-sungai semacam itu disebut juga sungai air hitam.
Gambut ombrogen kebanyakan terbentuk tidak jauh dari pantai. Tanah gambut
ini kemungkinan bermula dari tanah endapan mangrove yang kemudian mongering,
kandungan garam dan sulfida yang tinggi di tanah itu mengakibatkan hanya sedikit
dihuni oleh jasad-jasad renik pengurai. Dengan demikian lapisan gambut mulai
terbentuk di atasnya.

4.3 Pemampatan Tanah Gambut


Penambahan beban di atas suatu permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan
tanah dibawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan oleh
adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam
pori, dan sebab–sebab lain.
Pemampatan areal gambut yang luas untuk konstruksi jalan, biasanya dengan
cara memperbaiki areal tersebut. Dengan cara dikupas atau digali, kemudian galian
tersebut diisi dengan lapisan tanah atau pasir yang lebih baik. Dimana tanah yang
telah diganti tersebut dipampatkan dengan diberi beban diatasnya berupa tumpukan
pasir atau tanah selama jangka waktu tertentu.
Untuk mempercepat pemampatan lapisan tanah, ada beberapa cara yang
dilakukan yaitu ada yang menggunakan tiang pasir (vertical sand drain) yang dipasang
pada setiap jarak tertentu. Ada juga yang menggunakan sejenis bahan sintetis yang
dipasang vertical juga yang jaraknya tergantung kebutuhan yang dikenal dengan
vertical wick drain. Penggunaan vertical wick drain ada yang ditambah dengan
bantuan pompa vakum untuk mempercepat proses pemampatan tanah. Semua hal ini
dilakukan untuk mengeluarkan air dan udara yang mengisi pori-pori pada lapisan
tanah. Proses pemampatan tanah ini ada juga yang menggunakan sistem yang disebut
dynamic consolidation yaitu dengan cara menjatuhkan beban yang berat kelapisan
tanah yang akan dipampatkan.
Untuk areal yang tidak luas, pondasi untuk equipment ada yang langsung
membangun pondasinya seperti pondasi cakar ayam. Setelah pondasi terpasang baru
kemudian diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir atau tanah supaya terjadi
pemampatan sampai yang diinginkan. Kemudian dibangun konstruksi jalan yang ingin
dipasang diatasnya.

4.4 Penerapan Konstruksi


Penerapan kostruksi ada lahan gambut mungkin bisa diganti dengan alternatif
yang lain agar tidak terjadi penurunan dalam jangka waktu yang pendek yaitu:

1. Pembuatan jalan di atas lahan gambut lebih baik dilakukan dengan sistem rigid
pavement (perkerasan kaku) yaitu dengan lapisan beton, supaya bebannya tersebar
merata di atas permukaan tanah gambut, demikian memperlambat penurunan dan
kerusakan.

2. Jika lapisan gambutnya cukup tipis, 0-2 m, cara yang paling gampang adalah
dengan membuang atau mengupas lapisan gambut tersebut dan menggantinya dengan
material yang lebih baik.

3. Jika kedalamannya tidak terlalu dalam 3-4 m, konstruksi dengan menggunakan


cerucuk kayu (dolken).

4. Jika lapisan gambutnya sangat dalam atau tebal, maka konstruksi dengan tiang
pancang maupun dengan menggunakan material alternatif yang ringan seperti
geotekstil dapat menjadi pilihan. Namun tentu kita harus pula memperhitungkan segi
biayanya pula.
5. Untuk areal gambut luas yang akan dijadikan konstruksi jalan, biasanya
dengan cara memperbaiki areal tersebut dengan cara dikupas atau digali kemudian
galian tersebut diisi dengan lapisan tanah pilihan, dimana tanah yang telah diganti
tersebut dimampatkan dengan diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir atau
tanah selama jangka waktu tertentu.

6. Untuk areal yang tidak luas, pondasi untuk equipment, ada yang langsung
membangun pondasinya (contohnya pondasi cakar ayam), yang mana setelah
pondasinya terpasang baru kemudian diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir
atau tanah supaya terjadi pemampatan sampai yang diinginkan baru kemudian
dibangun konstruksi jalan yang ingin dipasang diatasnya.

7. Dengan memakai dolken berukuran diameter sekitar 8 cm dan panjang antara


8 sampai dengan 12 meter yang dipancang dengan jarak tergantung kebutuhan
(biasanya sekitar 30-40 cm)

8. Pondasi sarang laba-laba ini memiliki kedalaman antara 1 sampai dengan 1.5
meter, dan terdiri dari pelat rib vertical yang berbentuk segitiga satu sama lainnya. Di
antara ruang segitiga tersebut akan diisi material tanah pasir yang dipadatkan (bisa
sirtu). Selanjutnya di atas pelat tersebut akan di cor pelat beton dengan tebal 150-200
mm. Konstruksinya cukup sederhana dan cepat dilaksanakan serta ekonomis.

9. Pemakaian kanoppel atau gelar kayu sebagai perkuatan tanah dasar pada
pembuatan jalan diatas tanah gambut cukup besar. Banyaknya pembangunan jalan
yang selama ini dikerjakan dengan memakai kanoppel tidak lepas dari pertimbangan
ekonomis mengingat fungsi jalan raya selalu berkaitan dengan dimensi panjang yang
melibatkan bahan perkerasan dengan jumlah yang cukup banyak.
Tugas I
RESUME ANALISIS PERILAKU NILAI CBR TANAH LEMPUNG
EKSPANSIF UNTUK SUBGRADE JALAN RAYA STUDI KASUS
STABILISASI TANAH LEMPUNG GLEE GEUNTENG DENGAN KAPUR
(THESIS SYAWAL)

Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc

Dikerjakan oleh

Nama : Febrina Dian Kurniasari

NPM : 1609200060029

No. Urut : 4

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL


MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
RESUME ANALISIS PERILAKU NILAI CBR TANAH LEMPUNG
EKSPANSIF UNTUK SUBGRADE JALAN RAYA STUDI KASUS
STABILISASI TANAH LEMPUNG GLEE GEUNTENG DENGAN KAPUR

Jalan raya adalah sarana transportasi yang berfungsi memperlancar arus


transportasi untuk meningkatkan kualitas perkerasan jalan perlu diperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi antara lain sifat tanah dasar (subgrade). Tanah dasar
(subgrade) merupakan lapisan tanh yang menerima beban dari lapisan-lapisan
perkerasan konstruksi jalan dan beban lalu lintas yang ada diatasnya.
Pada kasus ini digunakan tanah yang akan distabilisasi dengan campuran kapur
karena tanah dasar tersebut merupakan tanah lempung yang memiliki karakter yang
tidak baik untuk digunakan pada suatu kostruksi terutama pada perkerasan lapisan
jalan disebabkan tanah tersebut tersusun dari mineral lempung yang mempunyai
karakter kembang dan susut yang besar apabila terjadi perbahan kadar air serta tanah
ini merupakan golongan tanah lempung ekspansif.
Berdasarkan penelitian Ariyani dan Nugroho (1997), komposisi campuran
antara tanah dengan kapur sebanyak 6% dan abu sekam padi sebanyak 4%
memperoleh nilai CBR yang tinggi sehingga tanah hasil stabilisasi dikatakan semakin
baik untuk bahan lapis tanah dasar (subgrade), terutama bila digunakan sebagai bahan
lapisan tanah dasar timbunan.
Menurut Risma (2011), menyatakan bahwa penambahan kapur dan pasir pada
tanah lempung secara umum dapat meningkatkan nilai CBR tanah. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan bahwa setiap variasi penambahan kapur dan pasir
menunjukkan meningkatnya nilai CBR tanah baik pada kondisi rendaman maupun
tanpa rendaman.
Berdasarkan hasil analisa dan penelitian yang telah dilakukan diperoleh
penambahan persentase kapur dapat memberikan efek yang sangat besar bagi tanah
lempung karena semakin banyak penambahan kapur maka dapat meningkatkan daya
ikat antar butiran atau meningkatnya kemampuan mengunci antar butiran yang dapat
memperkecil ruang pori dan kadar air semakin berkurang.
Dengan penambahan kapur pada jenis tanah lempung Glee Geunteng dapat:
 Meningkatkan daya dukung tanah
 Mengurangi kadar air
 Meningkatnya volume kering tanah yang disebabkan oleh perubahan
karakteristik tanah asli yang mempunyai kadar air yang tinggi.

Untuk mengetahui nilai hasil campuran stabilisasi kapur dengan tanah Glee
Geunteng dapat pada suatu tanah kita harus melakukan pengujian-pengujian sifat fisis
seperti:
 Pengujian berat jenis
 Pengujian batas cair (liquid limid)
 Pengujian batas plastis
 Pengujian pembagian butir
 Pengujian pemadatan
 Pengujian CBR (California Bearing Rasio)

Hasil penelitian sifat-sifat fisis dan klasifikasi terhadap tanah lempung Glee
Geunteng menurut sistem klasifikasi AASHTO termasuk jenis tanah yang tergolong
dalam kelompok A-7-6 (tanah berlempung) yang tingkatan umum tanah termasuk
dalam kategori sedang sampai buruk. Sedangkan untuk tanah dengan campuran kapur
tidak terjadi perubahan kelompok dengan tanah asli karena bahan kapur yang
digunakan sebagai campuran butiran yang gradasinya halus.
Hasil analisa kimia tanah lempung Glee Geunteng bahwa unsur-unsur
pembentuk tanah adalah silikon oksida (sio2), kalium oksida (K2O), Aluminium
oksida (Al2O3) dan Calsium Oksida (CaO). Unsur yang paling dominan dari tanh
lempung adalah SiO2 merupakan unsur yang mengandung mineral yang lebih besar
mampu menyerap air dalam jumlah besar yang disebut mineral montmorolinite yang
mengandung unsur silika.
Dari hasil penelitian didapat bahwa dengan penambahan kapur pada tanah
lempung ekspansif akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia antara kapur dengan
aluminia dan silica dalam tanah yang disebut dengan reaksi pozzolanik. Reaksi ini
akan menimbulkan penyatuan dan pengerasan sehingga akan meningkatkan
karakteristik kekuatan tanah atau meningkatnya nilai CBR. Percampuran tanah
lempung dan kapur juga akan menyebabkan perubahan sifat tanah lempung asli
karena proses sementasi serta terbentuknya sementasi dalam struktur tanah lempung
akan menghalangi penyerapan air sehingga menurunnya indeks plastisitas (PI) tanah
dan memperkecil nilai pengembangan (swelling).
Berdasarkan hasil pengujian yang didapat bahwa pada penambahan kapur
dapat menurutkan persentase fraksi < 0,002 mm. Sehingga mengurangi luas
permukaan spesifik tanah yang akan mengurangi potensi menyerap air dari hasil
tersebut dapat diambil gambaran bahwa semakin bnayak penmbahan kapur terhadap
tanah lempung maka menyebabkan semakin kecil persen butiran yang lolos saringa
200 dan partikel-partikel lempung yang bereaksi dengan air semakin kecil. Dengan
demikian, kadar air yang dibutuhkan untuk memadatkan tanah semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya persen kapurke arah yang lebih besar. Untuk kadar air
optimum dapat mengisi susunan butiran menjadi lebih baik dan butiran menjadi saling
mengisi serta mudah dipadatkan dan meningkatkan kerapatan tanah.
Dari kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penambahan
campuran kapur 3% sampai 12% pada tanah lempung Glee Geunteng dapat
meningkatkan berat volume kering maksimum dan menurunkan kadar air optimum.
Hasil penelitian tanah asli diketahui nilai CBR Glee Geunteng dengan
campuran kapur menunjukkan peningkatan nilai CBR dan menurunkan nilai
pengembangan. Akan tetapi untuk penggunaan pada jalan kelas tinggi (kelas I, II dan
III) tanpa dilakukan stabilisasi yang tidak direkomendasi, dikarenakan kondisi tanah
asli, indeks plastisitasnya masih di atas batas yang diizinkan yaitu dibawah 7%
menurut persyaratan standar Bina Marga.
Tugas II
KLASIFIKASI TANAH TIMBUNAN PADA STUDI KASUS JEMBATAN
LAMNYONG DAN JEMBATAN KRUENG CUT BANDA ACEH

Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc

Dikerjakan oleh

Nama : Febrina Dian Kurniasari

NPM : 1609200060029

No. Urut : 4

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL


MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
Soal:
Jelaskan jenis tanah timbunan, warna dan klasifikasi tanah yang digunakan pada oprit
jembatan pada studi kasus jembatan Lamnyong dan jembatan Krueng Cut serta
jelaskan tentang pemadatan tanah timbun tersebut dan lakukan analisa perbedaan pada
kedua jembatan tersebut?

Pendahuluan
Jalan pendekat (Oprit) adalah struktur jalan yang dapat menghubungkan antara
suatu ruas jalan dengan struktur jembatan yang terbuat dari tanah timbunan biasa atau
timbunan pilihan yang memerlukan pemadatan secara khusus karena posisinya
terletak dibelakang abutment yang merupakan posisi yang cukup sulit untuk
pemadatan. Pada timbunan oprit harus dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi
penurunan atau deformasi pada ujung perkerasan jalan terhadap ujung kepala
jembatan.

Pengertian dan Jenis Timbunan


Timbunan jalan pendekat (oprit) berfungsi sebagai pondasi dasar yang
mendukung lapisan pondasi bawah yang mempunyai kekuatan dan keawetan tertentu.
Bahan yang digunakan untuk timbunan oprit adalah timbunan biasa atau timbunan
pilihan.
Timbunan biasa adalah timbunan tanah untuk lapisan pondasi tanah dasar yang
digunakan sebagai pengganti material tanah dasar di lapangan yang tidak memenuhi
syarat spesifikasi teknis, Untuk timbunan biasa memiliki syarat nilai CBR tidak
kurang dari 6% setelah perendaman dan bahan timbunanan ini sebaiknya tidak
memiliki nilai plastisitas tinggi.
Timbunan pilihan adalah tanah timbunan yang dihasilkan dari batuan atau tanah
yang memiliki klasifikasi, spesifikasi dan gradasi tertentu. Timbunan pilihan memiliki
syarat nilai CBR tidak kurang dari 10% setelah perendaman dan Pada kondisi berair
yang tidak dapat dihindari harus berupa bahan berbutir bersih, pasir, atau krikil
dengan indeks plastis maksimum 6%. Bahan tanah timbunan dengan kedalaman 30
cm harus dipadatkan hingga 100% kepadatan kering maksimum,dan kedalaman lebih
dari itu,kepadatanya hanya boleh 95 % dari kepadatan maksimumnya.
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah merupakan cara untuk menentukan jenis tanah. Ada beberapa
sistem klasifikasi yang telah di kembangkan, untuk menghindari kesulitan dalam
pengklasifikasian tanah,maka di gunakan sistem klasifikasi yang relatif sederhana
dengan beberapa kategori saja, sehinga suatu batuan dan tanah tertentu diungkapkan
dengan beberapa nilai penguji fisik tertentu, yang di sebut sebagai sifat-sifat indeks,
atau yang di sebut sebagai pengujian-pengujian klasifikasi.
Salah satu cara yang paling umum di gunakan untuk pengklasifikasian tanah adalah
yang di dasarkan pada sifat tekstur tanah, yaitu:

1. Tanah berbutir kasar material yang memiliki persentase lolos saringan no 200 <
50% .

2. Tanah berbutir halus adalah tanah yang material memiliki persentase lolos
saringan no. 200 > 50%. Untuk jenis tanah berbutir halus di bedakan atas tanah
lempung, tanah lanau serta tanah yang bercampur bahan organik yang di bagi lagi
menjadi batas cair yang rendah dan tinggi

Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO


Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna
pekerjaan jalan yaitu tanah dasar (subgrade). Karena sistem ini ditujukan untuk
pekerjaan jalan tersebut, maka penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus
dipertimbangkan terhadap maksud aslinya.
Sistem ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 Sampai
dengan A-7. Tanah yang terklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3
merupakan tanah granuler yang memiliki partikel yang lolos saringan No. 200 kurang
dari 35%. Tanah yang lolos saringan No. 200 lebih dari 35% diklasifikasikan dalam
kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7.

Klasifikasi sistem ini didasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut :


a. Ukuran butir.
Kerikil : butiran melalui ayakan dengan lubang 75 mm dan tertinggal di atas
ayakan No. 10 dengan lubang 2 mm.
Pasir : butiran melalui ayakan No. 10 (2 mm) dan tertinggal di atas ayakan No.
200 dengan lubang 0,074 mm.
Lumpur dan lempung : butiran melalui ayakan No. 200.

b. Plastisitas.
Berlanau, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≤ 10. Berlempung,
jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≥ 11.

Tabel Sistem klasifikasi tanah AASHTO


Pemadatan Tanah
Pada pemadatan timbunan tanah untuk jalan raya dan struktur teknik lainnya,
tanah yang lepas haruslah dipadatkan untuk meningkatkan berat volumenya.
Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan
demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya. Pemadatan juga dapat
mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan meningkatkan
kemampatan lereng timbunan.
Tujuan pemadatan adalah untuk memperbaiki sifat – sifat teknis massa tanah.
Beberapa keuntungan yang di dapatkan dengan adanya pemadatan ini adalah :
1. Berkurangnya penurunan permukaan tanah
2. Mempertinggi kuat geser tanah
3. Mengurangi permeabilitas
4. Mengurangi sifat mudah mampat
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemadatan yaitu kadar air mempunyai
pengaruh yang besar terhadap tingkat kepadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah.
Disamping kadar air, faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi pemadatan adalah
jenis tanah dan usaha pemadatan.
Alat yang digunakan untuk pemadatan di lapangan dilakukan dengan
penggilas. Jenis penggilas yang umum digunakan adalah:
1. Penggilas besi berpermukaan halus
2. Penggilas ban-karet (angin)
3. Penggilas getar.
Berdasarkan pengamatan timbunan oprit pada jembatan Krueng Cut dan
Jembatan Lamnyong pemadatan dilakukan dengan alat berat menggunakan compac
dengan berat alat tersebut mencapai 8 – 10 ton dan tanah timbunan tersebut
dipadatkan lapis demis lapis dengan 30 cm per lapis serta dipadatkan dengan khusus
sesuai persyaratan agar tidak terjadi deformasi atau penurunan pada kemudian hari.

Berdasarkan hasil survey pada kasus jembatan lamnyong dan jembatan Krueng cut
didapat hasil sebagai berikut:
1. Studi Kasus Jembatan Lamnyong
Hasil survey pada jembatan lamnyong tanah timbunan yang digunakan untuk
timbunan oprit pada jembatan tersebut adalah tanah yang berasal dari bekas galian
pada lokasi, quarry Blang Bintang, dan quarry Lampakuk. Timbunan oprit harus
dipadatkan lapis demi lapis sesuai peraturan agar tidak terjadi penurunan pada
kemudian hari. Pemadatan dilakukan lapis per lapis yaitu 20 cm per layer dengan
menggunakan alat berat Excavator dan compac dengan berat masing-masing 8-10 ton.
 Tanah Bekas Galian Lamnyong
 Berdasarkan pengamatan secara visual dikategorikan tanah tersebut termasuk
dalam klasifikasi tanah A-4 yang tergolong jenis tanah berlanau karena jika diamati
tanah tersebut lebih dominan tanah berbutir halus lebih dari 35% bahan yang lolos
saringan No. 200.

Gambar a. Jenis tanah bekas galian jembatan Lamnyong

 Quarry Blang Bintang


 Jika dilihat secara visual tanah pada quarry ini lebih didominasi oleh pasir dan
lanau dikategorikan dalam klasifikasi tanah A-2-6 yang berarti jenis tanah lanau atau
lempung, kerikil dan berpasir.
Gambar b. Jenis tanah dari quarry Blang Bintang

 Quarry Lampakuk
 Tanah timbun untuk lokasi tidak diketahui karena material belom didatangkan
kelapangan.

2. Studi Kasus Jembatan Krueng Cut


Berdasarkan hasil survey pada jembatan Krueng Cut tanah timbunan yang
digunakan pada oprit jembatan jika dilihat dan dianalisa secara visual tanah tersebut
berwarna coklat kemerah merahan, serta tanah tersebut terlihat lebih memiliki
kandungan lanau atau lempung berpasir. Tanah timbun yang digunakan untuk oprit
merupakan tanah yang bersumber dari quarry Ujung Batee serta timbunan oprit akan
ditimbun setinggi kurang lebih 3 m dan pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan
30 cm per layer yang di padatkan dengan alat berat compac degan berat 8 sampai 10
ton.
Gambar c. Jenis tanah dari quarry Ujung Batee

Gambar d. Pemadatan yang sedang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai