Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc
Dikerjakan oleh
NPM : 1609200060029
Halaman
Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc
Dikerjakan oleh
NPM : 1609200060029
No. Urut : 4
d. Tanah organik
Tanah organik adalah tanah yang tersusun dari bahan organik dan
mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Bahan-bahan organik tersebut terdiri dari sisa
tumbuh-tumbuhan dan binatang. Jumlah bahan organik dalam tanah organik
dinyatakan dengan kadar organik. Kadar organik adalah nilai banding antara berat
bahan organik terhadap contoh tanah yang kering oven. Berat bahan organik dapat
ditentukan dengan memanaskan contoh tanah untuk membakar bahan organiknya (Mc
Farland, 1959).
b. Sifat Fisik
Sifat fisik tanah sangan terkait dengan kondisi material, sifat fisik tanah terdiri
dari:
Warna Tanah
Warna Tanah dipengaruhi oleh kandungan organik atau kimiawi. Pada
umumnya tanah yang banyak kandungan organiknya akan berwarna gelap, dan
memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi.
Tekstur Tanah
Yang dimaksud dengan tekstur tanah yaitu besar kecilnya butiran tanah,
dimana tekstur ini dapat kita bedakan jadi 3 kelas yaitu tanah pasir, lempung dan
tanah liat. Tekstur tanah yang baik adalah tanah lempung dengan perbandingan antara
pasir, debu dan tanah liat harus sama, sehingga tanah tidak terlalu lepas dan tidak
terlalu lekat.
Struktur Tanah
Struktur Tanah. Yang dimaksud dengan struktur tanah yaitu susunan dari
butiran-butiran tanah, dimana struktur ini dapat kita bedakan menjadi 3 macam yaitu
struktur lepas butir, struktur remah, dan struktur gumpal. Tanah dikatakan memiliki
struktur lepas butir, bila butir2 tanah letaknya berderai atau terlepas satu sama lainnya,
sedangkan tanah berstruktur remah bila butir-butir tanah berkumpul membentuk
semacam kerak roti. Dan struktur remah merupakan struktru tanah yang paling baik
untuk dijadikan sebagai tanah pertanian. Tanah yang berstruktur gumpal ditandai
dengan butir-butir tanah melekat sangat rapat satu sama lain.
Kadar Air
Menurut Hakim et al (1986), metode umum yang biasa dipakai untuk
menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah
kering. Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan lembab sering
bergejolak dengan keadaan air.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah.
Tugas Pengembangan II
TEKSTUR TANAH, KLASIFIKASI TANAH, PEMADATAN, DAYA DUKUNG
DAN STABILISASI TANAH
Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc
Dikerjakan oleh
NPM : 1609200060029
No. Urut : 4
A. Fase Tanah
Dalam mekanika tanah, terjadi di dalam komponen tanah terdiri dari 3
komponen, yaitu:
Butiran tanah, yang mungkin miskroskopis ukurannya jelas bahwa partikel
miksroskopis tidak akan terlihat oleh mata biasa, tetapi mungkin saja partikel
ini terdapat kedalam jumlah yang bervariasai.
Air (Kelembaban tanah), yang dapat menyebabkan tanah terlihat basah,
lembab, ataupun kering. Air didalam pori atau rongga disebut air pori,
mungkin ada dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh rongga
tersebut (tanah jenuh) atau mungkin hanya ada di sekeliling butiran tanah saja.
Pori-pori atau Rongga (Voids), yang merupakan ruang terbuka di antara
butiran-butiran tanah dengan berbagai ukuran.
Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat
mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau
seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya,
tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada
kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak
mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.
Tanah merupakan suatu sistem yang homogen, polifasik, berbutir, dispers
(caraiberai), dan porus (berpori), yang di dalamnya per unit volume dapat sangat
besar. Sifat penyebaran tanah dan akibat kegiatan bidang singgungnya telah
menimbulkan fenomena seperti jerapan air dan bahan kimia, pertukaran ion, adhesi,
pembengkakan dan pengkerutan, dispersi (pencerai beraian) dan flokulasi
(penjonjotan), dan kapileritas.
B. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok
dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi
memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat
umum tanali yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Sebagian besar
sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan
pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran dan
plastisitas. Walaupun saat ini terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah, tetapi tidak
ada satupun dari sistem-sistem tersebut yang benar-benar memberikan penjelasan
yang tegas mengenai segala kemungkinan pem akaiannya. Hal ini disebabkan karena
sifat-sifat tanah yang sangat bervariasi. Sistem klasifikasi tanah terbagi atas:
1) Ukuran butir :
Kerikil: bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm dan yang
tertahan di ayakan No.20 (2 mm)
Pasir: bagian tanah yang lolos ayakan No 10 (2 mm) dan yang tertahan pada
ayakan No. 200 (0,075 mm).
Lanau dan lempung: bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.
2) Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bila
mana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastik sebesar 11 atau
lebih.
3) Apabila batuan ( ukurannya lebih besar dari 75mm) ditemukan didalam contoh
tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya , maka batuan-batuan tersebut harus
dikeluarkan terlebih dahulu. Tetapi persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut
harus dicatat.
Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah,
maka data dari hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam tabel
berikut ini
USCS Menurut sistem ini sifat tanah ditentukan oleh ukuran butir dan gradasi
butirannya. Sistem klasifikasi tanah Unified merupakan sistem klasifikasi tanah yang
paling terkenal dikalangan para ahli teknik tanah dan pondasi. Sistem ini pertama-
tama dikembangkan oleh Casagrande (1984) dan dikenal sebagai sistem klasifikasi
Airfied. Sitem ini lalu dipakai dengan sedikit modifikasi oleh U.S. Bureau of
Reclamationdan U.S. Corps of Engineers tahun 1952. Kemudian pada tahun 1969
American Socienty for Testing and Materials (ASTM) telah menggunakan sistem
rekayasa (ASTM D-2487). Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok
besar, yaitu:
mana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari
kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G adalah untuk kerikil (gravel)
atau tanah berkerikil, dan S adalah untuk pasir (sand) atau tanah berpasir.
berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai
dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik,
gambut (peat), muck, dan tanah - tanah lain dengan kadar organik yang tinggi.
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbil kelompok seperti: GW, GP, GM,
GC, SW, SP, SM, dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, faktor-faktor berikut ini perlu
diperhatikan :
1 . Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)
1. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan No. 40
𝐷60
𝐶𝑢 =
𝐷10
Dimana:
Cu = koefisien keseragaman (uniformity coeffiensient)
D60 = ukuran butir yang sepadan dengan 60% melalui ayakan (yaitu lebih kecil
daripada ukuran tersebut).
𝐷 2 30
𝐶𝑐 =
𝐷10 𝑥 𝐷60
Dimana:
Cc = koefisien gradasi atau koefisien lingkungan
D30 = ukuran butir yang sepadan dengan 30% melalui ayakan (yaitu lebih kecil
daripada ukuran tersebut) .
Dimana:
r = jari-jari butir bulat (cm)
𝛾𝑠 = berat isi butir (gr/cm3)
𝛾𝑤 = berat isi air
3. Illite group
Memiliki formasi struktur satuan kristal yang hampir sama dengan
montmorillonite. Satu unit kristal illite memiliki tebal dan komposisi yang hampir
sama dengan montmorillonite. Perbedaannnya ada pada:
Pengikatan antar unit kristal terdapat pada kalium (K) yang berfungsi sebagai
penyeimbang muatan sekaligus pengikat.
Terdapat ±20% pergantian silikon (Si) oleh alumunium (Al) pada lempeng
tetrahedral.
Struktur mineralnya tidak mengembang sebagaimana montmorillonite.
Gambar satuan unit illite seperti yang ditunjukkan pada Gambar dibawah ini:
Gambar Struktur illite (Das Braja M, 1988)
C. Pemadatan Tanah
Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan
pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel. Tanah dapat
dikerjakan pada mulanya dengan pengeringan, penambahan air, agregat (butir-butir),
atau dengan bahan-bahan stabilisasi seperti semen, kapur dan lainnya.
Menurut Braja M Das (1998), pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan
raya dan struktur teknik lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan
untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung
pondasi di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang
tidak diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments).
Penggilas besi berpermukaan halus (smooth-wheel rollers), dan penggilas getar
(vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan di lapangan untuk
pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk
memadatkan tanah berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang cukup besar dari
permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut vibroflotation
(pemampatan getar apung).
Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air
tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikel-partikel
tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak
dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat.
Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila
kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat. Bila kadar airnya
ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang sama, maka berat dari
jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat secara bertahap.
Setelah mencapai kadar air tertentu, adanya penambahan kadar air justru
cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air
tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat
ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air di mana harga berat
volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air optimum.
ϴ adalah sudut teoritis antara bidang utama besar dan bidang runtuh. Dengan
𝜑′
demikian jelas bahwa 𝜃 = 45° + 2
Hubungan antara tegangan utama efektif pada keadaan runtuh dan parameter-
parameter kekuatan geser dengan rumus:
1 𝜑′ 𝜑′
𝜎 ′ = 𝜎 ′3 tan ² (45° + ) + 2𝑐 ′ tan(45° + )
2 2
Persamaan diatas merupakan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. Kriteria
tersebut berasumsi bahwa bila sejumlah keadaan tegangan diketahui, di mana masing-
masing menghasilkan keruntuhan geser pada tanah, sebuah garis singgung akan dapat
digambatkan pada lingkaran Mohr; garis singgung tersebut dinamakan selubung
keruntuhan (failure envelope) tanah. Keadaan tegangan tidak mungkin berada di atas
selubung keruntuhannya. Kriteria ini tidak mempertimbangkan regangan pada saat
atau sebelum terjadinya keruntuhan dan secara tidak langsung menyatakan bahwa
tegangan utama menengah efektif σ’2 tidak mempengaruhi kekuatan geser tanah. Di
dalam praktek, kriteria keruntunan Mohr Coulomb ini paling sering digunakan karena
kesederhanannya, walaupun bukan merupakan satu-satunya kriteria keruntuhan tanah.
Selubung keruntuhan untuk tanah tertentu tidak selalu berbentuk garis lurus, tetapi
secara perkiraan dapat dibuat menjadi garis lurus, yang diambil dari suatu rentang
tegangan serta parameter-parameter kekuatan geser pada rentang tersebut.
• Pada tanah berbutir halus ( kohesif ) misalnya lempung kekuatan geser yang
dimiliki tanah disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan antara butir – butir tanah
( c soil).
• Pada tanah berbutir kasar (non kohesif ), kekuatan geser disebabkan karena
adanya gesekan antara butir – butir tanah sehingga sering disebut sudut gesek dalam
(φsoil )
• Pada tanah yang merupakan campuran antara tanah halus dan tanah kasar ( c
dan φsoil ), kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi) dan
gesekan antara butir – butir tanah.
Sebagai suatu bahan konstruksi teknik, tanah adalah bahan yang tidak dapat
menahan tarik, dan juga diperhitungkan tidak dapat menahan desak. Semua bahan
yang bekerja pada tanah dilawan oleh kuat geser tanah. Masalah stabilitas pada tanah
meliputi antara lain kemampuan tanah memikul beban pondasi, tekanan tanah pasif
dan aktif, dan stabilitas lereng. Jika tanah tidak mampu memikul beban yang terus
menerus terjadi pada tanah tersebut maka akan terjadi penurunan yang disebut dengan
Deformasi Permanent. Deformasi permanen adalah perubahan bentuk yang
disebabkan oleh pemberian beban, dimana apabila beban dihilangkan maka bentuk
dan ukuran tidak akan kembali ke bentuk semula. Berikut adalah contoh gambar
terjadi deformasi permanen pada suatu tanah.
E. Daya Dukung
Definisi Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung
beban baik berupa beban pondasi sendiri dan beaban yang lain , yaitu berupa beban
tetap, beban bergerak, beban angin, dan beban gempa.
Kapasitas dukung ultimit (qult) didefinisikan sebagai tekanan terkecil yang
dapat menyebabkan keruntuhan geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan di
sekeliling pondasi.
Ada 3 kemungkinan pola keruntuhan kapasitas daya dukung tanah yakni;
Keruntuhan geser umum (General Shear Failure)
Bila tekanan dinaikkan menjadi qf' akan dicapai kondisi keseimbangan plastis
mula-mula pada tanah di sekeliling sisi-sisi pondasi lalu secara bertahap menyebar ke
bawah dan ke luar. Akhirnya kondisi keseimbangan plastis ultimit akan terbentuk
pada sepanjang tanah di atas bidang runtuh. Terjadi pengangkatan (heaving) pada
permukaan tanah, yaitu pada kedua sisi pondasi, meskipun gerakan menggelincir
akhirnya hanya akan terjadi pada satu sisi saja.. Cara keruntuhan ini terjadi pada tanah
berkompresibilitas rendah (yaitu tanah yang rapat atau kaku) dan bentuk kurva
tekanan-penurunan secara umum diperlihatkan pada Gambar a berikut di mana daya
dukung ultimitnya telah didefinisikan dengan baik.
F. Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki sifat-
sifat tanahyang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan
kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci. Tanah dibuat stabil
agar jika ada beban yang lewat,tidak terjadi penurunan (settlement). Tanah dasar
minimal harus bisa dilewati kendaraan proyek. Stabilisasi tanah adalah usaha untuk
meningkatkan stabilitas dan kapasitas daya dukung tanah. Stabilisasi dapat terdiri dari
salah satu tindakan berikut:
Meningkatkan kerapatan tanah
Menambah material yag tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi atau
tahanan gesek timbul
Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi atau
fisis pada tanah
Menurunkan muka air tanah
Mengganti tanah yang buruk.
Tujuan perbaikan tanah tersebut adalah untuk mendapatkan tanah dasar yang
stabil pada semua kondisi. Usaha stabilisasi dilakukan hanya seperlunya saja, tidak
menguntungkan secara ekonomis untuk membuat sesuai bagian konstruksi yang lebih
kuat dari yang diperlukan.
Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan
berikut:
1. Stabilisasi mekanis
Definisi stabilisasi mekanis adalah tanah yang telah distabilisasikan secara
mekanisa dalah yang telah berhasil dibuat memiliki daya dukung tanah tertentu
terhadap deformasi oleh muatan, disebabkan karena adanya kait mengait (interlock)
dan geseran antar butir tanah serta daya ikat antar butir oleh bagian tanah liat.
Beberapa usaha penambahan kekuatan atau daya dukung tanah dengan stablisasi
mekanis seperti mengganti jenis tanah eksisting, mengatur gradasi tanah atau
melakukan pemadatan (compaction).
Kepentingan ekonomis pada tanah lempung ekspansif ini tidak dapat diabaikan
begitu saja, karena material ini sangat banyak terdapat dan sering mengakibatkan
kerusakan.
Tugas Pengembangan III
TEKANAN DALAM TANAH DAN CBR RENCANA
Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc
Dikerjakan oleh
NPM : 1609200060029
No. Urut : 4
Tekanan tanah timbul selama pergeseran tanah (soil displacement) atau selama
peregangan tetapi sebelum tanah tersebut mengalami keruntuhan. Agar dapat
merencanakan konstruksi penahan tanah dengan benar, maka kita perlu mengetahui
gaya horisontal yang bekerja antara konstruksi penahan dan massa tanah yang ditahan.
Gaya horisontal disebabkan oleh tekanan tanah arah horisontal (lateral). Analisa dan
penentuan tekanan tanah lateral sangat penting dalam mendesain dinding penahan
tanah. Besar dan distribusi tekanan lateral yang bekerja pada struktur dinding penahan
tanah atau pondasi tergantung pada regangan relatif tanah dibelakang struktur.
Tahanan gesek biasanya merupakan faktor penting dalam stabilitas massa dan
kemampuan tanah untuk menahan beban pondasi, maka tekanan efektif dapat dihitung
dengan rumus:
𝑃𝑡 𝑢𝐴𝑤
𝜎′ = −
𝐴 𝐴
Dimana: u = Tekana pori (Untuk air pakai pakai 9,807 h)
AW = Luas pori yang diproyeksikan dalam pidang A-A pada gambar.
Konsep tekanan efektif adalah salah satu faktor terpenting dalam analisi
stabilitas dalam pekerjaan geoteknik. Peranan air pori, atau air pori kelebihan,
tekanan-tekanan dalam terbentuknya tekanan efektif dan sejumlah besar terjadinya
keruntuhan tanah diakibatkan oleh timbulnya tekanan air pori yang berebihan.
Pada umumnya grafik beban penetrasi yang diperoleh dari hasil pengujian
CBR berupa garis lurus pada penetrasi rendah, sedangkan pada penetrasi tinngi grafik
akan berupa garis lengkung cembung. Dalam beberapa kasus, grafik pembebanan
diperoleh pada penetrasi rendah berbentuk cekung. Hal ini disebabkan karena
peralatan yang kurag sempurna atau teliti. Cara mengkoreksi grafik tersebut dapat
dilihat dalam gambar berikut:
Dalam menguji nilai CBR tanah dapat dilakukan di laboratorium. Tanah dasar
(Subgrade) pada kontruksi jalan baru merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau
tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan
maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai
kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini
disebut CBR rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR
laborataorium. Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan perkerasan
diatasnya akan semakin tipis dan semakin kecil nilai CBR (daya dukung tanah
rendah), maka akan semakin tebal lapisan perkerasan di atasnya sesuai beban yang
akan dipikulnya.
Pada pembuatan jalan baru tanah dasar (subgrade) harus dipadatkan sebaik-
baiknya, untuk menjadikan lebih kuat dan untuk menjamin supaya kekuatannya
seragam. Apabila tanah asli kurang baik, maka tanah tersebut mungkin dapat
digantikan dengan tanah yang sifatnya lebih baik untuk merupakan tanah dasar. Untuk
perencanaan jalan baru, tebal perkerasan biasanya ditentukan dari nilai CBR tanah
dasar yang dipadatkan. Nilai CBR yang dipergunakan untuk perencanaan disebut
“design CBR”. Cara yang dipakai untuk mendapatkan “design CBR” ini ditentukan
dengan 2 faktor, yaitu :
- Kadar air tanah serta berat isi kering pada waktu dipadatkan.
- Percobaan pada kadar air yang mungkin akan terjadi setelah perkerasan selesai
dibuat.
Ada bermacam cara yang dapat dipakai untuk mendapatkan “design CBR” ini, yang
terbaik adalah cara yang dikembangkan oleh U.S Army Corps of Engineers. Pada cara
ini terlebih dahulu harus dilakukan pemadatan untuk menentukan kadar air optimum.
a. Memperoleh nilai CBR asli di lapangan, sesuai dengan kondisi tanah dasar saat
itu. Umum digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan yang lapisan tanah
dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi . Pemeriksaan dilakukan dalam kondisi
kadar air tanah tinggi (musim penghujan) tau dalam kondisi terburuk yang mungkin
terjadi.
b. Memeriksa apakah kepadatan yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.
Pemeriksaan untuk tujuan ini tidak umum digunakan, lebih sering menggunakan
pemeriksaan yang lain seperti kerucut pasir (sand cone) dan lain-lain.
CBR lapangan rendaman (Undisturbed soaked CBR).
Digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapangan pada
keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan (swell) yang maksimum. Hal
ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan
tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi, terletak di daerah yang badan
jalannya se ring terendam air pada musim penghujan dan kering pada musim kemarau.
Sedangkan pemeriksaan dilakukan di musim kemarau.
Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc
Dikerjakan oleh
NPM : 1609200060029
No. Urut : 4
1. Pembuatan jalan di atas lahan gambut lebih baik dilakukan dengan sistem rigid
pavement (perkerasan kaku) yaitu dengan lapisan beton, supaya bebannya tersebar
merata di atas permukaan tanah gambut, demikian memperlambat penurunan dan
kerusakan.
2. Jika lapisan gambutnya cukup tipis, 0-2 m, cara yang paling gampang adalah
dengan membuang atau mengupas lapisan gambut tersebut dan menggantinya dengan
material yang lebih baik.
4. Jika lapisan gambutnya sangat dalam atau tebal, maka konstruksi dengan tiang
pancang maupun dengan menggunakan material alternatif yang ringan seperti
geotekstil dapat menjadi pilihan. Namun tentu kita harus pula memperhitungkan segi
biayanya pula.
5. Untuk areal gambut luas yang akan dijadikan konstruksi jalan, biasanya
dengan cara memperbaiki areal tersebut dengan cara dikupas atau digali kemudian
galian tersebut diisi dengan lapisan tanah pilihan, dimana tanah yang telah diganti
tersebut dimampatkan dengan diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir atau
tanah selama jangka waktu tertentu.
6. Untuk areal yang tidak luas, pondasi untuk equipment, ada yang langsung
membangun pondasinya (contohnya pondasi cakar ayam), yang mana setelah
pondasinya terpasang baru kemudian diberi beban diatasnya berupa tumpukan pasir
atau tanah supaya terjadi pemampatan sampai yang diinginkan baru kemudian
dibangun konstruksi jalan yang ingin dipasang diatasnya.
8. Pondasi sarang laba-laba ini memiliki kedalaman antara 1 sampai dengan 1.5
meter, dan terdiri dari pelat rib vertical yang berbentuk segitiga satu sama lainnya. Di
antara ruang segitiga tersebut akan diisi material tanah pasir yang dipadatkan (bisa
sirtu). Selanjutnya di atas pelat tersebut akan di cor pelat beton dengan tebal 150-200
mm. Konstruksinya cukup sederhana dan cepat dilaksanakan serta ekonomis.
9. Pemakaian kanoppel atau gelar kayu sebagai perkuatan tanah dasar pada
pembuatan jalan diatas tanah gambut cukup besar. Banyaknya pembangunan jalan
yang selama ini dikerjakan dengan memakai kanoppel tidak lepas dari pertimbangan
ekonomis mengingat fungsi jalan raya selalu berkaitan dengan dimensi panjang yang
melibatkan bahan perkerasan dengan jumlah yang cukup banyak.
Tugas I
RESUME ANALISIS PERILAKU NILAI CBR TANAH LEMPUNG
EKSPANSIF UNTUK SUBGRADE JALAN RAYA STUDI KASUS
STABILISASI TANAH LEMPUNG GLEE GEUNTENG DENGAN KAPUR
(THESIS SYAWAL)
Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc
Dikerjakan oleh
NPM : 1609200060029
No. Urut : 4
Untuk mengetahui nilai hasil campuran stabilisasi kapur dengan tanah Glee
Geunteng dapat pada suatu tanah kita harus melakukan pengujian-pengujian sifat fisis
seperti:
Pengujian berat jenis
Pengujian batas cair (liquid limid)
Pengujian batas plastis
Pengujian pembagian butir
Pengujian pemadatan
Pengujian CBR (California Bearing Rasio)
Hasil penelitian sifat-sifat fisis dan klasifikasi terhadap tanah lempung Glee
Geunteng menurut sistem klasifikasi AASHTO termasuk jenis tanah yang tergolong
dalam kelompok A-7-6 (tanah berlempung) yang tingkatan umum tanah termasuk
dalam kategori sedang sampai buruk. Sedangkan untuk tanah dengan campuran kapur
tidak terjadi perubahan kelompok dengan tanah asli karena bahan kapur yang
digunakan sebagai campuran butiran yang gradasinya halus.
Hasil analisa kimia tanah lempung Glee Geunteng bahwa unsur-unsur
pembentuk tanah adalah silikon oksida (sio2), kalium oksida (K2O), Aluminium
oksida (Al2O3) dan Calsium Oksida (CaO). Unsur yang paling dominan dari tanh
lempung adalah SiO2 merupakan unsur yang mengandung mineral yang lebih besar
mampu menyerap air dalam jumlah besar yang disebut mineral montmorolinite yang
mengandung unsur silika.
Dari hasil penelitian didapat bahwa dengan penambahan kapur pada tanah
lempung ekspansif akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia antara kapur dengan
aluminia dan silica dalam tanah yang disebut dengan reaksi pozzolanik. Reaksi ini
akan menimbulkan penyatuan dan pengerasan sehingga akan meningkatkan
karakteristik kekuatan tanah atau meningkatnya nilai CBR. Percampuran tanah
lempung dan kapur juga akan menyebabkan perubahan sifat tanah lempung asli
karena proses sementasi serta terbentuknya sementasi dalam struktur tanah lempung
akan menghalangi penyerapan air sehingga menurunnya indeks plastisitas (PI) tanah
dan memperkecil nilai pengembangan (swelling).
Berdasarkan hasil pengujian yang didapat bahwa pada penambahan kapur
dapat menurutkan persentase fraksi < 0,002 mm. Sehingga mengurangi luas
permukaan spesifik tanah yang akan mengurangi potensi menyerap air dari hasil
tersebut dapat diambil gambaran bahwa semakin bnayak penmbahan kapur terhadap
tanah lempung maka menyebabkan semakin kecil persen butiran yang lolos saringa
200 dan partikel-partikel lempung yang bereaksi dengan air semakin kecil. Dengan
demikian, kadar air yang dibutuhkan untuk memadatkan tanah semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya persen kapurke arah yang lebih besar. Untuk kadar air
optimum dapat mengisi susunan butiran menjadi lebih baik dan butiran menjadi saling
mengisi serta mudah dipadatkan dan meningkatkan kerapatan tanah.
Dari kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penambahan
campuran kapur 3% sampai 12% pada tanah lempung Glee Geunteng dapat
meningkatkan berat volume kering maksimum dan menurunkan kadar air optimum.
Hasil penelitian tanah asli diketahui nilai CBR Glee Geunteng dengan
campuran kapur menunjukkan peningkatan nilai CBR dan menurunkan nilai
pengembangan. Akan tetapi untuk penggunaan pada jalan kelas tinggi (kelas I, II dan
III) tanpa dilakukan stabilisasi yang tidak direkomendasi, dikarenakan kondisi tanah
asli, indeks plastisitasnya masih di atas batas yang diizinkan yaitu dibawah 7%
menurut persyaratan standar Bina Marga.
Tugas II
KLASIFIKASI TANAH TIMBUNAN PADA STUDI KASUS JEMBATAN
LAMNYONG DAN JEMBATAN KRUENG CUT BANDA ACEH
Dosen Pengajar
Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc
Dikerjakan oleh
NPM : 1609200060029
No. Urut : 4
Pendahuluan
Jalan pendekat (Oprit) adalah struktur jalan yang dapat menghubungkan antara
suatu ruas jalan dengan struktur jembatan yang terbuat dari tanah timbunan biasa atau
timbunan pilihan yang memerlukan pemadatan secara khusus karena posisinya
terletak dibelakang abutment yang merupakan posisi yang cukup sulit untuk
pemadatan. Pada timbunan oprit harus dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi
penurunan atau deformasi pada ujung perkerasan jalan terhadap ujung kepala
jembatan.
1. Tanah berbutir kasar material yang memiliki persentase lolos saringan no 200 <
50% .
2. Tanah berbutir halus adalah tanah yang material memiliki persentase lolos
saringan no. 200 > 50%. Untuk jenis tanah berbutir halus di bedakan atas tanah
lempung, tanah lanau serta tanah yang bercampur bahan organik yang di bagi lagi
menjadi batas cair yang rendah dan tinggi
b. Plastisitas.
Berlanau, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≤ 10. Berlempung,
jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≥ 11.
Berdasarkan hasil survey pada kasus jembatan lamnyong dan jembatan Krueng cut
didapat hasil sebagai berikut:
1. Studi Kasus Jembatan Lamnyong
Hasil survey pada jembatan lamnyong tanah timbunan yang digunakan untuk
timbunan oprit pada jembatan tersebut adalah tanah yang berasal dari bekas galian
pada lokasi, quarry Blang Bintang, dan quarry Lampakuk. Timbunan oprit harus
dipadatkan lapis demi lapis sesuai peraturan agar tidak terjadi penurunan pada
kemudian hari. Pemadatan dilakukan lapis per lapis yaitu 20 cm per layer dengan
menggunakan alat berat Excavator dan compac dengan berat masing-masing 8-10 ton.
Tanah Bekas Galian Lamnyong
Berdasarkan pengamatan secara visual dikategorikan tanah tersebut termasuk
dalam klasifikasi tanah A-4 yang tergolong jenis tanah berlanau karena jika diamati
tanah tersebut lebih dominan tanah berbutir halus lebih dari 35% bahan yang lolos
saringan No. 200.
Quarry Lampakuk
Tanah timbun untuk lokasi tidak diketahui karena material belom didatangkan
kelapangan.