Diajukan Oleh:
PROGRAM STUDI
TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
Mengetahui:
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan proposal ini yaitu
sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis atas judul yang diajukan. Penulisan
dan penyusunan laporan ini terdapat beberapa kendala dan halangan. Atas
terselesaikannya proposal skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Abdul Rahman, S.E., Ak., M.Si, selaku Direktur Politeknik Negeri
Medan;
2. Bapak Marsedes Purba, B.Sc., Ci.Eng., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Medan;
3. Bapak Sopar Parulian, S.T., M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik
Perancangan Jalan dan Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Medan;
4. Bapak Rasdinanta Tarigan, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing skripsi;
5. Bapak Dr. Darman F. Saragih, Dipl. Ing, M.T. selaku wali kelas TPJJ-8B;
6. Orang tua dan saudara yang telah memberi dukungan;
7. Seluruh rekan TPJJ angkatan 2019
8. Semua pihak yang berperan dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu, penulis menerima berbagai macam kritik, saran, dan
masukan yang dapat membangun demi perbaikan untuk penulisan berikutnya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Batasan-batasan Ukuran Golongan Tanah ......................................................... 6
Tabel 2. 2 Karakteristik Slag .............................................................................................. 8
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah tertentu atau dapat
pula berarti usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah
tertentu agar memenuhi syarat teknis tertentu. Pada umumnya, perbaikan
tanah dapat dilakukan dengan cara mekanis, fisik, dan kimiawi.
Cara mekanis adalah perbaikan tanah yang dilakukan tanpa penambahan
bahan-bahan lain, perubahan sifat teknis tanah dapat diperbaiki dengan cara
mengurangi volume tanah dan mengganti nya dengan tanah yang lebih baik
dan dipadatkan. Perbaikan tanah secara fisik merupakan perbaikan yang
menggunakan bahan campuran seperti kapur, semen, abu sekam padi, slag
baja, dan bahan campur lainnya. Sedangkan secara kimiawi adalah dengan
memanfaatkan reaksi kimia dengan tanah sehingga tanah tersebut menjadi
keras.
Pada penelitian ini, penulis melakukan stabilisasi tanah dengan cara fisik,
yaitu menggunakan bahan tambah (additive) berupa terak (slag) baja. Slag
baja adalah suatu limbah yang berasal dari proses peleburan bijih dan/atau
logam besi dan baja. Slag baja memiliki sifat fisik keras karena didominasi
oleh oksida. Oksida – oksida logam yang membentuk slag berasal dari logam
– logam pengotor pada komposisi bijih. Pemanfaatan slag baja sudah banyak
dilakukan untuk berbagai aplikasi, mulai dari konstruksi, pengolahan air
limbah, pupuk, perbaikan tanah, sampai proses pembuatan semen.
2
1.5 Manfaat Skripsi
Adapun manfaat dari skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh dari slag baja pada lapisan tanah dasar
(subgrade) terhadap nilai berat isi kering maksimum, kadar air optimum
serta nilai CBR yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk digunakan
dasar perhitungan untuk suatu perencanaan pembangunan konstruksi jalan
2. Sebagai sumber referensi bagi pihak yang berkepentingan
3. Sebagai syarat kelulusan untuk mendapat gelar Sarjana Terapan (S. Tr.T.)
di Politeknik Negeri Medan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut
terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh sebagian.
5
mineral lain. Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan
feldspar. Butiran dari mineral yang lain mungkin juga masih ada pada
golongan ini. Lanau (silts) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis
(berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz
yang sangat halus, dan sejumlah partikel berbentuk lempengan-lempengan
pipih yang merupakan pecahan dari mineral-mineral mika. Lempung (clay)
sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak
dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang
berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari
mika, mineral-mineral lempung, dan mineral-mineral yang sangat halus
lainnya.
6
2.2.2 Tanah Lempung
Slag adalah limbah padat bukan logam yang dihasilkan dari proses peleburan
logam pada tanur (furnace) dan merupakan kumpulan oksida dalam keadaan
lebur dan terpisah dari fasa logam cair selama proses peleburan. Limbah ini
berasal dari hasil residu pembakaran tanur tinggi yang dihasilkan oleh industri
peleburan baja, yang secara fisik menyerupai agregat. Oksida-oksida logam
yang membentuk slag berasal dari logam-logam pengotor pada komposisi
bijih. Dalam keadaan dingin, slag mempunyai sifat fisik keras karena
didominasi oleh oksida, seperti pada tabel memuat karakteristik fisik dari slag.
7
Tabel 2. 2 Karakteristik Slag
Karakteristik Aplikasi
Keras, tahan aus, adhesif, kasar
Agregat untuk konstruksi jalan
Berpori dan bersifat basa Pengolahan air limbah, bahan
komposit keramik gelas
Senyawa FeOx dan unsur Fe Proses recovery logam untuk
produksi baja
Senyawa-senyawa oksida (CaO, Bahan kinker semen, pupuk, dan
MgO, FeO, MgO, MnO, SiO2) bahan perbaikan tanah
Bahan baku semen (C3S, C2S) Produksi semen dan beton
8
kebijakan yang akan menentukan bahwa slag memang aman untuk
dimanfaatkan.
Stabilisasi tanah merupakan usaha untuk memperbaiki sifat tanah secara teknis
dengan menggunakan bahan-bahan tertentu. Pekerjaan ini umumnya
dilakukan dengan mencampur tanah dengan jenis tanah lain sehingga gradasi
yang diinginkan bisa didapatkan. Selain itu, pencampuran tanah juga dapat
dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan buatan pabrik agar sifat-sifat
teknis dari tanah bisa lebih baik.
Stabilisasi tanah biasanya memiliki tujuan utama untuk mengubah sifat teknis
tanah itu sendiri, seperti sifat kompresibilitas, kapasitas dukung,
kemudahannya untuk dikerjakan, permeabilitas, sensitifitasnya terhadap
kadar air yang berubah, serta potensi pengembangannya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, proses stabilisasi ini dapat dilakukan dengan cara paling
sederhana seperti pemadatan, hingga menggunakan teknik yang lebih efektif
dan juga memerlukan dana yang cukup besar, yakni dengan mencampur tanah
dengan pasir atau semen, grouting atau injeksi semen, abu terbang,
pemanasan dan lain sebagainya.
Dengan dilakukannya stabilisasi tanah, kualitas tanah akan semakin
meningkat. Lapisan tanah yang lebih stabil membuatnya dapat
mendistribusikan beban lebih jauh lagidengan lebih baik. Selain itu, tebal
lapisan tanah yang harus dibuat juga berkurang sehingga juga mengurangi
biaya pembangunan. Salah satu bagian dari proses stabilisasi tanah adalah
mempertimbangkan apakah kondisi tanah sudah cukup memenuhi syarat
sebagai lokasi pelaksanaan konstruksi. Apabila belum memenuhi syarat,
maka hal-hal yang diperlukan adalah pembongkaran tanah atau material yang
ada di lokasi kemudian menggantinya dengan yang lebih sesuai, dan
meningkatkan sifat tanah yang ada di lokasi sehingga dapat lebih baik dan
memenuhi syarat untuk dilaksanakannya konstruksi.
Terdapat 3 cara yang bisa dilakukan untuk menstabilisasi tanah, yaitu:
1. Stabilisasi secara mekanis
Cara ini dilakukan dengan mencampur dua atau lebih macam tanah
dengan gradasi berbeda sehingga materialnya menjadi lebih baik, kuat
dan memenuhi syarat. Cara ini bisa dilakukan dengan membongkar
tanah di lokasi, kemudian menggantinya dengan material yang lebih
memenuhi syarat.
2. Stabilisasi secara fisik
Cara ini dilakukan dengan menambahkan bahan tertentu pada tanah
agar dapat memenuhi syarat. Bahan yang ditambahkan biasanya dari
pabrik dan dicampurkan dengan perbandingan tepat sehingga
9
meningkatkan sifat tanah dan membuatnya lebih kuat serta memenuhi
syarat. Bahan tambah biasanya berupa kapur, semen, abu sekam, abu
vulkanik,limbah, dan lain-lain.
3. Stabilisasi secara kimiawi
Stabilisasi secara kimiawi adalah dengan memanfaatkan reaksi kimia
dengan tanah sehingga tanah tersebut menjadi keras.
( )
Keterangan:
Ww = Berat air
10
Pelaksanaan pengujian ini menggunakan metode silinder tipis yan
dimasukan ke dalam tanah, sehingga tidak dapat dilakukan pada
jenis tanah berpasir lepas atau terdapat banyak kerikil.
Berat isi tanah pada umumnya dapat dikaitkan dengan sifat – sifat
teknis tertentu, seperti kekuatan dan komprebilitu. Dalam hal ini
dimna didapat benda uji yang asli (Undistrubed Samples), maka
diganti dengan benda uji yang terganggu (Distrubed Samples)
mempertahankan berat isi dan kadar air yang sesuai dengan
keadaan aslinya.
Berat isi dapat dinyatakan dengan persamaan:
Keterangan :
W = kadar air
11
membandingkan antara berat butir tanah dengan berat air pada
suhu standart. Pemeriksaaan ini dilakukan berdasarkan ASTM D
854 – 92, “Standard Test Method for Specific Gravity of Soil”.
Metoda ini digunakan pada contoh tanah dengan komposisi ukuran
partikel lebih kecil daripada saringan no. 4 (4.75 mm). Untuk
partikel dengan ukuran lebih besar dari saringan tersebut, prosedur
pelaksanaan mengacu pada “Test Method Specific Gravity and
Absorptionof Coarse Aggregat (ASTM C 127 – 88)”.
Berat jenis (Gs) dapat dinyatakan dengan persamaan di bawah ini:
( ) ( )
Keterangan:
Gs = Berat Jenis
W1 = Berat piknometer
12
tanah dapat digulung hingga diameter 0.125 inci (3.2 mm)
tanpa mengalami keretakan. Sedangkan Indeks Plastisitas
(Plasticity Index=PI) diperoleh dari selisih nilai kadar air pada
saat Batas Cair (LL) dengan nilai kadar air pada saat Batas
Plastis (PL).
PI = LL – PL
Keterangan:
PI = Indeks Plastisitas
LL = Batas Cair (Liquid Limit
PL =Batas Plastis (Plastic Limit)
Keterangan:
W = Kadar air
Keterangan:
13
p₁ = panjang semua sampel tanah
14
Persiapan Benda Uji Pengujian Pemadatan Modified:
1) Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam
keadaan lembab, keringkan contoh tersebut sehingga menjadi
gembur. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemurnya di
udara bebas atau dengan alat pengering lain seperti oven
dengan suhu tidak lebih dari 60.
2) Kemudian gumpalan – gumpalan tanah tersebut di tumbuk tetapi
butir aslinya tidak pecah.
3) Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan 4,75 mm
atau No.4.
4) Dalam pengujian ini benda uji dibagi menjadi 5 bagian dimana
masing – masing bagian dimasukkan ke dalam kantong plastic
dan ditimbang seberat 5 kg atau 5,5 kg dan dari masing –
masing bagian tersebut di campur air dengan kadar air yang
berbeda dan diaduk sampai merata.
5) Penambahan air diatur sehingga didapat benda uji perbedaan
kadar air dari benda uji masing – masing 1-3%.
6) Masing – masing benda uji dimasukkan ke dalam kantong
plastik dan sesuai dengan jenis tanahnya harus disimpan selama
0 jam (kerikil,pasir),3 jam (kerikil, pasir
kelanauan/kelempungan); 12 jam (lanau); 24 jam (lempung).
Pengujian pemadatan tanah baik dengan Uji Pemadatan Standar
maupun Uji Pemadatan Modified memiliki dua parameter penting,
yaitu Berat Isi Kering Maksimum dan Kadar Air Optimum (w opt).
b. Pengujian CBR Laboratorium
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan CBR (California
Bearing Ratio) tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan
di laboratorium pada kadar air tertentu. CBR laboratorium ialah
perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
CBR merupakan nilai kekuatan tanah dalam satuan persen yang
menjadi salah satu parameter dalam perencanaan suatu kontruksi.
Pengujian laboratorium dilakukan dalam dua acara yaitu:
1) CBR laboratorium rendaman (Soaked)
Pengujian CBR dengan rendaman dilakukan selama 4 hari dan
bertujuan untuk membuat tanah jenuh air. Pelaksanaan
pengujian dengan metode tersebut lebih sulit dan
membutuhkan waktu dan biaya yang relatif besar.
2) CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked)
Pengujian CBR tanpa rendaman dilakukan langsung setelah
tanah dipadatkan untuk pengujian. Pengujian dengan metode
15
ini biasanya menghasilkan nilai CBR yang lebih besar
dibandingkan CBR rendaman.
Nilai CBR diperoleh dengan cara:
1) Menyusun tabel dan grafik hasil pengujian
2) Melakukan perhitungan hasil uji dengan menggunakan rumus.
Menurut Soedarmo G.D dan Purnomo S.J.E (1997).
Ada dua macam pengukuran CBR dengan rumus, yaitu:
Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 2.5 mm (0.1 inchi)
terhadap penertrasi standar yang besarnya 13.50 kg/cm², Nilai
CBR = (P1 dalam kg/cm²)
Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 5 mm (0.2
inchi ) terhadap penetrasi standar yang besarnya 20.00
kg/cm², Nilai CBR = (P2/20.00) x 100% (P2 dalam kg/cm²)
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
17
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan sampel
tanah dan slag baja
Pengolahan dan
analisa data
Aplikasi
selesai
Gambar 2. 2 Diagram Alir Penelitian
18
DAFTAR PUSTAKA
19