Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH MEDIA CELEMEK BERCERITA TERHADAP

KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN


DI TK KARUNIA KECAMATAN MEDAN JOHOR
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

NAMIRA MAWADDAH HARAHAP


NIM. 1191113014

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
ABSTRAK

NAMIRA MAWADDAH HARAHAP. NIM 1192113014. PENGARUH


PENGARUH MEDIA CELEMEK BERCERITA TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK KARUNIA
KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN PELAJARAN 2022/2023.

Dalam penelitian ini yang menjadi masalah yaitu pendidik belum terampil serta
kreatif dalam memanfaatkan media pembelajaran yang mampu merangsang
keterampilan anak dalam berbicara. Penelitian ini bertujuan agar mengetahui
pengaruh media celemek bercerita terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-6
tahun di TK Karunia Kec. Medan Johor Tahun Pelajaran 2022/2023.

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan metode eksperimen


(Quasi-Experimental Design) yang berbentuk desain The Equivalent Time
Samples Design. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua anak usia 5-6 tahun di
TK Karunia tahun ajaran 2023/2024. Penelitian dilakukan dengan 4 kali
perlakuan. Instrumen pengumpulan data memanfaatkan lembar observasi.

Dari data hasil analisis data memiliki skor rata-rata perlakuan pertama sebesar 5,7,
perlakuan kedua mendapatkan nilai rata-rata sebesar 8,5, perlakuan ketiga
mendapat nilai rata-rata sebesar 9,6 sedangkan perlakuan ketiga memiliki nilai
rata-rata 10,8. Berdasarkan analisis data melalui uji hipotesis non
parametrik maka diperoleh nilai test statistic SPSS 22 yakni 0,005. Maka dari itu
bisa ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara
penggunaan media celemek bercerita terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-
6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan Johor Tahun Pelajaran 2022/2023.

Kata kunci : Celemek bercerita, Keterampilan berbicara

i
ABSTRACT

NAMIRA MAWADDAH HARAHAP. NIM 1192113014. THE EFFECT OF


STORY-TELLING MEDIA APRONS ON THE SPEECH OF 5-6 YEAR-OLD
CHILDREN AT KARUNIA KINDERGARTEN, MEDAN DISTRICT, JOHOR
IN ACADEMIC YEAR 2022/2023.

In this research, the problem is that educators are not skilled and creative in
utilizing instructional media that can stimulate children's speaking skills. This
study aims to determine the effect of story telling media on the speaking skills of
children aged 5-6 years at Kindergarten Karunia Kec. Medan Johor Academic
Year 2022/2023.

This study uses an approach with an experimental method (Quasi-Experimental


Design) in the form of The Equivalent Time Samples Design. The population in
this study were all children aged 5-6 years at Karunia Kindergarten for the
2023/2024 academic year. The research was conducted with 4 treatments. The
data collection instrument utilizes the observation sheet.

From the data analysis results the first treatment had an average score of 5.7, the
second treatment got an average value of 8.5, the third treatment got an average
score of 9.6 while the third treatment had an average value of 10, 8. Based on data
analysis through non-parametric hypothesis testing, the SPSS 22 statistic test
value is 0.005. Therefore it can be concluded that there is a significant influence
between the use of story telling media on the speaking skills of children aged 5-6
years at Karunia Kindergarten, Medan Johor District, Academic Year 2022/2023.

Keywords: Aprons tell stories, Speaking skills

ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji dan syukur tak lupa

penulis hadirkan dalam hati, karena berkat ridha Allah SWT penulis dapat

menyelesaikan karya sederhana ini dengan judul “Pengaruh Media Celemek

Bercerita Terhadap Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Karunia

Kecamatan Medan Johor Tahun Pelajaran 2022/2023”. Skripsi ini disusun

berdasarkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Banyak hambatan yang dihadapi dalam penyusunannya, namun

penulis telah banyak mendapatkan bantuan materi maupun dukungan moral dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan karunia-Nya serta

memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan.

2. Teristimewa ibunda Budiana S.Pd (Almh), sosok malaikat tanpa sayap yang

Allah anugerahkan kepada penulis, selalu menjadi penyemangat dan sandaran

kekuatan dari kerasnya dunia. Terima kasih karena telah melahirkan, merawat

dan membesarkan penulis dengan penuh cinta, do’a yang tak pernah putus

semasa dalam merintis jalannya perkuliahan serta menjadi tulang punggung

keluarga. Do’a dan semangatmu untuk mengantarkan anak bungsumu ke gelar

sarjana telah penulis gapai saat ini. Tenang di Surga-Nya mamak hebatku,

kasihmu abadi sepanjang masa. Tidak lupa pula cinta pertama saya sebagai

iii
satu-satunya putri cantik bapak Japar Siddik Harahap yang senantiasa

memberikan dukungan dan semangat serta do’a kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Sariana Marbun, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

dengan penuh kesabaran membimbing serta mengarahkan penulis dalam

proses menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Dorlince Simatupang, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus dosen penguji, Ibu Srinahyanti, S.Pd., M.Pd., dan Ibu Suri

Handayani Damanik, S.Psi., M.Psi., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan dan saran-saran dalam perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan.

6. Ibu Nani Barorah Nasution, S.Psi., M.A., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Ibu Dr. Zuraida Lubis, M.Pd., Kons. Selaku Wakil Dekan Bidang

Keuangan dan Kepegawaian, Ibu Kamtini, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan.

7. Ibu Suri Handayani Damanik, S.Psi., M.Psi selaku Ketua Prodi Pendidikan

Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidika Universitas Negeri

Medan.

8. Seluruh Dosen Pengajar Universitas Negeri Medan khususnya Dosen PG

PAUD UNIMED, serta administrasi prodi PG PAUD yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis baik informasi maupun motivasi agar

penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv
9. Kepada Bapak Agus Wijanarko, S.Pd. selaku kepala sekolah TK Karunia dan

seluruh guru TK Karunia yang telah membantu penulis dalam kelancaran

skripsi ini.

10. Kepada ketiga abang kandung dan kakak ipar tercinta, Brigadir Ferdiansyah

Harahap/ Arvina Syari, A,Md., Dicki Ardiansyah Harahap/ Marwiyah,

S.Kom., Reza Fahrefi Harahap/ Ela Aryusma Damanik yang telah memberikan

dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Seorang gadis cantik yang tidak sedarah namun terasa seperti saudara,

Anzelyna sahabat tercinta yang selalu ada dan tidak pernah bosan dalam

mendengarkan keluh kesah serta memberikan saran terbaik dikala mental

sedang down dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat SCO yaitu, nia, dimas, putri dan utami yang telah memberikan

dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan PG PAUD STAMBUK 2019, terkhusus kelas

reguler A yang memberikan banyak pengalaman dan kenangan dalam

menjalani perkuliahan selama ini.

14. Dan kepada seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu,

yang sudah setia memberikan do’a dan semangat

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangan dari setiap sisi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik

yang bersifat membangun dari para pembaca. Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhai kita semua. Aamiin ya rabbal’alamin.

v
Medan, Juli 2023

Penulis

Namira Mawaddah Harahap


NIM. 1191113014

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..............................................................................8
1.3 Batasan Masalah....................................................................................8
1.4 Rumusan Masalah.................................................................................9
1.5 Tujuan Penelitian..................................................................................9
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................11
2.1 Kajian Teoritis.....................................................................................11
2.1.1
Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun.....................11
2.1.2
Aspek Perkembangan Keterampilan Berbicara....................12
2.1.3
Karakteristik Keterampilan Berbicara..................................13
2.1.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan
Berbicara...............................................................................16
2.1.5 Hambatan-Hambatan Dalam Berbicara................................19
2.1.6 Pembelajaran Keterampilan Berbicara.................................20
2.2 Media Celemek Bercerita....................................................................22
2.2.1 Pengertian Media Celemek Bercerita...................................22
2.2.2 Manfaat Media Celemek Bercerita.......................................23
2.2.3 Tujuan Celemek Bercerita....................................................24
2.2.4 Kelebihan Media Celemek Bercerita....................................25
2.2.5 Prosedur dalam Penggunaan Media Celemek Bercerita.......26
2.2.6 Kriteria Pemilihan Cerita Anak............................................28
2.3 Penelitian Relevan...............................................................................29
2.4 Kerangka Berpikir...............................................................................32
2.5 Hipotesis..............................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................34
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................34
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................35

vii
3.3.1 Populasi.................................................................................35
3.3.2 Sampel Penelitian..................................................................36
3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian....................................................36
3.4.1 Prosedur Penelitian...............................................................36
3.4.2 Rancangan Penelitian............................................................40
3.5 Variabel dan Definisi Operasional......................................................41
3.5.1 Variabel Penelitian................................................................41
3.5.2 Definisi Operasional.............................................................41
3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data..........................................42
3.6.1 Instrumen Penelitian.............................................................42
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data....................................................42
3.7 Teknik Analisis Data...........................................................................44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................47
4.1 Hasil Penelitian...................................................................................47
4.1.1 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Perlakuan 1..47
4.1.2 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Perlakuan 2. 48
4.1.3 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Perlakuan 3..50
4.1.4 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Perlakuan 4..51
4.2 Analisis Hasil Penelitian.....................................................................53
4.2.1 Perlakuan 1 dan 2..................................................................53
4.2.2 Perlakuan 2 dan 3..................................................................54
4.2.3 Perlakuan 3 dan 4..................................................................55
4.2.4 Hasil Uji Hipotesis................................................................56
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian..............................................................56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................60
5.1 Kesimpulan.........................................................................................60
5.2 Saran....................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................62

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Relevan.................................................................................29


Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................................35
Tabel 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Menggunakan Media Celemek
Bercerita Periode Pertama (O1)..............................................................................37
Tabel 3 3 Pelaksanaan Penelitian Menggunakan Media Celemek Bercerita Periode
Ke Tiga (O3)...........................................................................................................39
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterampilan............................................43
Tabel 3. 5 Interpretasi Data Capaian Perkembangan Moral Anak........................46

Tabel 4. 1 Hasil Observasi Perlakuan 1….............................................................47


Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 1.......................48
Tabel 4. 3 Hasil Observasi Perlakuan 2.................................................................48
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 2.......................49
Tabel 4. 5 Hasil Observasi Perlakuan 3.................................................................50
Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 3.......................51
Tabel 4. 7 Hasil Observasi Perlakuan 4.................................................................51
Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 4.......................52

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Instrument Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun.......64


Lampiran 2. RPPH.......................................................................................................66
Lampiran 3. Tabulasi Data Penilaian Perlakuan..........................................................82
Lampiran 4. Hasil Uji Wilcoxon..................................................................................83
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian...........................................................................85
Lampiran 6. Cerita Kisah Binatang.............................................................................86
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas...........................................................95
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian..................................96

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini merupakan suatu bentuk pendidikan yang

menitikberatkan pada peletakan dasar pertumbuhan dan enam aspek

perkembangan, yaitu keterampilan berbicara dan agama, perkembangan fisik

(koordinasi motorik kasar dan halus), kognitif (daya pikir), sosial-emosional

(sikap dan perasaan), bahasa dan komunikasi juga seni sesuai pada keunikan serta

fase perkembangan yang dilalui saat masa anak usia dini.

Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sejak lahir sampai

pada usia enam tahun, yang dilaksanakan melalui pemberian pendidikan yang

mendukung pertumbuhan dan perkembangan fisik serta intelektual agar anak siap

mengikuti pendidikan lebih lanjut. (Lestariningrum, 2017, h. 2).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Mursid ( 2017, h. 2) menjelaskan bahwa

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu bentuk pendidikan yang

difokuskan untuk memberikan landasan bagi pertumbuhan dan perkembangan

fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (kemampuan berpikir,

kreativitas, kecerdasan emosional dan spiritual), sosial emosional (sikap, perilaku

dan agama), bahasa dan komunikasi pada anak usia dini sesuai dengan keunikan

dan tahapan perkembangannya. Pada dasarnya pendidikan anak usia dini ini

memiliki makna penting yang diberikan kepada anak. Pendidikan anak usia dini

akan memberikan dampak positif terhadap kemampuan dan kualitas anak dalam

1
2

menghadapi pendidikan lebih lanjut. Salah satu cara menstimulasi anak agar

mampu menghadapi pendidikan lebih lanjut didapatkan melalui pembelajaran

bahasa. Dalam pembelajaran bahasa anak usia dini tedapat empat aspek

pengembangan keterampilan yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan

membaca, keterampilan menulis dan keterampilan berbicara.

Keterampilan berbicara sebagai salah satu keterampilan dasar yang penting

untuk dikembangkan pada anak sejak usia dini, karena keterampilan berbicara

merupakan keterampilan yang paling sering digunakan anak dan diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki keterampilan berbicara yang baik anak

dapat mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaannya melalui bahasa lisan

kepada orang lain. Selanjutnya Tarigan (Khasanah, 2022, h. 89) menjelaskan

bahwa keterampilan berbicara seperti kemampuan mengucapkan bunyi-bunyian

atau kata-kata untuk menyatakan dan mengungkapkan pikiran, gagasan dan

perasaan.

Agar anak usia dini terampil dalam berbicara, maka diperlukan adanya

orang dewasa yang memberikan stimulus, baik dirumah, sekolah atau lingkungan

sekitarnya. Orang dewasa yang paling berperan adalah orang tua, terutama ibu.

Karena ibu merupakan sosok yang mendampingi anak dalam melewati setiap

tahap perkembangan berbicaranya. Selain keluarga lingkungan sekitar anak juga

dapat mempengaruhi keterampilan berbicara anak. Lalu saat anak bersekolah,

lingkungan sekolah juga akan mempengaruhi keterampilan berbicaranya. mereka

akan memahami ceritanya dan menebak bagaimana cerita itu terjadi selanjutnya.

Pada umumnya kita sering menyebut usia dini sebagai masa Golden Age.

Anak yang menginjak usia 0-6 tahun akan mengalami fase tumbuh kembang yang
3

teramat pesat. Maka dari itu sangat penting untuk kita memperhatikan setiap

tahapan perkembangan anak, sebagai salah satu bentuk usaha kita dalam

menstimulus tumbuh kembangnya. Tidak kalah penting pula dalam

memperhatikan perkembangan berbicara anak, yang merupakan hal mendasar

untuk anak dapat berkomunikasi juga menyampaikan ide yang dimiliki dengan

ayah, ibu dan orang yaang berada dilingkungan sekitar anak.

Keterampilan berbicara anak berkembang ketika ia sudah mendengarkan

suara-suara dari lingkungan sekitarnya dan mampu menambah kosakatanya secara

mandiri dan berkomunikasi dengan baik. Menurut Karmilla & Purwadi (2019, h.

129) seharusnya karakteristik keterampilan berbicara anak usia 4-6 tahun seperti

anak dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara

berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita

sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama, jenis

kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung, seperti: dan, karena, tapi,

menggunakan kata tanya seperti: bagaimana, apa, mengapa, kapan,

membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat,

mengungkapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana.

Selanjutnya Tadjuddin (2015, h. 40) menyatakan bahwa perkembangan

berbicara anak saat menginjak usia 4-6 tahun seperti, anak tahu bagaimana

menggunakan kata kata dengan cara yang lebih kompleks. Contoh: "Bu, aku lebih

suka baju merah, yang hijau tidak bagus". Selaras dengan itu kemampuan

berbicara anak pada rentang usia 5-6 tahun yaitu, mengucapkan kalimat dengan

enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata sederhana, mengetahui

lawan kata, menggunakan konjungsi, preposisi, dan kata sandang, mengucapkan


4

kata-kata sederhana berbicara dengan lancar, mudah dipahami dan mengikuti tata

bahasa meskipun masih terdapat kesalahan dalam berbahasa (Elfiah Rifda, 2019,

h. 166).

Selanjutnya pada penelitian (Sulistyawati, R., & Amelia, Z. 2021: 2) Allen

dan Marotz menyatakan bahwa karakteristik keterampilan berbicara anak usia 5-6

tahun adalah menguasai 2.500 kosakata, mengucapkan kalimat yang terdiri dari 5-

7 kata, mengucapkan kalimat yang hampir sepenuhnya dapat dimengerti, dapat

berbicara seperti orang dewasa, menggunakan kata kerja dan susunan kalimat

yang benar.

Pada saat berbicara harus memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi keterampilan berbicara tersebut. Menurut Agung (Karmilla &

Purwadi, 2019, h. 130), terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterampilan

berbicara yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

segala potensi yang ada dalam diri seseorang. Faktor internal meliputi, faktor fisik

dan faktor non fisik (psikis). Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang

berasal dari luar diri individu yang meliputi tingkat pendidikan, kebiasaan, dan

lingkungan pergaulan. Menurut Hurlock (Karmilla & Purwadi, 2019, h. 134-136)

juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara

seperti, intelegensi, jenis disiplin, posisi urutan kelahiran, besarnya keluarga,

berbahasa dua , jenis kelamin.

Selain faktor-faktor keterampilan berbicara yang dikemukakan

sebelumnya, penggunaan media pembelajaran oleh guru juga merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara anak. Dengan

menggunakan media pembelajaran maka dalam proses belajar mengajar akan


5

lebih menyenangkan dan menarik perhatian anak untuk lebih bersemangat

mengikuti pembelajaran. Salah satunya seperti penggunaan media pembelajaran

celemek bercerita. Selaras dengan itu Dhieni (Madyawati, 2020, h. 191)

mengungkapkan bahwa bermain dengan celemek bercerita dianggap cocok

diterapkan dalam kegiatan berbahasa untuk meningkatkan keterampilan berbicara

anak.

Sebagai seorang pendidik sangat dituntut untuk terampil serta kreatif

dalam memanfaatkan media pembelajaran yang mampu merangsang keterampilan

anak usia dini. Seperti halnya keterampilan berbicara, dengan terampil berbicara

anak akan dengan mudah berkomunikasi dan menyampaikan berbagai ide yang ia

miliki. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan

keterampilan berbicara anak adalah media celemek bercerita.

Media celemek bercerita ini memiliki definisi sebagai salah satu alat

peraga yang berbahan dasar dari kain flanel, kemudian kita dapat

mengkombinasikan dengan berbagai warna dan tempelan gambar-gambar yang

memikat perhatian anak sesuai cerita yang ingin disampaikan. Sejalan dengan itu

Dhieni (Madyawati, 2020, h. 191) memberikan pendapatnya bahwa “dengan

media celemek cerita dianggap cocok diterapkan dalam kegiatan berbahasa untuk

merangsang keterampilan berbicara anak”. Celemek cerita merupakan sarana fisik

berupa kain penutup baju menempel di dada yang digunakan untuk membantu

menyampaikan pesan, informasi, atau dongeng yang didengarkan dengan cara

menyenangkan (Madyawati, 2020, h. 188 ).

Selanjutnya pada penelitian (Nuriza, & Suhartono, 2022: 7) Moeslichatun

berpendapat bahwa “media celemek bercerita ini kain flanel yang digunakan oleh
6

guru dan dibentuk seperti celemek serta memiliki beberapa kartu bergambar pada

saku celemek yang bertujuan untuk bercerita”.

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang berlangsung saat melaksanakan

PLP 2 di TK Karunia Kec. Medan Johor dan berjalan kurang lebih 30 hari,

memperlihatkan bahwa keterampilan berbicara anak sudah mulai berkembang

namun belum optimal dan perlu diberikan stimulasi yang lebih. Dari keseluruhan

anak pada kelompok B TK Karunia Kec. Medan Johor sebanyak 20 anak, saat

diberikan pertanyaan oleh guru 5 anak mampu untuk menjawab pertanyaan,

namun 15 anak belum tepat dalam menjawab pertanyaan guru. Masih ditemukan

anak yang hanya diam saat diajak oleh guru untuk memberikan pendapat tentang

sesuatu hal. Beberapa faktor penyebab belum berkembangnya dengan optimal

keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK Karunia Kec. Medan Johor

yaitu karena strategi pembelajaran yang digunakan guru belum banyak

memanfaatkan media khususnya pada pembelajaran keterampilan berbicara anak.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti memiliki solusi untuk

memecahkan masalah dalam keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun melalui

media celemek bercerita. Celemek bercerita adalah salah satu media pembelajaran

berwujud kain bergambar yang dibuat sendiri dan memakai kain flannel dengan

memadukan beberapa warna dan menempelkan gambar-gambar yang menarik

sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan. (Madyawati, 2020, h. 188 )

menjelaskan celemek bercerita merupakan sarana fisik berupa kain penutup baju

menempel di dada yang digunakan untuk membantu menyampaikan pesan,

informasi, atau dongeng yang didengarkan dengan cara menyenangkan. Sejalan

dengan itu, Nata dalam (Madyawati, 2020, h. 188) menjelaskan bahwa kegiatan
7

bercerita dengan celemek cerita ini telah dimodifikasi menjadi alat peraga

edukatif untuk menyampaikan isi cerita”.

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilaksanakan oleh

(Juariyah, 2017) saat menggunakan media celemek bercerita terhadap

keterampilan menyimak anak, hasil penelitian menyimpulkan bahwa celemek

bercerita ini berpengaruh terhadap keterampilan menyimak tersebut. Kemudian

penelitian yang dilaksanakan oleh (Putri & Jati, 2019) saat menggunakan metode

cerita dengan kain celemek flanell terhadap kemampuan membaca permulaan,

hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

metode bercerita berbantu kain celemek flanell terhadap kemampuan membaca

permulaan pada anak.

Selanjutnya penelitian (Derta & Padilah, 2022) saat menggunakan

celemek cerita dalam kemampuan menyimak anak kelompok bermain, hasil

penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan

dilakukannya pembelajaran menggunakan media celemek cerita terhadap

keterampilan menyimak anak. Hasil itu sebabkan oleh kegiatan pembelajaran

menggunakan celemek cerita memberikan pengaruh yang baik untuk keterampilan

menyimak anak. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan media

celemek bercerita dalam menstimulus keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun.

Peneliti menginginkan adanya penggunaan media yang diharapkan akan

lebih memikat perhatian anak dalam menstimulus keterampilan berbicaranya.

Media celemek bercerita ini akan dikemas dengan cerita yang mendorong anak

terampil dalam berbicara. Anak akan diajak untuk mendengarkan cerita yang

dibawakan oleh guru. Setelah kegiatan bercerita dilakukan, guru akan


8

memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali secara

sederhana dan memberikan pertanyaan terkait cerita yang dibawakan. Lalu

diakhiri dengan guru dan anak bersama-sama menyimpulkan kandungan pesan

moral dari kegiatan bercerita tersebut,

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis terpikat untuk mengangkat

judul penelitian “Pengaruh Media Celemek Bercerita Terhadap Keterampilan

Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun di TK Karunia Kec. Medan Johor Tahun

Pelajaran 2022/2023”.

1.2 Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan adanya latar belakang diatas, terdapat beberapa

masalah yang berkaitan dengan keterampilan berbicara anak usia dini, antara lain:

1. Keterampilan berbicara anak belum berkembang dengan optimal. Hal ini

terbukti ketika masih ditemukan beberapa anak yang kurang tepat saat

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

2. Anak masih kesulitan untuk menyampaikan pendapatnya. Hal ini terbukti

ketika anak diminta oleh guru untuk berkomentar tentang suatu hal, namun

anak masih gugup bahkan ada yang tidak mampu mengeluarkan sepatah kata

pun.

3. Media yang digunakan dalam menstimulus keterampilan berbicara anak masih

terbatas, sehingga anak terlihat kurang bersemangat untuk ambil andil saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung.

4. Media celemek bercerita belum pernah digunakan guru dalam proses

pembelajaran khususnya pada pembelajaram keterampilan berbicara anak.


9

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu dilaksanakan

pembatasan masalah. Untuk memudahkan penulis dan menghindari dari

kekeliruan dalam proses penulisan, peneliti hanya membatasi masalah pada

penggunaan media celemek bercerita terhadap keterampilan berbicara anak usia

5-6 tahun di TK Karunia Kec. Medan Johor” .

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah terdapat pengaruh dari media celemek bercerita terhadap

keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK Karunia Kec. Medan Johor

Tahun Pelajaran 2022/2023?”.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dilakukannya penelitian ini

ialah untuk mengetahui pengaruh media celemek bercerita terhadap keterampilan

berbicara anak usia 5-6 tahun di TK Karunia Kec. Medan Johor Tahun Pelajaran

2022/2023.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi

untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait keterampilan berbicara anak

usia dini dengan menggunakan media celemek bercerita.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Anak
10

Hasil penelitian ini dapat membantu dalam mengoptimalkan

keterampilan berbicara anak dengan menggunakan media celemek

bercerita.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini, guru diharapkan dapat menerapkan media celemek

bercerita dalam menstimulus keterampilan berbicara anak.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam

mengoptimalkan kualitas pembelajaran disekolah.

d. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan

informasi dalam melakukan penelitian terkait keterampilan berbicara

anak usia dini dengan media celemek bercerita.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun

2.1.1.1Pengertian Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai setiap anak

sebelum mereka dapat berbicara dengan baik. Hal ini beralasan karena melalui

berbicara setiap individu dapat menyampaikan apa yang dikehendaki. Menurut

Aguilar (Khasanah, 2022, h. 90) menyebutkan “berbicara adalah proses

membangun interaktif artinya melibatkan produksi dan penerimaan dan

pemrosesan informasi. Bagaimana anak mengolah kata menjadi kalimat agar apa

yang dimaksud dapat dipahami oleh orang lain yang diajak untuk berinteraksi”.

Keterampilan berbicara memegang peranan penting dalam upaya

mencetak generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berpendidikan. Dengan

menguasai keterampilan berbicara, siswa dapat secara cerdas mengungkapkan

pikirannya dengan berbicara secara tepat sesuai dengan materi dan situasi. Tarigan

menyatakan bahwa “keterampilan berbicara sebagai kemampuan

mengartikulasikan bunyi atau kata-kata untuk menyatakan serta mengatakan

pikiran, gagasan, dan perasaan” (Khasanah, 2022, h. 79).

Keterampilan berbicara berkaitan dengan ucapan, baik ucapan berkenaan

dengan bunyi-bunyi bahasa, kata, atau kalimat. Berbicara hendaknya dilakukan

dengan ekologi bahasa dan kesatuan berbahasa, maka diperlukan prinsip-prinsip

11
12

yang harus dipenuhi. Adapun beberapa prinsip dasar berbicara yang dipaparkan

oleh Suhendar (Khasanah, 2022, h. 107) antara lain:

1. Bahasa sebagai suatu sistem

2. Bahasa adalah vokal/ bunyi/ ujaran

3. Bahasa disusun dari lambang-lambang mana suka

4. Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas

5. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan

6. Bahasa adalah alat komunikasi

7. Bahasa berhubungan dengan kebudayaan setempat, dan

8. Bahasa itu berubah-ubah

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan berbicara ini adalah kemampuan anak dalam menyampaikan maksud

melalui kata demi kata terkait ide yang dimiliki atau gagasan serta perasaan yang

terdapat dalam diri anak dengan menggunakan perubahan nada, intonasi dalam

memproduksi kata, menanyakan sesuatu, merefleksikan pengalaman serta

menerima dan menyampaikan informasi. Dimana anak akan belajar berinteraksi

dilingkungannya dengan melakukan kegiatan berbicara tersebut.

2.1.2 Aspek Perkembangan Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling

efektif. Anak menggunakan bahasa tubuh untuk mengekspresikan keinginannya.

Seiring pertumbuhan anak, ia akan membutuhkan komunikasi, dimana anak

belajar berkomunikasi dengan bahasa lisan, Jamaris (Susanto, 2010, h. 91-92)

menjelaskan bahwa aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa

anak, seperti:
13

1. Kosakata

Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi

dengan lingkungannya, kosakata anak berkembang dengan pesat.

2. Sintaks (Tata Bahasa)

Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui

contoh-contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak dilingkungannya,

anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang

baik. Misalnya “Rita memberi kucing makan “bukan “Kucing Rita makan

memberi”.

3. Semantik

Semantik (penggunaan kata sesuai dengan tujuannya). Anak sudah dapat

mengekspresikan keinginan, penolakan, dan pendapatya dengan

menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya “tidak mau”

untuk menyatakan penolakan.

4. Fenom (Bunyi Kata)

Anak sudah memiliki kemampuan untuk merangkai bunyi yang di

dengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti. Contohnya seperti:

b-o-l-a menjadi bola.

2.1.3 Karakteristik Keterampilan Berbicara

Sejak kecil anak dilatih dan dibimbing untuk berbicara dengan benar dan

baik, anak tahu cara berpikir kritis dan logis. Mengajarkan anak berbicara sejak

dini memiliki banyak manfaat untuk keterampilan anak. Dimasa usia 5-6 tahun,

berbicara merupakan keterampilan berbahasa anak yang paling sering digunakan.

Melihat begitu pesat perkembangan anak pada masa usia dini, oleh karena itu
14

dibutuhkan dukungan dari orangtua, guru dan lingkungan sekitar untuk

mendorong anak memperlihatkan sejauh mana perkembangan kemampuan

berbiacarnya. Sejalan dengan ini Jamaris (Susanto, 2010, h. 78) menyatakan

karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun, antara lain:

1. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata

2. Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran,

bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan,

jarak, dan permukaan (kasar-halus).

3. Anak sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik.

4. Dapat berpasrtisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat

mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.

5. Percakapan yang dilakukan oleh anak telah menyangkut berbagai

komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang

lain, serta apa yang dilihatnya. Anak sudah mampu melakukan ekspresi

diri, menulis, membaca. Dan bahkan berpuisi.

Pada saat anak menginjak usia 4-6 tahun, keterampilan berbahasa yang

paling umum dan efektif dilakukan ialah keterampilan berbicara. Hal ini selaras

dengan karakteristik umum keterampilan bahasa anak pada usia tersebut.

Karakteristik ini meliputi keterampilan anak untuk dapat berbicara dengan baik,

melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan

dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami,

menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung,

seperti: dan, karena, tapi, menggunakan kata tanya seperti: bagaimana, apa,

mengapa, kapan, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik,


15

menyusun kalimat, mengungkapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan

sederhana (Karmilla & Purwadi, 2019, h. 129).

Selanjutnya berdasarkan pendapat Tadjuddin (2015, h. 40) menyatakan

bahwa perkembangan berbicara anak saat menginjak usia 4-6 tahun seperti, anak

tahu bagaimana menggunakan kata kata dengan cara yang lebih kompleks.

Contoh: "Bu, aku lebih suka baju merah, yang hijau tidak bagus". Selaras dengan

itu kemampuan berbicara anak pada rentang usia 5-6 tahun yaitu, mengucapkan

kalimat dengan enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata sederhana,

mengetahui lawan kata, menggunakan konjungsi, preposisi, dan kata sandang,

mengucapkan kata-kata sederhana berbicara dengan lancar, mudah dipahami dan

mengikuti tata bahasa meskipun masih terdapat kesalahan dalam berbahasa

(Elfiah Rifda, 2019, h. 166).

Selanjutnya pada penelitian (Sulistyawati, R., & Amelia, Z. 2021: 2) Allen

dan Marotz menyatakan bahwa karakteristik keterampilan berbicara anak usia 5-6

tahun adalah menguasai 2.500 kosakata, mengucapkan kalimat yang terdiri dari 5-

7 kata, mengucapkan kalimat yang hampir sepenuhnya dapat dimengerti, dapat

berbicara seperti orang dewasa, menggunakan kata kerja dan susuna kalimat yang

benar.

Berdasarkan pada beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik keterampilan berbicara anak pada usia 4-6 tahun atau 5-6 tahun

seperti, menunjukkan anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar

menggunakan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata, menjawab dan

membuat pertanyaan sederhana serta menceritakan kembali cerita yang ia

dengarkan. Ketika anak sudah memiliki karakteristik diatas, maka anak akan
16

mampu berbicara dengan baik dan sopan serta mampu menyampaikan

keinginannya dengan menggunakan kalimat yang sederhana dan dapat dipahami

oleh orang lain.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara

Dalam kegiatan berbicara juga sudah seharusnya memperhatikan faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi keterampilan berbicara. Sejalan dengan ini,

Agung (Karmilla & Purwadi, 2019, h. 130), terdapat dua faktor yang

mempengaruhi keterampilan berbicara yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan segala potensi yang ada dalam diri seseorang.

Faktor internal meliputi:

a. Faktor fisik, merupakan faktor yang menyangkut dengan kesempurnaan

organ-organ tubuh yang digunakan di dalam berbicara, dalam hal ini meliputi

pita suara, lidah, gigi, dan bibir.

b. Faktor non fisik (psikis), merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi

psikologis seseorang dan tidak berhubungan dengan fisik. Faktor psikis

keterampilan berbicara meliputi:

1. Kepribadian (kharisma), Kepribadian yang dimiliki mempengaruhi cara

seseorang berbicara.

2. Karakter dan temperamen, Karakter merupakan hasil dari cara berpikir dan

berperilaku. Karakter dimulai dari pola pikir yang kemudian diwujudkan

dalam tindakan, yang bila dilakukan secara terus-menerus akan menjadi

suatu kebiasaan.
17

3. Bakat (talenta), Bakat adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada

seseorang. Bakat perlu digali hingga muncul kepermukaan (karena pada

dasarnya bakat adalah sesuatu yang telah ada sebelumnya).

4. Tingkat intelegensi, Keterampilan untuk bertindak secara terarah, berpikir

secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.

5. Kreativitas, Kreativitas memiliki kedudukan yang hampir sama dengan

intelegensi. Kreativitas adalah salah satu ciri dari berpikir inteligen, karena

keduanya merupakan manifestasi dari berfikir kognitif

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu

yang meliputi tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Hurlock

(Karmilla & Purwadi, 2019, h. 133) mengungkapkan bahwa terdapat dua kriteria

yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah anak berbicara dalam artian

yang benar atau hanya “membeo”. Pertama, anak harus mengetahui arti kata yang

digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang diwakilinya. Kedua, anak

harus melafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah.

Kata-kata yang hanya dapat dipahami anak karena sudah sering mendengarnya

atau karena telah belajar memahaminya dan menduga apa yang sedang dikatakan

tidak memenuhi kriteria tersebut.

Menurut Hurlock (Karmilla & Purwadi, 2019, h. 134-136) juga

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara adalah:

a. Intelegensi

Semakin cerdas anak, semakin cepat keterampilan berbicara dikuasai

sehingga semakin cepat dapat berbicara.


18

b. Jenis disiplin

Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang cenderung lemah lembut lebih

banyak berbicara daripada anak yang orang tuanya bersikap keras.

c. Posisi urutan (urutan kelahiran)

Anak sulung didorong untuk lebih banyak berbicara daripada adiknya.

d. Besarnya keluarga

Anak tunggal didorong untuk lebih banyak berbicara daripada anakanak

dari keluarga besar dan orang tuanya punya lebih banyak waktu untuk

berbicara dengannya. Dalam keluarga besar, disiplin yang ditegakkan

lebih otoriter sehingga menghambat anak-anak untuk berbicara sesukanya.

e. Berbahasa dua

Meskipun anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan dua bahasa

lebih banyak memiliki perbendaharaan kata daripada anak yang berasal

dari keluarga berbahasa tunggal, tetapi pembicaraannya akan sangat

terbatas jika anak tersebut berada dengan teman sebayanya atau dengan

orang dewasa di luar rumah.

f. Jenis kelamin

Terdapat efek penggolongan jenis kelamin pada pembicaraan anak

sekalipun masih dalam masa prasekolah (usia taman kanak-kanak). Anak

laki-laki diharapkan sedikit bicara dibandingkan anak perempuan. Apa

yang dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya diharap berbeda dari

anak perempuan. Membual dan mengkritik lebih cocok untuk anak laki-

laki, sedangkan anak perempuan wajar bila mengadukan sesuatu.


19

Selain faktor-faktor keterampilan berbicara yang dikemukakan

sebelumnya, penggunaan media pembelajaran oleh guru juga merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara anak. Dengan

menggunakan media pembelajaran maka dalam proses belajar mengajar akan

lebih menyenangkan dan menarik perhatian anak untuk lebih bersemangat

mengikuti pembelajaran. Salah satunya seperti penggunaan media pembelajaran

celemek bercerita. Melalui penggunaan media celemek bercerita ini dapat

menstimulusi kreativitas anak dalam menyusun kata menjadi kalimat, sehingga

mampu meningkatkan kemampuan komunikasi secara verbal, meningkatkan

kemampuan menyimak juga menstimulus rasa ingin tahu anak. Selaras dengan itu

Dhieni (Madyawati, 2020, h. 191) mengungkapkan bahwa bermain dengan

celemek bercerita dianggap cocok diterapkan dalam kegiatan berbahasa untuk

meningkatkan keterampilan berbicara anak.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

faktor internal dan faktor eksternal yang mampu mempengaruhi keterampilan

berbicara. Antara kedua faktor tersebut dapat memberikan rangsangan/stimulus

terhadap pengembangan keterampilan berbicara. Maka dalam hal ini sangat

penting untuk merancang pembelajaran yang dapat menstimulus keterampilan

berbicara anak. Sehingga akan membantu anak dalam berkomunikasi dengan

teman sebaya atau orang dewasa yang berada dilingkungannya.

2.1.5 Hambatan-Hambatan Dalam Berbicara

Keterampilan berbicara ini memiliki kaitan yang cukup erat terhadap

lingkungan sekitar. Alasannya dikarenakan lingkungan akan memberi pengaruh

pada proses pengembangan keterampilan berbicara. Hartini (Khasanah, 2022, h.


20

108) menyatakan terdapat beberapa hambatan yang ditemui ketika seseorang akan

berbicara, sebagai berikut:

1. Keberanian, percaya diri. Semua orang mampu berbicara dengan cara yang

dapat diterima oleh publik.

2. Rasa grogi, gugup. Rasa grogi untuk berbicara dapat dialami oleh siapa

saja, hal ini akan dapat dikuasai jika pembicara lebih tenang dan berusaha

untuk membuat suasana menjadi agak lebih rileks.

3. Gejala-gejala tertekan. Terdapat beberapa gejala yang dapat menghambat

berbicara seseorang yaitu:

a. Gejala fisik, ditandai dengan detak jantung yang semakin cepat, lutut

gemetar, tegang sulit untuk berdiri di muka umum, suara yang

bergetar, mata berair atau hidung berlendir, kesulitan bernafas,

gelombang hawa panas, atau perasaan seperti mau pingsan

b. Gejala mental, terjadi pengulangan kata, kalimat atau pesan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hambatan

dalam berbicara yang terjadi pada anak yaitu disebabkan oleh kurangnya rasa

percaya diri anak, belum matangnya anak dalam menguasai keterampilan

berbicara, faktor lainnya itu adanya hambatan secara fisik, antara lain anak belum

bisa mengungkapkan huruf r, l, s, m, n.

2.1.6 Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Pembelajaran keterampilan berbicara ini perlu dikembangkan dengan

berbagai kegiatan bermain yang tidak hanya dapat menstimulus keterampilan

berbicara anak, tetapi juga memikat perhatian anak untuk semangat dalam

melakukan interaksi dengan guru atau teman sebayanya. Sejalan dengan itu teori
21

yang dikemukakan oleh Suyanto (Khasanah, 2022, h. 109) bahwa dalam kegiatan

pengenalan dan pembelajaran mengatakan untuk melatih anak berkomunikasi

secara lisan yaitu dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan anak

berinteraksi dengan teman dan orang lain. Guru dapat mendesain berbagai yang

dapat memungkinkan anak mengungkapkan ide, perasaan, dan emosinya. Berikut

beberapa contoh kegiatan untuk melatih komunikasi lisan pada anak.

1. Bermain drama (dramatic play). Anak memainkan peran (mikro dan

makro) dalam kehidupan seperti dokter-pasien, pedagang-pembeli,

memasak, bermain keluarga, dan sebagainya.

2. Bermain paralel dan kooperatif (paralel and cooperativ play). Anak

bermain dengan temannya secara berdampingan. Seperti bermain pasir,

air, dan balok. Anak bermain sendiri-sendiri di satu tempat yang sama

dengan media yang sama. Anak melihat bagaimana temannya bermain dan

ikut menirukannya. Anak biasanya melakukan percakapan sambil

bermain-main.

3. Bermain menunjukkan dan menceritakan (show and tell). Anak

menunjukkan media yang diinginkannya kemudian bergantian

menceritakan pengalamannya di depan teman-teman dengan tema media

yang ditunjuk.

Selain beberapa kegiatan bermain yang dikemukakan sebelumnya,

bercerita dengan media celemek bercerita juga dapat digunakan dalam

pembelajaran keterampilan bericara anak. Sejalan dengan itu, Dhieni (Madyawati,

2020, h. 191) mengungkapkan bahwa bermain dengan celemek bercerita dianggap

cocok diterapkan dalam kegiatan berbahasa untuk meningkatkan keterampilan


22

berbicara anak. Anak diberikan kesempatan untuk menebak gambar apa yang

menempel pada celemek bercerita lalu menyampaikan ide dari gambar yang

dilihatnya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bermain

dan bercerita dapat menstimulasi perkembangan berbicara anak. Dengan bermain

atau bercerita anak akan mendapat pengalaman baru sehingga kosakata anak akan

bertambah dengan seiiringnya kegiatan-kegiatan bermain yang dilakukan anak.

Maka diperlukan adanya rancangan pembelajaran dengan kegiatan bermain

ataupun bercerita untuk mempermudah anak dalam menerima pesan dalam

pembelajaran.

2.2 Media Celemek Bercerita

2.2.1 Pengertian Media Celemek Bercerita

Media celemek bercerita adalah media pembelajaran berwujud kain

bergambar yang dibuat sendiri dan memakai kain flannel dengan memadukan

beberapa warna dan menempelkan gambar-gambar yang menarik sesuai dengan

cerita yang ingin disampaikan. Media celemek bercerita ini bertujuan untuk

melatih serta menstimulus anak berbicara dengan gambar-gambar yang ada pada

celemek bercerita.

Berdasarkan pendapat Moeslichatun (Madyawati, 2020, h. 188) bahwa

celemek bercerita merupakan sarana fisik berupa kain penutup baju menempel di

dada yang digunakan untuk membantu menyampaikan pesan, informasi, atau

dongeng yang didengarkan dengan cara menyenangkan.

Selaras dengan pendapat diatas, Nata (Madyawati, 2020, h. 188)

menyatakan bahwa metode bercerita menggunakan celemek cerita ini adalah


23

kegiatan menyampaikan isi cerita dengan media celemek yang telah dimodifikasi

menjadi alat peraga edukatif. Penggunaan media celemek bercerita ini diharapkan

dapat membantu menarik perhatian anak terhadap cerita yang disampaikan oleh

guru.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa media

celemek bercerita ini adalah salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan

dalam pembelajaran keterampilan berbicara anak. Media celemek bercerita ini

merupakan media berwujud kain yang dibuat sendiri dan memakai kain flannel

dengan memadukan beberapa warna dan menempelkan gambar-gambar yang

menarik sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan. Media celemek bercerita ini

mampu merangsang/ menstimulus anak untuk lebih tertarik mendengarkan cerita

yang disampaikan oleh guru.

2.2.2 Manfaat Media Celemek Bercerita

Media pembelajaran berperan penting dalam pendidikan anak usia dini

yaitu sebagai pendamping guru saat ingin menyampaikan pesan kepada anak.

Dalam kegiatan belajarnya, anak usia dini akan memerlukan media yang menarik

dan mampu menstimulus ketertarikannya untuk semangat mengikuti

pembelajaran. Menurut pendapat Susilawati (Madyawati, 2020, h. 189)

mengungkapkan manfaat bercerita dengan celemek cerita, yaitu menjadi fondasi

dasar kemampuan verbal, meningkatkan kemampuan menyimak, mengasah logika

berpikir dan rasa ingin tahu, menambah wawasan, mengembangkan imajinasi dan

anak, meningkatkan kecerdasan emosional, dan alat untuk meningkatkan nilai

moral, etika, serta membangun pribadi.


24

Menguatkan teori diatas, Dhieni (Madyawati, 2020, h. 191)

mengungkapkan bercerita dengan media celemek bercerita dianggap cocok untuk

meningkatkan keterampilan berbicara anak dengan alasan:

1. Melatih daya tangkap anak. Anak dapat dirangsang untuk mampu

memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita keseluruhan.

2. Melatih daya konsentrasi anak untuk memusatkan perhatiannya pada

keseluruhan cerita.

3. Mengembangkan daya imajinasi anak.

4. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana

hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya

5. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif

dan efisien, sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

2.2.3 Tujuan Celemek Bercerita

Pada usia 3,5-6 tahun, anak-anak mulai dapat menikmati sebuah cerita,

mengerti tentang peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan mampu mengingat

beberapa cerita yang diterimanya. Menurut Koenig (Madyawati, 2020, h. 191-

192) media celemek bercerita bertujuan:

1. Agar anak mampu menggunakan kata ganti “saya” dalam berkomunikasi.

Anak usia dini khususnya masih memiliki ego yang cukup tinggi. Hal ini

akan membuat anak sering menunjukkan dirinya, dan semua tentang

dirinya sehingga dalam berkomunikasi atau menyampaikan isi pikirannya

pun akan sering menggunakan kata aku, saya.

2. Memiliki perbendaharaan berbagai kata kerja, kata sifat, kata keadaan,

kata tanya dan kata sambung.


25

3. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. Melalui

bercerita anak juga dapat mendeskripsikan sesuatu, baik benda, tokoh,

maupun binatang.

4. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan

menggunakan kalimat sederhana.

5. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar

2.2.4 Kelebihan Media Celemek Bercerita

Penggunanaan media celemek bercerita ini bertujuan untuk menstimulus

keterampilan berbicara anak, sehingga anak lebih mudah untuk berkomunikasi

dengan orang lain. Maka dari itu guru harus mempertimbangkan dari setiap

kelebihan media yang digunakan agar materi pembelajaran dapat disampaikan

dengan baik. Sejalan dengan itu Sadiman (Madyawati, 2020, h. 193-194)

menyatakan media celemek bercerita ini memiliki beberapa kelebihan, sebagai

berikut:

1. Bersifat konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding

media verbal semata. Bercerita dengan media ini tentunya sangat sesuai

dengan tahapan perkembangan anak usia dini yang lebih memahami hal-

hal konkret.

2. Dapat mengatasi ruang dan waktu. Menggunakan media celemek bercerita

sangat efektif karena semua hal ada dalam cerita dapat diperlihatkan

melalui media ini, sehingga alur cerita mudah dipahami anak

dibandingkan dengan bercerita tanpa alat peraga.

3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan melalui indra penglihatan.

Celemek bercerita yang memiliki sifat mobile dapat dibawa kemana saja
26

saat menyampaikan cerita karena melekat pada tubuh pencerita mampu

mengatasi keterbatasan penglihatan anak.

4. Murah, dapat dibuat sendiri. Mudah digunakan tanpa peralatan khusus.

Selanjutnya menurut Windy (Madyawati, 2020, h. 194) kelebihan kegiatan

cerita dengan celemek bercerita ini yaitu “merangsang daya pikir dan imajinasi

anak. Anak dapat mengungkapkan berbagai gagasan menurut gambar yang

dilihatnya. Menciptakan suasana yang menyenangkan yang akan mempercepat

proses belajar anak. Mengembangkan kemampuan berbahasa terutama

kemampuan mengungkapkan bahasa serta melatih anak berkomunikasi secara

lisan”.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

kelebihan media celemek bercerita ini yaitu media yang mudah dalam proses

pembuatan dan penggunaannya, media yang membantu dalam keterbatasan

penglihatan melalui indra penglihatan serta media yang menyenangkan sekaligus

menstimulasi kemampuan bahasa anak terkhusus pada kemampuan berbicara dan

melatih anak berkomunikasi secara lisan.

2.2.5 Prosedur dalam Penggunaan Media Celemek Bercerita

Dalam pembuatan media pembelajaran pasti dibutuhkan beberapa alat dan

bahan yang sangat berperan dalam terciptanya media tersseut. Selaras dengan hal

itu Dhieni (Madyawati, 2020, h. 194) menyatakan bahwa dalam pembuatan media

ini diperlukan beberapa alat dan bahan, sebagai berikut:

1. Alat: Gunting, krayon, lem, double tip.

2. Bahan: kain perca (sisa kain), perekat kain, kertas asturo, kertas manila putih

(kertas HVS)
27

Dalam pembuatan media juga terdapat tahapan pada proses pembuatan

media tersebut. Sehingga mampu menjadi media yang layak untuk digunakan

dalam pembelajaran. Menurut Dhieni (Madyawati, 2020, h. 194) cara pembuatan

media celemek bercerita yaitu:

1. Menyiapkan naskah cerita

2. Membuat latar/ setting tempat dan suasana yang sesuai dengan alur cerita.

Dapat menggunakan kain flaanel dan kertas asturo.

1. Membuat dan menggunting tokoh-tokoh dalam cerita pada kertas manila.

Selanjutnya tokoh yang sudah berupa guntingan diberi perekat kain pada

sisi belakangnya.

2. Media celemek bercerita siap digunakan.

Kegiatan membacakan cerita dengan menggunakan media celemek

bercerita hendaknya memenuhi prosedur bercerita seperti yang diungkapkan

Koenig (Madyawati, 2020, h. 195), yaitu:

1. Pembawa cerita berdiri sesuai dengan setting tempat bercerita (tapal kuda,

setengah lingkaran, atau bentuk U).

2. Memahami benar alur cerita yang akan disampaikan.

3. Menggunakan potongan gambar tokoh yang besar agar mampu melihat

dengan jelas perbedaan masing-masing tokoh.

4. Saat tangah menunjuk gambar harus seiring dengan hal yang diceritakan.

5. Ciptakan hubungan yang interaktif dengan anak

6. Mengulas dan menyimpulkan cerita serta mengadakan tanya jawab dengan

anak.
28

Sejalan dengan pendapat tersebut, Dhieni (Madyawati, 2020, h. 195)

prosedur bercerita dengan celemek bercerita sebagai berikut:

1. Mengatur/ menyeting tempat duduk anak.

2. Menyiapkan alat peraga.

3. Memotivasi anak agar mau mendengarkan cerita.

4. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menebak judul cerita.

5. Anak menyimak cerita dengan penuh perhatian.

6. Orangtua/ pendidik bersama-sama anak menyimpulkan isi cerita.

7. Orangtua/ pendidik memberikan beberapa pertanyaan kepada anak.

2.2.6 Kriteria Pemilihan Cerita Anak

Kriteria dalam pemilihian cerita anak perlu diperhatikan agar cerita

yang dibacakan sesuai dengan kondisi anak. Menurut Trimansyah (2020, hlm.

40-60) menyatakan bahwa terdapat beberapa kriteria pemilihan cerita anak

seperti:

1. Tema dan Nilai. Cerita anak atau anak dapat diwujudkan dalam bentuk

cerita realitas, fantasi dan cerita rakyat.

2. Tokoh. Tokoh dalam cerita anak bisa siapa saja atau apa saja. Karakter

dalam cerita bisa berupa orang, tumbuhan, dan

Hewan, bahkan benda mati yang dihidupkan.

3. Latar. Sebuah cerita yang melibatkan orang dan peristiwa tertentu

membutuhkan latar belakang, baik itu tempat maupun waktu. latar tempat

cerita anak bisa dimana saja, seperti di rumah, di sekolah,

taman bermain, tempat umum, desa atau kota.


29

4. Alur. Anak-anak saat mendengarkan cerita akan penasaran tentang cerita

selanjutnya, terutama tokoh utama dan apa yang terjadi pada tokoh utama.

5. Amanat. Hal penting yang juga harus ada pada cerita anak adalah

amanat/pesan penulisnya yang dikaitkan dengan nilai-nilai moral

6. Bahasa dan Gaya. Pada penyampaian cerita anak dapat terbantu oleh

gambar, selain bahasa. Kemudian memilih kata yang tepat dan kalimat

yang efektif demi menghidupkan cerita.

7. Ilustrasi. Ilustrasi dalam cerita anak harus terlihat logis

berkaitan dengan penokohan, latar, dan cerita.

2.3 Penelitian Relevan

Sebagai pertimbangan dalam dilakukannya penelitian ini akan dilampirkan

hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti. Adapun penelitian terdahulu

yang releven dengan penelitian ini, yaitu:

Tabel 2.1 Penelitian Relevan


Peneliti, Jenis
Karya Ilmiah, Variabel dan Temuan Hasil
No. Analisis Data
Tahun, Judul Indikator Penelitian
Penelitian
1. Peneliti: Betti Media Penelitian ini Pada hasil
Juariyah & Celemek menggunakan penelitian
Masudah Cerita, jenis penelitian menyimpulkan
Jenis Karya Keterampilan kuantitatif . bahwa celemek
Ilmiah: Jurnal Menyimak. Bentuk desain bercerita ini
Tahun: 2017 eksperimen berpengaruh
Judul: Pengaruh dalam terhadap
Media Celemek penelitian ini keterampilan
Cerita Terhadap adalah pre- menyimak
Keterampilan experimental tersebut.
Menyimak Anak designs dan
Usia 4-5 Tahun di jenis yang
TK Aisyiyah digunakan
Busthanul Athfal yaitu one-
Cabang Locerek group-pretest-
30

Nganjuk posttest design


2. Peneliti: Nelva Metode Metode Pada hasil
Mulia Novianti Bercerita, penelitian yang penelitian
Putri, dkk. Kain digunakan menyimpulkan
Jenis Karya Celemek dalam bahwa terdapat
Ilmiah: Jurnal Flanell, penelitian ini pengaruh yang
Tahun: 2019 Kemampuan adalah jenis signifikan antara
Judul: Efektivitas Membaca eksperimen metode bercerita
Penggunaan Permulaan dapat berbantu kain
Metode Bercerita dikategorikan celemek flanell
Berbantu Kain sebagai terhadap
Celemek Flanell penelitian pre- kemampuan
Terhadap eksperimental membaca
Kemampuan permulaan pada
Membaca anak.
Permulaan Pada
Anak Kelompok
B di Pendidikan
Anak Usia Dini
GITANANDA
3. Peneliti: Bunga Media Penelitian ini Pada hasil
Derta & Padilah Celemek peneliti penelitian
Jenis Karya Cerita, menggunakan menyimpulkan
Ilmiah: Jurnal Keterampilan metode bahwa terdapat
Tahun: 2022 Menyimak penelitian Pre- pengaruh yang
Judul: Pengaruh Experimental. signifikan dengan
Media Desain metode dilakukannya
Pembelajaran penelitian ini pembelajaran
Menggunakan menggunakan menggunakan
Celemek Cerita model media celemek
Terhadap penelitian one cerita terhadap
Kemampuan group prettest- keterampilan
Menyimak Anak posttest design menyimak anak.
Kelompok
Bermain Al-
Hafiiz Air Batu
Banyuasin
4. Peneliti: Monica Berbicara, Penelitian Hasil penelitian
Hotma Elya Gaya Belajar, dilakukan menyimpulkan
Jenis Karya Kemampuan dengan bahwa terdapat
Ilmiah: Jurnal Berbicara menggunakan pengaruh interaksi
Tahun: 2020 Anak. metode antara metode
Judul: Pengaruh eksperimen bercerita dan gaya
Metode Bercerita yang belajar terhadap
dan Gaya Belajar melibatkan kemampuan
31

terhadap variabel terikat berbicara anak.


Kemampuan (Y), variabel Artinya untuk
Berbicara Anak bebas (A) dan meningkatkan
usia dini variabel atribut kemampuan
atau moderator berbicara anak
(B). Variabel maka penerapan
terikatnya metode bercerita
adalah harus disesuaikan
kemampuan dengan gaya
berbicara anak. belajar anak. Anak
Variabel dengan gaya
bebasnya yaitu belajar auditory
metode yang diajarkan
bercerita yang menggunakan
terdiri dari 2 metode bercerita
(dua) taraf dengan boneka
yaitu metode tangan
bercerita kemampuan
dengan media berbicaranya lebih
boneka tangan tinggi daripada
dan metode anak yang
bercerita diajarkan
dengan media menggunakan
power point. metode bercerita
Sedangkan dengan media
variabel atribut power point.
atau moderator Artinya untuk
yaitu gaya meningkatkan
belajar yang kemampuan
terdiri dari 2 berbicara anak,
(dua) taraf anak yang gaya
yaitu gaya belajarnya
belajar auditory auditory lebih
dan visual. tepat digunakan
metode bercerita
dengan boneka
tangan
5. Peneliti: Melinda Media Metode yang Hasil penelitian
Puspita Sari Jaya Boneka digunakan menyimpulkan
Jenis Karya Tangan, dalam bahwa media
Ilmiah: Jurnal Kemampuan penelitian ini boneka tangan
Tahun: 2019 Berbicara adalah metode yang dibuat
Judul: Pengaruh Anak kuantitatif, dengan karakter
Media Boneka yaitu penelitian yang berwarna
Tangan Untuk dengan warni dapat
32

Mengembangkan menggunakan meningkatkan


Kemampuan analisis data perhatian anak
Berbicara Anak statistik atau
Kelompok B Di angka. Metode
TK ABA 3 yang
Prabumulih digunakan
dalam
penelitian ini
adalah metode
eksperimen.

2.4 Kerangka Berpikir

Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan dasar yang perlu

dilatihkan kepada anak sejak usia dini, agar mereka dapat berbicara dengan baik.

Keterampilan berbicara merupakan kemampuan anak dalam menyampaikan

maksud melalui kata-kata serta kalimat terkait ide yang dimiliki atau gagasan

serta perasaan yang terdapat dalam diri anak dengan menggunakan bahasa yang

sederhana dan mampu dipahami oleh orang lain. Karakteristik keterampilan

berbicara anak usia 4-6 tahun meliputi, anak dapat berbicara dengan baik,

melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan

dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami,

menggunakan kata sambung, seperti: dan, karena, tapi, menggunakan kata tanya

seperti: bagaimana, apa, mengapa, kapan, membandingkan dua hal, memahami

konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengungkapkan lebih dari tiga kalimat.

Dalam usaha untuk mewujudkan keterampilan berbicara anak yang baik,

maka guru harus memiliki kreativitas dalam menemukan model pembelajaran

yang cocok diterapkan untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak.

Seperti dengan menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan menarik

dalam menstimulus keterampilan berbicara anak. Media pembelajaran celemek


33

bercerita dapat menjadi salah satu media yang akan membantu dalam

menstimulus keterampilan berbicara anak. Melalui media pembelajaran celemek

bercerita akan menstimulus anak untuk mengungkapkan berbagai pendapat dari

gambar yang dilihatnya, melatih anak berkomunikasi secara lisan dan suasana

pembelajaran keterampilan berbicara anak lebih menyenangkan. Hal ini

disebabkan dengan bermain sambil belajar menggunakan media celemek bercerita

akan mempermudah guru dalam menyampaikan cerita kepada anak dengan

bantuan gambar gambar berwarna yang dapat menarik perhatian anak dalam

menyimak informasi apa saja yang diceritakan oleh guru saat didepan kelas.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan pada kajian teoritis yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan

dari penggunaan media celemek bercerita terhadap keterampilan berbicara anak

usia 5-6 tahun di TK Karunia Kec. Medan Johor Tahun Pelajaran 2022/2023.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian eksperimen. Desain dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment

Design dengan bentuk desain The Equivalent Time Sample Design. Dalam desain

ini perlakuan diberikan tidak hanya sekali, tetapi berulang kali serta diselingi

dengan periode yang tidak diberikan perlakuan (Yusuf, 2017, h. 186).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di TK Karunia yang terletak di Jalan Eka

Rasmi No. 36, Gedung Johor, Kec. Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara.

Waktu pelaksanaan penelitian ini yakni pada semester genap tahun pelajaran

2022/2023. Peneliti memilih sekolah ini sebagai tempat pelaksanaan penelitian

dengan alasan telah dilaksanakannya observasi awal sehingga peneliti sudah

mengetahui karakteristik umum dari perkembangan anak, terkhusus pada

keterampilan berbicara anak.

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan pada bulan Februari

sampai dengan penyelesaian laporan pada bulan Juni tahun 2023.

34
35

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian


Bulan
No Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni
1. Penulisan proposal

2. Seminar proposal

3. Perbaikan proposal

4. Izin penelitian

5. Pengumpulan data

6. Analisis data

7. Penulisan skripsi

8. Sidang skripsi

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Sugiyono (2021, h. 126) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang

lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek

atau obyek itu. Berdasarkan pengertian populasi diatas maka populasi pada

penelitian ini yaitu seluruh anak usia 5-6 tahun di TK Karunia tahun ajaran

2023/2024. Yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas B-1 terdiri dari 10 anak dan

kelas B-2 terdiri dari 10 anak, maka jumlah keseluruhan sebanyak 20 anak.
36

3.3.2 Sampel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat sampel yang akan di teliti dari seluruh

populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan teknik probability sampling, yaitu simple random

sampling. Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Sugiyono (2021, h. 127)

Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak dimana dari dua kelas

dipilih satu kelas dengan cara menuliskan semua kelas dimasing-masing kertas,

kemudian digulung dan dimasukkan kedalam botol, lalu diambil secara acak.

Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 anak. Jenis

simple random sampling ini digunakan oleh peneliti, dikarenakan mudah untuk

digunakan, khususnya pada populasi kecil.

3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian

3.4.1 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa prosedur yaitu, sebagai

berikut:

1. Tahap Perencanaan Penelitian

1) Peneliti secara langsung meminta izin kepada kepala sekolah TK Karunia

Kec. Medan Johor.

2) Peneliti mengurus surat izin penelitian ke pihak Prodi dan Tata Usaha.

3) Peneliti memberikan surat izin melaksanakan penelitian kepada kepala

sekolah TK Karunia Kec. Medan Johor.


37

4) Peneliti berkomunikasi secara langsung kepada guru kelas sebagai tahap

awal dalam pelaksanaan penelitian di kelas.

5) Peneliti mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

6) Peneliti menyiapkan instrumen berupa lembar observasi yang akan

digunakan selama kegiatan pengumpulan data.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

1) Pada periode pertama, dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan

media celemek bercerita dengan tema/ sub tema pembelajaran hari itu

yaitu Binatang/ Binatang Peliharaan/ Kelinci. Pelaksanaan penelitian

periode pertama (O1) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Menggunakan Media Celemek


Bercerita Periode Pertama (O1)
Kegiatan Aktivitas Guru dan Anak

Kegiatan Pendahuluan 1. Salam, bernyanyi bersama, berdoa, dan

melakukan absensi

2. Tanya jawab seputar media celemek bercerita

3. Bercakap-cakap seputar media celemek bercerita

Kegiatan Aktivitas Guru dan Anak

Kegiatan Inti 1. Guru mengajak anak berkumpul di tempat

bercerita dan membentuk setengah lingkaran atau

bentuk U

2. Guru menyiapkan media celemek bercerita dan

memotivasi anak agar mau mendengarkan cerita.

3. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

menebak judul cerita.


38

4. Guru memulai kegiatan cerita dengan celemek

bercerita dan anak menyimak cerita dengan penuh

perhatian

Kegiatan Penutup 1. Guru menanyakan perasaan yang dialami anak

setelah melakukan kegiatan bercerita dengan

celemek bercerita

2. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

menceritakan kembali secara sederhana peran

tokoh-tokoh dalam cerita

3. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada

anak terkait cerita yang dibawakan oleh guru

4. Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan isi

cerita yang dibawakan oleh guru

5. Bernyanyi, berdoa, dan salam

2) Pada periode ke dua, dilakukan pengambilan data observasi keterampilan

berbicara anak pada saat pelaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan

media celemek bercerita.

3) Pada periode ke tiga, dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan

media celemek bercerita. Seperti halnya periode pertama, pada periode

ketiga ini dilakukan pembelajaran menggunakan celemek bercerita dengan

tema/sub tema pembelajaran hari itu yaitu Binatang/ Binatang Peliharaan/

Kucing. Pelaksanaan penelitian periode pertama (O3) yaitu sebagai

berikut:
39

Tabel 3 3 Pelaksanaan Penelitian Menggunakan Media Celemek Bercerita


Periode Ke Tiga (O3)
Kegiatan Aktivitas Guru dan Anak

Kegiatan Pendahuluan 1. Salam, bernyanyi bersama, berdoa, dan melakukan

absensi

2. Tanya jawab seputar media celemek bercerita

3. Bercakap-cakap seputar media celemek bercerita

Kegiatan Inti 1. Guru mengajak anak berkumpul di tempat bercerita

dan membentuk setengah lingkaran atau bentuk U.

2. Guru menyiapkan media celemek bercerita dan

memotivasi anak agar mau mendengarkan cerita.

3. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

menebak judul cerita.

4. Guru memulai kegiatan cerita dengan celemek

bercerita dan anak menyimak cerita dengan penuh

perhatian

Kegiatan Penutup 1. Guru menanyakan perasaan yang dialami anak

setelah melakukan kegiatan bercerita dengan

celemek bercerita

2. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

menceritakan kembali secara sederhana peran

tokoh-tokoh dalam cerita

3. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada

anak terkait cerita yang dibawakan oleh guru


40

4. Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan isi

cerita yang dibawakan oleh guru

5. Bernyanyi, berdoa, dan salam

4) Pada tahap ke empat, dilakukan pengambilan data observasi keterampilan

berbicara anak di kelas pada saat kegiatan pembelajaran tanpa

menggunakan media celemek bercerita.

3. Tahap Pengumpulan Data

1) Pengumpulan data hasil observasi keterampilan berbicara anak mulai dari

periode pertama, ke dua, ke tiga, dan ke empat.

2) Membuat rekapitulasi terkait data keterampilan berbicara anak untuk

dilakukan analisis pada setiap periode penelitian hingga selesai.

3) Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hipotesis awal yang telah

dikemukakan dan disesuaikan dengan hasil analisis data yang telah

diperoleh

4) Menulis laporan.

3.4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain eksperimen.

Dengan desain The Equivalent Time Sample Design sehingga tidak menggunakan

kelas kontrol. Peneliti menggunakan desain ini karena dapat meniadakan history

meskipun kelompok kontrol tidak digunakan. Hal tersebut disebabkan karena

pada periode tertentu perlakuan tidak diberikan.

Bentuk rancangan penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini:

X1 X1O1 – X0O2 – X1O3 – X0O4

(Sumber : Yusuf, 2017, h. 186)


41

Keterangan :

X0 : Tidak ada perlakuan

X1 : Ada perlakuan

O1, O2, O3, O4 adalah observasi pada t1, t2, t3,dan t4

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel terikat

dan variabel bebas.

1. Variabel terikat, pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat yaitu

keterampilan berbicara.

2. Variabel bebas, pada penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu media

celemek bercerita.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan anak dalam menyampaikan

maksud melalui kata-kata serta kalimat terkait ide yang dimiliki atau gagasan

serta perasaan yang terdapat dalam diri anak dengan menggunakan bahasa

yang sederhana dan mampu dipahami oleh orang lain. Keterampilan berbicara

yang diteliti adalah keterampilan anak untuk dapat berbicara dengan baik,

melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar,

mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang

mudah dipahami, membandingkan dua hal, mengungkapkan lebih dari tiga

kalimat.
42

2. Media celemek bercerita ini adalah salah media pembelajaran yang dapat

digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara anak. Media celemek

bercerita ini merupakan media berwujud kain yang dibuat sendiri dan

memakai kain flannel dengan memadukan beberapa warna dan menempelkan

gambar-gambar yang menarik sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan.

Media celemek bercerita ini mampu merangsang/ menstimulus anak untuk

lebih tertarik mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. Terdapat 4

cerita yang akan dibawakan pada penggunaan media celemek bercerita ini

yaitu berjudul Kisah Kelinci dan Kura-Kura, Kisah Seekor Induk Kucing

Yang Sangat Menyayangi Anaknya, Kisah Ayam dan Bebek serta Kisah Ikan

Mas Koki yang Tak Pernah Menyerah.

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian dan permasalahan yang diteliti, peneliti

menggunakan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah

instrumen non tes berupa lembar observasi. Lembar instrument yang digunakan

berisi indikator yang memuat deskriptor tentang keterampilan berbicara anak usia

5-6 tahun.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumental

non tes yaitu observasi tentang kemampuan berbicara anak. Menurut Marshall

(Sugiyono, 2021, h. 297) menyatakan bahwa “throught observation, the resercher

learn about behavior and the meaning attached to thse behavior”. Melalui

observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
43

Dibawah ini adalah tabel kisi-kisi lembar observasi yang akan dilakukan

dalam penelitian :

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterampilan


Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun
Variabel No
Indikator Deskriptor
Penelitian Butir
Keterampilan Kemampuan 1. Anak dapat mengucapkan 1

Berbicara Berbicara kalimat dengan tepat

Dengan Baik 2. Anak dapat mengucapkan 2

intonasi dengan tepat

3. Anak dapat mengucapkan 3

pelafalan kata dengan tepat

Kemampuan 1. Anak dapat menyebutkan nama, 4

Melaksanakan suara dan ukuran hewan yang

Tiga Perintah dilihatnya

Lisan Secara 2. Anak dapat menyebutkan warna, 5

Berurutan bentuk organ dan jumlah organ

Dengan Benar hewan yang dilihatnya


6
3. Anak dapat menyebutkan

makanan, tempat tinggal dan

karakter hewan yang dilihatnya

Kemampuan 1. Anak dapat mendengarkan dan 7

Mendengarkan menceritakan kembali cerita

Dan secara urut

Menceritakan 2. Anak dapat menyebutkan ciri- 8

Kembali Cerita
44

Sederhana ciri hewan yang dilihatnya

3. Anak dapat menceritakan

pengalaman kejadian secara 9

sederhana dengan berurutan

Kemampuan 1. Anak dapat bertanya dengan 10

Mengungkapkan kalimat yang benar

Lebih Dari Tiga 2. Anak dapat mengungkapkan 11

Kalimat perasaan dengan kata sifat (baik,

lucu, senang)
12
3. Anak dapat menjawab

pertanyaan yang lebih kompleks

(Sumber: adaptasi dari Karmila, Mila & Purwadi. 2019. h.129)

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, maka jumlah deskriptor yang

akan diamati adalah sebanyak 12 butir.

3.7 Teknik Analisis Data

Bagian dari metode yang dimanfaatkan dalam mengolah data penelitian

dengan tujuan mendapatkan kesimpulan adalah teknik analisis data. Penting

untuk segera melakukan analisis data setelah data terkumpul karena tanpa

analisis, data tidak akan mampu menjawab pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan. Pada penelitian ini, peneliti hanya memiliki 9 sampel yang kurang

dari 30 sampel yang direkomendasikan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan

teknik analisis data nonparametrik. Statistik nonparametrik dimanfaatkan

dalam melakukan analisis data yang tidak memiliki distribusi normal. Jika
45

persyaratan ini tidak terpenuhi, dengan demikian akan terjadi penyimpangan

serta hasil analisis tidak akan valid. Uji non- parametrik memberikan

fleksibilitas yang lebih besar karena data tidak harus memiliki distribusi normal,

sehingga uji ini sering dikenal sebagai uji bebas distribusi. Pada penelitian ini,

dimanfaatkan uji nonparametrik yaitu Uji Wilcoxon guna melakukan

pengujian kebenaran hipotesis apakah dapat diterima atau tidak. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05

Bila jumlah skor mutlak yang terkecil kurang dari atau sama dengan skor nilai

kritis yang ditentukan pada Uji Wilcoxon, dengan demikian hipotesis nol (H0)

diterima serta hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Yang menjadi tahapan teknik

analisis data yang dimanfaatkan untuk pelaksanaan penelitian ini antara lain:

1. Mentabulasi data

Menurut Sugiyono (2016:237), proses tabulasi data penelitian dilakukan

sesuai dengan data yang sudah ditentukan menjadi sampel, serta data dari

variabel yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Menghitung nilai rata-rata

Menurut Sudjana (2012:67), mean adalah teknik penjelasan kelompok

yang didasarkan atas skor rata-rata serta skor yang dimaksud.

X=
∑ xi
n

Keterangan:

𝑋 : Rata – rata nilai variable X

Σxi : Skor total variabel X

n : Jumlah sampel
46

3. Menginterpretasi data capaian kemampuan berbicara

a. Menentukan total kelas (ΣK = 1+3.3 log N ( N-Jumlah Data)

ΣK = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 9

= 1 + 3,3 . 0, 95

= 1 + 3, 135

= 4, 135 maka dibulatkan menjadi 4.

b. Menentukan range skor tertinggi – skor terendah = 17 – 0 = 17

R 17
Menentukan kelas interval yaitu = =4,25 atau 4 kelas
∑K 4

Tabel 3. 5 Interpretasi Data Capaian Perkembangan Moral Anak


Skor Keterangan

0–4 Belum Berkembang ( BB )

5–8 Mulai Berkembang ( MB )

9 – 12 Berkembang Sesuai Harapan ( BSH )

13 – 17 Berkembang Sangat Baik ( BSB )

( Sumber : adaptasi dari Sugiyono, 2013, h.135 )


47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Sesuai dengan metode penelitian yang disusun pada bab sebelumnya,

maka dilakukan observasi yang dirancang untuk kebutuhan penelitian dan

dimanfaatkan dalam mendapatkan data tentang pencapaian keterampilan berbicara

pada anak usia 5-6 tahun. Berikut adalah hasil pencapaian keterampilan

berbicara pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan Johor

Tahun Pelajaran 2022/2023.

4.1.1 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Perlakuan 1 dan 2

Tabel 4. 1 Hasil Observasi Perlakuan 1


No. Nama Nilai Hasil Keterangan
Sampel Observasi
1. Ameera 4 BB
2. Adifa 4 BB
3. Maritza 5 MB
4. Mika 4 BB
5. Kya 3 BB
6. Rafli 4 BB
7. Ridho 3 BB
8. Rheva 6 MB
9. Salsa 4 BB
10 Tasya 3 BB
Jumlah 40 MB
Rata-rata 4,0 BB
48

Tabel 4.2 Hasil Observasi Perlakuan 2


No. Nama Nilai Hasil Keterangan
Sampel Observasi
1. Ameera 5 MB
2. Adifa 5 MB
3. Maritza 7 MB
4. Mika 6 MB
5. Kya 5 MB
6. Rafli 7 MB
7. Ridho 5 MB
8. Rheva 5 MB
9. Salsa 5 MB
10 Tasya 7 MB
Jumlah 57 MB
Rata-rata 5,7 MB

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan berbicara

pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan Johor Tahun

Pelajaran 2022/2023 diatas dengan jumah sampel 10 orang anak diperoleh nilai

tertinggi 7 dan nilai terendah 5 dengan rata-rata 5,7. Untuk lebih jelasnya

mengenai capaian keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun yang dilakukan

dengan cerita menggunakan media celemek bercerita dapat dilihat sebagaimana

disajikan dalam bentuk frekuensi berikut ini.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 1


No. Interval Frekuensi Presentasi Capaian
Skor Perkembangan
1. 0-4 8 80,0% BB
2. 5–8 2 20,0% MB
3. 9 – 12 - - BSH
4. 13 – 17 - - BSB
Jumlah 10 100,0%
49

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 2


No. Interval Frekuensi Presentasi Capaian
Skor Perkembangan
1. 0-4 - - BB
2. 5–8 10 100,0% MB
3. 9 – 12 - - BSH
4. 13 – 17 - - BSB
Jumlah 10 100,0%

Dari tabel 4.2 diatas, dapat diketahui tingkat pencapaian keterampilan

berbicara pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan Johor

Tahun Pelajaran 2022/2023 pada perlakuan 1 masih dalam kategori Belum

Berkembang (BB). Hal ini dapat dilihat terdapat 80% anak usia 4-5 masuk kategori

belum berkembang dan 20% atau 2 anak usia 4-5 masuk pada kategori masih

berkembang. Sedangkan Perlakuan 2 sesuai dengan data yang ditunjukan pada table

4.3 mendapatkan kategori yang berbeda pada perlakuan 1. Diketahui tingkat

pencapaian keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia

Kecamatan Medan Johor Tahun Pelajaran 2022/2023 pada perlakuan 1 masih

dalam kategori Mulai Berkembang (MB). Maka tingkat capaian keterampilan

berbicara anak usia 5 – 6 tahun yang diberi perlakuan cerita menggunakan

media celemek bercerita lebih menonjol di kategori Mulai Berkembang (MB).

Dalam perlakuan 1 ini perilaku anak yang bertambah yaitu menunggu

giliran dalam berbicara, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, dan anak

menempelkan kipas pada kegiatan kolase binatang yang ada pada media

celemekmenempelkan kipas pada kegiatan kolase binatang yang ada pada media

celemek.
50

4.1.2 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Perlakuan 3 dan 4

Tabel 4.4 Hasil Observasi Perlakuan 3


No. Nama Nilai Hasil Keterangan
Sampel Observasi
1. Ameera 7 MB
2. Adifa 7 MB
3. Maritza 8 MB
4. Mika 7 MB
5. Kya 6 MB
6. Rafli 7 MB
7. Ridho 7 MB
8. Rheva 8 MB
9. Salsa 8 MB
10 Tasya 8 MB
Jumlah 73 MB
Rata-rata 7,3 MB

Tabel 4.5 Hasil Observasi Perlakuan 4


No. Nama Nilai Hasil Keterangan
Sampel Observasi
1. Ameera 8 MB
2. Adifa 8 MB
3. Maritza 9 BSH
4. Mika 9 BSH
5. Kya 9 BSH
6. Rafli 9 BSH
7. Ridho 8 MB
8. Rheva 8 MB
9. Salsa 8 MB
10 Tasya 9 BSH
Jumlah 85 MB
Rata-rata 8,5 MB

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan

berbicara pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan Johor
51

Tahun Pelajaran 2022/2023 diatas dengan jumah sampel 10 orang anak diperoleh

nilai tertinggi 6 dan nilai terendah 8 dengan rata-rata 8,5. Sedangkan pada table

4.5, rata-rata dari 10 orang anak yang dijadikan sampel memiliki nilai tertinggi

senilai 9 dan nilai terendah 8. Untuk lebih jelasnya mengenai capaian

keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun yang dilakukan dengan cerita

menggunakan media celemek bercerita dapat dilihat sebagaimana disajikan dalam

bentuk frekuensi berikut ini.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 3


No. Interval Frekuensi Presentasi Capaian
Skor Perkembangan
1. 0-4 - - BB
2. 5–8 10 100,0% MB
3. 9 – 12 - - BSH
4. 13 – 17 - - BSB
Jumlah 10 100,0%

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 4


No. Interval Frekuensi Presentasi Capaian
Skor Perkembangan
1. 0-4 - - BB
2. 5–8 5 50,0% MB
3. 9 – 12 5 50,0% BSH
4. 13 – 17 - - BSB
Jumlah 10 100,0%

Dari tabel 4.3 diatas, diatas, dapat diketahui tingkat pencapaian

keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan

Medan Johor Tahun Pelajaran 2022/2023 pada perlakuan 2 masuk kategori Masih

Berkembang (MB) dengan presentasi 100%. Sedangkan pada tabel 4.7 yang
52

menerangkan tabulasi perlakuan 4 terdapat dua kategkori yakni Mulai

Berkembang (MB) dan Berkembang Sesuai Harapan (BSH). Maka tingkat capaian

keterampilan berbicara anak usia 5 – 6 tahun yang diberi perlakuan cerita

menggunakan media celemek bercerita terdapat 50% mengalamii perkembangan

dan perkembangan yang sesuai harapan . Dalam perlakuan 4 ini perilaku anak

yang bertambah yaitu menunggu giliran dalam berbicara, berdoa sebelum dan

sesudah kegiatan, anak menempelkan kipas pada kegiatan kolase binatang yang

ada pada media celemek, serta mampu menjawab secara baik setiap pertanyaan

yang diberikan kepada anak.

4.1.3 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara pada Perlakuan 5 dan 6

Tabel 4.8 Hasil Observasi Perlakuan 5


No. Nama Nilai Hasil Keterangan
Sampel Observasi
1. Ameera 8 MB
2. Adifa 8 MB
3. Maritza 10 BSH
4. Mika 9 BSH
5. Kya 10 BSH
6. Rafli 9 BSH
7. Ridho 8 MB
8. Rheva 9 BSH
9. Salsa 8 MB
10 Tasya 9 BSH
Jumlah 88 MB
Rata-rata 8,8 MB

Tabel 4.9 Hasil Observasi Perlakuan 6


No. Nama Nilai Hasil Keterangan
Sampel Observasi
1. Ameera 10 BSH
2. Adifa 10 BSH
3. Maritza 12 BSH
53

4. Mika 11 BSH
5. Kya 10 BSH
6. Rafli 12 BSH
7. Ridho 10 BSH
8. Rheva 10 BSH
9. Salsa 11 BSH
10 Tasya 12 BSH
Jumlah 108 BSH
Rata-rata 10,8 BSH

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan

berbicara pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan Johor

Tahun Pelajaran 2022/2023 diatas dengan jumah sampel 10 orang anak diperoleh

nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 8 dengan rata-rata 8,8. Sedangkan pada table

4,9, menunjukkan nilai tertinggi senilai 11 dan nilai terendah senilai 9 dengan

nilai rata-rata sebesar 9,6. Untuk lebih jelasnya mengenai capaian keterampilan

berbicara anak usia 5-6 tahun yang dilakukan dengan cerita menggunakan media

celemek bercerita dapat dilihat sebagaimana disajikan dalam bentuk frekuensi

berikut ini.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 5


No. Interval Frekuensi Presentasi Capaian
Skor Perkembangan
1. 0-4 - - BB
2. 5–8 5 40,0% MB
3. 9 – 12 5 60,0% BSH
4. 13 – 17 - - BSB
Jumlah 10 100,0%

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Hasil Observasi Perlakuan 6


No. Interval Frekuensi Presentasi Capaian
Skor Perkembangan
54

1. 0-4 - - BB
2. 5–8 - - MB
3. 9 – 12 10 100,0% BSH
4. 13 – 17 - - BSB
Jumlah 10 100,0%

Dari tabel 4.10 diatas, dapat diketahui tingkat pencapaian keterampilan

berbicara pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan Johor

Tahun Pelajaran 2022/2023 pada perlakuan 3 tidak terjadi peningkatan yang

signifikan, sebab kategori BSH meningkat menjadi 60% dan MB

menjadi 40%. Sedangkan, pada perlakuan 6 yang ditunjukkan tabel 4.11

meningkat pada kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dengan presentasi

100%. Maka tingkat capaian keterampilan berbicara anak usia 5 – 6 tahun yang

diberi perlakuan cerita menggunakan media celemek bercerita lebih menonjol

pada kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) yang cukup signifikan terjadinya

peningkatan dari perlakuan 5 dan 6. Dalam perlakuan 6 ini perilaku anak yang

bertambah yaitu menunggu giliran dalam berbicara mau mendengar apa yang

orang lain ingin katakan, menyampaikan informasi.

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Pada pengujian hipotesis penelitian ini, dilakukan melalui penggunaan

metode statistik non-parametrik. Dalam melakukan pengujian kebenaran

hipotesis, dimanfaatkan uji non-parametrik khususnya Uji Wilcoxon. Pada

penelitian ini, dimanfaatkan taraf nyata α = 0,05 pada perlakuan 1 dan 2, 3 dan

4, 5 dan 6.

4.2.1 Perlakuan 1 dan 2


55

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 2 - Perlakuan 1 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 10
b
5.50 55.00
Ties 0 c

Total 10
a. Perlakuan 2 < Perlakuan 1
b. Perlakuan 2 > Perlakuan 1
c. Perlakuan 2 = Perlakuan 1

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat kesamaan (0 a)

dalam Negative Ranks antara perlakuan 1 dan 2 pada nilai N, Mean Rank, dan

Sum of Ranks. Angka 0a menunjukkan bahwa tidak ada penurunan nilai dari

perlakuan 1 ke 2. Selain itu, terdapat 10 b data positif dalam Positive Ranks

untuk perlakuan 1 dan 2, yang berarti semua data mengalami peningkatan dari

perlakuan 1 ke perlakuan 2. Mean Rank memiliki nilai 5.50, sedangkan Sum

of Ranks memiliki nilai 55.00. Ties (nilai yang sama) antara perlakuan 1 dan 2

adalah 0c. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada nilai yang

sama antara perlakuan 1 dan 2.

Test Statisticsa
Perlakuan 2 -
Perlakuan 1
Z -2.115b
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Dari tabel yang tercantum di atas, dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig

adalah 0,004. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ini dapat

diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan 1 dan


56

perlakuan 2 dalam keterampilan berbicara yang menggunakan celemek

bercerita.

4.2.2 Perlakuan 3 dan 4


Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 4 - Perlakuan 3 Negative Ranks 0a
.00 .00
Positive Ranks 10b 5.00 55.00
Ties 0 c

Total 10
a. Perlakuan 4 < Perlakuan 3
b. Perlakuan 4 > Perlakuan 3
c. Perlakuan 4 = Perlakuan 3

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat kesamaan (0 a)

dalam Negative Ranks antara perlakuan 3 dan 4 pada nilai N, Mean Rank, dan

Sum of Ranks. Angka 0a menunjukkan bahwa tidak ada penurunan nilai dari

perlakuan 3 ke 4. Selain itu, terdapat 10 b data positif dalam Positive Ranks

untuk perlakuan 3 dan 4, yang berarti semua data mengalami peningkatan dari

perlakuan 3 ke perlakuan 4. Mean Rank memiliki nilai 5,00, sedangkan Sum

of Ranks memiliki nilai 55.00. Ties (nilai yang sama) antara perlakuan 3 dan 4

adalah 0c. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada nilai yang

sama antara perlakuan 3 dan 4.

Test Statisticsa
Perlakuan 4 -
Perlakuan 3
Z -2.902b
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
57

Dari tabel yang tercantum di atas, dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig

adalah 0,005. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ini dapat

diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan 3 dan

perlakuan 4 dalam keterampilan berbicara yang menggunakan celemek

bercerita.

4.2.3 Perlakuan 5 dan 6


Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 6 - Perlakuan 5 Negative Ranks 0 a
.00 .00
Positive Ranks 10b
5.50 55.00
Ties 0c
Total 10
a. Perlakuan 6 < Perlakuan 5
b. Perlakuan 6 > Perlakuan 5
c. Perlakuan 6 = Perlakuan 5

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat kesamaan (0 a)

dalam Negative Ranks antara perlakuan 5 dan 6 pada nilai N, Mean Rank, dan

Sum of Ranks. Angka 0a menunjukkan bahwa tidak ada penurunan nilai dari

perlakuan 5 ke 6. Selain itu, terdapat 10 b data positif dalam Positive Ranks

untuk perlakuan 5 dan 6, yang berarti semua data mengalami peningkatan dari

perlakuan 5 ke perlakuan 6. Mean Rank memiliki nilai 5.50, sedangkan Sum

of Ranks memiliki nilai 55.00. Ties (nilai yang sama) antara perlakuan 5 dan 6

adalah 0c. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada nilai yang

sama antara perlakuan 5 dan 6.

Test Statisticsa
Perlakuan 6 -
Perlakuan 5
Z -2.122b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
58

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Dari tabel yang tercantum di atas, dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig

adalah 0,003. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ini dapat

diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan 3 dan

perlakuan 4 dalam keterampilan berbicara yang menggunakan celemek

bercerita.

4.2.4 Hasil Uji Hipotesis


Setelah dilakukan Statistik Non-Parametrik dengan uji Wilcoxon

SPSS 25 terdapat hasil test statistic antara perlakuan 1, 2, 3, 4 yaitu α (0,05) <

0,05. Maka sesuai dengan hasil test tersebut dinyatakan bahwa adanya pengaruh

yang signifikan antara penggunaan media celemek bercerita terhadap

keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan

Johor Tahun Pelajaran 2022/2023.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada proses penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan sebanyak

4 kali. perlakuan ini dilakukan pada kelas eksperimen dengan cara cerita

menggunakan media celemek bercerita terhadap pencapaian keterampilan

berbicara pada anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan Johor

Tahun Pelajaran 2022/2023. Perlakuan yang dilakukan sebanyak 6 kali

menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan skor rata-rata. Perlakuan 1

mendapatkan hasil skor rata rata sebesar 4,0 tergolong kategori Belum

Berkembang (BB), Perlakuan 2 mendapatkan hasil skor rata rata sebesar 5,7

tergolong kategori Masih Berkembang (MB), perlakuan 3 mendapatkan hasil


59

nilai rata- rata sebesar 7,3 tergolong kategori Mulai Berkembang (MB),

perlakuan 4 mendapatkan hasil nilai rata- rata sebesar 8,5 tergolong kategori

Mulai Berkembang (MB), perlakuan yaitu ke-5 mendapatkan hasil nilai

rata-rata 8,8 tergolong kategori Masih Berkembang (MB) dan perlakuan

terakhir yaitu ke-4 mendapatkan hasil nilai rata-rata 10,8 tergolong kategori

Berkembang Sesuai Harapan (BSH).

Sesuai dengan analisis data yang sudah dilaksanakan dapat dibuktikan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan media celemek

bercerita terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia

Kecamatan Medan Johor Tahun Pelajaran 2022/2023, hal ini ditunjukkan dari

test statistic SPSS 22 yang diperoleh taraf nyata α (0,05) < 0,05 sehingga

hipotesis menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini disebabkan

cerita menggunakan media celemek bercerita disajikan semakin menarik

perhatian sehingga anak dapat melatih kemampuannya dalam berbicara,

menanggapi apa yang dilihatnya, menjawab hal yang ditanyakan serta bercerita

dari segala hal yang didengarnya.

Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah

berbicara, sebab kemampuan berbicara menunjang keterampilan lainnya

(Tarigan, 1986 : 86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang

dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah

setiap manusia dapat berbicara. Namun, kemampuan berbicara secara formal

memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer

(dalam Haryadi dan Zamzani, 1997: 56) memandang kebutuhan akan

komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai
60

keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai

kemampuan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami

oleh penyimaknya.

Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan

berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan

bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan

bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi,

masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai

kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan kemampuan

berbicara harus dilakukan sedini mungkin (Fahruddin, 2022).

Dalam penelitian ini memiliki 6 kali perlakuan yang artinya 3 kali

memberikan perlakuan dengan celemek bercerita dan 3 kali memberikan

perlakuan tanpa celemek bercerita. Kegiatan bercerita dilakukan pada perlakuan

2, 4, dan 6. Perlakuan 2 bercerita tentang “Kisah Seekor Induk Kucing Yang

Sangat Menyayangi Anaknya”, Perlakuan ke 4 bercerita tentang “Kisah Kelinci

dan Kura-Kura”, perlakuan 6 bercerita tentang “Kisah Ikan Mas Koki yang Tak

Pernah Menyerah”. Setelah melakukan kegiatan bercerita anak jadi dapat

meniru atau berbicara dengan baik dalam menceritakan hal-hal yang

didengarnya. Hal ini juga mempunyai dampak yang sangat penting kepada

anak, karena tidak hanya sekedar menghibur anak namun juga dapat mendidik

anak. Cerita yang baik akan menstimulasi perkembangan anak dalam

berbicara.
61

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media celemek bercerita mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun pada TK

Karunia Kecamatan Medan Johor Tahun Pelajaran 2022/2023.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan sehingga bisa

disimpulkan bahwa:

1. Pengujian Wilcoxon SPSS 22 terdapat hasil test statistic antara

perlakuan 1 dan 2 sebesar 0,002 < 0,05, perlakuan 3 dan 4 sebesar 0,005

< 0,05, perlakuan 5 dan 6 sebesar 0,003 < 0,05. Maka sesuai dengan

hasil test tersebut dinyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan

antara penggunaan media celemek bercerita terhadap keterampilan


62

berbicara anak usia 5-6 tahun pada TK Karunia Kecamatan Medan

Johor Tahun Pelajaran 2022/2023.

2. Bercerita menggunakan media celemek disajikan semakin menarik

perhatian sehingga anak dapat melatih kemampuannya dalam

berbicara, menanggapi apa yang dilihatnya, menjawab hal yang

ditanyakan serta bercerita dari segala hal yang dilihatnya. Serta

memiliki dampak yang sangat penting kepada anak. karena tidak

cuma sekedar menghibur anak namun juga dapat mendidik anak.

Cerita yang bagus akan menstimulasi perkembangan anak dalam

berbicara.

5.2 Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang sudah dipaparkan tersebut,

sehingga peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada guru-guru TK/PAUD diharapkan mampu menggunakan

celemek bercerita sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

2. Kepada kepala sekolah diharapkan bisa menyediakan celemek sebagai

fasilitas pembelajaran di sekolah.

3. Kepada peneliti berikutnya bisa menggunakan temuan ini menjadi

masukan untuk penelitian berikutnya serta sebagai referensi untuk

menginvestigasi pengaruh penggunaan celemek untuk bercerita


DAFTAR PUSTAKA

Derta, B., & Padilah, P. (2022). Pengaruh Media Pembelajaran Menggunakan


Celemek Cerita Terhadap Kemampuan Menyimak Anak Kelompok Bermain
Al-Hafiiz Air Batu Banyuasin. Jurnal Tunas Aswaja, 1(1), 74-84.
Elya, M. H., Nadiroh, N., & Nurani, Y. (2019). Pengaruh metode bercerita dan
gaya belajar terhadap kemampuan berbicara anak usia dini. Jurnal Obsesi:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 302-315.
Elfiah, Rifda. 2019. Bimbingan Dan Konseling Anak Usia Dini. Depok. PT Raja
Grafindo Persada.
Fahruddin, F., Rachmayani, I., Astini, B. N., & Safitri, N. (2022). Efektivitas
Penggunaan Media Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbicara Anak. Journal of Classroom Action Research, 4(1), 49-53.
Haryadi. 1997. Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan: IKIP
Yogyakarta
Juariyah, B. (2017). Pengaruh Media Celemek Cerita Terhadap Keterampilan
Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Cabang
Loceret Nganjuk. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Teratai.
Jaya, M. P. S. (2019). Pengaruh Media Boneka Tangan untuk Mengembangkan
Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B DI TK ABA 3 Kota Prabumulih
Tahun Ajaran 2018/2019. PERNIK: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 2(2), 168-175.
Khasanah, Uswatun, Mohammad Atwi Suparman dan Basuki Wibawa. 2022.
Model Pembelajaran Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini
Menggunakan Big Book. Jakarta. Kencana.
Karmila, Mila & Purwadi. 2019. Pembelajaran Bahasa Untuk Anak Usia Dini.
Jawa Tengah. UPT Penerbitan Universitas PGRI Semarang Press
Lestariningrum, Anik. 2017. Perencanaan Pembelajaran Anak Usia Dini.
Watudandang Prambon Nganjuk. Adjie Media Nusantara Nganjuk
Madyawati, Lilis. 2020. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta.
Kencana.
Mursid, 2017. Pengembangan Pembelajaran PAUD. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Nur, Indah Manfaati. 2020. Metode Statistik Non Parametrik dan Aplikasinya
pada Bidang Kesehatan. Semarang.
Nuriza, S. L. Pengaruh Penggunaan Media Celemek Bercerita Terhadap
Kemampuan Menceritakan Kembali Teks Fabel Siswa VII SMPN 3
Mojoagung.

62
63

Putri, N. M. N., & Jati, S. N. (2019). Efektivitas Metode Bercerita Berbantu Kain
Celemek Flanell Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak
Kelompok B Di PAUD Gitananda. Edukasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak
Usia Dini, 6(2).
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta. Kencana.
Sugiyono. 2021. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Sulistyawati, R., & Amelia, Z. (2021). Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Anak Melalui Media Big Book. Jurnal Anak Usia Dini Holistik Integratif
(AUDHI), 2(2), 67-78.
Tadjuddin, Nilawati. 2015. Desain Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini.
Bandar Lampung. Aura Printing & Publishing.
Tarigan, Djago.1997. Pengembangan Keterampilan Berbicara.
Jakarta:Depdikbud.
Trimansyah, Bambang. 2020. Panduan Penulisan Buku Cerita Anak. Cimahi.
Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra.
Yusuf, A. M. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
64

Lampiran 1. Lembar Instrument Keterampilan Berbicara Anak Usia


5-6 Tahun

Nama Anak :

Kelas :

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan

keterampilan yang tampak ketika melalukan pengamatan

Skala Penilaian
Variabel
Penelitian Indikator Deskriptor
1 2 3

Keterampilan Kemampuan 1. Anak dapat


Berbicara Berbicara mengucapkan kata
Dengan Baik dengan tepat
2. Anak dapat
mengucapkan
kalimat dengan
tepat
3. Anak dapat
mengucapkan
intonasi dengan
tepat
Kemampuan 1. Anak dapat
Melaksanakan menyebutkan
Tiga Perintah nama, suara dan
Lisan Secara ukuran hewan
Berurutan yang dilihatnya
Dengan Benar 2. Anak dapat
menyebutkan
warna, bentuk
organ dan jumlah
organ hewan yang
dilihatnya
3. Anak dapat
menyebutkan
makanan, tempat
tinggal dan
karakter hewan
yang dilihatnya
Kemampuan 1. Anak dapat
Mendengarkan mendengarkan dan
Dan menceritakan
Menceritakan kembali cerita
65

Kembali Cerita secara urut


Sederhana 2. Anak dapat
menyebutkan ciri-
ciri hewan yang
dilihatnya
3. Anak dapat
menceritakan
pengalaman
kejadian secara
sederhana dengan
berurutan
Kemampuan 1. Anak dapat
Mengungkapkan bertanya dengan
Lebih Dari Tiga kalimat yang benar
Kalimat 2. Anak dapat
mengungkapkan
perasaan dengan
kata sifat (baik,
lucu, senang)
3. Anak dapat
menjawab
pertanyaan yang
lebih kompleks

Petunjuk:

Pemberian skor pada butir-butir keterampilan berbicara dilakukan dengan

memberi tanda checklist (√) pada kolom penilaian (muncul atau tidak muncul)

yang telah disajikan berdasarkan kriteria berikut ini:

Kriteria Perkembangan Kemampuan Berbicara Anak

Skor 1 = jika hanya 1 deskriptor yang muncul

Skor 2 = jika hanya 2 deskriptor yang muncul

Skor 3 = jika 3 deskriptor yang muncul


66

Lampiran 2. RPPH
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)
TK KARUNIA, KEC. MEDAN JOHOR
TAHUN AJAR 2022/2023

Semester : II
Minggu : VII
Hari, Tanggal : Rabu, 1 Maret 2023
Kelompok : B (usia 5-6 tahun)
Tema : Binatang
Sub Tema : Binatang Peliharaan
Sub-Sub Tema : Kelinci
Model Pembelajaran : Luring (Kelompok)
Judul Kegiatan : Cerita dengan celemek bercerita
Tahun Pelajaran : 2022/ 2023
A. Kompetensi Inti
KOMPETENSI INTI
KI-1 Menerima ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan
estetis, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, mampu bekerja
sama, mampu menyesuaikan diri, jujur, rendah hati dan
santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik, dan
teman
KI-3 Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik, lingkungan
sekitar, teknologi, seni, dan budaya di rumah, tempat bermain
dan satuan PAUD dengan cara: mengamati dengan indra
(melihat, mendengar, menghidu, merasa, meraba); menanya;
mengumpulkan informasi; menalar, dan mengomunikasikan
melalui kegiatan bermain
KI-4 Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan, dan
dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan karya secara
produktif dan kreatif, serta mencerminkan perilaku anak
berakhlak mulia
67

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian


Aspek Perkembangan Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
Kompetensi
Nilai Agama dan Moral 1.1. Mempercayai adanya Mampu mengucapkan
Tuhan melalui ciptaan- kata kucing sebagai
Nya ciptaan tuhan
4.1. Melakukan kegiatan
beribadah sehari-hari Mampu berdoa sebelum
dengan tuntunan orang dan sesudah kegiatan
dewasa pembelajaran
Sosial Emosional 2.7 Memiliki perilaku Mampu sabar
yang mencerminkan sikap menunggu giliran dan
sabar (mau menunggu mau mendengarkan
giliran, mau mendengar ketika orang lain
ketika orang lain berbicara.
berbicara) untuk melatih
kedisiplinan Mampu secara mandiri
2.8. Memiliki perilaku dalam menyelesaikan
yang mencerminkan kegiatan maze (mencari
kemandirian jalan menuju makanan
kelinci)
Fisik Motorik 4.3. Menggunakan anggota Mampu menempelkan
tubuh untuk kapas pada kegiatan
pengembangan motorik kolase kelinci
kasar dan halus
Kognitif 2.2. Memiliki perilaku Menunjukkan rasa
yang mencerminkan sikap ingin tahu terhadap
ingin tahu cerita yang
4.6. Menyampaikan disampaikan guru
tentang apa dan bagaimana
benda-benda disekitar Mampu menyebutkan
yang dikenalnya (nama, nama, suara dan
warna, bentuk, ukuran, makanan hewan yang
pola, sifat, suara, tekstur, dilihat anak
fungsi, dan ciri-ciri
lainnya) melalui berbagai
hasil karya
Bahasa 4.11. Menunjukkan Mampu menyebutkan
kemampuan berbahasa bagian tubuh kelinci
ekspresif (mengungkapkan
bahasa secara verbal dan Mampu menceritakan
nonverbal) ulang secara sederhana
4.8. Menyajikan berbagai cerita yang dibawakan
karyanya dalam bentuk oleh guru
gambar, bercerita,
bernyanyi, gerak tubuh, dll Mampu menjawab
68

tentang lingkungan alam pertanyaan terkait cerita


(hewan, tanaman, cuaca, cerita yang dibawakan
tanah, air, batu-batuan, dll) oleh guru
Seni 3.15.Mengenal berbagai Mampu melakukan
karya dan aktivitas seni aktivitas seni dalam
4.15.Menunjukkan karya kegiatan kolase kelinci
dan aktivitas seni dengan
menggunakan berbagai
media

C. Tujuan Pembelajaran:
1. Anak terbiasa mengucapkan syukur atas ciptaan Tuhan
2. Anak mampu berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
3. Anak mampu menyebutkan nama, suara dan makanan kelinci
4. Anak mampu menyebutkan bagian tubuh kelinci
5. Anak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
6. Anak mampu menceritakan ulang cerita yang dibawakan oleh guru secara
sederhana
7. Anak mampu sabar menunggu giliran dan mau mendengarkan ketika
orang lain berbicara
8. Anak mampu menempelkan kapas pada kegiatan kolase kelinci
9. Anak mampu menuliskan ulang kata kelinci
10. Anak mampu menyelesaikan maze (mencari jalan menuju makanan
kelinci)

D. Materi Pembelajaran
1. Mengenal kelinci
2. Kegiatan cerita dengan celemek bercerita tentang kisah kelinci dan
kura-kura
3. Kegiatan kolase kelinci
4. Kegiatan maze (mencari jalan menuju makanan kelinci)
5. Menulis ulang kata “kelinci”

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pembuka (± 10 menit)
 Penerapan SOP pembukaan (salam, absensi, berdoa, dan bernyanyi)
69

 Guru menyapa anak dengan ceria


 Mengamati video pembelajaran “Mengenal Kelinci”
 Apresiasi
 Pengenalan tema
 Penyampaian tujuan dari kegiatan pembelajaran
 Guru bercakap-cakap tentang media celemek bercerita
 Guru dan anak membuat kesepakatan kegiatan dan aturan yang
digunakan saat di dalam kelas dan bermain.
2. Kegiatan Inti (± 40 menit)
 Guru mengajak anak mengamati media celemek bercerita yang dipakai
oleh guru
 Guru cerita tentang kisah kelinci dan kura kura dengan celemek
bercerita
 Guru memberikan pertanyaan tentang kisah kelinci dan kura-kura
 Anak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan
menceritakan kembali secara sederhana tentang kisah kelinci dan kura-
kura
 Kegiatan 1: Anak melakukan kegiatan mewarnai gambar kelinci
 Guru menyiapkan pola gambar kelinci dan pensil warna
 Anak mulai mewarnai gambar kelinci
 Kegiatan 2: Anak melakukan kegiatan menuliskan ulang kata “kelinci”
 Guru menyiapkan LKPD dengan tulisan “kelinci”
 Anak menuliskan ulang kata “kelinci”
 Kegiatan 3: Anak melakukan kegiatan maze (mencari jalan menuju
makanan kelinci)
 Guru menyiapkan LKPD maze (mencari jalan menuju makanan
kelinci)
 Anak mulai menarik garis untuk mencari jalan menuju makanan
kelinci
Kegiatan Pengaman: Membaca Buku
70

3. Recalling (± 5 menit)
 Merapikan alat belajar dan alat bermain yang telah digunakan
 Menceritakan pengalaman belajar belajar yang dilakukan hari ini
 Menceritakan dan menunjukkan hasil karya anak,
 Penguatan dan reward atas hasil karya anak.
4. Istirahat (± 15 menit)
 Mencuci tangan secara antri
 Berdoa sebelum makan
 Makan bekal bersama
 Berdoa sesudah makan
 Main diluar ruangan (APE luar) bersama teman-teman
5. Kegiatan Penutup (± 5 menit)
 Berdiskusi tentang perasaan anak setelah melakukan kegiatan
pembelajaran
 Pemberian pesan-pesan moral tentang pembelajaran yang telah
dilakukan
 Informasi untuk kegiatan besok
 Memotivasi anak untuk aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik
 Berdoa selesai belajar dan diakhiri dengan salam

F. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Bercakap-cakap
3. Demonstrasi
4. Pemberian tugas

G. Media, Alat dan Sumber Belajar


1. Media
 Video pembelajaran tentang kelinci
 Celemek bercerita
 Gambar kelinci
71

2. Alat dan Bahan


 Pola gambar kelinci kapas dan lem fox
 LKPD
 Pensil
3. Sumber Belajar
 Video pembelajaran tentang kelinci
Link: https://youtu.be/j6wVun5rZRI
 Buku cerita

Medan, 1 Maret 2023


Mengetahui,
Kepala Sekolah TK Karunia Mahasiswa Peneliti

Agus Wijanarko, S.Pd Namira Mawaddah Harahap


NUPTK. 4150743644200063 NIM: 1191113014
72

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)


TK KARUNIA, KEC. MEDAN JOHOR
TAHUN AJAR 2022/2023

Semester : II
Minggu : VII
Hari, Tanggal : Rabu, 1 Maret 2023
Kelompok : B (usia 5-6 tahun)
Tema : Binatang
Sub Tema : Binatang Peliharaan
Sub-Sub Tema : Ikan Koi
Model Pembelajaran : Luring (Kelompok)
Judul Kegiatan : Cerita dengan celemek bercerita
Tahun Pelajaran : 2022/ 2023
A. Kompetensi Inti
KOMPETENSI INTI
KI-1 Menerima ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan
estetis, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, mampu bekerja
sama, mampu menyesuaikan diri, jujur, rendah hati dan
santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik, dan
teman
KI-3 Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik, lingkungan
sekitar, teknologi, seni, dan budaya di rumah, tempat bermain
dan satuan PAUD dengan cara: mengamati dengan indra
(melihat, mendengar, menghidu, merasa, meraba); menanya;
mengumpulkan informasi; menalar, dan mengomunikasikan
melalui kegiatan bermain
KI-4 Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan, dan
dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan karya secara
produktif dan kreatif, serta mencerminkan perilaku anak
73

berakhlak mulia

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian


Indikator Pencapaian
Aspek Perkembangan Kompetensi Dasar
Kompetensi
Nilai Agama dan Moral 1.1. Mempercayai adanya Mampu mengucapkan
Tuhan melalui ciptaan- kata ikan mas koki
Nya sebagai ciptaan tuhan
4.1. Melakukan kegiatan
beribadah sehari-hari Mampu berdoa sebelum
dengan tuntunan orang dan sesudah kegiatan
dewasa pembelajaran

Sosial Emosional 2.7 Memiliki perilaku Mampu sabar


yang mencerminkan sikap menunggu giliran dan
sabar (mau menunggu mau mendengarkan
giliran, mau mendengar ketika orang lain
ketika orang lain berbicara
berbicara) untuk melatih
kedisiplinan Mampu secara mandiri
2.8. Memiliki perilaku dalam menyelesaikan
yang mencerminkan kegiatan dalam
kemandirian pembelajaran
Fisik Motorik 4.3. Menggunakan anggota Mampu mewarnai
tubuh untuk gambar ikan mas koki
pengembangan motorik dengan baik
kasar dan halus
Kognitif 4.6. Menyampaikan Mampu menyebutkan
tentang apa dan bagaimana nama, warna dan
benda-benda disekitar makanan hewan yang
yang dikenalnya (nama, dilihat anak
warna, bentuk, ukuran,
74

pola, sifat, suara, tekstur, Mampu menyebutkan


fungsi, dan ciri-ciri jumlah gambar ikan
lainnya) melalui berbagai mas koki yang
hasil karya dilihatnya dengan tepat
3.5 Mengetahui cara
memecahkan masalah
sehari-hari dalam
berprilaku kreatif
Bahasa 4.11. Menunjukkan Mampu menyebutkan
kemampuan berbahasa bagian tubuh ikan mas
ekspresif (mengungkapkan koki
bahasa secara verbal dan
nonverbal) Mampu menceritakan
4.8. Menyajikan berbagai ulang secara sederhana
karyanya dalam bentuk cerita yang dibawakan
gambar, bercerita, oleh guru
bernyanyi, gerak tubuh, dll
tentang lingkungan alam Mampu menjawab

(hewan, tanaman, cuaca, pertanyaan terkait cerita


tanah, air, batu-batuan, dll) cerita yang dibawakan
oleh guru
Seni 3.15.Mengenal berbagai Mampu melakukan
karya dan aktivitas seni aktivitas seni dalam
4.15.Menunjukkan karya kegiatan mewarnai ikan
dan aktivitas seni dengan mas koki
menggunakan berbagai
media

C. Tujuan Pembelajaran:
1. Anak terbiasa mengucapkan syukur atas ciptaan Tuhan
2. Anak mampu berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
3. Anak mampu menyebutkan nama, warna dan makanan ikan mas koki
75

4. Anak mampu menyebutkan bagian tubuh ikan mas koki


5. Anak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
6. Anak mampu menceritakan ulang cerita yang dibawakan oleh guru secara
sederhana
7. Anak mampu sabar menunggu giliran dan mau mendengarkan ketika
orang lain berbicara
8. Anak mampu mewarnai gambat ikan mas koki dengan baik
9. Anak mampu menuliskan ulang kata ikan mas koki
10. Anak mampu menghitung jumlah ikan mas koki

D. Materi Pembelajaran
1. Mengenal ikan mas koki
2. Kegiatan cerita dengan celemek bercerita tentang Kisah Ikan Mas
Koki
3. Kegiatan mewarnai gambar ikan mas koki
4. Kegiatan menulis ulang kata “ikan mas koki”
5. Kegiatan menghitung jumlah ikan mas koki

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pembuka (± 10 menit)
 Penerapan SOP pembukaan (salam, absensi, berdoa, dan bernyanyi)
 Guru menyapa anak dengan ceria
 Mengamati video pembelajaran “Mengenal Ikan Mas Koki”
 Apresiasi
 Pengenalan tema
 Penyampaian tujuan dari kegiatan pembelajaran
 Guru bercakap-cakap tentang media celemek bercerita
 Guru dan anak membuat kesepakatan kegiatan dan aturan yang
digunakan saat di dalam kelas dan bermain.
2. Kegiatan Inti (± 40 menit)
 Guru mengajak anak mengamati media celemek bercerita yang dipakai
oleh guru
76

 Guru cerita tentang kisah ikan mas koki yang pantang menyerah
dengan celemek bercerita
 Guru memberikan pertanyaan terkait kisah ikan mas koki yang
pantang menyerah
 Anak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan
menceritakan kembali secara sederhana tentang kisah ikan mas koki
yang pantang menyerah
 Kegiatan 1: Anak melakukan kegiatan menuliskan ulang kata “ikan
mas koki”
 Guru menyiapkan LKPD dengan tulisan “ikan mas koki”
 Anak menuliskan ulang kata “ikan mas koki”
 Kegiatan 2: Anak melakukan kegiatan menghitung dan menuliskan
jumlah gambar ikan mas koki
 Guru menyiapakan LKPD dengan gambar ikan mas koki
 Anak mulai menghitung gambar ikan mas koki dan menuliskan
jumlahnya dengan angka
 Kegiatan 3: Anak melakukan kegiatan mewarnai gambar ikan mas
koki
 Guru menyiapkan LKPD dengan gambar ikan mas koki dan pensil
warna
 Anak mulai memilih pensil warna dan mewarnai gambar ikan mas
koki
Kegiatan Pengaman: Membaca Buku

3. Recalling (± 5 menit)
 Merapikan alat belajar dan alat bermain yang telah digunakan
 Menceritakan pengalaman belajar belajar yang dilakukan hari ini
 Menceritakan dan menunjukkan hasil karya anak,
 Penguatan dan reward atas hasil karya anak.
4. Istirahat (± 15 menit)
77

 Mencuci tangan secara antri


 Berdoa sebelum makan
 Makan bekal bersama
 Berdoa sesudah makan
 Main diluar ruangan (APE luar) bersama teman-teman
5. Kegiatan Penutup (± 5 menit)
 Berdiskusi tentang perasaan anak setelah melakukan kegiatan
pembelajaran
 Pemberian pesan-pesan moral tentang pembelajaran yang telah
dilakukan
 Informasi untuk kegiatan besok
 Memotivasi anak untuk aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik
 Berdoa selesai belajar dan diakhiri dengan salam
F. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Bercakap-cakap
3. Demonstrasi
4. Pemberian tugas

G. Media, Alat dan Sumber Belajar


1. Media
 Video pembelajaran tentang ikan mas koki
 Celemek bercerita
 Gambar ikan mas koki
2. Alat dan Bahan
 Pola gambar ikan mas koki
 LKPD
 Pensil dan pensil warna
3. Sumber Belajar
 Video pembelajaran tentang ikan koi
Link: https://youtu.be/8O-Ie5t441Y
 Buku cerita

Medan, 1 Maret 2023


Mengetahui,
78

Kepala Sekolah TK Karunia Mahasiswa Peneliti

Agus Wijanarko, S.Pd Namira Mawaddah Harahap


NUPTK. 4150743644200063 NIM: 1191113014
82

Lampiran 3. Tabulasi Data Penilaian Perlakuan

Perlakuan
NO Nama Siswa I II III IV V VI
1 Ameera 4 5 7 8 8 10

2 Adifa 4 5 7 8 8 10

3 Maritza 5 7 8 9 10 12

4 Mika 4 6 7 9 9 11

5 Kya 3 5 6 9 10 10

6 Rafli 4 7 7 9 9 12

7 Ridho 3 5 7 8 8 10

8 Rheva 6 5 8 8 9 10

9 Salsa 4 5 8 8 8 11

10 Tasya 3 7 8 9 9 12

Rata-Rata 4 5.7 7.3 8.5 8.8 10.8


83

Lampiran 4. Hasil Uji Wilcoxon

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 2 - Perlakuan 1 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 10
b
5.50 55.00
Ties 0 c

Total 10
a. Perlakuan 2 < Perlakuan 1
b. Perlakuan 2 > Perlakuan 1
c. Perlakuan 2 = Perlakuan 1

Test Statisticsa
Perlakuan 2 -
Perlakuan 1
Z -2.115b
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 4 - Perlakuan 3 Negative Ranks 0a
.00 .00
Positive Ranks 10
b
5.00 55.00
Ties 0 c

Total 10
a. Perlakuan 4 < Perlakuan 3
b. Perlakuan 4 > Perlakuan 3
c. Perlakuan 4 = Perlakuan 3

Test Statisticsa
Perlakuan 4 -
Perlakuan 3
Z -2.902b
84

Asymp. Sig. (2-tailed) .005


a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 6 - Perlakuan 5 Negative Ranks 0a
.00 .00
Positive Ranks 10b 5.50 55.00
Ties 0c
Total 10
a. Perlakuan 6 < Perlakuan 5
b. Perlakuan 6 > Perlakuan 5
c. Perlakuan 6 = Perlakuan 5

Test Statisticsa
Perlakuan 6 -
Perlakuan 5
Z -2.122b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
85

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian


86

Lampiran 6. Cerita Kisah Binatang


Judul : Kisah Induk Kucing dan Anaknya

Metode Pembelajaran : Bercerita

Tanggal :

Tahun Ajaran : 2023/2024

Kelas : TK B Karunia

Waktu : 10 Menit

Media : Celemek Bercerita

Tujuan Kegiatan Bercerita:


1. Agar perkembangan bahasa anak terstimulasi dengan mendengarkan dan
mampu memberikan pendapat dari cerita yang didengarkan.
2. Memberi pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. Melalui bercerita
anak juga dapat mendeskripsikan sesuatu, baik benda atau tokoh yang
berperan.
3. Mengajarkan kepada anak untuk menaati, menyayangi serta menolong
orang tua.
Langkah-Langkah Bercerita:
1. Mengatur/ menyeting tempat duduk anak.
2. Menyiapkan alat peraga celemek bercerita.
3. Memotivasi anak agar mau mendengarkan cerita.
87

4. Membuat kesepakatan dengan anak untuk bersikap tertib saat


mendengarkan cerita.
5. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menebak judul cerita.
6. Anak menyimak cerita dengan penuh perhatian.
7. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada anak terkait cerita yang
dibacakan.
8. Guru bersama-sama anak menyimpulkan isi cerita dan pesan moral yang
terkandung dalam cerita.

Kisah Induk Kucing dan Anaknya


Oleh : Febriana Wulansari

Pada suatu hari ada seekor induk kucing dengan anaknya.Induk kucing itu sangat
menyayangi anaknya,setiap hari ia selalu berdua untuk mencari makanan demi
buah hatinya.anak kucing itu sangat dimanja oleh ibunya akibatnya ia tumbuh
menjadi anak kucing yang pemalas.Hingga suatu ketika induk kucing tersebut
sakit dan berkata “Anakku ibu sedang sakit,sehingga tidak bisa mencari makanan
untukmu dan mulai sekarang engkau harus mencari makan sendiri.dan seperti nya
anak kucing itu salah paham dengan perkataan ibunya.dia mengira induknya tidak
mau mencari makan induknya.bahkan anak kucing itu mengira ibunya sengaja
mengusirnya.tiba-tiba anak kucing itu melihat matahari yang bersinar terang.ia
berfikir seandainya matahari itu menjadi ibunya.

Anak kucing itu langsung berkata “ Hai Matahari” dan matahari pun berkata
“siapa yang memanggilku?” dan anak kucing itupun menjawab “aku yang
memanggilmu aku disini” dan pada akhirnya sang matahari hanya diam saja dan
langsung menjauh dari seekor anak kucing tersebut. Dan anak kucing itupun
sangat sedih dan akhirnya melanjutkan perjalanannya dengan langkah kaki yang
pelan – pelan sambil memikirkan ibunya yang ia kira sudah mengusirnya.

Dan setelah beberapa jam kemudian induk kucingpun merasa gelisah menunggu
anaknya yang tidak kembali-kembali.setelah beberapa lama induk kucingpun
berusaha untuk berjalan mencari anaknya.setelah beberapa lama dalam perjalanan
88

induk kucing pun bertemu dengan anaknya lalu berkatan ”Hai anakku” anak
kucing itupun langsung lari ke induknya dengan raut wajah yang sedih.

Induk kucingpun langsung memeluk anaknya dan berkata”kenapa kamu tidak


kembali dari tadi nak, apakah ada sesuatu yang terjadi padamu?” anak kucing
itupun hanya terdiam dan sadar bahwa omongan dari ibunya tadi hanya salah
paham. Dan tidak lama kemudian kedua kucing itupun pergi mencari makan
bersama dengan keadaan induknya yang sedang sakit.Tidak lama kemudian induk
kucing dan anaknya bertemu dengan seseorang yang baik dan memberi makan
kucing itu dan membawa pulang untuk merawatnya.tadinya yang kelihatan sedih
kedua induk itu pun terasa sangat bahagia .setelah sampai dirumah seseorang yang
mau merawatnya ibu kucing itupun langsung diberi obat agar sakitnya lekas
sembuh. Dan akhirnya kedua induk kucing dan anaknya itu tetap hidup bersama
dengan bahagia.
89

Judul : Kisah Kelinci dan Kura-Kura

Metode Pembelajaran : Bercerita

Tanggal :

Tahun Ajaran : 2023/2024

Kelas : TK B Karunia

Waktu : 10 Menit

Media : Celemek Bercerita

Tujuan Kegiatan Bercerita:


1. Agar perkembangan bahasa anak terstimulasi dengan mendengarkan dan
mampu memberikan pendapat dari cerita yang didengarkan.
2. Memberi pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. Melalui bercerita
anak juga dapat mendeskripsikan sesuatu, baik benda atau tokoh yang
berperan.
3. Mengajarkan kepada anak bahwa kita tidak boleh memandang remeh
orang lain atau pun merasa sombong dengan keahlian yang kita miliki.
Langkah-Langkah Bercerita:
1. Mengatur/ menyeting tempat duduk anak.
2. Menyiapkan alat peraga celemek bercerita.
3. Memotivasi anak agar mau mendengarkan cerita.
90

4. Membuat kesepakatan dengan anak untuk bersikap tertib saat


mendengarkan cerita.
5. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menebak judul cerita.
6. Anak menyimak cerita dengan penuh perhatian.
7. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada anak terkait cerita yang
dibacakan.
8. Guru bersama-sama anak menyimpulkan isi cerita dan pesan moral yang
terkandung dalam cerita.

Kisah Kelinci dan Kura-Kura


Oleh : Kumparan Mom

Dahulu kala, hidup lah seekor kelinci. Kelinci bisa berlari dengan sangat cepat. Ia
bangga dengan keahlianya itu.
Suatu hari, kelinci melihat kura-kura yang berjalan sangat lambat. Kelinci
menertawakan kura-kura dan berkata, "Kamu berjalan sangat lambat! Hahaha."
"Temanku, rupanya kamu sangat bangga dengan kecepatanmu. Untuk itu, mari
berlomba dan kita lihat siapa yang sebenarnya lebih cepat," tutur Kura-kura.
Kelinci dan kura-kura pun berlomba. Kelinci berlari sangat cepat dan jauh.
Setelah beberapa saat, kelinci berbalik untuk melihat di mana kura-kura berada.
Ternyata, kura-kura berjalan sangat lambat dan berada jauh di belakangnya.
"Kura-kura akan butuh waktu sangat lama untuk mendekatiku," pikir Kelinci.
Kelinci pun berpikir untuk tidur siang sejenak di bawah pohon.
Tak lama, Kura-kura pun perlahan tapi pasti melewati kelinci yang tetap tertidur
pulas.
Saat Kelinci akhirnya terbangun, ia kaget melihat kura-kura sudah sangat dekat
dengan garis finish. Kelinci segera kelinci bangkit dan berlari.
Namun usahanya sia-sia. Kura-kura sudah memenangkan perlombaan. Kelinci
sangat kecewa dan terpaksa mengakui Kura-kura lah yang jadi pemenangnya.
91

Judul : Kisah Ikan Mas Koki Yang Tak Pernah


Menyerah

Tanggal :

Tahun Ajaran : 2023/2024

Kelas : TK B Karunia

Waktu : 10 Menit

Media : Celemek Bercerita

Tujuan Kegiatan Bercerita:


1. Agar perkembangan bahasa anak terstimulasi dengan mendengarkan dan
mampu memberikan pendapat dari cerita yang didengarkan.
2. Memberi pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. Melalui bercerita
anak juga dapat mendeskripsikan sesuatu, baik benda atau tokoh yang
berperan.
3. Mengajarkan kepada anak untuk memiliki rasa semangat yang besar dan
tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah yang didapatkan.
Langkah-Langkah Bercerita:
1. Mengatur/ menyeting tempat duduk anak.
2. Menyiapkan alat peraga celemek bercerita.
3. Memotivasi anak agar mau mendengarkan cerita.
92

4. Membuat kesepakatan dengan anak untuk bersikap tertib saat


mendengarkan cerita.
5. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menebak judul cerita.
6. Anak menyimak cerita dengan penuh perhatian.
7. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada anak terkait cerita yang
dibacakan.
8. Guru bersama-sama anak menyimpulkan isi cerita dan pesan moral yang
terkandung dalam cerita.

Kisah Ikan Mas Koki yang Tak Pernah Menyerah


Oleh : ebookanak

Ada ikan mas koki tinggal bersama ikan lainnya di sebuah sungai besar.
Namun suatu hari, ikan mas koki dan dua temannya dari jenis ikan lain tertangkap
jala nelayan.

Nelayan itu kemudian memasukkan ketiga ekor ikan itu ke dalam ember di atas
perahu.
Kedua ikan temannya sudah menyerah dan pasrah.
Namun, hebatnya.
Ikan mas koki masih tetap belum menyerah.
“?Aku masih ada harapan untuk selamat dan hidup.”
“Aku akan berpura-pura mati,” pikir ikan mas koki.

Melihat ikan mas koki mati, nelayan lalu mengangkatnya dari atas ember.
Kemudian meletakkannya ke atas telapak tangan.
“Lho, kenapa dia tiba-tiba mati. Padahal tadi masih hidup?” tanyanya bingung.

Maka, di saat itulah.


Tiba-tiba… ikan mas koki melompat ke udara sekuat tenaga.
Dan…. byurr!
93

Tanpa sempat berhasil ditangkap nelayan, mas koki pun berhasil melompat ke
dalam sungai kembali.
Dengan senangnya, ikan mas koki berenang di dalam sungai.
Keyakinan mas koki yang kuat telah membantunya untuk selamat.

Metode Pembelajaran : Bercerita

Judul : Kisah Ayam dan Bebek

Tanggal :

Tahun Ajaran : 2023/2024

Kelas : TK B Karunia

Waktu : 10 Menit

Media : Celemek Bercerita

Tujuan Kegiatan Bercerita:


1. Agar perkembangan bahasa anak terstimulasi dengan mendengarkan dan
mampu memberikan pendapat dari cerita yang didengarkan.
2. Memberi pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. Melalui bercerita
anak juga dapat mendeskripsikan sesuatu, baik benda atau tokoh yang
berperan.
3. Mengajarkan kepada anak bahwa kita tidak boleh berbohong kepada orang
yang telah berbuat baik kepada kita, dan membiasakan menjadi orang yang
jujur.
Langkah-Langkah Bercerita:
1. Mengatur/ menyeting tempat duduk anak.
94

2. Menyiapkan alat peraga celemek bercerita.


3. Memotivasi anak agar mau mendengarkan cerita.
4. Membuat kesepakatan dengan anak untuk bersikap tertib saat
mendengarkan cerita.
5. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menebak judul cerita.
6. Anak menyimak cerita dengan penuh perhatian.
7. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada anak terkait cerita yang
dibacakan.
8. Guru bersama-sama anak menyimpulkan isi cerita dan pesan moral yang
terkandung dalam cerita.

Kisah Ayam dan Bebek


Oleh : Resourceful Parenting Indonesia
Dahulu kala ada seekor ayam yang bersahabat dengan seekor bebek. Mereka
selalu pergi ke mana-mana bersama-sama. Hanya bila ayam pergi berenang,
bebek tidak ikut. Bebek tidak dapat berenang, sedangkan ayam pandai berenang.
Suatu hari, bebek bertanya kepada ayam, “Ayam, kamu pandai berenang,
sedangkan aku tidak. Mengapa ya?”
Ayam menunjukkan kakinya yang mempunyai selaput di antara jari-jarinya.
“Lihat,” kata ayam. “Selaput ini yang membuatku pandai berenang.”
“Benarkah? Jadi karena aku tidak punya selaput itu, aku tidak bisa berenang?”
kata bebek. “Ah, aku tidak percaya.”
“Benar, aku tidak bohong.”
“Kalau aku memakai selaput itu, aku bisa berenang? Begitu?” kata bebek.
“Tentu saja.”
“Kalau begitu pinjamkan selaputmu kepadaku. Aku ingin berenang di kolam itu.”
Ayam yang baik hati melepaskan selaput dari kakinya dan membantu bebek
memakainya.”
Bebek dan ayam pergi ke kolam.  Bebek mencebur ke kolam. Mula-mula ia
berenang di tempat yang dangkal karena takut tenggelam. Setelah yakin ia dapat
berenang berkat selaput pinjaman dari ayam, bebek mulai berenang makin jauh.
Bebek suka sekali berenang. Ayam berteriak dari kejauhan, “Bek, bebek,
kembalikan selaputku. Aku juga ingin berenang!”
Bebek tidak ingin mengembalikan selaput itu. “Kalau kukembalikan, aku jadi
tidak bisa berenang lagi.”
95

“Sebentar ya, ayam.” kata bebek


Bebek melihat bahwa kolam itu mengalir ke sebuah sungai. Diam-diam ia
berenang ke sungai itu dan tidak pernah kembali.
Ayam menunggu di tepi kolam hingga malam hari. Ketika bebek tidak kembali
juga, tahulah ayam bahwa bebek telah membohonginya. Sejak itu ayam tidak bisa
berenang lagi dan bebek menjadi perenang yang ulung. Ayam tidak mau lagi
berteman dengan bebek.

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas


96

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian


97

Anda mungkin juga menyukai