Kelas : Akuntansi A
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Long Trem Asset I ” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi. Makalah ini
bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Gista Rismayani, SE., M.Akun selaku
dosen mata kuliah Teori Akuntansi yang telah memberikan tugas sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah bekerja sama
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, kami mohon
maaf apabila terdapat penulisan kalimat atau kata yang kurang sesuai. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
2.1 Analisis Keuangan Aktiva Tetap .................................................................... 3
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Aset tetap adalah barang-barang fisik atau tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan
dan digunakan dalam operasinya. Meliputi hal-hal seperti tanah, bangunan, mesin, kendaraan,
peralatan, dan hak paten.
Aset tetap adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk digunakan oleh
perusahaan selama beberapa tahun atau bahkan dekade. Mereka memiliki nilai yang signifikan
dan biasanya dicatat dalam laporan keuangan sebagai aset non-lancar. Aset tetap seperti mesin
dan peralatan yang berperan dalam memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan barang
atau layanan. Tanah dan bangunan digunakan untuk kantor, gudang, atau fasilitas produksi.
Aset tetap mengalami penyusutan seiring waktu karena pemakaian dan usangnya.
Penyusutan ini dicatat dalam laporan keuangan sebagai biaya dan mempengaruhi laba bersih.
Perusahaan dapat membiayai pembelian aset tetap melalui pendanaan internal (misalnya, laba
yang ditahan) atau melalui pinjaman. Keputusan ini mempengaruhi struktur modal perusahaan.
Nilai aset tetap juga memiliki kredensial pajak yang signifikan. Perusahaan biasanya
mengklasifikasikan aset tetapnya untuk tujuan perpajakan dan dapat memanfaatkan insentif
pajak terkait. Perusahaan perlu secara berkala menilai aset tetapnya untuk memastikan bahwa
aset tersebut mencerminkan nilai pasar yang benar. Depresiasi digunakan untuk mencerminkan
penurunan nilai aset tetap seiring berjalannya waktu.
Aset tetap dicatat dalam neraca sebagai bagian dari aset perusahaan. Informasi tentang aset
tetap, termasuk nilai, umur, dan penyusutannya, biasanya dapat ditemukan dalam catatan
laporan keuangan. Pemahaman yang kuat tentang aset tetap membantu perusahaan mengelola
investasi, menghitung biaya operasional dengan benar, dan mematuhi peraturan akuntansi yang
berlaku. Selain itu, hal ini juga mempengaruhi pengambilan keputusan strategi perusahaan
sehubungan dengan pengembangan dan pertumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengakuan aset tetap berdasarkan PSAK 16 Paragraf 07 dijesalaskan bahwa aset tetap dapat
diakui sebagai aset jika dan hanya jika: (a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh
manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut dan (b) biaya perolehannya dapat diukur
secara andal. Penjelasan lainnya dikemukakan oleh Kieso, D.E., Weygandt, JJ, dan Warfield,
T.D. (2011, 512) dalam buku Intermediate Accounting "Companies recognize property, plant,
and equipment when the cost of the asset can be measured reliably and it is probable that the
company will obtain future economic benefits".
Pengukuran Saat Pengakuan Aset Tetap Komponen biaya perolehan menurut PSAK
Nomor 16 paragraf 16 meliputi:
a) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat
dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan lain.
b) Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan supaya aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
Penyusutan Aset Tetap Salah satu isu utama dalam aset tetap adalah penyusutan.
Penyusutan adalah alokasi sistematis nilai aset tetap menjadi beban. Beban penyusutan adalah
beban yang tidak menimbulkan pengeluaran kas. Penyusutan tidak juga menimbulkan
penerimaan kas. Disinilah perlunya kembali diingat tentang konsep beban. Jurnal penyesuaian
untuk mencatat penyusutan mendebit beban penyusutan dan mengkredit akun kontra aset
bernama Akumulasi Penyusutan atau penyisihan untuk penyusutan.
Aktiva tetap harus diuji untuk penurunan nilai jika ada indikasi bahwa nilai tercatat
mungkin lebih tinggi daripada nilai pemulihan terkini. Pengungkapan Laporan keuangan harus
mengungkapkan yang relevan tentang aktivitas tetap, termasuk metode penyusutan yang
digunakan, nilai tercatat informasi bersih, dan jumlah penyusutan yang diakui dalam periode
tersebut.
4
➢ Penyusutan
Dalam PSAK 16 penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari aset selama
umur manfaatnya. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan
terhadap total biaya perolehan seluruh aset tetap disusutkan secara terpisah. Secara berkala,
semua aset tetap kecuali tanah akan mengalami penyusutan atau penurunan kemampuan dalam
menyediakan manfaat. Dengan adanya penyusutan, maka nilai dari aset tetap tercatat tidak lagi
dapat mewakili nilai dari manfaat yang dimiliki aset tetap tersebut.
Menurut Purba (2013:84) secara teoritis, penurunan nilai aset dilakukan dengan
membandingkan antara nilai yang dapat diperoleh kembali dengan nilai buku suatu aset yang
digolongkan dalam suatu unit penghasil kas atau sekelompok UPK. Jika nilai yang dapat
diperoleh kembali lebih rendah dari harga perolehan aset, maka selisih lebih kecil tersebut
diakui sebagai "rugi penurunan nilai aset", dan jika nilai yang dapat diperoleh kembali lebih
tinggi dari nilai buku aset, maka penurunan nilai aset dianggap tidak terjadi
Penurunan Nilai Aset Berdasarkan tujuan PSAK 48 (2015) untuk menetapkan prosedur
yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset
dikatakan melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan
dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset.
Indikasi Penurunan Nilai menurut Purba (2013:85) penurunan nilai aset dapat diidentifikasi
berdasarkan informasi yang diperoleh yang dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
informasi eksternal dan internal sebagaimana diatur dalam PSAK 48 paragraf 12. Pada setiap
akhir periode pelaporan, entitas meniai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan
nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset
tersebut.
Unit penghasil kas yang berbeda dapat diuji untuk penurunan nilai pada saat yang berbeda.
Akan tetapi, jika beberapa atau seluruh goodwill (yang dialokasikan pada unit penghasil kas)
diperoleh dalam kombinasi bisnis selama periode tahunan berjalan. maka unit tersebut diuji
penurunan nilai sebelum berakhirnya periode tahunan berjalan. Pada Pengukuran Jumlah
Terpulihkan terdapat di PSAK 48 paragraf 18. jumlah terpulihkan sebagai jumlah yang lebih
tinggi antara nilai wajar aset atau unit penghasil kas dikurangi biaya pelepasan dengan niai
pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai dari aset tidak selalu payah
ditentukan keduanya. Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka aset
tersebut tidak mengalami penurunan nilai dan tidak perlu dilakukan estimasi jumlah lainnya.
Secara sederhana perbedaan antara PSAK 48 Penurunan Nilai Aset dengan IAS 36
Impairment of Assets adalah yaitu:
1. IAS 36 paragraf 2(g) tentang ruang lingkup. PSAK 48 tidak mengecualikan aset
biolojik karena IAS 41 Agriculture belum diadopsi
2. IAS 36 paragraf 4(a) tentang ruang lingkup yang mencakup entitas anak. PSAK 48
memberikan tambahan penjelasan entitas anak yang dicatat dengan metode biaya dalam
laporan keuangan tersendiri sesuai dengan PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri
3. IAS 36 paragraf 5 tentang ruang lingkup. PSAK 48 tidak mengecualikan aset biolojik
karena IAS 41 Agriculture belum diadopsi
4. IAS 36 paragraf 12th) tentang sumber informasi penurunan nilai atas entitas anak,
entitas asosiasi, dan pengendalian bersama entitas, PSAK 48 memberikan tambahan
penjelasan entitas tersebut dicatat dengan metode biaya dalam laporan keuangan
tersendiri sesuai dengan PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri.
5. IAS 36 paragraf 12(b)(i) tentang sumber informasi penurunan nilai dalam laporan
keuangan tersendiri tidak diadopsi. Hal ini terkait dengan perbedaan pengaturan dalam
PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri dibandingkan IAS 27 Separate Financial
Statements.
6. IAS 36 paragraf 139 tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi
7. IAS 36 paragraf 140-140D tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi tidak diadopsi
karena tidak relevan
8. IAS 36 paragraf 140E-140J tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi. Adopsi IAS
36 menjadi PSAK 48 telah menggunakan IAS 36 yang telah mengakomodir
amandemen tersebut.
9. IAS 36 paragraf 140E tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi. Opsi penerapan
dini dihilangkan karena penerapan dini hanya dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh
pengaturan dalam IFRS terkait diadopsi secara bersamaan menjadi SAK.
2.3 Depresiasi
Salah satu isu utama dalam aset tetap adalah penyusutan Penyusutan adalah alokasi
sistematis nilai aset tetap menjal beban. Beban penyusutan adalah beban yang tidak menimbulk
pengeluaran kas. Penyusutan tidak juga menimbulkan penerinar kas. Di sinilah perlunya
kembali diingat tentang konsep bebe Penggunaan sumber daya di periode tertentu untuk
memperoleh pendapatan disebut dengan beban. Yang perlu diingat adalah bahwa pembelian
aset sudah dilakukan. Terhadap pembelian aset tersebut ada dua kemungkinan:
6
Dengan pembelian secara tunai, maka pengeluaran dilakukan di awal pada waktu membeli.
Sementara pembelian secara kredit menimbulkan pengeluaran di belakang, berupa cicilan.
Pengakuan sebagai aset dilakukan pada saat aset tetap tersebut sampai di tempat. Isu dalam
menghitung penyusutan adalah:
• Umur aset
• Nilai sisa
• Metode penyusutan
➢ Metode Penyusutan
Metode penyusutan yang akan dibahas di sini adalah: Metode garis lurus (straight line)
Metode dipercepat (accelerated):
• Metode saldo menurun ganda (double declining balance, DDB)
• Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method) Metode aktivitas:
• Metode unit produksi (unit of production method)
Dalam metode garis lurus, nilai penyusutan sama dari waktu ke waktu. Metode ini paling
banyak dipakai karena mudah menghitungnya. Dalam pelaporan manajemen, yaitu laba rugi
pengaruh penyusutan akan terlihat sama. Misalkan sebuah aset mempunyai nilai Rp 400 juta
dengan umur 4 tahun dan nilai sisa sebesar Rp 40 juta. Penyusutannya akan sebesar Rp 90 juta
pertahun ((400 juta - 40 juta)/4). Besar penyusutan akan sama dari waktu ke waktu.
➢ Metode dipercepat
Metode kedua dalam kategori penyusutan dipercepat adalah jumlah angka tahun (JAT).
Pada metode ini urutan angka dari 1 s/d dengan umur alat dijumlahkan. Penyusutan tahun
pertama akan menggunakan angka tahun terakhir (terbesar). Dengan demikian apabila kembali
pada contoh di awal, maka jumlah angka tahunnya adalah 10=1+2+3+4. Penyusutan tahun
pertama adalah 4/10 x (harga beli-nilai sisa).
➢ Metode aktivitas
Metode ketiga adalah metode unit produksi (UP). Ide dasarnya adalah membebankan
penyusutan proporsional dengan tingkat pemakaian alat. Metode ini dapat diterapkan pada
jenis alat yang kapasitas keluarannya terukur dengan baik, seperti kendaraan (Km) atau alat
berat (jam mesin).
Ilustrasi 6 di bawah menggambarkan berbagai pola beban penyusutan dari tahun ke tahun,
yaitu:
• Garis lurus selalu sama setiap tahun.
• Jumlah angka tahun dan saldo menurun ganda dalam kondisi menurun setiap tahun.
• Unit produksi berfluktuasi tergantung pada perubahan volume kegiatan
8
Perawatan dan Perbaikan Biasa Pengeluaran yang terkait dengan perawatan dan perbaikan
aset tetap dicatat sebagai beban periode berjalan. Pengeluaran tersebut disebut pengeluaran
pendapatan dan dicatat sebagai kenaikan pada Beban Perbaikan dan Perawatan. Sebagai
contoh, sejumlah Rp300.000 yang dibayarkan untuk perawatan truk pengiriman dicatat sebagai
berikut:
Peningkatan Aset Setelah aset tetap disiapkan, pengeluaran dapat terjadi untuk
meningkatkan nilai aset. Sebagai contoh, nilai jasa truk pengiriman dapat ditingkatkan dengan
menambah alat pengangkat hidrolik senilai Rp5.500.000 untuk mempermudah dan
mempercepat bongkar-muat barang berat. Pengeluaran semacam ini disebut pengeluaran
modal dan dicatat sebagai kenaikan pada akun aset tetap. Dalam kasus pengangkat hidrolik,
pengeluaran dicatat sebagai berikut. Oleh karena biaya truk pengiriman meningkat, penyusutan
truk tersebut berubah sesuai sisa umur manfaatnya.
Perbaikan Luar Biasa Setelah aset tetap disiapkan, pengeluaran dapat terjadi untuk
memperpanjang umur manfaat aset. Sebagai contoh, mesin forklift yang sudah mendekati akhir
umur manfaatnya dapat diperbaiki dengan biaya Rp4.500.000, untuk memperpanjang umur
manfaatnya hingga delapan tahun. Pengeluaran semacam ini disebut pengeluaran modal dan
dicatat sebagai penurunan pada alcun akumulasi penyusutan. Dalam kasus forklift, pengeluaran
akan dicatat sebagai berikut.
Oleh karena umur ekonomis forklift telah berubah, penyusutan untuk forklift juga berubah
berdasar nilai buku yang baru. Akuntansi untuk pengeluaran pendapatan dan pengeluaran
modal dirangkum pada Tampilan 4.
9
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat
diukur dengan handal. Pengakuan aset tetap sangat andal bila aset tetap telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan
masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih
harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang,
maka aset tetap tersebut tetap diakui pada saat pembelian atau pembayaran dan dicatat dalam
CALK bahwa tanah tersebut belum bersertifikat dan masih dalam pengurusan. Untuk dapat
diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:
1. berwujud;
2. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
3. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
4. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
5. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;
6. merupakan objek pemeliharaan atau memerlukan biaya/ongkos untuk dipelihara; dan
7. nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian barang
tersebut memenuhi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.
Pengeluaran belanja barang yang tidak memenuhi kriteria aset tetap di atas akan
diperlakukan sebagai persediaan/aset lainnya.(pilih salah satu) Aset tetap yang tidak digunakan
untuk keperluan operasional pemerintah daerah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus
disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
Pengakuan aset tetap setelah penyerahan pertama (PHO) nilai aset diakui sebesar nilai
kontrak. Adapun kekurangan nilai dari pembayaran di akui sebagai utang dan dianggarkan
kembali di tahun anggaran berikutnya, tetapi tidak menambah nilai aset tersebut.
10
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai
wajar pada saat perolehan. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu
pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal
dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang
digunakan dalam proses konstruksi.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung
untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar
pada saat aset tersebut diperoleh. Pengukuran aset tetap harus memperhatikan kebijakan
tentang ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Jika nilai perolehan aset tetap
di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas aset tetap tersebut tidak dapat diakui dan
disajikan sebagai aset tetap. Aset-aset tersebut diperlakukan sebagai persediaan/aset lainnya.
Nilai satuan minimum kapitalisasi adalah pengeluaran pengadaan baru. Nilai satuan
minimum kapitalisasi aset tetap adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan menetapkan batas kapitalisasi untuk
pengeluaran pengadaan baruper unit barang yang dapat diakui sebagai aset tetap sebagai
berikut:
1) Perolehan untuk Peralatan Dan Mesin, dikapitalisasi dengan nilai sama dengan atau
diatas Rp. 500.000,- (lima ratus rupiah);
2) Perolehan untuk Gedung dan Bangunan dengan nilai sama dengan atau lebih dari
Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);
3) Pengeluaran untuk Aset Tetap Lainnya dengan nilai sama dengan atau diatas Rp.
100.000,- (seratus ribu rupiah).
b. Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap pengeluaran
pengadaan baru untuk tanah, jalan/irigasi/jaring as tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan
dan barang bercorak kesenian. peralatan untuk proses belajar mengajar.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Aktiva tetap merujuk kepada aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan diharapkan memberikan manfaat ekonomi
jangka panjang. Aktiva tetap dapat mencakup berbagai hal seperti properti, tanah, gedung,
mesin, peralatan, dan kendaraan.
Dalam konteks akuntansi, aktiva tetap dicatat di neraca perusahaan dengan nilai historisnya,
yang merupakan biaya awal aset tersebut. Nilai aktiva tetap ini bisa mengalami penyusutan
seiring berjalannya waktu, yang tercermin dalam laporan laba rugi perusahaan. Penyusutan ini
mencerminkan depresiasi nilai aktiva tetap akibat pemakaian atau keausan seiring waktu.
Penting bagi perusahaan untuk mengelola aktiva tetap dengan baik, termasuk pemeliharaan,
perawatan, dan penyusutan yang tepat. Ini membantu perusahaan dalam menghitung nilai
sebenarnya dari aset-asetnya dan memastikan kelangsungan operasional yang lancar.
3.2 Saran
Dengan mempertimbangkan keterbatasan, semoga hasil diskusi pada makalah ini dapat
digunakan sebagai salah satu acuan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Danga, Endang. Morasa, J. (2016). Analisis Penerapan PSAK 48 (2015) Penurunan Nilai
Aset Tetap Pada PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. Manado : Jurnal EMBA
Mayasari, Anisa Putri. Nurjanah, Yayuk. (2018). Analisis Penerapan PSAK NO 16 Dalam
Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Perusahaan Studi Kasus Pada CV.Bangunan
Perkasa Furniture. Bogor : JIAKES
Waren, S. Carl. (2017). Pengantar Akuntansi 1 Adaptasi edisi 4. Jakarta : Salemba Empat
Prihadi, Toto. Wahyudi, Hari. (2013) Praktis memahami laporan keuangan sesuai IFRS &
PSAK. Jakarta : PPM, 2011.
12