Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMERIKSAAN ASET TAKBERWUJUD


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan 2
yang Dibina Oleh Bapak Dr. Anggita Langgeng W, S.E., M.Si, Ak., C.A. CPA.

Disusun Oleh :
Kelompok 1 / Akuntansi 6 D

Chaliesta Bunga Al Kantara 2003101072


Renita Prilly Cahyanti 2003101077
Dwiki Lathifu Mughni 2003101089
Sonia Nurdianti 2003101091
Vika Nurdiana 2003101095

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunianya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu dan mengenaimakalah ini yang berjudulkan Pemeriksaan Aset Takberwujud
Adapun tujuan penulisan membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 yang dibimbing oleh Dosen “Dr. Anggita Langgeng
W, S.E., M.Si, Ak., C.A. CPA.” semoga makalah yang telah disusun oleh kelompok kami
dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.
Demikian makalah yang disusun oleh kelompok kami dan didalam penyusunan
maupun pembuatan makalah ini apabila masih banyak kekurangan, maka daripada itu kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini
agar lebih baik lagi, dan atas kritik dan sarannya kami ucapkan banyak terimakasih.

Madiun, Maret 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................... 2
2.1 Sifat Dan Contoh......................................................................................................... 3
2.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Aset Takberwujud....................................... 4
2.3 Audit Prosedur Atas Aset Takberwujud...................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan pasti mempunyai aset takberwujud yang digunakan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Aset takberwujud adalah hak,-hak istimewa dan keuntungan
kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak
memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berwujud bisa berupa
kontrak, lisensi, atau dokumen lain. Dimana aktiva tidak berwujud merupakan bagian
aset non lancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan disajikan sebagai aset
lainnya.
Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang
akuratnya pencatatan terhadap transaksi aset takberwujud tersebut. Sebagai bagian
dari neraca, aset takberwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi
penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan
penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya
perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi dan penghentian serta
penghapusannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok kami membuat
makalah yang berjudul "Pemeriksaan Aset TakBerwujud (Intangible assets)".

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian dan karakteristik aset takberwujud?
b) Apa tujuan dari pemeriksaan aset takberwujud?
c) Bagaimana pencatatan dan penilaian aset takberwujud tersebut?
d) Bagaimana audit prosedur atas aset takberwujud?

1.3 Tujuan
a) Menjelaskan pengertian dan karakteristik aset takberwujud
b) Menjelaskan tujuan dari pemeriksaan aset takberwujud
c) Menjelaskan cara pencatatan dan penilaian aktiva tidak berwujud
d) Menjelaskan audit prosedur atas aset takberwujud.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 SIFAT DAN CONTOH


Pengertian dan sifat asset tidak berwujud menurut SAK ETAP(IAI,2009:76)
Aset tidak berwujud adalah asset nonmoneter yang dapat diidentifikasikan dan
tidak mempunyai wujud fisik. Suatu asset dapat diidentifikasikan jika:
1. Dapat dipisahkan,yaitu kemampuanya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari
perusahaan dan dijual,dialihkan,diisensikan,disewakan atau ditukarkan melalui suatu
kontrak terkait asset atau liabilitas secara individual atau secara bersama.
2. Muncul dari hak kontraktual atau hukum lainya,terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dipisahkan dari perusahaan atau dari hak dan kewajiban lainya.

Aset tidak berwujud tidak termasuk:


1. Efek(surat berharga)
2. Hak atas mineral dan cadangan mineral,misalnya minyak,gas alam sumber daya
yang tidak dapat diperbarui lainya.

Aset tidak berwujud diakui jika:


1. Kemungkinan perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari asset
tersebut,dan
2. Biaya perolehan asset atau nilai asset tersebut dapat diukur dengan andal.

Biaya perolehan asset tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah terdiri atas:
1. Harga beli,termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat dikreditkan.
2. Biaya biaya yang dapat distribusikan secara langsung dalam mempersiapkan asset.

Pengeluaran berikut ini harus diakui sebagai beban dan bukan sebagai asset tidak
berwujud,
1. Merek,logo,judul publikasi,daftar konsumen yang dihasilkan secara internal dan hal
lain yang secara subtansi serupa.
2. Aktivitas perintisan,termasuk biaya legal dan kesekretariatan dalam fasilitas baru.
3. Aktivitas pelatihan.
4. Aktivitas periklanan dan promosi.
5. Rekolasi atau reorganisasi sebagaian atau seluruh entitas.

Pengertian dan sifat asset takberwujud menurut PSAK No. 19 (Revisi 2010) 19.4
Aset tak berwujud adalah asset nonmeter teridentifikasi tanpa wujud fisik.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dapat dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh asset pada saat perolehan
atau konstruksi.
Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan asset tak berwujud
selama umur manfaatnya.

2
Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan asset,atau jumlah lain yang
merupakan pengganti biaya perolehan,dikurangi nilai residunya.
Jumlah tercatat asset adalah jumlah asset yang diakui dalam laoran posisi
keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan
nilai.
Umur manfaat adalah:
1. Periode suatu asset yang diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan atau,
2. Jumlah produkasi atau unit serupa yang diharapkan atau di peroleh dari suatu asset
oleh perusahaan.
a. Entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan kewajiban
dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan, atau peningkatan sumber daya
takberwujud, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi
sistim atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai
pasar dan merek dagang termasuk merek produk dan judul publisitas). Contoh
umum lainnya: peranti lunak komputer, paten, hak cipta, film, daftar pelanggan,
hak pelayanan jaminan, izin penangkapan ikan, kuota impor, waralaba, hubungan
dengan pemasok atau pelanggan, loyalitas pelanggan, pangsa pasar, dan hak
pemasaran.
b. Tidak semua unsur yang dijelaskan di atas memenuhi definisi aset takberwujud,
yaitu keteridentifikasian, pengendalian, atas sumber daya dan adanya manfaat
ekonomi masa depan. Jika suatu unsur dalam ruang lingkup pernyataan ini tidak
memenuhi definisi aset takberwujud, maka pengeluaran untuk memperoleh atau
menciptakan aset (secara internal) diakul sebagai beban pada saat terjadinya.
Namun, jika unsur tersebut diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis, maka unsur
tersebut diperlakukan sebagai bagian dari goodwill pada tanggal akuisisi.
c. Dalam definisi aset takberwujud terdapat kriteria bahwa kotoridentifikasian asct
takberwujud dapat dibedakan secara jelas dengan goodwill. Goodwill dalam suatu
kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang menggambarkan manfaat ekonomi masa
depan yang muncul dari aset lain yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis tersebut
yang tidak diidentifikasikan secara individual dan diakui secara terpisah. Manfaat
ekonomi masa depan dapat dihasilkan dari sinergi antara aset teridentifikasi yang
diperoleh atau dari aset, yang secara individual, tidak memenuhi syarat untuk
diakui dalam laporan keuangan.
d. Manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset takberwujud dapat mencakup
pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain
yang berasal dari penggunaan aset oleh entitas. Misalnya, penggunaan hak
kekayaan intelektual dalam suatu proses produksi tidak meningkatkan pendapatan
masa depan, tetapi mengurangi biaya produksi masa depan.
e. Pengakuan suatu pos sebagai aset takberwujud, mensyaratkan perusahaan untuk
menunjukkan bahwa pos tersebut memenuhi:
1) definisi aset takberwujud; dan
2) kriteria pengakuan sebagaimana diatur dalam pernyataan ini.

3
Persyaratan ini diterapkan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau
mengembangkan secara internal aset takberwujud dan biaya yang terjadi kemudian untuk
menambah, mengganti sebagian, atau memperbaiki aset tersebut.
1. Aset takberwujud diakui jika, dan hanya jika:
a. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari
aset tersebut; dan
b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
2. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan, entitas
menggunakan asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan
estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur
manfaat aset tersebut.
3. Dalam menilai tingkat kepastian adanya manfaat ekonomi masa depan yang timbul
dari penggunaan aset takberwujud, entitas mempertimbangkan bukti yang tersedia
pada saat pengakuan awal aset takberwujud dengan memberikan penekanan yang
lebih besar pada bukti ekstern.
4. Aset takberwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan.

Menurut penulis, sifat aset takberwujud adalah:


1. mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun;
2. tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang atau diraba atau dilihat;
3. diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu yang jumlahnya cukup
material.

Contoh:
1. Goodwill-timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu perusahaan lain
di atas harga yang berlaku untuk aset netonya setelah dikurangi biaya-biaya, karena
perusahaan yang dibeli mempunyai keunggulan tertentu.
2. Hak Paten-jika suatu perusahaan atau seseorang menemukan suatu produk baru
setelah melakukan riset selama beberapa waktu dengan mengeluarkan biaya yang
cukup besar. Untuk itu ia dapat mendaftarkan produk ciptaannya ke Direktorat Hak
Paten, untuk memperoleh Hak Paten, sehingga orang lain tidak dapat membuat
produk yang sama, kecuali orang tersebut sudah membeli hak paten tersebut atau
membayar royalti kepada pemilik hak paten.
3. Hak Cipta (copy right) yang diberikan kepada seseorang yang mencipta lagu atau
mengarang buku.
4. Franchise-misalnya Kentucky Fried Chicken, Mc Donald, Es Teller '77. Jika
seseorang ingin menjual makanan atau minuman dengan rasa, bentuk, cara
penyajian, dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu harus membeli hak franchise.

2.2 TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) ASET TAKBERWUJUD


Tujuan pemeriksaan aset takberwujud adalah sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal control yang cukup baik atas aset
takberwujud.

4
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aset
takberwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan di masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud dilakukan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud
sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFAS.

Penjelasan atas tujuan pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut.


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset
takberwujud.
Dalam hal ini auditor cukup menggunakan Internal control questionnaires (ICQ).
Beberapa ciri internal control yang baik atas aset takberwujud adalah:
a. adanya sistem otorisasi dalam penambahan dan penghapusan aset takberwujud.
b. adanya internal auditor yang memeriksa kelengkapan bukti pendukung dari
perolehan dan penambahan aset takberwujud, serta otoritasnya.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan penambahan, dan penghapusan aset
takberwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi
oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
Misalnya, untuk memperoleh franchise apakah ada perjanjian franchise-nya, serta
apakah sudah diotorisasi oleh direksi.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan di masa yang akan datang.
Untuk menaksir masa manfaat aset takberwujud harus dipertimbangkan antara lain:
a. ketentuan hukum peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat
maksimum;
b. kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang batas masa manfaat
yang telah ditentukan;
c. pengaruh keuangan, permintaan, persaingan, dan faktor perubahan ekonomi dan
teknologi yang memengaruhi masa manfaat.
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud yang dimiliki
perusahaan sesuai dengan standar akuntanal keuangan ETAP/PSAKFAS.

Menurut SAK ETAP (INI, 2009) 80


Entitas harus mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari aset tidak
berwujud secara sistematis selama umur manfaatnya Beban amortisasi untuk setiap
periode harus diakui sebagai beban.
Amortisasi dimulai ketika aset siap digunakan, yaitu aset tersebut berada di
alokasi dan kondisi yang dibutuhkan untuk mampu beroperasi sesuai dengan keinginan
manajemen. Amortisasi dihentikan ketika aset dihentikan-pengakuannya. Entitas harus

5
memilih metode amortisasi yang mencerminkan pola pemanfaatan aset di masa
mendatang. Jika entitas tidak dapat menetapkan pola yang andal, maka entitas harus
menggunakan metode garis lurus.
Entitas harus mengukur aset tidak berwujud pada biaya perolehan dikurangi
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Semua aset tidak berwujud dianggap mempunyai umur manfaat yang terbatas.
Umur manfaat aset tidak berwujud yang berasal dari hak kontraktual atau hak hukum
lainnya tidak boleh melebihi periode hak kontraktual atau hak hukum tersebut, tetapi
mungkin lebih pendek tergantung pada lamanya periode ekspektasi penggunaan aset
tersebut. Jika hak kontraktual atau hak hukum lainnya untuk masa yang terbatas dapat
diperbarui, maka umur manfaat aset tidak berwujud harus termasuk periode yang
diperbarui hanya jika terdapat bukti yang mendukung pembaruan oleh entitas tanpa biaya
yang signifikan.
Jika entitas tidak mampu mengestimasi umur manfaat suatu aset tidak berwujud,
maka umur manfaatnya dianggap 10 tahun.

Menurut PSAK No.19 (Revisi 2010) 19.34


 Jumlah tersusutkan aset lakberwujud dengan umur manfaat terbatas dialokasikan
secara sitematis selama Urur manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset tersedia
untuk digunakan, yakni ketika aset berada pada lokasi dari dalam kondisi untuk
beroperasi sesuai dengan cara yang dimaksudkan oleh manajemen. Amortisasi
dihentikan pada waktu mana yang lebih dulu antara ketika aset tersebut digolongkan
sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan
yang dikelompokkan dalam aset yang dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58
(revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan dan Tanggal ketika Aset Dihentikan Pengakuannya. Metode amortisaal
yang digunakan menggambarkan pola konsumsi entitas atas mantast ekonomi masa
depan diharapkan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal, maka
digunakan motode garis lurus. Amortisasi yang dibebankan untuk setiap pariode
diakul dalam laporan laba nugi kecuali Pernyataan ini atau PSAK lain mengizinkan
atau mansyaratkan amortisasi tersebut dimasukkan dalam Jumlah tecatat aset lain.
 Terdapat berbagai metode amortisasi untuk mongalolosilkan jumlah tersusutkan aset
atas dasar yang sistematis selama umur manfaatnya. Metode tersebut mencakup
metode garis turus, metode saldo menurun dan metode unit produksi. Metode yang
digunakan dipilih berdasarkan pada pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan
yang diharapkan dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, kecuali
terdapat perubahan dalam perkiraan pola konsumsi tersebut.
 Nilal residu aset takberwujud dengan unur manfaat tidak terbatas diasumsikan sama
dengan nol, kecuali:
 ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset takberwujud tersebut pada
akhir umur manfaatnya; atau
 ada pasar aktif bagi aset takberwujud tersebut, dan:

6
 nilal residu aset takberwujud dapat ditentukan dengan mengacu pada harga
yang berlaku di pasar tersebut; dan
 terdapat kemungkinan besar bahwa pasar akan tetap tersedia sampai akhir
umur manfaat aset tersebut.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset
takberwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan
Contohnya, parusahaan mempunyai hak paten, copy night atau franchise dan
memberikan menjual aset takberwujud tersebut kepada pihak ketiga, maka auditor
harus yakin bahwa pendapatan berupa royalti betul-betul sudah dicatat dan diterima
oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesual dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009) 81


Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset tidak
berwujud:
a) Umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan.
b) Metode amortisasi yang digunakan.
c) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode
d) Unsur pada laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat amortisasi aset tidak
berwujud.
e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan. pelepasan, amortisasi, dan perubahan lainnya secara terpisah.

Entitas juga harus mengungkapkan:


a) penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tidak
berwujud yang material bagi laporan keuangan entitas;
b) keberadaan dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang hak penggunaannya
dibatasi dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang ditentukan sebagai jaminan
atas uang;
c) jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud.

Menurut PSAK No. 19 (Revisi 2010) 19.40


1. Entitas mengungkapkan hal berikut untuk setiap kelompok aset takberwujud,
dipisahkan antara aset takberwujud yang dihasilkan secara internal dan aset
takberwujud lain:
a. umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat terbalas
diungkapkan, tingkat amortisasi yang digunakan atau umur manfaatnya;
b. metode amortisasi yang digunakan untuk aset takberwujud dengan umur manfaat
terbatas;
c. jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (secara agregat dengan akumulasi
rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;

7
d. pos dalam laporan laba rugi komprehensil yang mana amortisasi aset takberwujud
termasuk di dalamnya:
e. rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
1) penambahan, yang secara terpisah mengindikasikan aset takberwujud dari
pengembangan internal, diperoleh secara terpisah, dan diperoleh melalui
kombinasi bisnis;
2) aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk
dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual
sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan Pelepasan Lain;
3) peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal dari revaluasi sesuai
dengan dijelaskan di atas dari pengakuan rugi penurunan nilai atau pembalikan
di pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009):
Penurunan Nilai Aset (jika ada);
4) rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan-laporan laba rugi selama
periode sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009);
5) setiap amortisasi yang diakui selama periode;
6) selisih kurs neto yang timbul dari nilai penjabaran laporan keuangan suatu ke
mata uang penyajian, dan penjabaran operasi luar negeri ke mata uang penyajian
yang digunakan perusahaan; dan
7) perubahan lain pada jumlah tercatat aset tersebut selama periode.
2. Suatu kelompok aset takberwujud adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat
dan digunakan yang serupa dalam kegiatan operasi entitas. Contoh dari kelompok
terpisah mencakup:
a) nama merek;
b) kepala surat kabar dan judul publisitas;
c) peranti lunak komputer
d) lisensi dan waralaba;
e) hak cipta, paten, dan hak kekayaan intelektual industri lain, serta hak
operasional dan penyediaan jasa lain;
f) resep, formula, model, desain, dan purwarupa; dan
g) aset takberwujud dalam pengembangan.

Klasifikasi tersebut dipisah (atau digabung) menjadi kelompok lebih kecil (atau
lebih besar) jika hal tersebut menghasilkan informasi yang relevan bagi pengguna
laporan keuangan.
1. Entitas mengungkapkan informasi mengenai penurunan nilai aset takberwujud
sesuai dengan dengan PSAK 48 (revisi 2009).
2. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Kesalahan mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan
dalam estimasi akuntansi yang memiliki pengaruh internal pada periode kini atau
diharapkan memiliki pengaruh material pada periode selanjutnya. Pengungkapan
tersebut mungkin timbul akibat dari perubahan dalam:
a. penilaian umur manfaat aset takberwujud;

8
b. metode amortisasi; atau
c. nilai residu.
3. Entitas juga mengungkapkan:
a. untuk aset takberwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas.
Jumlah tercatat aset dan alasan yang mendukung penialian umur manfaat tidak
terbatas tersebut. Dalam memberikan alasan, entitas menjelaskan faktor
signifikan dalam menentukan aset yang memiliki umur manfaat tidak terbatas;
b. penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset
takberwujud yang material terhadap laporan keuangan entitas;
c. untuk aset aset takberwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan
awalnya diakui pada nilai wajar:
i. nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut,
ii. jumlah tercatatnya; dan
iii. aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau
model revaluasi.
d. keberadaan dan jumlah tercatat aset lakberwujud yang kepemilikannya dibatasi
dan jumlah tercatat aset takberwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas.
e. nilai komitmen kontaktual untuk akuisis aset takberwujud.
4. Mengungkapkan nilai agregat dari pengeluaran penelitian dan pengembangan yang
diakui sebagai beban selama periode.
5. Pengeluaran penelitian dan pengembangan terdiri dari seluruh pengeluaran yang
dapat diatribusikan secara langsung pada kegiatan penelitian dan pengembangan.
6. Entitas dianjurkan, namun tidak diharuskan, untuk mengungkapkan informasi:
a. penjelasan mengenai aset takberwujud yang telah diamortisasi seluruhnya tetapi
masih digunakan; dan
b. penjelasan mengenai aset takberwujud signifikan yang dikendalikan oleh Entitas
namun tidak diakui sebagai aset karena tidak memenuhi kriteria pengakuan
dalam pernyataan ini atau karena aset tersebut diperoleh atau dihasilkan
sebelum PSAK 19 (rovisi 2000): Aset Tidak Berwujud Elektif Diberlakukan.

2.3 AUDIT PROSEDUR ATAS ASET TAKBERWUJUD


1. Pelajari dan evaluasi internal contrl atas aset takberwujud
2. Minta perincian aset takberwujud per tangal laporan posisi keuangan (neraca) yang
antara lain menunjukkan :
a. Saldo awal, penambahan, amortisasi dan penghapusan seta saldo akhir
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing dan cross
footing
4. Periksa penambahan aset takberwujud :
a. Apakah diotorisasi pejabat entitas yang berwenang
b. Periksa notulen rapat direksi/pemegang saham, untuk mengetahui apakah otorisasi
tersebut diberikan melalui rapat tersebut
c. Periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada ) aset takberwujud

9
Periksa apakah amortisasi dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia ETAP/PSAK/IFRS dan perhitungan akurat.
Jika ada set takberwujud yang dihapuskan, misalnya goodwill karena tidak lagi
mempunyai kegunaan, maka harus diperiksa otorisasi dari pejabat entitas yang
berwenang
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas denga pihak ketiga yang ingin
menggunakan hak paten, hak cipta dan franchise yang dimiliki perusahaan. Periksa
apakah pendapatan dari perjanjian tersebut (dalam bentuk royalty fee) sudah dicatat
dan diterima oleh perusahaan.
7. Periksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keunagan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS

Penjelasan atas audit prosedur aset takberwujud


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset takberwujud.
Biasanya dilakukan dengan menggunakan internal contril questionnaires, contohnya
bisa dilihat di Exhabit 15-1
Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control atas aset takberwujud adalah
baik. Aka ruang lingkup (scope) pemeriksaan bisa dipersempit.
2. Meminta rincian aset takberwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
Contoh rincian bisa dilihat di Exhibit 15-2
Penambahan aset takberwujud bisa berasal dari pembeli (goodwill, hak paten) atau
perusahaan melakukan riset untuk membuat produk-produk baru, yang jika dianggap
marketable bisa diurus (didaatkan) hak patennya di Direktorat Hak Paten, sehingga
perusahaan lain tidak boleh membuat produk yang sama, kecuali membayar royality
kepada pemegang hak paten.
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing dan cross
footing
Periksa penambahan aset takberwujud :
a. Apakah diotorisasi pejabat entitas yang berwenang
b. Periksa notulen rapat direksi/pemegang saham, untuk mengetahui apakah
otorisasi tersebut diberikan melalui rapat tersebut
c. Periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya
4. Periksa penambahan aset takberwujud :
a. Apakah diotorisasi pejabat entitas yang berwenang
b. Periksa notulen rapat direksi/pemegang saham, untuk mengetahui apakah
otorisasi tersebut diberikan melalui rapat tersebut
c. Periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada ) aset takberwujud
Periksa apakah amortisasi dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia ETAP/PSAK/IFRS dan perhitungan akurat.
Jika ada set takberwujud yang dihapuskan, misalnya goodwill karena tidak lagi
mempunyai kegunaan, maka harus diperiksa otorisasi dari pejabat entitas yang
berwenang

10
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dbuat perusahaan dengan pihak ketiga dan
periksa apakah pendapatan dari perjanjian tersebut sudah dicatat dan diterima
perusahaan
Perjanjian untuk menjual atau menyewakan hak paten, hak cipta dan franhise
memiliki perusahaan lepada pihak ketiga, biasanya dilakukan di hadaoan notaris,
karena itu auditor harus meminta copy perjanjian tersebut untuk permanent file.
Untuk royalty yang diperoleh harus diperiksa apakah sudah dikenakan PPh 23 sesuai
dengan peraturan pajak yang berlaku
Selain itu auditor harus memeriksa buku penerimaan kas (bank) untuk mengethuai
apakah pendapatan dari penjualan atau penyewaan tersebut sudah diterima oleh
perusahaan dan dicatat di buku perusahaan
7. Periksa apakah perjanjian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.
Dalam hal unu entitas harus mencatat perolehan/penambhan aset takberwujud
sebesar harga perolehannya. Dilaporan posisi keuangan (neraca) aset takberwujud
disajikan sebesar nilai netonya, setelah diamortisasi. Sedangkan di catatan atas
laporan keuangan harus dijelaskan antara ;ain: saldo aset takberwujud terdiri dari
apa saja, dnegan mencantumkan nilai netor dari masing-masing jenis aste
takberwujud, dan metode serta periode amortisasinya.
Di kertas kerja pemeriksaan aset takberwujud auditor harus mencantumkan
kesimpulsan pemeriksaannya mengenai kewajaran saldo perkiraan aset
takberwujud.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang
timbul dari pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik
tertentu. Bukti pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen
lain. Aset tidak berujud mungkin timbul dari:
a. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama
dagang.
b. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
c. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki
eksistensi fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan
menjadi subjek amortisasi, klasifikasi Aset Tak Berwujud yaitu cara akuisisi (manner of
acquisition), dapat diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability),
periode manfaat yang diharapkan (period of expected benefit).  
Tujuan pemeriksaan aset takberwujud adalah sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal control yang cukup baik atas aset
takberwujud.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aset
takberwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan di masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud dilakukan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud
sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFAS.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan


Publik. Edisi ke-4. Penerbit Salemba Empat:Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai