Disusun Oleh :
Kelompok 1 / Akuntansi 6 D
Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunianya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu dan mengenaimakalah ini yang berjudulkan Pemeriksaan Aset Takberwujud
Adapun tujuan penulisan membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 yang dibimbing oleh Dosen “Dr. Anggita Langgeng
W, S.E., M.Si, Ak., C.A. CPA.” semoga makalah yang telah disusun oleh kelompok kami
dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.
Demikian makalah yang disusun oleh kelompok kami dan didalam penyusunan
maupun pembuatan makalah ini apabila masih banyak kekurangan, maka daripada itu kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini
agar lebih baik lagi, dan atas kritik dan sarannya kami ucapkan banyak terimakasih.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a) Menjelaskan pengertian dan karakteristik aset takberwujud
b) Menjelaskan tujuan dari pemeriksaan aset takberwujud
c) Menjelaskan cara pencatatan dan penilaian aktiva tidak berwujud
d) Menjelaskan audit prosedur atas aset takberwujud.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Biaya perolehan asset tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah terdiri atas:
1. Harga beli,termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat dikreditkan.
2. Biaya biaya yang dapat distribusikan secara langsung dalam mempersiapkan asset.
Pengeluaran berikut ini harus diakui sebagai beban dan bukan sebagai asset tidak
berwujud,
1. Merek,logo,judul publikasi,daftar konsumen yang dihasilkan secara internal dan hal
lain yang secara subtansi serupa.
2. Aktivitas perintisan,termasuk biaya legal dan kesekretariatan dalam fasilitas baru.
3. Aktivitas pelatihan.
4. Aktivitas periklanan dan promosi.
5. Rekolasi atau reorganisasi sebagaian atau seluruh entitas.
Pengertian dan sifat asset takberwujud menurut PSAK No. 19 (Revisi 2010) 19.4
Aset tak berwujud adalah asset nonmeter teridentifikasi tanpa wujud fisik.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dapat dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh asset pada saat perolehan
atau konstruksi.
Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan asset tak berwujud
selama umur manfaatnya.
2
Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan asset,atau jumlah lain yang
merupakan pengganti biaya perolehan,dikurangi nilai residunya.
Jumlah tercatat asset adalah jumlah asset yang diakui dalam laoran posisi
keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan
nilai.
Umur manfaat adalah:
1. Periode suatu asset yang diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan atau,
2. Jumlah produkasi atau unit serupa yang diharapkan atau di peroleh dari suatu asset
oleh perusahaan.
a. Entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan kewajiban
dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan, atau peningkatan sumber daya
takberwujud, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi
sistim atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai
pasar dan merek dagang termasuk merek produk dan judul publisitas). Contoh
umum lainnya: peranti lunak komputer, paten, hak cipta, film, daftar pelanggan,
hak pelayanan jaminan, izin penangkapan ikan, kuota impor, waralaba, hubungan
dengan pemasok atau pelanggan, loyalitas pelanggan, pangsa pasar, dan hak
pemasaran.
b. Tidak semua unsur yang dijelaskan di atas memenuhi definisi aset takberwujud,
yaitu keteridentifikasian, pengendalian, atas sumber daya dan adanya manfaat
ekonomi masa depan. Jika suatu unsur dalam ruang lingkup pernyataan ini tidak
memenuhi definisi aset takberwujud, maka pengeluaran untuk memperoleh atau
menciptakan aset (secara internal) diakul sebagai beban pada saat terjadinya.
Namun, jika unsur tersebut diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis, maka unsur
tersebut diperlakukan sebagai bagian dari goodwill pada tanggal akuisisi.
c. Dalam definisi aset takberwujud terdapat kriteria bahwa kotoridentifikasian asct
takberwujud dapat dibedakan secara jelas dengan goodwill. Goodwill dalam suatu
kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang menggambarkan manfaat ekonomi masa
depan yang muncul dari aset lain yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis tersebut
yang tidak diidentifikasikan secara individual dan diakui secara terpisah. Manfaat
ekonomi masa depan dapat dihasilkan dari sinergi antara aset teridentifikasi yang
diperoleh atau dari aset, yang secara individual, tidak memenuhi syarat untuk
diakui dalam laporan keuangan.
d. Manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset takberwujud dapat mencakup
pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain
yang berasal dari penggunaan aset oleh entitas. Misalnya, penggunaan hak
kekayaan intelektual dalam suatu proses produksi tidak meningkatkan pendapatan
masa depan, tetapi mengurangi biaya produksi masa depan.
e. Pengakuan suatu pos sebagai aset takberwujud, mensyaratkan perusahaan untuk
menunjukkan bahwa pos tersebut memenuhi:
1) definisi aset takberwujud; dan
2) kriteria pengakuan sebagaimana diatur dalam pernyataan ini.
3
Persyaratan ini diterapkan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau
mengembangkan secara internal aset takberwujud dan biaya yang terjadi kemudian untuk
menambah, mengganti sebagian, atau memperbaiki aset tersebut.
1. Aset takberwujud diakui jika, dan hanya jika:
a. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari
aset tersebut; dan
b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
2. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan, entitas
menggunakan asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan
estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur
manfaat aset tersebut.
3. Dalam menilai tingkat kepastian adanya manfaat ekonomi masa depan yang timbul
dari penggunaan aset takberwujud, entitas mempertimbangkan bukti yang tersedia
pada saat pengakuan awal aset takberwujud dengan memberikan penekanan yang
lebih besar pada bukti ekstern.
4. Aset takberwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan.
Contoh:
1. Goodwill-timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu perusahaan lain
di atas harga yang berlaku untuk aset netonya setelah dikurangi biaya-biaya, karena
perusahaan yang dibeli mempunyai keunggulan tertentu.
2. Hak Paten-jika suatu perusahaan atau seseorang menemukan suatu produk baru
setelah melakukan riset selama beberapa waktu dengan mengeluarkan biaya yang
cukup besar. Untuk itu ia dapat mendaftarkan produk ciptaannya ke Direktorat Hak
Paten, untuk memperoleh Hak Paten, sehingga orang lain tidak dapat membuat
produk yang sama, kecuali orang tersebut sudah membeli hak paten tersebut atau
membayar royalti kepada pemilik hak paten.
3. Hak Cipta (copy right) yang diberikan kepada seseorang yang mencipta lagu atau
mengarang buku.
4. Franchise-misalnya Kentucky Fried Chicken, Mc Donald, Es Teller '77. Jika
seseorang ingin menjual makanan atau minuman dengan rasa, bentuk, cara
penyajian, dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu harus membeli hak franchise.
4
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aset
takberwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan di masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud dilakukan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud
sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFAS.
5
memilih metode amortisasi yang mencerminkan pola pemanfaatan aset di masa
mendatang. Jika entitas tidak dapat menetapkan pola yang andal, maka entitas harus
menggunakan metode garis lurus.
Entitas harus mengukur aset tidak berwujud pada biaya perolehan dikurangi
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Semua aset tidak berwujud dianggap mempunyai umur manfaat yang terbatas.
Umur manfaat aset tidak berwujud yang berasal dari hak kontraktual atau hak hukum
lainnya tidak boleh melebihi periode hak kontraktual atau hak hukum tersebut, tetapi
mungkin lebih pendek tergantung pada lamanya periode ekspektasi penggunaan aset
tersebut. Jika hak kontraktual atau hak hukum lainnya untuk masa yang terbatas dapat
diperbarui, maka umur manfaat aset tidak berwujud harus termasuk periode yang
diperbarui hanya jika terdapat bukti yang mendukung pembaruan oleh entitas tanpa biaya
yang signifikan.
Jika entitas tidak mampu mengestimasi umur manfaat suatu aset tidak berwujud,
maka umur manfaatnya dianggap 10 tahun.
6
nilal residu aset takberwujud dapat ditentukan dengan mengacu pada harga
yang berlaku di pasar tersebut; dan
terdapat kemungkinan besar bahwa pasar akan tetap tersedia sampai akhir
umur manfaat aset tersebut.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset
takberwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan
Contohnya, parusahaan mempunyai hak paten, copy night atau franchise dan
memberikan menjual aset takberwujud tersebut kepada pihak ketiga, maka auditor
harus yakin bahwa pendapatan berupa royalti betul-betul sudah dicatat dan diterima
oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan
keuangan sudah dilakukan sesual dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.
7
d. pos dalam laporan laba rugi komprehensil yang mana amortisasi aset takberwujud
termasuk di dalamnya:
e. rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
1) penambahan, yang secara terpisah mengindikasikan aset takberwujud dari
pengembangan internal, diperoleh secara terpisah, dan diperoleh melalui
kombinasi bisnis;
2) aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk
dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual
sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan Pelepasan Lain;
3) peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal dari revaluasi sesuai
dengan dijelaskan di atas dari pengakuan rugi penurunan nilai atau pembalikan
di pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009):
Penurunan Nilai Aset (jika ada);
4) rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan-laporan laba rugi selama
periode sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009);
5) setiap amortisasi yang diakui selama periode;
6) selisih kurs neto yang timbul dari nilai penjabaran laporan keuangan suatu ke
mata uang penyajian, dan penjabaran operasi luar negeri ke mata uang penyajian
yang digunakan perusahaan; dan
7) perubahan lain pada jumlah tercatat aset tersebut selama periode.
2. Suatu kelompok aset takberwujud adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat
dan digunakan yang serupa dalam kegiatan operasi entitas. Contoh dari kelompok
terpisah mencakup:
a) nama merek;
b) kepala surat kabar dan judul publisitas;
c) peranti lunak komputer
d) lisensi dan waralaba;
e) hak cipta, paten, dan hak kekayaan intelektual industri lain, serta hak
operasional dan penyediaan jasa lain;
f) resep, formula, model, desain, dan purwarupa; dan
g) aset takberwujud dalam pengembangan.
Klasifikasi tersebut dipisah (atau digabung) menjadi kelompok lebih kecil (atau
lebih besar) jika hal tersebut menghasilkan informasi yang relevan bagi pengguna
laporan keuangan.
1. Entitas mengungkapkan informasi mengenai penurunan nilai aset takberwujud
sesuai dengan dengan PSAK 48 (revisi 2009).
2. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Kesalahan mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan
dalam estimasi akuntansi yang memiliki pengaruh internal pada periode kini atau
diharapkan memiliki pengaruh material pada periode selanjutnya. Pengungkapan
tersebut mungkin timbul akibat dari perubahan dalam:
a. penilaian umur manfaat aset takberwujud;
8
b. metode amortisasi; atau
c. nilai residu.
3. Entitas juga mengungkapkan:
a. untuk aset takberwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas.
Jumlah tercatat aset dan alasan yang mendukung penialian umur manfaat tidak
terbatas tersebut. Dalam memberikan alasan, entitas menjelaskan faktor
signifikan dalam menentukan aset yang memiliki umur manfaat tidak terbatas;
b. penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset
takberwujud yang material terhadap laporan keuangan entitas;
c. untuk aset aset takberwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan
awalnya diakui pada nilai wajar:
i. nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut,
ii. jumlah tercatatnya; dan
iii. aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau
model revaluasi.
d. keberadaan dan jumlah tercatat aset lakberwujud yang kepemilikannya dibatasi
dan jumlah tercatat aset takberwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas.
e. nilai komitmen kontaktual untuk akuisis aset takberwujud.
4. Mengungkapkan nilai agregat dari pengeluaran penelitian dan pengembangan yang
diakui sebagai beban selama periode.
5. Pengeluaran penelitian dan pengembangan terdiri dari seluruh pengeluaran yang
dapat diatribusikan secara langsung pada kegiatan penelitian dan pengembangan.
6. Entitas dianjurkan, namun tidak diharuskan, untuk mengungkapkan informasi:
a. penjelasan mengenai aset takberwujud yang telah diamortisasi seluruhnya tetapi
masih digunakan; dan
b. penjelasan mengenai aset takberwujud signifikan yang dikendalikan oleh Entitas
namun tidak diakui sebagai aset karena tidak memenuhi kriteria pengakuan
dalam pernyataan ini atau karena aset tersebut diperoleh atau dihasilkan
sebelum PSAK 19 (rovisi 2000): Aset Tidak Berwujud Elektif Diberlakukan.
9
Periksa apakah amortisasi dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia ETAP/PSAK/IFRS dan perhitungan akurat.
Jika ada set takberwujud yang dihapuskan, misalnya goodwill karena tidak lagi
mempunyai kegunaan, maka harus diperiksa otorisasi dari pejabat entitas yang
berwenang
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas denga pihak ketiga yang ingin
menggunakan hak paten, hak cipta dan franchise yang dimiliki perusahaan. Periksa
apakah pendapatan dari perjanjian tersebut (dalam bentuk royalty fee) sudah dicatat
dan diterima oleh perusahaan.
7. Periksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keunagan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS
10
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dbuat perusahaan dengan pihak ketiga dan
periksa apakah pendapatan dari perjanjian tersebut sudah dicatat dan diterima
perusahaan
Perjanjian untuk menjual atau menyewakan hak paten, hak cipta dan franhise
memiliki perusahaan lepada pihak ketiga, biasanya dilakukan di hadaoan notaris,
karena itu auditor harus meminta copy perjanjian tersebut untuk permanent file.
Untuk royalty yang diperoleh harus diperiksa apakah sudah dikenakan PPh 23 sesuai
dengan peraturan pajak yang berlaku
Selain itu auditor harus memeriksa buku penerimaan kas (bank) untuk mengethuai
apakah pendapatan dari penjualan atau penyewaan tersebut sudah diterima oleh
perusahaan dan dicatat di buku perusahaan
7. Periksa apakah perjanjian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.
Dalam hal unu entitas harus mencatat perolehan/penambhan aset takberwujud
sebesar harga perolehannya. Dilaporan posisi keuangan (neraca) aset takberwujud
disajikan sebesar nilai netonya, setelah diamortisasi. Sedangkan di catatan atas
laporan keuangan harus dijelaskan antara ;ain: saldo aset takberwujud terdiri dari
apa saja, dnegan mencantumkan nilai netor dari masing-masing jenis aste
takberwujud, dan metode serta periode amortisasinya.
Di kertas kerja pemeriksaan aset takberwujud auditor harus mencantumkan
kesimpulsan pemeriksaannya mengenai kewajaran saldo perkiraan aset
takberwujud.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang
timbul dari pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik
tertentu. Bukti pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen
lain. Aset tidak berujud mungkin timbul dari:
a. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama
dagang.
b. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
c. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki
eksistensi fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan
menjadi subjek amortisasi, klasifikasi Aset Tak Berwujud yaitu cara akuisisi (manner of
acquisition), dapat diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability),
periode manfaat yang diharapkan (period of expected benefit).
Tujuan pemeriksaan aset takberwujud adalah sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal control yang cukup baik atas aset
takberwujud.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aset
takberwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah aset takberwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan di masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset takberwujud dilakukan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud
sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFAS.
12
DAFTAR PUSTAKA
13