Anda di halaman 1dari 35

AKUNTANSI PAJAK ATAS ASET TETAP TIDAK BERWUJUD

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Persyaratan Memperoleh Nilai Pada


Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan Program Pascasarjana
Program Studi Magister Akuntansi

Disusun Oleh kelompok II :

ANIF NURUL KHUSNA 55519110023

EKO HIDAYAT 55519110009

SUKRON DAWAMI 55519110003

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-

Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan tugas kelompok tepat pada waktunya. Kemudian shalawat beserta

salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah

memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di

dunia. Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “AKUNTANSI

PAJAK ATAS ASET TETAP TIDAK BERWUJUD”.

Tujuan tugas kelompok ini diajukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh nilai pada mata kuliah Akuntansi Perpajakan Fakultas Pascasarjana

Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi pada Universitas Mercu Buana.

Penulis menghadapi banyak hambatan dalam menyelesaikan tugas kelompok

ini, tapi dengan semangat dan keingininan yang kuat serta mendapatkan bimbingan

dari berbagai pihak sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok ini dengan

baik. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

 Bapak Dr. Harnovinsah, Ak., M.Si., CA. selaku Dosen Mata Kuliah

Akuntansi Perpajakan,

 Orang tua yang selalu memberikan do’a dan motivasi,

 Team II yang selalu solid dan saling bertukar pikiran,

 Segenap pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung.

ii
Penulis menyimpulkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam Penulisan

tugas kelompok ini, maka dari itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif dari Pembaca guna kesempurnaan tugas kelompok ini. Semoga tugas

kelompok ini bermanfaat bagi Penulis dan Pembaca pada umumnya.

Jakarta, Oktober 2019

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………i
KATA PENGANTAR ……………………………ii
DAFTAR ISI ……………………………iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………1
1.2 Manfaat Makalah …………………………………………
2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aset Tetap Tidak Berwujud ……………………………3
2.2 Penggolongan Aset Tetap Tidak Berwujud dan Perlakuan……………………………5
Akuntansi
2.3 Amortisasi dan Deplesi ……………………………18
2.4 Amortisasi dalam Akuntansi Pajak ……………………………22
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………30
3.2 Saran ……………………………31
DAFTAR PUSTIDAKA ……………………………32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptidakan

laibilitas dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber

daya tidak berwujud, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan

implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan

mengenai pasar dan merek dagang. Aset tidak berwujud adalah hak, hak istimewa

dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aset yang berumur

panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aset tidak

berwujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Dimana Aset tidak

berwujud merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca

diklasifikasikan dan disajikan sebagai Aset Lainnya.

Disisi lain, Aset tidak berwujud juga merupakan non-monetary asset yang

tidak memiliki wujud fisik yang terdapat dalam neraca perusahaan, yang digunakan

untuk memproduksi barang dan jasa. Dalam melakukan analisa terhadap aset tidak

berwujud terdapat berbagai kesulitan, seperti kapan aset tidak berwujud diakui serta

bagaimana penilaian, pengukuran, dan pelaporannya dalam neraca perusahaan.

Seiring dengan tuntutan seluruh pihak yang menginginkan adanya perlakuan

akuntansi yang memadai untuk aset tidak berwujud, maka pada tanggal 24 Juni 2000

1
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Exposure Draft Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (ED PSAK) No. 19 Revisi 2000 tentang Aset Tidak Berwujud.

Oleh karena itu, setiap orang yang akan dan telah berkecimpung dalam dunia

profesi akuntan selayaknya dapat benar-benar memahami konsep aset tidak berwujud,

perlakuan akuntansinya, dan penyajiannya dalam laporan keuangan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis sangat tertarik untuk

membuat makalah dengan judul : “AKUNTANSI PAJAK ATAS ASET TETAP

TIDAK BERWUJUD”.

1.2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

1) Bagi Penulis

Masalahan ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang

masalahan yang dilakuakn sekaligus sebagai wahana untuk mengaplikasikan

pemahaman penulis tentang teori-teori yang didapatkan selama mengikuti

kegiatan perkuliahan di Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Akuntasni di

Universitas Mercu Buana.

2) Bagi Universitas

Tugas ini diharapkan sebagai sarana untuk refrensi tambahan dan menjadi

acuan atau kajian bagi penulisan di masa yang akan datang terkait dengan

Akuntansi Perpajakan atas Aset tetap tidak berwujud.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aset Tetap Tidak Berwujud

Aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang tidak termasuk di dalam

aset keuangan yang tidak memiliki bentuk fisik tetapi memberikan kontribusi nyata

bagi perusahaan. Menurut PSAK No. 19 revisi tahun 2010 adalah aset tidak lancar

(noncurrent assets) dan tidak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan

hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah

dalam klasifikasi aset yang lain. Banyak aset tidak berwujud diperoleh dari hak

kontraktual atau dari pemerintah. Aset tidak berwujud sangat penting karena memiliki

cash flow bagi perusahaan bagi perusahaan di masa mendatang dan dapat

memberikan ijin untuk melakukan kegiatan, memperbanyak dan berproduksi dan

memakai logo dan merek perusahaan lain sebagai hasil dari kontrak. Aset tidak

berwujud memiliki umur manfaat yang cukup lama.

Secara umum, akutansi untuk aset tidak berwujud adalah sejalan dengan

akutansi untuk aset tetap. Seperti halnya aset tetap, aset berwujud juga dicatat atas

harga dasar harga perolehan dan harga perolehan ini dihapus secara rasional dan

sistematis selama masa manfaat aset tidak berwujud tersebut. Jika pada suatu saat

dihentikan, maka nilai buku aset tidak berwujud dihapuskan dari pembukuan dan

dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika ada).

3
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi aset tidak

berwujud bila dibandingkan dengan akutansi aset tetap. Pertama, istilah yang

digunakan untuk menghapus aset tidak berwujud adalah amortisasi (bukan

depresiasi). Untuk mencatat amortisasi aset tidak berwujud maka rekening Biaya

Amortosasi didebet dan rekening aset tidak berwujud yang bersangkutan dikredit.

Alternatif lain, bisa juga dikredit rekening Akumulasi Amortisasi, seperti halnya

akumulasi depresiasi pada aset tetap. Namun sebagian besar perusahaan memilih cara

yang sederhana, yaitu dengan langsung mengkredit rekening aset tidak berwujud.

Perbedaan kedua ialah bahwa periode amortisasi suatu aset tidak berwujud tidak

boleh melebihi 40 tahun. Akan tetapi jika masa menfaat aset tidak berwujud kurang

dari 4 tahun, maka masa manfaat itulah yang akan digunakan. Aturan tesebut

dimaksudkan untuk menjaga agar semua aset tidak berwujud, terutama yang tidak

ketentuan masa manfaatnya, dihapus dalam periode waktu yang wajar.

Aset tidak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif

yang timbul dari pemilikan suatu aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki

wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aset tidak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi

atau dokumen lain. Aset tidak berwujud mungkin timbul dari:

a. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama

dagang.

b. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk

goodwill.

c. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.

4
2.2. Penggolongan Aset Tetap Tidak Berwujud dan Perlakuan Akuntansi

Pernyataan dalam PSAK No. 19 Revisi 2010 mensyaratkan kepada entitas

mengakui aset tetap tidak berwujud jika dan hanya kriteria tertentu terpenuhi. Aset

tidak berwujud memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Teridentifikasi.

Agar teridentifikasi, aset tidak berwujud harus dapat dipisahkan dari

perusahaan (dapat dijual atau ditransfer), atau berkembang dari kontrak atau

perjanjian legal dimana keuntungan secara ekonomi mengalir ke perusahaan.

2. Tidak berfisik.

Aset berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan mempunyai bentuk

fisik. Aset tidak berwujud, sebaliknya, derive memperoleh nilai mereka dari

hak istimewa (the rightsand privilages) yang diberikan kepada perusahaan

yang memakainya.

3. Bukan aset keuangan.

Aset seperti deposito bank, piutang, dan investment obligasi jangka panjang

dan saham juga termasuk tidak mempunyai substansi fisik. Bagaimanapun,

asset keuangan memperoleh nilai dari hak istimewa (right) untuk menerima

kas atau setara kas dimasa depan. Aset keuangan tidak terklasifikasi sebagai

tidak berwujud. Dalam kebanyakan kasus, aset tidak berwujud memberikan

keuntungan lebih dari satu periode. Oleh karena itu, perusahaan biasanya

mengklasifikasikannya sebagai Aset tidak lancar.

5
2.2.1 Pengelompokkan Aset Tetap Tidak Berwujud

Aset tetap tidak berwujud dapat dikelompokkan berdasarkan :

1. Dapat atau tidaknya aset tersebut di identifikasikan secara spesifik dengan

hak/jenis aktivitas tertentu, yaitu:

 Dapat diidentifikasi: hak paten atau hak cipta

 Tidak dapat diidentifikasi: goodwill

2. Cara mendapatkan aset tersebut

 Dari pembelian hak paten, hak cipta

 Dari riset dan pengembangan resep atau formula rahasia (secret

process)

3. Masa Kegunaannya

 Terbatas: hak paten

 Tidak terbatas: goodwill

4. Dapat atau tidaknya aset tersebut dipisahkan dari eksstensi perusahaan

 Dapat dipisahkan dan dijual sendiri hak cipta (copyright)

 Tidak dapat dipisahkan goodwill

2.2.2 Jenis-jenis Aset Tidak Berwujud

1. Aset tidak berwujud dalam bentuk berbagai hak yang menyertai berbagai

produk intelektual dan pemanfaatan fasilitas pihak lain, baik yang diperoleh

6
dari proses internal maupun yang diperoleh dengan cara membeli atau proses

pertukaran.

 Hak Paten

Hak paten (Patent) merupakan suatu hak yang diberikan kepada

pihak yang menemukan hal untuk menjual, membuat, atau mengawasi

penemuannya selama jangka waktu tertentu (umumnya selama 20 tahun).

Hak paten ini dapat digunakan sendiri atau diserahkan kepada pihak lain

dengan suatu perjanjian. Harga perolehan paten ini terdiri atas biaya-biaya

pendaftaran, biaya membuat percobaan, dan lain sebagainya. Hak paten

diamortisasi selama masa penggunaannya.

 Hak Cipta

Hak cipta (copyright) merupakan suatu hak yang diberikan kepada

seorang pengarang atau pencipta untuk menerbitkan, menjual, atau

mengawasi hasil ciptaannya. Sebagai contoh yaitu karangan, musik atau

pementasan yang diberikan juga untuk jangka waktu tertentu,

kemungkinan dapat diperpanjang masanya dan juga dapat kurang dari

yang ditetapkan. Pencatatan atas hak cipta di neraca sesuai dengan harga

perolehannya yang terdiri atas Semua biaya yang berhubungan dengan

penyusunan karya cipta, biaya peninjauan, biaya pengerjaan, biaya

perizinan, dan lain-lain termasuk biaya-biaya pendaftaran dan

memperoleh hak. Selain itu, hak cipta dapat bisa dijual atau diberikan

7
kepada pihak lain dengan perjanjian tertentu. Jika hak cipta itu dibeli

maka harga perolehannya adalah jumlah uang yang dibayarkan.

Amortisasi terhadap hak cipta ini sesuai masa yang ditetapkan atau

diamortisasi sekaligus apabila masanya kurang dari yang ditetapkan dan

tidaksiran masa sesuai jumlah yang akan terjual.

 Merek Dagang

Tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka,

susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang digunakan

pada barang atau jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau bebrapa

orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan

barang-barang atau jasa-jasa sejenisnya. Merek dagang (trade mark)

biasanya didaftarkan terlebih dahulu dan dilindungi oleh undang-undang

yang penggunaannya tidak terbatas. Cara memperoleh merek dagang ini

dapat dengan pembelian atau dibuat sendiri. Harga perolehan hak merek

dagang meliputi biaya perencanaan, gambar/desain gambar, biaya

sayembara pembuatan lambang, dan lain-lain termasuk biaya pengurusan

izin merek dagang, hingga sertifikat merek dagang diterima. Mengingat

timbulnya yang tidak terbatas inilah maka tidak dilakukan amortisasi,

tetapi timbulnya asmsi perubahan masa mendatang, maka merek dagang

akan diamortisasi dalam masa yang pendek.

 Waralaba / Franchise

8
Waralaba (franchise) merupakan hak untuk menggunakan fasilitas-

fasilitas Tern tentu yang dimiliki oleh suatu pihak (Franchisor) kepada

pihak lain sebagaipengguna fasilitas (franchisee). Franchisee hanya berhak

untuk menggunakan hak franchaise untuk kepentingannya sesuai dengan

perjanjian yang disepakati, tidak mempunyai hak untuk menjual atau

mengalihkan hak franchise kepada pihak lain. Bagi franchisor harga

perolehan hak franchise adalah sebesar uang yang dikeluarkan untuk

mengurus ijin hak franchise hingga sertifikat franchise diterima.

Sedangkan harga perolehan hak franchisee adalah sebesar harga yang

dibayarkan kepada franchisor. Ada 2 jenis kelompok franchises yaitu :

1. Sisem franchise untuk produk dan jasa

2. Sistem franchise lisensi untuk merk dagang.

 Hak Sewa (Lease hold)

Leasehold adalah hak dari penyewa untuk menggunakan aset aset tetap

dalam suatu perjanjajian sewa menyewa. Bila sewa dibayar setiap periode

maka biaya sewa tadi dibebankan dalam periode terjadinya. Jika sewa dibayar

dimuka untuk beberapa tahun maka ada dua perlakuan yaitu sebagai berikut :

1. Diperlakukan sebagai sewa dibayar dimuka yang termasuk dalam aset

lancar. Perlakuan seperti ini bila biaya sewa tadi dibayar untuk beberapa

periode yang relatif tidak lama.

9
2. Diperlakukan sebagai aset tetap tidak berwujud jika sewa yang dibayar

dimuka itu untuk beberapa periode yang relatif lama. Hak sewa diperoleh

dari transaksi sewa aset tertentu, disahkan oleh notaris dan dalam tempo

kurun waktu tertentu. Contohnya : sewa gedung, sewa kendaraan, sewa

mesin, alasan hak sewa diakui sebagai aset tidak berwujud karena :

• Memberikan kontribusi bagi perusahaan di masa mendatang

• Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi

Biaya sewa yang dibayar dimuka yang dikategorikan sebagai aset

lancar atau aset tetap tidak berwujud harus dialokasikan sebagai beban

periodik selama jangka waktu sewa. Bila jangka waktu sewa itu panjang dan

sewa dibayar dimuka dicatat dalam kelompok aset tetap tidak berwujud.

Amortisasi setiap periodenya dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

• Garis lurus

• Nilai tunai

Rekening yang digunakan untuk mencatat uang sewa yang dibayar di

muka dan dikelompokkan dalam aset tetap tidak berwujud adalah Leasehold.

Amortisasi setiap periode dicatat dalam debit rekening biaya sewa dan

kreditnya rekening Leasehold. Selama jangka waktu sewa jika oleh penyewa

dilakukan perbaikan atau penambahan terhadap aset yang disewanya, biaya

perbaikan ini menjadi beban penyewa. Pada saat jangka waktu sewa berakhir,

perbaikan tadi menjadi milik pemilik aset. Jadi penyewa hanya dapat

10
memanfaatkan perbaikan tadi selama jangka waktu sewa. Biaya perbaikan

yang dikeluarkan oleh penyewa dicatat dalam rekening Perbaikan Aset Yang

Disewa. Rekening masuk dalam kelompok aset tetap tidak berwujud. Biaya

yang dikeluarkan untuk perbaikan aset yang disewa diamortisasi selama

jangka waktu sewa atau umur perbaikan tadi pilih yang lebih pendek.

Walaupun perbaikan yang dilakukan penyewa akan menaikkan nilai aset

pemilik akan mencatat kenaikan nilai aset jika jangka waktu sewa sudah

selesai. Pada waktu tersebut jika perbaikan itu masih bernilai akan dicatat oleh

pemilik. Namun terkadang perbaikan yang dilakukan penyewa sudah habis

umurnya pada saat jangka waktu sewa itu selesai, sehingga pemilik tidak

memperoleh manfaat dan tidak perlu menaikkan nilai asetnya.

 Hak Eksklusif

Adalah hak khusus yang diberikan oleh negara untuk mengelola

fasilitas public atau sumber daya alam yang dimiliki negara. Harga perolehan

hak eksklusif meliputi biaya survey, biaya riset, biaya pemetaan, biaya

eksplorasi, biaya pengadaan/pembangunan berbagai fasilitas, biaya perizinan,

dan biaya lain-lain terkait dengan upaya perolehan hak tersebut hingga hak

eksklusif tersebut dinyatidakan siap untuk memberikan kontribusinya pada

operasi perusahaan.

11
2. Aset tetap tidak berwujud yang timbul karena aktivitas penelitan dan

pengembangan produk, adanya nilai lebih perusahaan, perubahan struktur,

kepemilikan dalam perusahaan, reorganisasi perusahaan ataupun rearrangement

sistem.

 Formula dan Proses Rahasia

Adalah hak atas penemuan suatu rumus atau formula atau proses

pembuatan suatu produk. Harga perolehan aset tidak berwujud ini meliputi

semua biaya yang dikeluarkan atau ditanggung perusahaan dalam rangka

memperoleh hak tersebut, yaitu biaya riset, biaya percobaan-percobaan, biaya

perizinan, dan biaya lain-lain yang terkait dengan perolehan hak ini. Harga

perolehan aset tidak berwujud ini jika dibeli meliputi harga perolehan dan

biaya-biaya lain yang terkait dengan pembelian aset tidak berwujud tersebut.

 Software (perangkat lunak komputer)

Adalah kumpulan konsep, aktivitas dan prosedur yang digunakan

dalam program komputer untuk melaksanakan suatu fungsi atau pekerjaan

tertentu. Harga peroleh perangkat lunak komputer yang dibeli adalah sebesar

harga beli ditambah semua biaya sampai perangkat lunak komputer siap

digunakan. Apabila perusahaan mengembangkan sendiri perangkat lunak

komputer maka harga perolehannya adalah semua biaya yang dikeluarkan

12
untuk membuat perangkat lunak komputer tersebut. Harga perolehan tersebut

akan diamortisasi selama umur ekonomisnya.

 Beban yang Ditangguhkan

Biaya yang ditangguhkan (deffered cost) dikategorikan sebagai aset

tidak berwujud. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa aset tidak

berwujud mempunyai nilai berupa hak, tetapi pada biaya yang ditangguhkan

ini memperoleh nilai karena adanya pembayaran di muka yang biasanya

menyangkut masa yang lama. Konsekuensinya setiap tahun dilakukan

amortisasi sebagai contoh amortisasi atas biaya pendirian. Biaya-biaya yang

terjadi dalam mendirikan perusahaan seperti izin, pajak biaya cetidak saham,

dan formulir dikapitalisasi dalam rekening Biaya Pendirian. Namun demikian,

hal yang berkaitan dengan biaya pendirian diamortisasi atau tidak diamortisasi

memang ada beberapa pendapat. Apabila biaya pendirian ini memberikan

mnafaat selama perusahaan berdiri, maka biaya pendirian setelah

dikapitalisasi tidak diamortisasi sehingga tampak terus-menerus di neraca.

Sebaliknya terhadap biaya pendirian tidak memberi manfaat langsung akan

diamortisasi tergantung kebijakan perusahaan.

 Goodwill

13
PSAK No.19 Revisi 2010 Paragraf 47 menyatidakan bahwa goodwill

yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset karena goodwill

tersebut bukan merupakan suatu sumber daya teridentifikasi artinya tidak

dapat dipisahkan dan tidak timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain

yang dikendalikan oleh entitas dan dapat diukur secara andal biaya

perolehannya. Apabila dalam suatu kasus bahwa entitas melakukan

pengeluaran untuk menghasilkan manfaat ekonomi masa depan, tetapi

pengeluaran tersebut tidak berakibat pada timbulnya aset tidak berwujud yang

dapat diakui dengan PSAK No. 19. Pengeluaran tersebut sering dianggap

memberikan kontribusi timbulnya goodwill yang dihasilkan secara internal.

Dapat terjadi kesulitan menentukan aset tidak berwujud yang dihasilkan

secara internal apakah memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset tidak

berwujud antara lain dalam hal :

1. Menentukan apakah telah timbul dan saat timbulnya, aset teridentifikasi

yang akan menghasilkan manfaat ekonomi masa depan;

2. Menentukan biaya perolehan aset secara andal.

Dapat terjadi biaya untuk menghasilkan aset tidak berwujud tidak

dapat dibedakan dengan biaya untuk memelihara atau meningkatkan goodwill

yang dihasilkan secara internal atau biaya operasional. Seperi yang telah

dijelaskan sebelumnya, goodwill adalah aset tidak berwujud yang tidak dapat

didefinisikan secara khusus. Bahasan dari akuntansi komersial, goodwill

sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (rate of

14
return) atau kondisi normal sebagai akibat adanya faktor tertentu yang

mendukung, misalnya letidak perusahaan, nama yang dikenali masyarakat

pada umumnya, dan lain sebagainya, goodwill dicatat ketika terjadi:

o Pembelian

o Merger; reorganisasi, perubahan bentuk usaha, dan perubahan

kepemilikan

Variabel yang menentukan dalam perhitungan goodwill antara lain:

o Rate of return atau proyeksi laba yang dihasilkan dimasa yang

akan datang;

o Nilai aset diluar goodwill

Penetapan besarnya goodwill dapat digunakan dua cara, yaitu:

o Kapitalisasi penghasilan bersih rata-rata (capitalization of average

income);

o Kapitalisasi kelebihan penghasilan rata-rata (capitalization of

average exess income)

 Biaya penelitan dan pengembangan

Di perusahaan-perusahaan besar ada divisi yang khusus melakukan

penelitian dan percobaan untuk memperbaiki dan mengembangkan proses

produksi maupun produknya. Biaya penelitian dan pengembangan dapat

dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya atau dikapitalisir dan

15
dikelompokkan dalam aset tidak berwujud. Pemilihan salah satu cara ini

didasarkan pada kemungkinan sukses tidaknya penelitian atau pengembangan

tersebut.

2.2.3 Perlakuan Akuntansi terhadap Aset Tetap tidak berwujud

a. Pada saat didapat

Masalah Akuntansi saat didapat menyangkut penentuan harga

perolehan aset bersangkutan.

o Apabila aset dibeli secara tunai, maka harga perolehan aset

diukur dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan

aset tersebut.

o Apabila aset diperoleh melalui transaksi selain pembelian tunai,

maka harga perolehan diukur dengan harga pasar saat ini dari

barang atau jasa yang dikorbankan untuk mendapatkan aset

tersebut.

o Apabila aset diperoleh dengan riset dan pengembangan yang

dilakukan oleh perusahaan itu sendiri, pada umumnya tidak

dicatat tersendiri.

b. Dalam masa penggunaan

Jenis dan klasifikasi aset tetap tidak berwujud. Masalah akuntansi

dalam masa penggunaan menyangkut usaha untuk mempertahankan atau

16
menjaga pemilikan atas aset dan program alokasi harga perolehan aset

tersebut sesuai dengan masa kegunaannya (amortisasi).

o Amortisasi ini dilakukan hanya untuk aset aset tetap tidak

berwujud yang terbatas masa kegunaannya.

o Cara dan metode amortisasi sama dengan amortisasi terhadap aset

tetap.

c. Pemberhentian aset tetap tidak berwujud

Pemberhentian aset tetap tidak berwujud terjadi apabila:

o Aset yang bersangkutan dijual

o Aset yang bersangkutan ditukar dengan aset lain

o Karena sebab lain sehingga aset tersebut harus dihapuskan.

Perlakuan akuntansi pemberhentian aset tetap tidak berwujud sama

dengan perlakuan akuntansi pemberhentian aset tetap berwujud.

2.3 Amortisasi dan Deplesi

2.3.1 Amortisasi

Pengertian Amortisasi sesuai PSAK 19 (revisi 2010) yaitu alokasi sistematis

jumlah tersusutkan aset tidak berwujud selama umur manfaatnya. Pada saat tertentu

nilai aset tidak berwujud akan habis. Oleh karena itu, harga perolehan aset tidak

berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama tidaksiran masa manfaat, dan

tidak boleh dibebankan seluruhnya pada periode perolehan. Periode amortisasi

harus dievaluasi secara teratur, apakah peristiwa atau kondisi selanjutnya menuntut

17
adanya perubahan tidaksiran masa manfaat yang sebelumnya telah ditentukan

apabila terjadi perubahan, jumlah harga perolehan yang belum diamortisasi harus

menjadi beban sisa masa manfaat yang baru, namun dipersyaratkan untuk tidak

melebihi 20 (dua puluh) tahun dari tanggal perolehan. Sebagaimana juga diketahui

bahwa periode amortisasi tidak boleh 20 (dua puluh) tahun atas dasar pertimbangan

bahwa pada masa tersebut banyak terjadi perkembangan, sehingga waktu lebihnya

aset tidak berwujud diperkirakan manfaat keekonomiannya tidak ada lagi.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat

aset tidak berwujud (PSAK No. 19 Revisi 2010) adalah sebagai berikut.

1. Ketentuan hukum, peraturan, dan perjanjian yang membatasi masa manfaat

maksimum

2. Kemungkinan untuk memperbaharui atau memperpanjang batas masa

manfaat yang telah ditentukan.

3. Pengaruh keuangan, permintaan, persaingan, dan faktor perubahan ekonomi

teknologi yang mempengaruhi masa manfaat.

4. Perkiraan tindakan yang akan dilakukan oleh pesaing, pelaksana hukum atau

peraturan dan lainnya yang membatsai keunggulan dalam daya saing

(competitive advantage).

5. Adanya masa manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang

diharapkan tidak dapat ditidaksir secara wajar.

6. Kemungkinan aset tidak berwujud terdiri atas beberapa jenis atau faktor

yang mempunyai masa manfaat berbeda. Untuk menetapkan besarnya biaya

18
amortisasi yang dibebankan setiap periode dihitung dengan memperhatikan

metode yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud. Praktik

akuntansi komersial metode amortisai aset tidak berwujud pada umumnya

menggunakan metode garis lurus dengan rumus :

Biaya Amortisasi = % Tarif X Harga Perolehan aset tidak berwujud

Namun ada pengecualian apabila terdapat metode lain yang lebih sesuai

dengan kondisi perusahaan. Sebagai contoh, PT Angkut.id mengeluarkan

seluruh biaya Rp 750.000.000,00 untuk memperoleh hak paten yang dibayarnya

tunai untuk masa manfaat 5 (lima) tahun. Dengan menggunakan metode garis

lurus, besarnya amortisasi setiap tahun = 1/5 x Rp 750.000.000,00 = Rp

150.000.000,00. Berdasarkan data di atas, ayat jurnal yang disusun adalah

sebagai berikut :

1. Pada saat pembayaran

Hak Paten (D) Rp 750.000.000,00

Kas dan Bank (K) Rp 750.000.000,00

2. Pada saat pembebanan

Biaya Amortisasi (D) Rp 150.000.000,00

Hak Paten (K) Rp 150.000.000,00

2.3.2 Deplesi

19
Pada akuntansi komersial aset tidak berwujud dikelompokkan menjadi asset

dengan masa manfaat yang dibatasi oleh ketentuan hukum yaitu atas dasar

ketentuan, persetujuan atau sifat dari aset itu sendiri. Terdapat pula aset tidak

berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas sebagai contoh goodwill dan merek

dagang. Sedangkan perlakuan akuntansi untuk tujuan pajak dalam undang-undang

pajak tidak diatur secara tersendiri. Masalah pengelompokan sesuai ketentuan

perundang-undangan perpajakan akan dibahas pada bahasan amortisasi. Perusahaan

dapat juga memperolah hak, berupa hak untuk pengelolaan sumber alam berupa

penggalian atau pemanfaatannya. Biaya-biaya yang berkaitan dengan penguasaan

akan semakin berkurang setiap periodenya. Hal ini sebagai akibat penggalian atau

pemanfaatan sumber alam. Deplesi pada prinsipnya dapat disamakan dengan

penyusutan seperti pada aset berwujud.

Sebagai contoh dalam perhitungan deplesi yaitu PT Angkut.id membayar

tunai sebesar Rp1.000.000.000,00 untuk mendapatkan hak pengelolaan sumber

alam (Hak Penguasaan Hutan – HPH). Total cadangan kayu yang berada pada HPH

tersebut 500.000.000 m3 (meter kubik). Selama tahun 2016 dapat dihasilkan

60.000.000 m3. Tarif deplesi dihitung :

60.000.000 m3
Tarif Deplesi = x 100% = 12%
500.000.000 m3

Berarti biaya deplesi tahun 2016 = 12% x Rp1.000.000.000,00 = Rp120.000.000,00

20
Dalam akuntansi komersial alokasi sistematis dan rasional biaya peralihan sumber

alam dikenal sebagai deplesi. Dalam ketentuan undang-undang perpajakan tidak

mengenal istilah tersebut. Oleh karena itu, masalah alokasi sistematis dan rasional

atas hak pemanfaatan sumber alam dimasukkan dalam bentuk amortisasi. Jadi

amortisasi setara dengan deplesi.

Ayat jurnal yang disusun :

Biaya Deplesi (D) Rp 120.000.000,00

Akumulasi Deplesi (K) Rp 120.000.000,00

2.4 Amortisasi dalam Akuntansi Pajak

Pengertian aset tidak berwujud PSAK No. 19 (Revisi 2010) adalah asset non

moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Aset tersebut sebagai aset tidak lancer

(non current aset) dan tidak berbentuk ini memberikan hak keekonomian dan

hokum kepada pemiliknya. Termasuk dalam aset tidak berwujud seperti hak paten,

hak merek, goodwill, biaya pendirian, dan lain-lain.

Perlakuan akuntansi aset tidak berwujud menyangkut masalah yang tidak

berbeda dengan perlakuan akuntansi aset tetap. Kesulitan yang dihadapi dalam

pemecahan masalah perlakuan akuntansi aset tidak berwujud pada umumnya karena

sifat asset yang tidak ada wujud fisik berakibat bukti keberadaan kabur, termasuk

kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomian. Nilai

aset tidak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga harga

perolehan aset tidak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama tidaksiran

masa manfaat dan tidak boleh dibebankan sekaligus pada periode perolehan.

21
2.4.1 Periode dan Metode Amortisasi

Sebagaimana diatur dalam paragraf 97 PSAK No. 19 terlihat adanya klasifikas aset

tidak berwujud berdasarkan periode amortisasi yaitu sebagai berikut :

1. Aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas.

Terhadap jumlah tersusutkan aset tidak berwujud dengan umur

manfaat terbatas dialokasikan secara sistematis selama umur manfaatnya.

Amortisasi dimulai saat tersedia untuk digunakan dan akan juga dihentikan

atau berakhir pada waktu manakah yang lebih dahulu antara aset tidak

berwujud digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan

PSAK No. 58 (Revisi 2009) tentang aset tidak lancar yang dimiliki untuk

dijual dan operasi yang dihentikan pengakuanya.

Metode amortisasi pada aset tidak berwujud digunakan untuk

menggambarkan pola konsumsi entitas atas manfaat ekonomi masa depan

yang diharapkan. Namun demikian bila pola tersebut tidak dapat ditentukan

secara andal, akan digunakan metode garis lurus. Besarnya amortisasi yang

dibebankan setiap periode diakui dalam laporan laba rugi. Tetapi

dikecualikan bila PSAK lain mengizinkan atau mensyaratkan amortisasi

tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lain. Pengertian jumlah

tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan

pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya. Sedang nilai residu

dalam aset tidak berwujud yaitu jumlah estimasian yang dapat diperoleh

entitas saat ini dari pelepasan aset setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan

22
aset, bila aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir

umur manfaatnya.

2. Aset tetap tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas

Terhadap aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas

tidak diamortisasi. PSAK No. 48 (Revisi 2009) tentang penurunan nilai aset

bahwa entitas disyaratkan untuk menguji aset tidak berwujud dengan umur

manfaat tidak terbatas untuk menurunkan nilai dengan membandingkan

jumlah terpulihkan dengan jumlah tercatatnya setiap tahun dan saat ada

indikasi penurunan.

Amortisasi menurut akuntansi pajak berdasarkan pada pasal 11A Undang-

Undang Pajak Penghasilan. Pasal 11A tersebut menyebutkan bahwa amortisasi

dilakukan terhadap pengeluaran untuk memperoleh harta tidak berwujud dan

pengeluaran lainnya, termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna

usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari

1 (satu) tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan. Istilah yang digunakan dalam akuntansi pajak adalah harta tidak

berwujud tetapi mempunyai makna yang sama dengan aset tidak berwujud. Metode

yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud menurut akuntansi pajak

adalah :

1. Metode garis lurus

2. Metode saldo menurun

23
Tetapi istilah yang digunakan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan

bahwa amortisasi dilakukan dalam bagian – bagian yang sama besar atau dalam

bagian yang menurun selama masa manfaat (metode garis lurus). Pengelompokan

Aset Tetap Tidak berwujud dan Tarif Amortisasi Untuk tujuan pajak dalam

menghitung amortisasi aset tetap tidak berwujud, terlebih dahulu aset tersebut

dikelompokan sesuai dengan masa manfaatnya. Untuk lebih jelasnya

pengelompokan masa manfaat dan tarif amortisasi terlihat sebagai berikut :

Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Amortisasi


Tidak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12.5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6.25% 12.5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Penetapan masa manfaat dan tarif amortisasi dimaksudkan untuk

memberikan keseragaman dalam melakukan amortisasi. Metode yang digunakan

sesuai dengan metode yang dipilih berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya.

Kemungkinan dapat terjadi bahwa masa manfaat aset tidak berwujud tidak

tercantum pada kelompok masa manfaat, maka wajib pajak menggunakan masa

manfaat terdekat. Sebagai contoh aset tetap tidak berwujud masa manfaatnya

sebenarnya 6 (enam) tahun, dapat menggunakan kelompok masa manfaat 4 (empat)

tahun atau 8 (delapan) tahun. Demikian halnya apabila masa manfaat sebenarnya 5

(lima) tahun, maka menggunakan kelompok masa manfaat 4(empat) tahun.

Contoh:

24
Untuk memperoleh hak paten perusahaan telah mengeluarkan uang tunai sebesar

Rp150.000.000,00. Masa manfaat hak paten tersebut 4 (empat) tahun.

1. Penghitungan amortisasi setiap tahun dengan menggunakan metode garis

lurus = 25% x Rp150.000.000,00 = Rp37.500.000,00

2. Penghitungan amortisasi setiap tahun dengan menggunakan metode

saldo menurun = 50% x Rp150.000.000,00 = Rp75.000.000,00

2.4.2 Saat Amortisasi dan Amortisasi pada Akhir Masa Manfaat

Sesuai akuntansi pajak bahwa pada akhir masa manfaat, aset tetap tidak

berwujud akan diamortisasi sekaligus. Khusus untuk amortisasi aset tetap tidak

berwujud menggunakan metode amortisasinya dengan metode saldo menurun.

Ketentuan Khusus

Pada ketentuan khusus ini mengatur masalah sebagai berikut.

1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya pengeluaran modal suatu

perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi

sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Amortisasi terhadap pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran

lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang

penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan metode Satuan

Produksi. Metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentase

tarif amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase

perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada

25
tahun yang bersangkutan dengan tidaksiran jumlah seluruh

kandunganminyak dan gas bumi dilokasi tersebut. Apabila ternyata jumlah

produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga

masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperolah hak atau pengeluaran

lain, maka atas sisa pengeluaran dapat dibebankan sekaligus dalam tahun

pajak yang bersangkutan.

Contoh:

PT Angkut.id mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak

penambangan minyak dan gas bumi disuatu lokasi sebesar

Rp800.000.000,00. Tidaksiran jumlah kandungan minyak sebesar

200.000.000 barel produksi sebenarnya 50.000.000 barel.

a. Tarif amortisasi = (50.000.000/200.000.000) x 100% = 25%

Amortisasi tahun I = 25% x Rp800.000.000 = Rp200.000.000

b. Produksi sebenarnya tahun II sebesar 75.000.000 barel

Tarif amortisasi = (75.000.000/200.000.000) x 100% = 37,5%

Tarif amortisasi Tahun II = 37,5% x Rp800.000.000 = Rp300.000.000

3. Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun selain minyak dan

gas bumi, hak penguasaan hutan dan hak penguasaan sumber alam, serta

hasil alam lainnya, seperti hak penguasaan hasil laut, diamortisasi

26
berdasarkan metode satuan produksi dengan jumlah paling tinggi 20%

(dua puluh persen) setahun.

Contoh :

Pengeluaran untuk memperoleh hak penguasaan hutan sebesar Rp

800.000.000,00.Potensi hutan tersebut 10.000.000 ton kayu

a. Produksi sebenarnya tahun I = 1.000.000 ton

Tarif amortisasi = (1000.000/10.000.000) x 100% = 10%

Amortisasi = 10% x Rp800.000.000,00 = Rp80.000.000,00

b. Apabila produksi sebenarnya Tahun II sebesar 3.000.000 ton atau

30% potensi tersedia, maka amortisasi tahun tersebut 20% x

Rp800.000.000,00 = Rp160.000.000,00

4. Amortisasi ats pengeluaran yang dilakukan operasi komersial

mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Terhadap

pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi terlebih dahulu. Pengertian

biaya-biaya adalah yang dikeluarkan sebelum operasi komersial, sebagai

contoh biaya studi kelayakan dan biaya produksi percobaan tetapi tidak

termasuk biaya operasional rutin (gaji pegawai, rekening listrik, dan

sebagainya). Biaya rutin ini akan dibebankan sekaligus pada tahun

pengeluaran.

5. Amortisasi terhadap goodwill. Ketentuan perundang-undangan

perpajakan memperkenankan untuk mengamortisasi goodwill

sebagaimana diatur dalam pasal 11A Undang-Undang Pajak

27
Penghasilan. Goodwill sebenarnya termasuk juga aset tidak berwujud,

tetapi tidak dapat diidentifikasikan khusus dan memang tiak terpisah dari

perusahaan. Praktik akuntansi komersial dilakukannya amortisasi

terhadap Goodwill. Apabila ditinjau dari sisi ekonomi, goodwill

menunjukkan kemampuan lebih perusahaan dalam memperoleh laba

diatas normal dari rata-rata perusahaan sejenis. Oleh karena itulah

goodwill merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang melekat

pada eksistensi perusahaan. Hal ini juga yang menjadikan alasan praktik

akuntansi pajak sebelum perubahan Undang-Undang Pajak tidak

memperkenankan melakukan amortisasi terhadap goodwill. Tetapi

setelah terjadi perubahan Undang-Undang PPh terakhir dengan Undang-

Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana

diatur dalam Pasal 11A bahwa goodwill diamortisasi asalkan mempunyai

masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

28
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Dari definisi – definisi yang telah diutarakan diatas, dapat diketahui bahwa

Aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang tidak termasuk di dalam aset

keuangan yang tidak memiliki bentuk fisik tetapi memberikan kontribusi nyata bagi

perusahaan. Banyak aset tidak berwujud diperoleh dari hak kontraktual atau dari

pemerintah.

Aset tetap tidak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang

memiliki eksistensi fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka

panjang dan menjadi subjek amortisasi, klasifikasi Aset Tidak Berwujud yaitucara

akuisisi (manner of acquisition), dapat diidentifikasi (identifiability), dapat

dipertukarkan (exchangeability), periode manfaat yang diharapkan (period of

expected benefit).

29
Amortisasi menurut akuntansi pajak berdasarkan pada pasal 11A Undang-

Undang Pajak Penghasilan. Pasal 11A tersebut menyebutkan bahwa amortisasi

dilakukan terhadap pengeluaran untuk memperoleh harta tidak berwujud dan

pengeluaran lainnya, termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna

usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari

1 (satu) tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan.

3.2. Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas

partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat

dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa

penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu,

dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan

menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat

memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.

30
DAFTAR PUSTIDAKA

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Bersama Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

https://akuntansiz.blogspot.com/2018/03/jenis-dan-klasifikasi-aset-tetap.html

http://akuntansi2011a.blogspot.com/2013/01/aset-tidak-berwujud.html

https://manajemenkeuangan.net/8-aset-tetap-tidak-berwujud-yang-sebaiknya-diketahui-
orang-akuntansi-keuangan-dan-pengusaha/

http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/12/aset-tetap-tidak-berwujud-
intangible.html

https://jojonomic.com/blog/aset-tidak-berwujud/

https://www.akuntansionline.id/macam-perolehan-nilai-aset-tidak-berwujud/

31

Anda mungkin juga menyukai