Disusun Oleh
Kelompok 5
Nama :
Ahmad Maulidang (6162022074)
Aldha Triyana Yolanda (6162022109)
Hasbia (6162022020)
Aditya Rahman (6162022
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PELITA BUANA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
BAB 1............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 KARAKTERISTIK............................................................................................6
2.2 MASALAH AKTIVA TAK BERWUJUD (Penilaian, Penyusutan dan
Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud)....................................................................7
2.3 JENIS-JENIS AKTIVA TAK BERWUJUD.......................................................9
2.4 PENURUNAN NILAI AKTIVA TAK BERWUJUD........................................14
2.5 BIAYA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN.........................................16
2.6 PENYAJIAN POS-POS TAK BERWUJUD DAN POS YANG
BERHUBUNGAN...................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap Entitas pasti memiliki aktiva tak berwujud yang digunakan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan
keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur
panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud
bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Dimana Aktiva tak berwujud
merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan
disajikan sebagai Aset Lainnya.
Entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan laibilitas
dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tidak
berwujud, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem
atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan
merek dagang.
Aktiva tak berwujud merupakan non-monetary asset yang tidak memiliki wujud
fisik yang terdapat dalam neraca perusahaan, yang digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa. Dalam melakukan analisa terhadap aktiva tak berwujud terdapat
berbagai kesulitan, seperti kapan aktiva tak berwujud diakui serta bagaimana
penilaian, pengukuran, dan pelaporannya dalam neraca perusahaan.
Seiring dengan tuntutan seluruh pihak yang menginginkan adanya perlakuan
akuntansi yang memadai untuk aktiva tak berwujud, maka pada tanggal 24 Juni 2000
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Exposure Draft Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (ED PSAK) No. 19 Revisi 2000 tentang Aktiva Tak Berwujud.
4
Oleh karena itu, setiap orang yang akan dan telah berkecimpung dalam dunia
profesi akuntan selayaknya dapat benar-benar memahami konsep aktiva tak
berwujud, perlakuan akuntansinya, dan penyajiannya dalam laporan keuangan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KARAKTERISTIK
Aktiva yang paling penting bagi banyak perusahaan besar di dunia bukanlah
persediaan, peralatan, gedung kantor ataupun kendaraan operasional dengan harga
milyaran, melainkan citra merek. Kita menghadapi ekonomi yang didominasi oleh
penyedia informasi atau jasa, dan aktiva utamanya bersifat tidak berwujud.
6
lebih dari satu periode. Oleh karena itu, perusahaan biasanya
mengklasifikasikannya sebagai Aset tidak lancar.
7
Sama seperti aktiva lainnya, aktiva tak berwujud juga memiliki umur manfaat
yang terbatas dan tidak terbatas. Untuk aktiva tak berwujud yang meiliki batas umur
manfaat, perusahaan umumnya mengamortisasi aktiva tersebut dengan pembebanan
sistematis selama umur manfaatnya. Umur manfaat ini harus mencerminkan periode-
periode di mana aktiva-aktiva tersebut memberikan kontribusi terhadap arus kas.
Faktor –faktor untuk menentukan umur manfaat diantaranya adalah :
1. Perkiraan penggunaan aktiva tersebut oleh perusahaan
2. Perkiraan umur manfaat aktiva lainnya yang terkait dengan umur manfaat
aktiva tak berwujud tersebut
3. Persyaratan hukum, undang-undang, dan kontrak yang akan membatasi umur
manfaat suatu aktiva tak berwujud
4. Persyaratan hukum, undang-undang, dan kontrak yang akan memperpanjang
umur kontrak aktiva tersebut tanpa biaya besar
5. Dampak dari keusangan, permintaan, persaingan, dan faktor-faktor ekonomi
yang lain, seperti stabilitas industry, kemajuan teknologi, kebijakan legislatif,
yang berakibat pada ketidakpastian atau perubahan lingkungan peraturan, dan
perubahan pada jalur distribusi
6. Tingkat beban pemeliharaan yang diperlukan untuk mendapatkan arus kas
yang diharapkan dari aktivitas tersebut
Jumlah beban amortisasi untuk aktiva tak berwujud dengan umur manfaat yang
terbatas harus mencerminkan pola konsumsi atau pola pemakaian aktiva tersebut oleh
perusahaan, jika perusahaan itu dapat dengan pasti menentukan polanya. Ketika
perusahaan mengamortisasi lisensi-lisensi produknya, perusahaan harus menunjukkan
biaya itu sebagai beban. Kredit harus dilakukan ke akun aktiva yang sesuai maupun
kea kun akumulasi amortisasi yang terpisah. Jumlah aktiva tak berwujud yang akan
diamortisasi adalah biaya dikurangi nilai sisa. Nilai sisa yang dimaksud diasumsikan
nol, kecuali pada akhir umur manfaatnya.
8
Sebuah aktiva tak berwujud dikatakan memiliki umur yang tidak terbatas apabila
tidak ada faktor hukum, perundangan, kontrak, persaingan atau faktor-faktor lainnya
yang membatasi umur manfaat dari sebuah aktiva tersebut. Maksudnya, tidak ada
batas yang dapat diperkirakan dalam periode waktu dimana aktiva tersebut dapat
memberikan arus kas. Untuk aktiva yang tidak memiliki batas umur manfaat tidak
diamortisasi. Perusahaan harus menguji apakah aktiva tak berwujud dengan umur tak
tervatas tersebut mengalami penurunan. Pengujian penurunan untuk penurunan untuk
aktiva tak berwujud dengan umur tak terbatas ini berbeda dengan yang dipakai untuk
aktiva tak berwujud dengan umur terbatas, dalam hal bahwa hanya pengujian nilai
wajar saja yang dilakukan. Aktiva tak berwujud dengan umur tak terbatas tidak akan
pernah gagal dalam pengujian pemulihan arus kas tak berdiskonto karena arus kas
dapat diperpanjang ke masa depan secara tidak terbatas.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud bergantung pada umur aktiva tak berwujud
tersebut, baik terbatas maupun tidak terbatas. Aktiva tak berwujud dikategorikan
menjadi enam, yaitu:
1. Pemasaran aset tidak berwujud yang terkait (marketing-related intangible asset)
2. Pelanggan aset tidak berwujud yang terkait (customer-related intangible asset)
3. Artistik aset tidak berwujud yang terkait (artistic- related intangible asset)
4. Kontrak aset tidak berwujud yang terkait ( contract- related intangible asset)
5. Teknologi aset tidak berwujud yang terkait ( technology-related intangible asset)
6. Goodwill
9
simbol yang membedakan atau mengidentifikasi suatu perusahaan atau produk
tertentu dengan produk lainnya. Baik terdaftar maupun tidak, hak untuk
menggunakan merek dagang atau nama dagang secara eksklusif berada pada
pengguna awal selama masa penggunaannya. Sehingga perusahaan yang
menggunakan merek dagang atau nama dagang yang telah dietetapkan dapat
menganggapnya memiliki umur yang tidak terbatas.
Jika suatu perusahaan memperoleh merek dagang atau nama dagang, maka biaya
yang dapat dikapitalisasi adalah harga pembelian. Jika suatu merek dagang atau nama
dagang dikembangkan oleh perusahaan tersebut, maka biaya yang dapat dikapitalisasi
termasuk biaya pengacara, biaya pendaftaran, biaya perancangan, biaya konsultasi,
dan biaya lainnya. Jika total biaya merek dagang atau nama dagang tidak signifikan,
maka biaya tersebut dapat dibebankan. Kebanyakan umur merek dagang atau nama
dagang adalah tidak terbatas. Oleh sebab itu, perusahaan tidak perlu mengamortisasi
biayanya.
Aktiva tak berwujud yang terkait dengan pelanggan pada umumnya diperoleh dari
interaksi dengan pihak luar perusahaan. Contohnya adalah daftar pelanggan, catatan
pesanan atau catatan produksi, dan hubungan dengan pelanggan yang terikat kontrak
maupun yang tidak terikat kontrak.
Contoh dari aktiva tak berwujud yang berhubungan dengan seni adalah hak
kepemilikan atas naskah drama, karya sastra, karya music, gambar-gambar, foto, dan
materi video dan audiovisual. Hak cipta melindungi hak kepemilikan tersebut. Hak
cipta adalah hak yang diberikan pemerintah kepada para penulis, pelukis, pemusik,
pematung, dan seniman lain atas kreasi dan ekspresi mereka. Hak cipta ini diberikan
selama umur penciptanya dan memberikan kepada pemilik, atau pewarisnya, hak
10
eksklusif untuk memproduksinya ulang dan menjual suatu pekerjaan artistik atau
yang dipublikasikan. Hak cipta tidak dapat diperbaharui. Biaya untuk memperoleh
dan mempertahankan suatu hak cipta dapat dikapitalisasi, tetapi biaya penelitian dan
pengembangan yang terlibat harus dibebankan pada saat terjadinya.
Aktiva tak berwujud yang terkait dengan kontrak adalah nilai dari hak yang
timbul dari perjanjian-perjanjian tertentu. Bentuk umum jenis aktiva tak berwujud
tersebut adalah waralaba atau franchise. Waralaba atau franchise adalah perjanjian
kontraktual, di mana pemilik waralaba memberikan hak kepada pemegang waralaba
untuk menjual produk atau jasa tertentu, untuk menggunakan merek dagang atau
nama dagang tertentu, atau melakukan fungsi-fungsi tertentu. Franchise memperoleh
hak untuk memanfaatkan ide-ide atau produk franchise dengan menandatangani
perjanjian waralaba. Jenis waralaba lainnya adalah perjanjian yang biasa dilakukan
oleh pemerintah kota dan penggunaan properti publik oleh suatu perusahaan bisnis.
Dalam hal ini, perusahaan yang dimiliki secara pribadi diijinkan untuk menggunakan
properti publik dan melakukan jasa-jasanya.
Waralaba dan lisensi dapat berlangsung selama periode waktu tertentu, selama
periode yang tidak terbatas, atau perpetual. Perusahaan yang telah mendapatkan hak
waralaba atau lisensi, mencatat suatu akun waralaba atau lisensi dalam
pembukuannya, hanya jika terdapat biaya yang diidentifikasi pada akuisisi hak
pengoperasian. Biaya waralaba dengan umur yang terbatas harus diamortisasi sebagai
beban operasi selama umur waralaba tersebut. Perusahaan seharusnya tidak
mengamortisasi biaya waralaba dengan umur yang tak terbatas atau waralaba
perpetual, tetapi seharusnya mencatat sebesar biayanya. Pembayaran tahunan yang
dilakukan perusahaan berdasarkan perjanjian waralaba harus dicatat sebagai beban
operasi dalam periode perjanjian tersebut terjadi. Jumlah tersebut bukan merupakan
11
aktiva karena tidak berhubungan dengan hak masa datang untuk menggunakan
property public.
6. Goodwill
Goodwill merupakan aktiva yang paling tidak berwujud dari aktiva tak berwujud
lainnya karena goodwill hanya dapat diidentifikasi pada bisnis secara keseluruhan.
Satu-satunya agar goodwill itu dapat dijual adalah dengan menjual bisnis secara
keseluruhan.
Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh dikapitalisasi. Pengukuran
komponen goodwill sangat kompleks dan menghubungkan setiap biaya dengan
manfaat masa depan yang tidak dapat diestimasi secara rasional. Manfaat masa depan
dari goodwill tidak memiliki hubungan dengan biaya yang dikeluarkan dalam
pengembangan goodwill tersebut. Goodwill dapat muncul tanpa biaya khusus dalam
pengembangannya. Sehingga karena tidak adanya transaksi objektif dengan pihak
luar yang telah dilakukan, maka subjektivitas bahkan misrepresentasi dapat terjadi.
Goodwill hanya dicatat jika keseluruhan perusahaan dibeli. Karena goodwill
merupakan suatu penilaian yang bersifat going concern dan tidak dapat dipisahkan
dari perusahaan secara keseluruhan. Untuk mencatat goodwill, nilai pasar wajar dari
12
aktiva berwujud bersih dan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi,
dibandingkan dengan nilai harga beli perusahaan yang diperoleh. Perbedaannya
dianggap sebagai Goodwill. Jadi, goodwill adalah nilai sisa kelebihan biaya atas
nialai wajar aktiva bersih yang dapat diidentifikasi yang diakuisisi.
Perusahaan yang mengakui goodwill dalam sebuah penggabungan usaha,
menganggapnya mempunyai umur yang tidak terbatas. Oleh karena itu, perusahaan
tidak boleh mengamortisasinya. Goodwill adalah aktiva tak berwujud yang paling
besar dari neraca suatu perusahaan dan komunitas investasi ingin mengetahui jumlah
yang diinvestasikan pada goodwill tersebut. Sehingga perusahaan harus
menyesuaikan nilai tercatatnya ketika goodwill mengalami penurunan nilai. Nilai
goodwill pada akhirnya akan habis, sehingga perusahaan harus mencatat goodwill ke
dalam biaya selama periode yang terpengaruh. Amortisasi goodwill akan
membandingkan beban dengan pendapatan dengan lebih baik.
Goodwill Negatif atau dikenal dengan istilah Badwill, muncul ketika nilai pasar
wajar aktiva yang diperoleh lebih tinggi daripada harga beli aktiva yang terkait.
Situasi ini timbul sebagai hasil dari ketidaksempurnaan sebuah pasar. Dalam hal ini,
penjual lebih baik menjual aktiva tersebut secara individu daripada secara
keseluruhan. Akan tetapi, situasi ini dapat terjadi jika harga beli lebih rendah daripada
nilai aktiva bersih yang dapat diidentifikasi, sehingga timbul istilah kredit. Kredit ini
dikenal sebagai goodwill negative atau kelebihan nilai wajar atas biaya aktiva yang
diperoleh, badwill, atau pembelian tersaing.
CONTOH
Selama tahun 2011 PT. Adijaya Perkasa mempunyai rincian data pencatatan aset tidak
berwujud seperti di bawah ini:
1 Februari 2011, Membeli paten, usia ekonomis 9 tahun RP 350.000.000,00
3 April 2011 Goodwill Rp 320.000.000,00
2April 2011 Membeli Franchise, usia ekonomis 7 tahun Rp 400.000.000,00
30Juni 2011 Membayar Copyright, usia ekonomis 5 tahun Rp 140.000.000,00
13
Buatlah pencatatan jurnal yang berhubungan dengan intangible asset dan
penghitungan amortisasinya!
Jurnal Pembelian:
Paten 350.000.000
Goodwill 320.000.000
Franchise 400.000.000
Copyright 140.000.000
Intangible Aset 1.210.000.000
Amortisasi:
BebanAmortisasi 95.746.031,7
Paten (350.000.000/9) 38.888.888,9
Franchise (400.000.000/7 x 9/12) 42.857.142,8
Copyright (140.000.000/5 x 6/12) 14.000.000
Jumlah yang tercatat dari aktiva tak berwujud tidak dapat dipulihkan. Oleh karena
itu, perusahaan harus menghapusnya. Penghapusan tersebut menyebabkan penurunan
nilai. Beberapa situasi penurunan nilai terhadap aktiva tak berwujud adalah sebagai
berikut :
a. Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud dengan Masa Manfaat Terbatas
Peraturan umum yang berlaku untuk penurunan nilai property, pabrik, dan
peralatan juga berlaku untuk aktiva tak berwujud dengan umur manfaat yang terbatas.
Property, pabrik, dan peralatan yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan
14
dianggap menurun nilainya apabila kejadian atau perubahan situasi menunjukkan
bahwa jumlah tercatat atau nilai buku aktiva tidak dapat dipulihkan.
Pengujian kemampuan pemulihan dilakukan agar perusahaan dapat mengestimasi
arus kas masa depan yang diharapkan akan diperoleh dari penggunaan aktiva dan
disposisi akhirnya. Jika jumlah arus kas bersih yang diharapkan di masa depan lebih
rendah dari nilai buku aktiva, maka kerugian penurunan nilai akan diukur dan diakui.
Kemudian, perusahaan menggunakan pengujian nilai wajar. Pengujian ini mengukur
kerugian penurunan nilai dengan membandingkan nilai wajar aktiva dengan nilai
bukunya. Kerugian penurunan nilai merupakan jumlah di mana nilai buku aktiva
kurang dari nilai wajar aktiva yang menurun nilainya. Kerugian pada aktiva tak
berwujud dengan umur terbatas dilaporkan sebagai bagian dari laba operasi yang
berlangsung terus-menerus. Ayat jurnalnya muncul pada beban dan kerugian lain-lain.
b. Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud dengan Umur Tidak Terbatas Selain
Goodwill
Aktiva tak berwujud dengan umur manfaat tak terbatas selain goodwill harus diuji
penurunan nilainya. Pengujian penurunan nilai untuk aktiva dengan umur manfaat
tidak terbatas selain goodwill ini adalah pengujian nilai wajar. Pengujian nilai wajar
akan membandingkan nilai wajar aktiva tak berwujud dengan jumlah yang tercatat.
Jika nilai wajar dari aktiva yang tak berwujud lebih kecil daripada jumlah yang
tercatat, maka penurunan nilainya diakui. Perusahaan memakai pengujian satu tahap
ini karena banyak aktiva dengan umur manfaat tidak terbatas dengan mudah lolos uji
pemulihan. Oleh karena itu, pengujian pemulihan tidak digunakan.
Aturan penurunan nilai untuk goodwill adalah proses dua tahap. Pertama,
perusahaan harus membandingkan nilai wajar unit yang dilaporkan terhadap jumlah
yang tercatat, termasuk goodwill. Jika nilai wajar unit yang dilaporkan melebihi
15
jumlah yang tercatat, maka penurunan nilai goodwill tidak dipertimbangkan. Namun,
jika nilai wajar lebih kecil daripada jumlah yang tercatat aktiva bersihnya, maka
perusahaan harus melakukan langkah kedua untuk menentukan penurunan nilai yang
mungkin terjadi. Pada tahap kedua ini, perusahaan menentapkan nilai wajar goodwill
dan membandingkannya dengan jumlah yang tercatat.
16
2. Personil. Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil
yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan harus dibebankan ketika
terjadi.
3. Aktiva Tak Berwujud yang Dibeli. Catat keseluruhan biaya sebagai beban,
kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternative di masa depan,
kemudian kapitalisasi dan amortisasikan.
4. Jasa Kontrak. Biaya jasa yang dilakukan oleh pihak lain sehubungan dengan
pelaporan penelitian dan pengembangan perusahaan harus dibebankan ketika
terjadi.
5. Biaya Tak Langsung. Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus
termasuk dalam biaya penelitian dan pengembangan, kecuali untuk biaya
administrasi dan umum, yang secara jelas harus berhubungan agar dapat
dimasukan dan dicatat sebagai beban.
Biaya Start-Up
Biaya start-up dikeluarkan dalam satu kali aktivitas untuk memulai operasi baru.
Biaya start-up mencakup biaya organisasional, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mengorganisasikan entitas baru, seperti berbagai jenis biaya hukum dan biaya
pemerintah daerah. Akuntansi untuk biaya start-up bersifat langsung, maksudnya
adalah biaya start-up dibebankan ketika dikeluarkan. Beberapa biaya yang terkait
dengan aktivitas start-up adalah:
1. Biaya yang berhubungan dengan perjalanan; biaya yang berhubungan dengan
gaji karyawan, dan biaya yang berhubungan dengan studi kelayakan,
akuntansi, pajak, serta urusan pemerintah.
2. Pelatihan karyawan lokal yang berhubungan dengan produk, pemeliharaan,
sistem computer, keuangan, dan operasi.
17
3. Perekrutasn, pengorganisasian, dan pelatihan yang berhubungan dengan
penetapan jaringan kerja distribusi.
Biaya Iklan
Perusahaan membebankan sebagian besar biaya iklan ketika iklan dikeluarkan
atau pertama kali iklan dimuat di media. Aktiva berwujud yang digunakan dalam
iklan, seperti banner perusahaan, dicatat sebagai aktiva karena hal itu memiliki
kegunaan alternative di masa depan.
18
sama, baik dicatat sebagai beban atau dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi karena
sifat berkelanjutan dari kebanyakan aktivitas penelitian dan pengembangan
perusahaan. Kritik terhadap praktek ini menyatakan bahwa neraca harus melaporkan
aktiva tak berwujud yang berhubungan dengan pengeluaran yang memiliki manfaat
masa depan. Menghindarkan semua kapitaliasai pengeluaran penelitian dan
pengembangan akan menghapus dari neraca sesuatu yang mungkin merupakan aktiva
perusahaan yang paling berharga.
19
PT. ARDI PERKASA
Neraca sebagian
Aktiva Tetap
Tambang batu bara, atas dasar
Harga perolehan, dikurangi deplesi Rp 95.400.000
Gedung dan peralatan, atas
Dasar harga perolehan Rp 2.207.100.000
Kurangi: Akumulasi depresiasi Rp 1.229.000.000
Rp 987.100.000
Jumlah aktiva tetap Rp 1.073.500.00
Aktiva tak berujud
Hak Paten Rp 410.000.000
Jumlah Rp 1.483.500.000
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat
peristiwa masa lalu, manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut
diharapkan diterima oleh entitas. Aset moneter adalah kas dimiliki dan aset
yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti atau dapat
ditentukan.
Aset tidak berwujud dapat didefinisikan sebagai aset nonmoneter
yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik.
Suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jikadapat dipisahkan,
disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-sama dengan
kontrak terkait, aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas
bermaksud untuk melakukan hal tersebutatautimbul dari kontrak atau hak
legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat dialihkan atau
dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya
21
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, E Donald, Weygandt, J Jerry dan Warfield, D. Terry, 2007. Intermediate
Accounting ,Edisi16e, 111 River Street, Hoboken, NJ: WILEY
Ni Putu Setia Devi Astini. 2015. RESUME ”ASET TAK BERWUJUD” Tersedia di
https://www.academia.edu/28273406/Akuntansi_Keuangan_I__Aset_Tak_Ber
wujud Diakses pada tanggal 27 Desember 2017.
22