Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AUDITING-II
“Audit terhadap siklus pengeluaran: pengujian substantif terhadap
aktiva tidak berwujud”

Disusun oleh :

Nama kelompok : Baby Hannah (17020007)


Dheany Arfhyni (17020023)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS AL-AZHAR MEDAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

            Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena atas
berkat,rahmat, taufik, dan hidayahnya yang telah memberikan kami nikmat umur panjang,
nikmat kesehatan dan nikmat lainnya, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah yang
berjudul “Audit terhadap siklus pengeluaran: pengujian substantif terhadap aktiva
tidak berwujud” dengan baik.
Dari Makalah yang kami buat/susun ini masih banyak terdapat kekurangan oleh karena itu
kami masih membutuhkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Maka dari itu kami
harapkan dari semua pihak untuk perbaikan Makalah ini.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua,
terutama Fakultas Ekonomi.

              

Medan, Mei 2020

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Pengertian Aktiva tidak berwujud......................................................................................3
2.2 Jenis-jenis aktiva tidak berwujud........................................................................................3
2.3 Prinsip akuntansi berterima umum penyajian aktiva tidak berwujud didalam neraca........5
2.4 Tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.............................................5
2.5 Program pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud...........................................8
2.6 Karakteristik aktiva tidak berwujud..................................................................................15
2.7 Dokumen dan catatan terkait dengan Aktiva Tidak Berwujud.........................................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................17
3.2 Saran..................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perusahaan seringkali mengeluarkan sumber daya untuk mendapatkan, mengembangkan,
memelihara atau memperkuat sumber daya tidak berwujud, seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual,
pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names).
Contoh aset tidak berwujud yang dicakup dalam judul luas tersebut adalah : peranti lunak
komputer, hak paten, hak cipta, film gambar hidup, daftar pelanggan, hak penguasaan hutan,
kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, hak
pemasaran, dan pangsa pasar.

Dalam definisi aset tidak berwujud terdapat kriteria bahwa keteridentifikasian aset tidak
berwujud harus dibedakan secara jelas dengan muhibah ( goodwill ). Muhibah ( goodwill )
yang timbul dari pengabungan usaha berbentuk akuisisi mencerminkan pembayaran yang
dilakukan oleh pihak yang mengakuisisi dengan harapan akan memperoleh manfaat
ekonomis di masa depan. Manfaat ekonomis di masa depan akan timbul dari sinergi antara
aset yang diperoleh yang dapat diidentifikasi atau dari aset, yang secara individual, tidak
memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan keuangan walaupun yang mengakuisisi bersedia
untuk membayar aset tersebut

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan aktiva tidak berwujud
2. Apa saja jenis aktiva tidak berwujud
3. Apa saja prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tidak berwujud
didalam neraca.
4. Apa saja tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.
5. Apa saja ptogram pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.
6. Apa karakteristik dari aktiva tidak berwujud
7. Apa saja dokumen dan catatan terkait dengan aktiva tidak berwujud
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa aktiva tidak berwujud
2. Untuk mengetahui jenis aktiva tidak berwujud
3. Untuk mengetahui apa prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva
tidak berwujud didalam neraca.
4. Untuk mengetahui tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.
5. Untuk mengetahui ptogram pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.
6. Untuk mengetahui karakteristik dari aktiva tidak berwujud
7. Untuk mengetahui dokumen dan catatan terkait dengan aktiva tidak berwujud
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian aktiva tidak berwujud


Aktiva Tidak Berwujud : Aktiva tidka berwujud bukan merupakan klaim kepada pihak
lain, juga bukan hak yang eksistensinya ada secara fisik. Kesitimewaan yang bersifat
eksklusif mungkin diperoleh dari pemerintah (misalnya paten), atau diciptakan (misalnya
goodwill), atau diperoleh dari pemiliknya (misalnya leasehold).

Golongan Aktiva Tidak Berwujud

1. Akitva tidak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh hukum, peraturan, perjanjian
atau karena sifat aktiva itu sendiri. Contoh : paten, leasehold, hak cipta (copyright),
fixed-term franchises, lisensi, goodwill, biaya organisasi.
2. Aktiva tidak berwujud yang eksistensinya tidak terbatas, pada saat pemerolehannya
tidak menunjukkan adanya keterbatasan eksistensinya. Contoh : merk dan nama
dagang (trademarks and trade names), proses atau rumus rahasia, perpetual franchises,
goodwill.

Kos aktiva tidak berwujud kelompok pertama harus diamortisasi dengan cara yang
sistematik selama umur ekonomisnya, sedangkan kos aktiva tidak berwujud kelompok yang
kedua dapat dicantumkan selamanya di, kecuali jika telah ada bukti yang menunjukkan
bahwa aktiva tidak berwujud tersebut sudah tidak mempunyai manfaat lagi bagi pemiliknya
di masa yang akan datang.

2.2 Jenis-jenis aktiva tidak berwujud


Adapun jenis-jenis aktiva tidak berwujud adalah sebagai berikut:
 Paten. Paten adalah hak istimewa yang bersifat eksklusif yang diberikan oleh
pemerintah kepada seseorang atau perusahaan untuk memproduksi dan menjual atau
memanfaatkan penemuan atau proses. Paten ini diberikan untuk jangka waktu
tertentu. Setelah jangka waktu tersebut habis, hak monopoli tersebut juga berakhir.
Paten ini terdaftar atas nama pemiliknya di Direktorat Paten, dan pendaftaran ini
merupakan bukti sebenarnya mengenai hak pemilikan atas paten tersebut. Paten
mungkin dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil penemuannya, atau mungkin juga
dari pembelian hak paten milik pihak lain. Perusahaan mungkin juga melakukan
produksi dan penjualan produk atas dasar paten yang dimiliki oleh pihak lain. Dalam
hal yang terakhir ini, perusahaan harus membayar royalties kepada pemilik paten
berdasar jumlah produk yang diproduksi atau yang dijual.
 Leasehold. Suatu lease merupakan hak untuk menggunakan kekayaan tetap untuk
jangka waktu yang tersebut dalam kontrak. Contoh lease adalah sebagai berikut: suatu
perusahaan membangun sebuah gedung sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkannya,
kemudian menjual gedung tersebut (umumnya kepada perusahaan asuransi atau
lembaga keuangan yang lain) dan bersamaan dengan itu perusahaan tersebut
menyewa kembali bangunan tersebut untuk jangka waktu tertentu. Transaksi
demikian disebut “sale-and-lease-back".
 Hak Cipta. Hak cipta adalah hak istimewa yang bersifat eksklusif yang diberikan
oleh pemerintah untuk misalnya: mereproduksi dan menjual atau menggunakan
pemanfaatan yang lain tulisan, gambar, komposisi musik, peta, karya seni, dan lain-
lain.
 Franchise. franchise adalah suatu kontrak yang memberikan hak penggunaan atau
hak istimewa kepada pihak tertentu untuk berusaha.
 Kontrak Lisensi dan Kontrak Royalties. Kontrak lisensi dan kontrak royalties
diadakan di bawah hak paten dan hak cipta. Umumnya pembeli lisensi tidak
mengkapitalisasikan biaya pengacara dan biaya lain yang dikeluarkan untuk
memperoleh lisensi. Jika lisensi diperoleh dengan suatu kontrak yang harga
pemerolehannya dibayarkan sekaligus saat kontrak ditandatangani, harga kontrak
tersebut merupakan aktiva tidak berwujud dan harus diamortisasi selama umur
ekonomis kontrak lisensi tersebut.
 Merek dan Nama Dagang. Merek dagang adalah tanda, simbol, rancangan dan merk
produk (brand name) yang diciptakan sedemikian sehingga memudahkan pembeli
mengidentifikasi produk tersebut. Nama dagang adalah nama suatu produk yang
membedakan produk tersebut dengan produk yang lain. Merek dan nama dagang
harus didaftarkan ke Direktorat Paten, dan pendafar akan memperoleh hak monopoli
dalam menggunakan nama dan merek dagang tersebut untuk jangka waku tertentu.
Merek dan nama dagang harus dicatat sebesar kosnya dan harus diamortisasi
seluruhnya jika sudah tidak bermantaat lagi. Kos merek terdiri dari biaya untuk
membuat desain, atau harga belinya. Kos nama dagang umumnya relatif kecil, dan
umumnya diperlakukan sebagai biaya promosi penjualan. Seringkali nama dagang
merupakan penyebab timbulnya goodwill, sehingga diperlakukan sebagai penambah
akun Goodwill.
 Goodwill. Goodwill timbul umumnya karena adanya penggabungan usaha satu
perusahaan dengan perusahaan lain dalam satu kesatuan usaha yang baru. Tugas
pertama auditor dalam audit terhadap goodwill adalah menemukan bagaimana jumlah
goodwill mula-mula ditetapkan di dalam akun Goodwill.
 Biaya Organisasi. Biaya organisasi ini dikeluarkan sebelum perusahaan beroperasi
secara komersial. Contoh biaya ini adalah biaya penasihat hukum, biaya promosi,
biaya pendaftaran badan usaha, biaya untuk mendapatkan izin usaha, biaya akuntan
publik.

2.3 Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tidak


berwujud didalam neraca

1. Aktiva tidak berwujud harus disajikan secara terpisah dalam neraca


2. Jika mungkin, aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur ekonomis yang terbatas
harus disajikan terpisah dari aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur ekonomis
tidak terbatas
3. Dasar penilaian aktiva tidak berwujud harus disebutkan, dan metode amortisasiniya
harus dijelaskan dalam laporan keuangan.

2.4 Tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan


dengan aktiva tidak berwujud
2. Membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan kejadian transaksi yang
bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di
neraca
4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di
neraca.

Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan


dengan aktiva tidak berwujud. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran
saldo aktva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca dan mutasinya selama tahun yang
diaudit, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi
yang mendukung informasi saldo dan mutasi aktiva tidak berwujud tersebut. Untuk itu
auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan dengan
akun aktiva tidak berwujud yang bersangkutan di dalam buku besar dan selanjutnya ke jurnal
pengeluaran kas, dan jurnal umum.

Membuktikan asersi keberadaan aktiva tidak berwujud dan asersi keterjadian


transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud dicantumkan di neraca. Seperti
dalam audit terhadap aktiva pada umunnya, pengujian substantif ditujukan untuk
membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva sesungguhnya
ada pada tanggal neraca tersebut. Untuk tujuan ini, auditor melakukan berbagai prosedur
audit guna membuktikan keberadaan aktiva yang bersangkutan dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan aktiva tersebut, kelengkapan, hak kepemilikan atas aktiva tersebut,
kewajaran penilaian aktiva tersebut pada tanggal neraca, dan kewajaran penyajian dan
pengungkapan aktiva tersebut di dalam laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan
pengujian substansif terhadap aktiva tidak berwujud, pengujian diarahkan untuk mencapai
salah satu tujuannya yaitu membuiktikan keberadaan aktiva tidak berwujud yang
dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi penambahan, pengurangan, penghentian
pemakaian aktiva tidak berwujud dalam tahun yang diaudit. Untuk membuktikan asersi
keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan aktiva
tersebut, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :

1. Pengujian analistik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud.
3. Inspeksi terhadap dokumen yang menunjukkan hak kepemilikan atas aktiva tidak
berwujud.
4. Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

Membuktikan asersi kelengkapan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di


neraca. Untuk membuktikan bahwa aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca
mencakup semua aktiva tidak berwujud klien pada tanggal neraca dan mencakup semua
transakai yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud dalam tahun yang diaudit, auditor
melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:

1. Pengujian analistik.
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud.
3. Inspeksi terhadap aktiva tidak berwujud.
4. Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang
dicantumkan di neraca. Untuk membukikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak
berwujud yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:

1. Pemeriksaan buktí pendukung transaksı yang berikaitan dengan aktiva tidak berwujud
2. Inspeksi terhadap aktiva tidak berwujud
3. Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

Membuktikan asersi penilaian aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca.


Menurut prinsip akuntansi berterima umum, dalam penyajian aktiva tidak berwujud di
neraca, aktiva tidak berwujud yang mempunyai manfaat terbatas disajikan dalam neraca pada
nilai bersihnya yaitu kos dikurangi dengan amortisasi kos aktiva tidak berwujud sampai
dengan tanggal neraca tersebut. Auditor berkepentingan untuk memverifikasi kewajaran
amortisasi aktiva tidak berwujud klien yang mempunyai umur ekonomis yang tebatas. Untuk
membuktikan kewajaran penentuan jumlah akun Akumulasi Amortisasi Aktiva tidak
Berwujud yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:

1. Prosedur audit awal


2. Pengujian analitik
3. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud
4. Inspeksi terhadap aktiva tidak berwujud
5. Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak
6. Review terhadap pembentukan akumulasi amortisasi

Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca.


Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keungan harus didasarkan pada prinsip
aktiva berterima umum. Pengujian substantif tethadap aktiva tidak berwujud diarahkan untuk
mencapai salah satu tujuan membuktikan apakah unsur aktiva tidak berwujud telah disajikan
dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan pinsip akuntansi berterima umum.
Satu-satunya pengujian substantif untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan
aktiva tidak berwujud di neraca adalah dengan membandingkan penyajian dan pengungkapan
aktiva tidak berwujud di neraca yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.
2.5 Program pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud

Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan oleh klien
di neracanya sesuai dengan aktiva tidak berwujud yang benar-benar ada pada tanggal neraca,
auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di
neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini penting untuk
dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi aktiva tidak berwujd yang
dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena
itu, auditor melakukan lima prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi
intormasi aktiva tidak berwujud di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:
1. Usut saldo aktiva tidak berwujud yang tercantum di neraca ke saldo akun aktiva tidak
berwujud yang bersangkutan di buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun aktiva tidak berwujud di buku besar.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Aktiva tidak Berwujud dan Akumulasi Amortisasinya.
4. Usut saldo awal akun Aktiva Tidak Berwujud ke kertas kerja tahun yang lalu.
5. Usut posting Pendebitan dan Pengkreditan akun Aktiva tidak Berwujud ke dalam
jurnal yang bersangkutan.

Prosedur Audit Tgl. Kertas Pelaksanaan Pelaksanaan


Kerja
Prosedur Audit Awal
1. Lakukan prosedur audit awal atas
saldo akun aktiva tidak berwujud
yang akan diuji lebih lanjut
a. Usut saldo aktiva tidak
berwujud yang tercantum di
neraca ke saldo akun aktiva
tidak berwujud yang
bersangkutan di buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun
aktiva tidak berwujud di buku
besar.
c. Lakukan review terhadap
mutasi luar biasa dalam
jumlah dan sumber posting
dalam akun Aktiva tidak
Berwujud dan Akumulasi
Amortisasinya.
d. Usut saldo awal akun Aktiva
Tidak Berwujud ke kertas
kerja tahun yang lalu.
e. Usut posting Pendebitan dan
Pengkreditan akun Aktiva
tidak Berwujud ke dalam
jurnal yang bersangkutan.

Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik
a. Hitung ratio berikut:
- Tingkat perputaran aktiva
tidak berwujud
- Ratio laba bersih dengan
aktiva tidak berwujud
- Ratio aktiva tidak
berwujud dengan total
aktiva
b. Lakukan analisis hasil
prosedur analitik dengan
harapan yang didasarkan pada
data masa lalu, data industri,
jumlah yang dianggarkan,
atau data lain.
Pengujian Terhadap Transaksi
Rinci
3. Periksa dokumen yang
mendukung pemerolehan aktiva
tidak berwujud
4. Periksa dokumen yang
mendukung transaksi amortisasi
aktiva tidak berwujud
Pengujian Terhadap Akun Rinci
5. Pelajari notuken rapat direksi,
perjanjian, surat izin dari
pemerintah, dan dokumen lain
yang membuktikan eksistensi
aktiva tidak berwujud.
6. Minta informasi dari klien atau
sumber lain mengenai manfaat
aktiva tidak berwujud bagi klien
di masa yang akan datang.
7. Lakukan inspeksi dan
pemeriksaan terhadap surat
perjanjian, surat izin dari
pemerintah, dan dokumen yang
menunjukkan hak pemilikan
klien atas aktiva tidak berwujud.
Verifikasi Penyajian dan
Pengungkapan
8. Bandingkan penyajian aktiva
tidak berwujud dengan pinsip
akuntansi berterima umum.
a. Periksa klasifikasi aktiva
tidak berwujud berdasarkan
manfaat ekonomisnya.
b. Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan aktiva
tidak berwujud.
Usut saldo aktiva tidak berwujud yang tercantum di neraca ke saldo akun aktiva
tidak berwujud yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan
bahwa saldo aktiva tidak berwujud yang tercantum di neraca didukung dengan catatan
akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo aktiva
tidak berwujud yang dicantumkaan di neraca diusut ke akun buku besar: Paten, Leasehold,
Hak Cipta, Franchises, Lisensi, Goodwill, Biaya Organisasi, Merek dan Nama Dagang.

Hitung kembali saldo akun aktiva tidak berwujud di dalam bukur besar. Untik
memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan saldo akun aktiva tidak berwujud
auditor menghitung kembali saldo akun aktiva tidak berwujud Sementar dan akiva tidak
berwujud Jangka Panjang, dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebitan dan
menguranginya dengan jumlah pengkreditan tiap-tiap akun tersebut.

Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun Aktiva tidak Berwujud dan Akumulasi Amortisasinya. Ketidakberesan
dalam transaksi pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud dapat ditemukan melalui
review atas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun Aktiva
tidak Berwujud, Akumulasi Amortisasi, dan akun Amortisasi Aktiva tidak Berwujud.

Usut saldo awal akun Aktiva todak Berwujud dan Akumulasi Amortisasi ke
kertas kerja tahun yang lalu. Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci
yang menyangkut akun Aktiva tidak Berwujud dan Akumulasi Amortisasi yang
bersangkutan, ia perlu memperoleh keyakinan ats kebenaran saldo awal akun tersebut. Untuk
mencapai tujuan ini, auditor melakukan pengusutan saldo awal akun Aktiva tidak Berwujud
dan Akumulasi Amortisasi yang bersangkutan ke kefrtas kerja tahun lalu. Kertas kerja tahun
lalu menyediakan infprmasi tentang koreksi yang diajukan oleh auditor tahun lalu, sehingga
dengan hal ini dapat dilakukan evaluasi.

Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tidak berwujud ke di dalam
jurnal yang bersangkutan. Pendebitan di dalam akun aktiva tidka berwujud diusut ke
register bukti kas keluar dan pengkkreditan ke kaun-akun tersebut diusut ke jurnal umum
untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan aktiva tidak
berwujud berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan.

a. Prosedur Analitik

Ratio Formula
1. Tingkat perputaran aktiva tidak Hasil penjualan bersih + Rerata saldo aktiva
berwujud tidak berwujud
2. Ratio laba bersih dan aktiva tidka Hasil penjualan bersih + Rerata saldo aktiva
berwujud tidak berwujud
3. Ratio aktiva tidak berwujud dengan total Aktiva tidak berwujud + Total aktiva
aktiva

b. Pengujian terhadap Transalsi Rinci

Periksa dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan aktiva tidak berwujud. Aktiva
tidak berwujud diperoleh dengan cara membeli dari pihak lain atau mengembangkan sendiri
aktiva tidak berwujud tersebut. Untuk memperoleh keyakinan mengenai eksistensi akiva
tidak berwujud, auditor melakukan analisi pendebitan akun aktiva tidak berwujud dan
kemudian mengusutnya ke bukti-bukti yang mendukung pemerolehan aktiva tidak berwujud
tersebut. Untuk aktiva tidak berwujud yang diperoleh dengan cara membeli, auditor dapat
memeriksa register bukti kas keluar dan bukti beserta dokumen pcndukungnya untuk
memperoleh keyakinan mengenai eksistensi aktiva tidak berwiujud tersebut. Untuk aktiva
tidak berwujud yang berasal dari penemuan dan pengembangan sendiri, auditor dapat
memeriksa bukti memorial dan dokumen pendukungnya mengenai kapitalisasi biaya sebagai
kos aktiva tidak berwujud.

Untuk memverifikasi penilaian terhadap aktiva tidak berwujud adalah memeriksa


debitan akun aktiva tidak berwujud dan mengusutnya ke dalam dokumen yang mendukung
pendebitan ke dalam akun tersebut. Yang perlu diketahui oleh auditor dalam melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan aktiva tidak
berwujud adalah dasar yang seharusnya dipakai untuk menentukan kos aktiva tidak berwujud
berikut ini:

Jenis Aktiva tidak Berwujud Dasar Penentuan Kos


1. Paten Harga beli paten, biaya pengadilan untuk
mempertahankan tuntutan paten di
pengadilan (biasanya pengembangan paten
dilakukan oleh perusahaan umumnya
dibebankan sebagi biaya pada tahun
terjadinya).
2. Hak cipta Pengeluaran unruk pendaftaran hak cipta,
biaya penasihat hukum (seperti halnya
dengan paten, biaya riset untuk
mendapatkan hak cipta umumnya
dibebankan sebagai biaya pada tahun
terjadinya.)

3. Nama dan merk dagang Pengeluaran untuk penasihat hukum, biaya


pendaftaran dam biaya lain yang langsung
bersangkutan dengan pemerolehannya.

4. Franchise Biaya franchise, termasuk di dalamnya


biaya penasihat hukum.

Periksa dokumen yang mendukung transaksi amortisasi aktiva tidak berwujud.


Berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang depresiasinya dicatat di dalam akun penilai
(akumulasi depresiasi), aktiva tidak berwujud secara sistematik secara langsung dengan
mengurangkan amortisasi langsung ke kos aktiva tidak berwujud yang bersangkutan.
Diamortisasi dengan metode garis lurus (kecuali jika klien dapat membuktikan wujudnya).

c. Pengujan terhadap Akun Rinci

Pelajari notulen rapat direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain
yang membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud. Eksistensi aktiva tidak berwujud diusut
ke saat pemerolehaannya. Untuk memperoleh hak sewa, hak cipta, lisensi, franchise,
diperlukan otorisasi dari manajemen puncak. Oleh karena itu, auditor perlu mempelajari
notulen rapat direksi untuk menperoleh informasi mengenai keputusan yang diambil oleh
manajemen puncak dalam pemerolehan jenis aktiva tidak berwujud tersebut. Di samping itu
pemerolehan jenis aktiva berwujud tersebut dapat diusut buktinya ke dalam surat perjanjian
(misalnya franchise dan leasehold) dan surat izin dari pemerintah (misalnya lisensi, hak cipta,
paten). Dokumen-dokumen tersebut merupakan bukti adanya aktiva tidka berwujud yang
diantumkan oleh klien di dalam neracanya. Oleh karena itu, auditor perlu mempelajari
dokumen tersebut untuk memperoleh keyakinan mengenai eksistensi aktiva tidak berwujud
tersebut.
Mintalah informasi dari klien atau sumber lain mengenai manfaat aktiva tidak
berwujud bagi klien di masa yang akan datang. Dalam menentukan manfaat ekonomi
aktiva tidak berwujud di masa yang akan datang, atuditor harus memperhatikan tiga
penyebab hilangnya manfaat ekonomis aktiva tidak berwujud: (1) berlakunya aturan
perundangan (misalnya berakhirnya hak paten), (2) berakhirnya atau perubahan kontrak
(misalnya berakhirnya lisensi, franchise), (3) Perubahan keadaan perusahaan klien (misalnya
penjualan bagian dari bisnis klien, perubahan permintaan pasar atas produk, perubahan
persaingan di pasar). Seringkali auditor perlu mengirim konfirmasi ke penasihat hukum klien,
pemberi royalty, lisensi, franchise, hak cipta, atau paten untuk memperoleh informasi
mengenai eksistensi aktiva tidak berwujud tersebut.

Lakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap surat perjanjian, surat izin dari
pemerintah, dan dokumen yang menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva tidak
berwujud. Dokumen resmi yang menunjukkan hak pemilikan atas aktiva tidak berwujud
adalah surat perjanjian, surat izin dari pemerintah, dokumen inspeksi terhadap dokumen-
dokumen tersebut untuk memverifikasi hak pemilikan klien atas aktiva tidak berwujud di
neraca.

Penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca. Verifikasi Penyajian


dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca dilakukan dengan membandingkan
penyajian aktiva tidak berwujud dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Periksa klasifikasi aktiva tidak berwujud berdasarkan manfaat ekonomisnya.


Seperti terseut dalam prinsip akuntansi bertterima umum dalam penyajian aktiva tidak
berwujud di neraca, jika mungkin aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur ekonomis
yang terbatas harus disajikan terpisah dnegan yang mempunyai umur ekonomis tidak
terbatas. Auditor memeriksa mengenai penyajian aktiva tidka berwujud di neraca menurut
terbatas atau tidaknya manfaat ekonomis aktiva tersebut.

Periksa penjelasan yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud. Auditor


menerima penjelasan yang dicantumkan oleh klien di neraca mengenai dasar penilaian aktiva
tidak berwujud dan metode amortisasi yang digunakan oleh klien.

Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung pencatatan transaksi
pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud. Auditor juga meminta informai dari klien
mengnai manfaat aktiva tidak berwujud di masa yang akan datang dalam memverifilkasi
eksistensi aktiva tidak berwujud.
Dalam pcngujian terhadap akun rinci auditor melakukan mempelajari notulen rapat
direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang membukikan eksistensi
aktiva tidak berwujud, meminta infomasi dari klien atau sumber lain mengenai manfaat
aktiva tidak berwujud bagi klien di masa yang akan datang, melakukan inspeksi dan
pemeriksaan terhadap surat perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen yang
menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud
disajikan di neraca pada nilainya yang merupakan selisih kos dikurangi dengan amortisasi
aktiva tidak berwujud. Untuk memverifikasi penilaian aktiva tidak berwujud, auditor
melakukan verifikasi terhadap dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan
transaksi amortisasi aktiva tidak berwujud.

Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca,


auditor membandingkan penyajian aktiva tidak berwujud di neraca dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan memeriksa klasifikasi
aktiva tidak berwujud di neraca dan memeriksa kecukupan pengungkapan yang bersangkutan
dengan aktiva tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud yang memiliki umur ekonomis terbatas
disajikan di neraca pada nilai buku yang merupakan selisih kos aktiva tidak berwujud dengan
akumulasi amortisasinya.

2.6 Karakteristik aktiva tidak berwujud


a. Aktiva tidak berwujud mempunyai karakteristik penting, yperiodiKurang memiliki
eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan,
aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang
diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
b. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank, piutang usaha,
dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi
fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan
instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau
ekuivalen kas di masa depan.
c. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini
biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi
periodic.
2.7 Dokumen dan catatan terkait dengan Aktiva Tidak Berwujud
Catatan dan dokumen yang biasa digunakan dalam transaksi siklus pengeluaran :
1. Check yaitu dokumen perintah pembayaran sejumlah uang kepada Bank.
2. Check Summary yaitu laporan tentang ringkasan check yang telah dikeluarkan dalam
suatu periode.
3. Cash Disbusement Transaction File yaitu file yang berisi informasi pembayaran cek
untuk memasukkan ke dalam rekening utang dagang dan buku besar.
4. Cash Disbusement Juornal or Check Register merupakan catatan formal terhadap
pengeluaran cek untuk pihak lain.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengujian substantif atas aktiva tidak berwujud ditujukan untuk: (1) memperoleh
keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan aktiva tidak
berwujud, (2) membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (3) membuktikan hak
kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (4) membuktikan
kewajaran penilaian aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (5) membuktikan
kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan kendalan saldo aktiva tidak
berwujud dengan cara membuktikan apakah aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di
neraca didukung dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan dengan mekanisme
akuntansi yang dapat dipercaya. Untuk itu auditor mengusut saldo aktiva tidak berwujud
yang dicantumkan di neraca ke di dalam akun aktiva tidak berwujud yang diselenggarakan di
dalam buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun Aktiva Tidak Berwujud
di dalam buku besar, mengusut saldo awal akun Aktiva Tidak Berwujud dan Akumulasi
Amortisasi ke kertas kerja tahun yang lalu, membuktikan sumber pendebitan dan
pengkreditan akun aktiva tidak berwujud di dalam buku besar ke dalam register bukti kas
keluar dan jurnal umum.

Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yaitu tingkat perputaran
aktiva tidak berwujud, ratio laba bersih dengan aktiva tidak berwujud, ratio aktiva tidak
berwujud dengan total aktiva, kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio
tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini
membantu auditor untuk mengungkapkan peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,
perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak atau salah saji.

Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung pencatatan


transaksi pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud. Auditor juga meminta informasi
dari klien mengenai manfaat aktiva tidak berwujud di masa yang akan datang dalam
memverifikasi eksistensi aktiva tidak berwujud.

Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan: mempelajari notulen rapat
direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang membuktikan
eksistensi aktiva tidak berwujud, meminta informasi dari klien atau sumber lain mengenai
manfaat aktiva berwujud bagi klien di masa yang akan datang, melakukan inspeksi dan
pemeriksaan atas surat perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen yang
menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud
disajikan di neraca pada nilainya yang merupakan selisih cost dikurangi dengan amortisasi
aktiva tidak berwujud. Untuk memverifikasi penilaian aktiva tidak berwujud, auditor
melakukan verifikasi atas dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan transaksi
amortisasi aktiva tidak berwujud.

3.2 Saran
Adapun saran dalam pembahasan makalah ini adalah bagaimana kita dapat
memahami tentang apa itu aktiva tidak berwujud dan bagaimana pembagian-pembagian dari
aktiva tidak berwujud serta apa saja pengujian yang ada dalam aktiva tidak berwujud. Dan
bagaimana auditor dapat mengatasi kendala dalam aktiva tidak berwujud

Daftar Pustaka

http://magussudrajat.blogspot.com/2010/11/audit-siklus-pengeluaran
pengujian_1116.html?m=1
http://vivimursal.blogspot.com/2012/05/audit-terhadap-siklus
pengeluaran.html?m=1
http://ameliasarisinaga.blogspot.com/2017/05/audit-terhadap-siklus-
pengeluaran.html?m=1
http://naenyrizqysemarang.blogspot.com/2017/01/seminar-audit-audit-terhadap-
siklus.html?m=1
Mulyadi. 2014. Auditing II. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai