PENAGIHAN : PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
02/04/2013 by andinurhasanah in auditing
BAB I
PENDAHULUAN
City Finance adalah klien terbesar yang dikelola dari kantor perusahaan Big Four di
Pittsburgh, perusahaan tersebut adalah konglomerat jasa kekuangan yang memiliki hamper
seribu kantor yang tersebar di Amerika Serikat dan Kanada, serta kantor koresponden diluar
negeri. Catatan perusahaan berisi lebih dari sejuta piutang usaha dan perusahaan ini juga
memroses jutaan transkasi penjualan serta transaksi lainnya setiap tahun. Pusat computer
perusahaan berada didalam sebuah ruangan yang besar dan nyaman yang berisikan beberapa
computer mainframe yang besar serta banyak peralatan pendukung lainnya. Karena kegagalan
system dapat menggangu operasi disemua cabang perusahaan, dipasang dua system online yang
lengkap dimana yag satu berfungsi sebagai cadangan bagi yang lainnya.
Perusahaan memiliki system checks dan balances yag tidak bias dimana catatan transaksi
kantor cabang direkonsiliasi dengan pengendalian pemrosesan data harian, yang pada gilirannya,
akan direkonsiliasi dengan catatan akun bank bulanan. Setiap kali proses rekonsiliasi ini
menunjukkan kondisi out-of-balance yang signifikan, prosedur akan segera memecahkan
masalah tersebut secepat mungkin. Sejumlah besar staf audit internal akan mengawasi setiap
upaya investigative khusus ini.
Karena City Finance merupakan sebuah perusahaan public, perusahaan tersebut harus
melaporkan laporan keuangan tahunannya termasuk laporan manajemen mengenai pengendalian
internal terhadap pelaporan keuangan pada From 10-K kepada Securities dan Exchange
Commissions dalam waktu 60 hari setelah akhir tahun fiskalnya. Selain itu, perusahaan juga
harus mengumumkan laba tahunan dan menerbitkan laporan tahunannya segera setelah akhir
tahun dengan selayak layaknya. Dalam keadaan tersebut, selalu ada tekanan yang kuat kepada
kantor akuntan public untuk menyelesaikan audit dengan cepat.
PEMBAHASAN
Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun
dalam siklus penjualan dan penagihan . gambar tersebut menunjukkan bahwa lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan antara lain :
1. Penjualan ( penjualan tunai dan kredit )
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak tertagih
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan jumlah
yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu
akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita
mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun
penjualan kredit.
B. FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN TERKAIT
Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk
mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk
dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi
bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.
Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan.
Kelas Transaksi
Akun
Fungsi Bisnis
Dokumen Dan Catatan
Pesanan pelanggan
Pesanan penjualan
Pesanan pelanggan atau
Pemroses pesanan
pesanan penjualan
pelanggan
Dokumen pengiriman
Pemberian kredit
Faktur penjualan
Pengiriman barang File transaksi penjualan
Penagihan
Jurnal penjualan atau listing
pelanggan dan
File induk piutang usaha
Penjualan piutang
pencatatan
Neraca saldo piutang usaha
Penjualan
usaha
penjualan
Laporan bulanan
Remittance advice
Prelisting penerimaan kas
File transaksi penerimaan
Kas di bank ( debet Pemroses dan
kas
dari penerimaan
pencatatan
Jurnal penerimaan kas atau
Penerimaan Kas
kas ) piutang usaha penerimaan kas
listing
Retur Dan
Retur dan
Pemroses dan
Memo kredit
Pengurangan
pengurangan
pencatatan retur
Jurnal retur dan
Penjualan
penjualan
dan pengurangan
pengurangan penjualan
Penghapusan
Piutang tak
Tertagih
Pitang usaha
Piutang Usaha
Penyisihan untuk
piutang tak tertagih
Beban piutang tak
tertagih
Penyisihan untuk
piutang tak tertagih
penjualan
Penghapusan
piutang usaha tak
tertagih
Penyediaan piutang
tak tertagih
Jurnal umum
Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang pengujian
pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi bisnis dan
dokumen serta catatan suatu perusahaan.
o Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
o Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang yang
tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas dan yang
tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
o Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah pelanggan
akibat retur barang atau pengurangan harga.
o Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat retur
dan pengurangan penjualan.
Penghapusan piutang usaha tak tertagih
o Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam lingkungan
internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha sebagai tak tertagih.
Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut
ini :
Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi setiap
tujuan.
saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak
tertagih.
7. PENGUJIAN AUDIT UNTUK PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH Auditor mencegah
kecurangan dengan melakukan otorisasi penghapusan piutang yang tepat oleh manajemen yang
berwenang setelah penyelidikan secara menyeluruh atas alasan pelanggan yang tidak mampu
membayar piutang. 8. PENGENDALIAN INTERNAL TAMBAHAN TERHADAP SALDO AKUN SERTA
PENYAJIAN PENGUNGKAPAN a. Penyusunan neraca saldo umur piutang dagang untuk dikaji
ulang dan ditindaklanjuti. b. Kebijakan penghapusan piutang. 9. DAMPAK PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI Dampak yang paling signifikan
terletak pada konfirmasi piutang dagang. 10.IKHTISAR Langkah-langkah metodologi untuk
merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi: memahami pengendalian
internal, mengukur resiko pengendalian yang direncanakan, menentukan keluasan pengujian
pengendalian, dan merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantive.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/leksy/audit-siklus-penjualan-danpenagihan_5535b8ce6ea834c429da42ce
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang auditor dalam menentukan sampling audit dari suatu populasi haruslah
bersifat representative. Apabila seorang auditor tidak mampu memutuskan item-item
mana saja yang akan menjadi sampling, akan sangat berpengaruh terhadap evaluasi akhir.
Untuk itulah, seorang auditor harus memikirkan, metode manakah yang tepat dalam
penetapan sampling.
Metode yang dapat dilakukan seorang auditor ada dua. Yaitu statistik dan non
statistik. Dari masing-masing setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan
dalam hal ini, diperlukan insting bagi seorang auditor professional.
Demi tercapainya sampling yang representatif, perlu ditelaah mengapa dan
bagaimana penerapan dari masing-masing metode tersebut. Dan sangat dibutuhkan
perhatian lebih dalam penetapan sampling karena akan berpengaruh terhadap hasil
evaluasi terakhir.
a. Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pemeriksaan akuntansi II.
Selain itu makalah ini bertujuan untuk membandingkan antara metode sampling statistik
dengan metode sampling nonstatistik. Membandingkan dalam arti tidak mengatakan
metode itu baik atau tidak baik, tapi dijadikan sebagai pedoman bagi para pembaca jika
ingin menentukan sampling mana yang bersifat representatif dan menjawab rumusan
masalah.
b. Manfaat makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara : menentukan, langkahlangkah serta metode yang dapat digunakan dalam menentukan sampling yang
representatif
BAB II
PEMBAHASAN
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
representative
(Representative
sample)
adalah
sampel
yang
karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki populasi. Ini berarti, item-item yang
dijadikan sampel serupa dengan item-item yang tidak dijadikan sampe. Sebagai
contoh, dari 1000 populasi, auditor memilih sampel sebanyak 100 lembar salinan
faktur dan menemukan 3 lampiran dokumen pengiriman barang yang hilang. sampel
tersebut sangat representatif apabila 30 dari 1000 faktur pengiriman barang hilang. Atau
cukup representative apabila terdapat minimal 20 atau maksimal 40 faktur pengiriman
barang hilang. Dan jika tidak ada atau ditemukan banyak item yang hilang, sampel
tersebut dianggap nonpresentatif.
Dalam praktiknya, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampe bersifat
representative bahkan setelah semua pengujianselesai dilakukan. (satu-satunya cara untuk
mengetahui apakah suatu sampel bersifat representative adalah dengan melakukan audit
lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan). Akan tetapi, auditor dapat meningkatkan
kemungkinan sampel dianggap representative dengan menggunakannya secara cermat
ketika merancang proses sampling, Pemilihan sampel, dan evaluasi hasil sampel. Hasil
sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan
sampling. Resiko dari kedua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai resiko
nonsampling dan resiko sampling. Keduanya dapat dikendalikan.
Resiko nonsampling (nonsampling risk) adalah resiko bahwa pengujian audit tidak
menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab resiko nonsampling
adalah kegagalan auditor untuk mengendali pengecualian dan prosedur audit yang tidak
sesuai atau tidak efektif. Resiko sampling (sampling risk) adalah resiko bahwa auditor
mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representative. Resiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat mengujileebih sedikit dari populasi
secara keseluruhan.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:
1.
2.
Penggunaan
metode
pemilihan
sampel
yang
sesuai
dapat
meningkatkan
Perencanaan sampel
2.
3.
Pengevaluasian hasil
auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan professional dan bukan
metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu daribeberapa metode
pemilihan sampel nonprobabilistik
Jika sampling statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode
evaluasi statistik yang tepat harus digunakan dengan hasil sampel untuk melakukan
perhitungan resiko sampling dan auditor juga dapat melakukan evaluasi nonstatistik.
Tetapi jarang dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik dengan menggunakan
metode statistik.
Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling
audit nonstatistik. Ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik. Sementara itu ada empat
jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik,
yang semuanya bersifat probabilistik.
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) :
1.
2.
3.
2.3.
1.
2.
3.
4.
1.
Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria
pertimbanganya sendiri. Pendekatan yang umumnya digunakan adalah :
pos yang paling mungkin mengandung salah saji (piutang usaha yang telah
lama beredar, penjualan dari dan penjualan kepejabat serta perusahaan afiliasi, dan
transaksi tidak biasa besar dan kompleks),
pos yang mengandung karakteristik populasi terpilih (sampel pengeluaran kas
dari setiap bulan, setiap rekening atau lokasi bank, dan setiap jenis akuisisi utama)
cakupan nilai uang yang besar (auditor dapat memilih sampel yang meliputi
bagian total nilai uang populasi yang besar sehingga mengurangi resiko penarikan
kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak memeriksa pos-pos yang kecil.
2.
Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara
berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok
yang digunakan masuk akal.
3.
Adalah pemilihan item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Auditor
sengaja memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau karakteristik
lainnya yang membedakan. Kekurangan dari pemilihan sampel sembarangan yang paling
serius adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan.
b.
1.
memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan
sampling acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk
emnekan satu atau lebih item populasi. Sampel acak sederhana terbagi kedalam dua
kategori, yaitu :
Tabel angka acak
Angka acak adalah serangkaian digit yang memiliki probabilitas yang sama untuk
muncul selama jangka panjang dan tidak memilikipola yang dapat diidentifikasi. Sebuah
tabel angka acak memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan baris dan kolom yang
telah diberi nomor. Auditor memilih sampel acak dengan pertama membentuk
korespondensi antara nomor dokumen klien yang akan dipilih dan digit pada tabel angka
acak. Setelah memilih titik awal acak, auditor membaca kebawah tabel dan menemukan
angka acak pertama yang berada dalam urutan nomor dokumen yang sedang diuji. Proses
ini terus berlangsung hingga item sampel terakhir dipilih.
Komputer pengacak angka
Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor dihasilkan oleh komputer
dengan menggunakan salah satu dari tiga jenis program (spreadsheet elektronik, generator
acak angka, dan perangkat lunak audit yang tergeneralisasi.
2.
Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item yang akan
dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval kelas tersebut. Interval ditentukan dengan
membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari
pemilihan sistematis adalah lebih mudah digunakan. Dalam sebagian besar populasi,
sampel sistematis dapat diambil dengan cepat dan pendekatannya secara otomatis akan
menempatkan
nomor
dalam
urutan.
Yang
membuatnya
lebih
mudah
untuk
2.4.
substantif atas transaksi untuk mengestimasi persentase item-item dalam populasi yang
memiliki karakteristik atau atribut kepentingan.. persentase ini disebut sebagai tingkat
keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi :
1. Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang ditetapkan klien
2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
3. Salah saji moneter dalam populasi rincian saldo akun
Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaatnbagi dua jenis pengecualian
yang pertama, yang melibatkan transaksi. Maka, auditornmenggunakan secara ekstensif
sampling audit yang mengukur tingkat pengecualian ketika melakukan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Tingkat pengecualian dalam suatu
sampel akan digunakan untuk mengestimasi tingkat pengecualian dalam populasi, yang
merupakan estimasi terbaik auditor atas tingkat pengecualian populasi.
Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai penyimpangan dari
prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal itu
disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilah
deviasi terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telah dibuat
(ditetapkan)
Karena
tingkat
pengecualian
berdasarkan
sampel,
kemungkinan
tingkat
pengecualian sampel akan berbeda dari tingkat pengecualian populasi actual. Perbedaan
ini disebut sebagai kesalahan sampling (sampling error). Auditor memperhatikan baik
estimasi kesalahan sampling maupun reliabilitas estimasi tersebut, yang disebut risiko
sampling(sampling risk)
Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian
auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu. Dan bukan lebar
interval keyakinannya. Oleh sebab itu, auditor berfokus pada batas atas estimasi interval
yang disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung (computed upper exception
rate/CUER) atau yang diestrimasikan dalam melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi.
2.5.
Mendefinisikan populasi
Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefenisikan populasi untuk memasukkan setiap itemyang mereka inginkan. Tetapi
ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari seluruh populasi. Auditor harus
menguji populasi menyangkut kelangkaan dan rincian sebelum suatu sampel dipilih untuk
memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek pemilihan sampel.
Mendefinisikan unit sampling
Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka acak
yang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah.bermanfaat memikirkan unit smpling sebagai titik
awal untuk melakukan pengujian audit.
Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate /TER)
untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan professional. TER merupakan tingkat
pengecualian tertinggi yang akan diizinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji
dan masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan/atau
tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima). TER sangat cocok untuk
masalah materialitas sehingga dipengaruhi baik oleh definisi maupun arti penting atribut
dalam rencana audit.
yang signifikan dan umumnya dapat diabaikan, terutama untuk populasi yang besar.
Auditor yang menggunakan sampling nonstatistik akan menentukan ukuran sampel
dengan menggunakan pertimbangan professionalnya dan bukan menggunakan rumus
statistik. Setelah ketiga factor utama yang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan,
auditor dapat memutuskan ukuran sampel awal.
Hal ini disebut sebagai ukuran sampel awal karena pengecualian sampel actual
harus dievaluasi sebelum auditor dapat memutuskan apakah sampel cukup besar untuk
mencapai tujuan pengujian
2.7.
Menetapkan resiko yang dapat diterima atas penilaian resiko pengendalian yang terlalu
rendah.
Konsep penetapan resiko sama baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik,
tetapi biasanya metode kuantifikasinya berbeda. Untuk sampling nonstatistik, sebagian
besar auditor menggunakan resiko yang dapat diterima yang rendah, sedang, atau tinggi.
Sementara auditor yang menggunakan sampling atribut membebankan suatu jumlah
tertentu, seperti resiko 10 persen atau 5 persen. Metodenya berbeda karena auditor harus
mengevaluasi hasil secara statistik
Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Menentukan ukuran sampel awal
Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal baik untuk sampling statistik
maupun nonstatistik (ukuran populasi, TER, ARACR dan EPER) dalam sampling atribut,
auditor menentukan ukuran sampel dengan menggunakan program kumputer atau tabel
yang dikembangkan dari rumus statistik.
Memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR auditor. ARACR ini harus sama
dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
ii.
Mencari lokasi jumlah pengecualian aktual yang ditemukan dalam pengujian audit pada
bagian atas tabel.
iii.
iv.
Menganalisis pengecualian
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kami, ada beberapa point penting yang dapat kami simpulkan.
Yaitu :
Ketika memilih ukuran sampel awal, auditor sangat tergantung pada TER dan
ARACR (memerlukan tingkat pertimbangan profesional yang tinggi) dan APER
(memerlukan estimasi yang cermat)
1. Detail tie-in. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait,dan
totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum.
2. Keberadaan. Piutang usaha dicatat ada.
3. Kelengkapan. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
4. Keakuratan. Piutang usaha sudah akurat.
5. Klasifikasi.Piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar.
6. Pisah Batas.Pisah batas piutang sudah benar.
7. Nilai Realisasi.Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
8. Hak.Klien memiliki hak atas piutang usaha.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasitujuan
manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang
dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha.Untuk mendapatkan pemahaman
tersebut, auditor juga melaksanakan proseduranalitis pendahuluan yang dapat menunjukkan
kenaikan risiko salah saji piutangusaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan pertimbanganpendahuluan
mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dankemudian mengalokasikan
jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neracayang signifikan, termasuk piutang
usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Aspek utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalianinternal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.
2. Pengendalian terhadap pisah batas.
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atasTransaksi
(Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalianuntuk
penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor menggunakanhasil pengujian
substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksiyang direncanakan akan
dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengansaldo piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Sebagian prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci dilakukan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan
prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya pada
piutang usaha. Hal ini memang harus demikian karena hubungan yang erat antara akun-akun
laporan laba-rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi
dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha
mungkin akan mengoffset salah saji itu.
Jenis Konfirmasi
Menyelenggarakan Pengendalian
Setelah item yang akan dikonfirmasi dipilih, auditor harus menyelenggarakanpengendalian atas
konfirmasi itu hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klienmembantu dengan menyiapkan
konfirmasi, memasukkannya ke dalam amplop, ataumenempelkan perangko di amplop, auditor
harus mengawasinya dengan ketat.
Menindaklanjuti Nonrespons
Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh dianggapsebagai
bukti audit yang signifikan. Jika konfirmasi positif digunakan, SAS 67 mensyaratkan prosedur
tindak lanjut untuk konfirmasi yang tidak dikembalikan olehpelanggan. Jika sebanyak 3
konfirmasi yang dikirim ke pelanggan tidak ada satupun yangdikembalikan, maka perlu
dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alternatif. Tujuan dariprosedur alternatif adalah untuk
menentukan dengan cara selain konfirmasi apakahpiutang yang tidak dikonfirmasi itu memang
ada dan telah dinyatakan dengan benar padatanggal konfirmasi.
Penerimaan Kas Selanjutnya. Bukti penerimaan kas selanjutnya pada taggal konfirmasi meliputi
pemeriksaan remittance advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau mungkin kredit
selanjutnya dalam file induk piutang usaha.
Salian Faktur Penjualan. Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan
aktual dan tanggal penagihan aktual.
Dokumen Pengiriman. Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah benar-benar
dilakukan dansebagai pengujian pisah batas.
Korespondensi dengan klien.
Analisis Perbedaan
Jika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukanpenyebab
setiap perbedaan yang dilaporkan. Dalam banyak kasus, perbedaan itudisebabkan oleh perbedaan
waktu antara catatan klien dan pelanggan.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Menarik Kesimpulan
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan dalam melakukanprosedur
alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap salah saji klien harus
dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat
risiko pengendalian yang dinilai pada awal audit. Jika sejumlah besar salah saji yang terjadi itu
tidak konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus merevisi penilaian itu dan
mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut kepada audit. Auditor perusahaan publik juga harus
mempertimbangkan implikasinya bagi audit pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
BAB 17
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO
2. SAMPLING NONSTATISTIK
Ada 14 langkah yang diperlukan dalam sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo.
Langkah-Sampling
Audit
untuk Langkah-Sampling
Audit
untuk
pengecualian.
4.Mendefinisikan populasi
4. Mendefiniskan populasi
5. Mendefiniskan unit sampling
5. Mendefiniskan unit sampling
6. Menetapkan salah saji yang dapat 6. Menetapkan tingkat pengecualian
ditoleransi yang dapat
ditoleransi.
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima 7. Menetapkan risiko yang dapat penilian
atas diterima atas penerima yang salah risiko pengendalian yang (ARACR)
terlalu rendah.
8. Mengestimasi
salah
saji
populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal
populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Prosedur
10. Memilih sampel
11. Melaksanakan Prosedur Audit
Mengevaluasi Hasil
Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari sampel ke 12. Menggeneralisasi dari sampel ke
populasi
13. Menganalisis salah saji
14. Memutuskan akseptibilitas populasi
2.1
populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Memutuskan akseptibilitas populasi
2.2
Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat kesimpilan mengenai
populas berdasarkan sampel.
2.3
2.4
Mendefiniskan Populasi
Dalam pengujian atas rincian saldo, populasi definiskan sebagai item yang membentuk populasi
2.4.1
Sampling Berstratifikasi
Bagi kebanyakan populasi, auditor memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih subpopulasi
sebelum menerapkan sampling audit. Hal ini disebut sebagai sampling berstratifikasi (stratified
sampling), di mana setiap subpopulasi disebut sebagai strata. Stratifikasi memungkinan auditor untuk
menekankan item populasi tertentu dan mengabaikan yang lain.
2.5
mengevaluasi hasil sampling nonstatistik. Auditor untuk memulainnya dengan pertimbangan pendahuluan
mengenai materialitas dan menggunakan total tersebut untuk memutuskan salah saji yang dpat ditoleransi
bagi setiap akun
2.6
ARIA ) adalah jumlah risiko yang bersedia ditaggung auditor karena menerima suatu saldo sebagai benar
padahal salah saji yang sebenarnya dalam saldo tersebut melampaui salah saji yang dapat ditoleransi.
ARIA mengukur keyakinan yang diinginkan auditor atas suatu saldo akun. Untuk memperoleh keyakinan
yang lebih besar ketika mengaudit suatu saldo akun. Untuk memperoleh keyakinan yang lebih besar
ketika mengaudit suatu saldo, auditor akan menetapkan ARIA yang lebih rendah. ( Perhatikan bahwa
ARIA adalah istilah yang ekuivalen dengan ARACR (acceptable risk of assessing control risk too low)
untuk pengujian pengendalian dan pengujian sebstantif atas transaksi. Seperti ARACR, ARIA dapat
ditetapkan secara kualitatif (seperti rendah, sedang, atau tinggi).
Ada hubungan terbalik antara ARIA dan ukuran sampel yang diperlukan. Sebuah faktor penting
yang mempengaruhi keputusan auditor mengenai ARIA adalah penilaian risiko pengendalian dalam
model risiko audit. Jika pengendalian internal sudah efektif, resiko pengendalian dapat dikurangi
sehingga memungkinkan auditor untuk meningkatkan ARIA. Pada gilirannya, hal ini akan mengurangi
ukuran sampel yang diperlukan untuk pengujian atas rincian saldo akun yang berkaitan.
2.7
dengan menilai risiko inheren, yang mempertimbangkan hasil pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, dan prosedur analitis yang telah dilaksanakan. Ukuran sampel yang
direncanakan akan meningkat apabila jumlah saji yang diharapkan dalam populasi mendekati salah saji
yang dapat ditoleransi.
2.8
mempertimbangkan faktor-faktor yang telah kita bahas sejauh ini. Untuk membantu auditor
membuat keputusan menyangkut ukuran sampel, auditor seringkali mengikuti pedoman yang
disebabkan oleh kantor akunntannya atau beberapa sumber lainnya.
2.9
item sampel untuk menetukan apakah item tersebut mengandung salah saji. Dalam konfirmasi piutang
usaha, auditor mengirimkan sampel konfirmasi positif. Jika terjadi nonrespons, mereka akan
menggunakan prosedur alternatif untuk menentukan salah saji.
2.10
dari hasil sampel ke populasi dan (2) mempertimbangkan kesalahan sampling serta resiko sampling
(ARIA). Karena itu, auditor harus memproyesikan dari sampel ke populasi.
Langkah pertama adalah menghitung titik estimasi (point estimate). Titik estimasi dapat dihitung
dengan berbagai cara, tetapi pendekatan yang umum adalah mengasumsikan bahwa salah saji populasi
yang belum diaudit adalah proporsional dengan salah saji sampel. Perhitungan tersebut harus dilakukan
untuk setiap strata dan kemudian dijumlahkan, bukan menggabungkan total salah saji dalam sampel.
Auditor, yang menngunakan sampling nonstatistik tidak dapat mengukur secara formal kesalahan
sampling sehingga harus mempertimbangkan secara subjektif kemungkinan bahwa salah saji populasi
yang sebenarnya melampaui jumlah yang dapat ditoleransi. Auditor melakukan hal ini dengan
mempertimbangkan :
1. Perbedaan antara titik estimasi dan salah saji yang dapat ditoleransi ( yang disebut
2.
3.
4.
5.
2.11
atas rincian saldo. Auditor harus menganalisis salah saji untuk memutuskan apakah setiap modifikasi
model resiko audit memang diperlukan. Dalam paragraph sebelumnya, jika auditor menyimpulkan bahwa
kelalaian untuk mencatat retur yang disebabkan oleh lemahnya pengendalian internal, auditor mungkin
perlu menilai kembali resiko pengendalian. Hal tersebut pada gilirannya akan menyebabkan auditor
mengurangi ARIA, yang akan meningkatkan ukuran sampel yang direncanakan.
2.12
Jika auditor menyimpulkan bahwa salah saji dalam suatu populasi mungkin lebih besar dari salah
saji yang dapat ditolerensi setelah mempertimbangkan kesalahan sampling, populasi tidak dianggap dapat
diterima. Pada titik tersebut, auditor memiliki beberapa tindakan yang dilakukan
2.12.1 Tidak Mengambil Tindakan Hingga Pengujian atas Bidang Audit Lainnya Telah
Selesai
Akhirnya, auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan mengandung
salah saji yang material. Jika salah saji yang mengoffset ditemukan pada bagian audit lainnya, seperti
dalam persediaan, auditor dapat menyimpulkan bahwa estimasi salah saji piutang usaha dapat diterima.
Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo akun mengandung salah saji yang material, klien
mungkin akan bersedia menyesuaikan nilai bukan berdasarkan hasil sampel.
3.1
dalam MUS, walaupun beberapa dilakukan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut yaitu:
3.1.1
dalam saldo akun. Dengan berfokus pada dolar individual sebagai unit sampling, secara otomatis MUS
akan menekankan unit fisik yang memiliki saldo tercatat lebih besar. Karena sampel dipilih berdasarkan
doalr individual, akun dengan saldo yang besar memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dimasukkan
ketimbang akun dengan saldo yang lebih kecil. Akibatnya sampling berstratifikasi tidak diperlukan dalam
MUS. Stratifikasi itu akan terjadi secara otomatis.
3.1.2
tetapi belum diperhitungkan. Jika tujuan kelengkapan sangat penting dalam pengujian audit, tujuan
tersebut harus dipenuhi secara terpisah dari pengujian MUS.
3.1.3
3.1.4
3.1.5
nonstatistik, tetapi hal tersebut cukup berbeda dengan pembahasan tentang keunggulannya.
3.1.6
proporsional bagi pemilihan ukuran sampel (probability proportional to size sample selection=PPS).
Sampel PPS dapat diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak computer, tabel angka acak, atau
teknik sampling sistematis.
Salah satu masalah dalam menggunakan pemilihan PPS adalah bahwa item populasi dengan saldo
tercatat nol tidak memiliki peluang untuk dipilih melalui pemilihan sampel PPS, walaupun mungkin
mengandung salah saji. Demikian juga, saldo berjumlah kecil akibat kurang saji yang signifikan memiliki
kesempatan yang kecil untuk dimasukkan dalam sampel. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan
pengujian audit khusus atas item bersaldo nol dan berjumlah kecil, dengan mengasumsikan bahwa hal itu
perlu ditangani.
Masalah lainnya adalah ketidakmampuan PPS untuk memasukkan saldo negative, seperti saldo
kredit piutang usaha, ke dalam sampel PPS.
3.1.7 Auditor Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi dengan Menggunakan Teknik MUS
Tanpa memandang metode sampling yang dipilih, auditor harus menggeneralisasi dari sampel ke
populasi dengan (1) memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi dan (2) menentukan
kesalahan sampling yang terkait. Ada empat aspek dalam melakukan hal tersebut dengan menggunakan
MUS:
1. Tabel sampling atribut digunakan untuk menghitung hasil.
2. Hasil atribut harus dikonversi ke dalam dolar.
3. Auditor harus membuat asumsi mengenai persentase salah saji setiap item populasi
yang
saji
(misstatement bounds).
yang
jumlah lebih saji maksimum dan jumlah kurang saji yang dapat saja terjadi dalam populasi meskipun
sampel tidak mengandung salah saji. Hal tersebut masing-masing disebut sebagai batas salah saji atas dan
batas salah saji bawah.
digabungkan. Pertama,
dihitung.
2. Asumsi salah saji yang berbeda dibuat untuk setiap salah saji, termasuk salah saji
ada salah saji dalam sampel, asumsinya akan diperlukan sebagai persentase rata-rata salah saji untuk item
populasi yang mengandung salah saji.
menggunakan informasi yang
Setelah
salah
saji
tersebut
ditemukan,
auditor
dapat
3. Auditor harus berhadapan dengan lapisan CUER dari tabel sampling atribut. Auditor melakukan hal
ini karena ada asumsi salah saji yang berbeda bagi setiap
dengan terlebih dahulu menentukan CUER
untuk
mengaitkan asumsi salah saji dengan lapisan adalah mengaitkan secara konservatif persentase salah saji
dolar yang terbesar dengan lapisan yang terbesar.
Sebagian besar pengguna MUS yakin bahwa pendekatan ini terlalu konservatif jika ada jumlah
yang mengoffset. Jika ditemukan jumlah kurang saji, sangatlah logis dan masuk akal bahwa batas jumlah
lebih saji harus lebih rendah ketimbang tidak ada jumlah kurang saji yang ditemukan, dan sebaliknya.
Penyesuaian atas batas untuk mengoffset jumlah dilakukan sebagai berikut:
1. Titik estimasi salah saji dibuat untuk jumlah lebih saji dan kurang saji.
2. Setiap batas dikurangi sebesar titik estimasi sebaliknya
3.6.1 Materialitas
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas umumnya merupakan dasar bagi jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi yang akan digunakan. Jika diperkirakan terjadi salah saji dalam pengujian non-
MUS, salah saji yang dapat ditoleransi akan kurang materialitas dari jumlah tersebut. Salah saji yang
dapat ditoleransi berupa lebih saji atau kurang saji mungkin akan berbeda.
3.6.2 Asumsi Persentase Rata-rata Salah Saji untuk Item Populasi yang
Mengandung Salah Saji
Mungkin ada asumsi yang terpisah untuk batas atas dan bawah, yang juga merupakan
pertimbangan auditor. Hal tersebut harus didasarkan pada pengetahuan auditor mengenai klien serta
pengalaman masa lalu, dan jika lebih kecil dari 100 persen yang digunakan, asumsinya harus dapat
dipertahankan dengan jelas.
3.6.3 Risiko yang Dapat Diterima atas Penerimaan yang Salah (ARIA)
ARIA adalah suatu pertimbangan auditor dan sering kali dicapai dengan bantuan model risiko
audit.
3.6.6 Hubungan Model Risiko Audit dengan Ukuran Sampel untuk MUS
MUS akan digunakan dalam melaksanakan pengujian atas rincian saldo. Auditor harus memahami
hubungan ketiga faktor-faktor independen itu dalam model risiko audit, ditambah prosedur analitis dan
pengujian substantif atas transaksi dengan ukuran sampel untuk pengujian atas rincian saldo.
Sampling unit moneter (MUS) memiliki sedikitnya empat fitur yang menarik bagi auditor:
1. MUS secara otomatis akan meningkatkan kemungkinan memilih item dolar yang
tinggi
dari
sampel
akan
tinggi
untuk
4.
SAMPLING VARIABEL
Sampling variable adalah metode statistic yang digunakan oleh auditor. Sampling variable dan
sampling nonstatistik untuk pengujian atas rincian saldo memiliki tujuan yang sama, yaitu mengukur
salah saji dalam suatu saldo akun. Jika auditor menentukan bahwa jumlah salah saji melampaui jumlah
yang dapat ditoleransi, mereka akan menolak populasi dan melakukan tindakan tambahan.
4.2Distribusi Sampling
Auditor tidak mengetahui nilai rata-rata (mean) salah saji dalam populasi, distribusi jumlah salah
saji, atau nilai yang diaudit. Karakteristik populasi tersebut harus diestimasi dari sampel yang tentu saja,
merupakan tujuan dari pengujian audit.
Setelah menghitung nilai rata-rata item sampel, auditor memplotnya ke dalam distribusi frekuensi.
4.3Inferensi Statistik
Jika sampel diambil dari satu populasi dalam situasi audit actual, auditor tidak mengetahui
karakteristik populasi itu dan biasanya, hanya satu sampel yang akan diambil dari populasi bersangkutan.
Pengetahuan mengenai distribusi sampling akan memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan
statistic, atau inferensi statistic ( statistical inferences ), mengenai populasi.
Auditor dapat menyatakan kesimpulan yang dibuatnya dari interval keyakinan dengan
menggunakan inferensi statistic dalam cara yang berbeda. Akan tetapi, mereka harus berhati-hati untuk
menghindari kesimpulan yang tidak benar, mengingat nilai populasi yang sebenarnya selalu tidak
diketahui. Akan tetapi, auditor dapat mengatakan bahwa prosedur yang digunakan untuk memperoleh
sampel dan menghitung interval keyakinan akan menghasilkan interval yang berisi nilai rata- rata
populasi yang sebenarnya dalam persentase tertentu pada saat tersebut. Singkatnya, auditor mengetahui
reliabilitas proses inferensi statistic yang digunakan untuk menarik kesimpulan. Menghitung interval
keyakinan rata-rata populasi dengan menggunakan logika yaitu sebagai berikut :
4.4Metode Variabel
Auditor menggunakan proses inferensi statistic sebelumnya bagi semua metode sampling variabel.
Setiap metode dibedakan menurut apa yang sedang diukur, ketiga metode variabel tersebut.
Sampling stratifikasi adalah metode sampling dimana semua unsur dalam total populasi dibagi
menjadi dua atau lebih subpopulasi. Setiap subpopulasi kemudian diuji secara independen.
Perhitungannya dilakukan bagi setiap strata dan kemudian digabung menjadi satu estimasi populasi
secara keseluruhan untuk interval keyakinan populasi secara menyeluruh. Hasilnya diukur secara statistic.
Stratifikasi dapat diterapkan pada estimasi perbedaan, rasio, dan rata-rata per unit, tetapi paling sering
digunakan dengan estimasi rata-rata per unit.
4.6Risiko Sampling
Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah ( ARIA ) untuk sampling nonstatistik.
Untuk sampling variabel, auditor menggunakan ARIA serta risiko yang dapat diterima atas penolakan
yang salah ( acceptable risk of incorrect rejection = ARIR ).
4.6.1 ARIA
ARIA adalah risiko statistic bahwa auditor telah menerima populasi yang, dalam kenyataannya,
mengandung salah saji yang material. ARIA mendapat perhatian yang besar dari auditor karena memiliki
implikasi hukum yang serius dakam menyimpulkan bahwa saldo akun telah dinyatakan secara wajar
padahal sebenarnya mengandung salah saji dalam jumlah yang material.
Saldo akun dapat dinyatakan terlalu tinggi atau terlalu rendah, tetapi tidak keduanya ; karena itu,
ARIA merupakan pengujian statistic satu arah. Karena itu, koefisien keyakinan untuk ARIA berbeda
dengan tingkat keyakinan. Tingkat keyakinan = 1 2 x ARIA.
4.6.2 ARIR
Risiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah ( acceptable risk of incorrect rejection =
ARIR ) adalah risiko statistic bahwa auditor telah menyimpulkan suatu populasi mengandung salah saji
yang material padahal sebenarnya tidak. ARIR hanya akan mempengaruhi tindakan auditor jika mereka
menyimpulkan bahwa populasi dinyatakan secara wajar. Jika auditor menemukan suatu saldo tidak
dinyatakan secara wajar, mereka umumnya akan meningkatkan ukuran sampel atau melaksanakan
pengujian lainnya. ARIR baru dianggap penting jika diperlukan biaya yang tinggi untuk meningkatkan
ukuran sampel atau melaksanakan pengujian lainnya.
ARIA dan ARIR
Keadaan Aktual Populasi
Keputuan Audit Aktual
Kesimpulan
Menyimpulkan
bahwa
populasi
yang
tidak
ARIA
5.
pengujian
audit
adalah
untuk
menentukan
apakah
piutang
usaha
mempertimbangkan penyisihan piutang tak tertagih mengandung salah saji yang material.
sebelum
Sampling audit diterapkan dalam konfirmasi piutang usaha karena besarnya jumlah piutang usaha.
Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah ( ARIA ), ARIA
dipengaruhi oleh risiko audit yang dapat diterima, hasil pengujian pengendalian
dan pengujian substansif atas transaksi, prosedur analitis, dan signifikansi relative
Dalam situasi nonrespons, salah saji yang ditemukan dengan prosedur alternative akan diperlakukan
serupa dengan salah saji yang ditemukan melalui konfirmasi.
1. Menghitung titik estimasi total salah saji. Titik estimasi adalah ekstrapolasi langsung
dari salah saji dalam sampel kesalah saji dalam produksi.
2. Menghitung estimasi deviasi standar populasi. Deviasi standar populasi adalah ukuran
statistic dari variabilitas nilai setiap item dalam populasi. Jika ada sejumlah besar variasi
dalam nilai item populasi, deviasi standar akan lebih besar dibandingkan jika variasinya
kecil. Deviasi standar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap interval presisi yang
dihitung
3. Menghitunng interval presisi. Interval presisi dihitung dengan menggunakan rumus
statistic. Hasilnya adalah berupa ukuran dolar dari ketidakmampuan memprediksi salah
saji populasi yang sebenarnya karena pengujian didasarkan pada sampel, bukan pada
populasi secara keseluruhan. Pengaruh perubahan setiap factor meskipun factor-faktor
lainnya tetap konstan yaitu :
Jenis Perubahan
Meningkatkan ARIA
Menurun
Meningkat
Meningkat
Menurun
4. Menghitung
batas
keyakinan.
Auditor
menghitung
batas
keyakinan,
yang
- Jika interval keyakinan dua sisi untuk salah saji sepenuhnya berada dalam salah saji yang
dapat ditoleransi berupa plus dan minus, terima hipotesis bahwa nilai buku tidak
disalahsajikan dalam jumlah yang material.
- Jika terjadi sebaliknya, terima hipotesis bahwa nilai buku disalahsajikan dalam jumlah
yang material.
5.3.4 Analisis
Penggunaan ARIR yang kecil akan menyebabkan ukuran sampel menjadi lebih besar ketimbang
jika ARIR-nya sebesar 100 persen. Auditor dapat menggunakan ARIR untuk mengurangi kemungkinan
harus meningkatkan ukuran sampel jika deviasi standar atau titik estimasi lebih besar dari yang
diharapkan.
dibuat. Jika interval presisi yang dihitung melampaui salah saji yang dapat ditoleransi, auditor tidak
akan mengharuskan pembukuan disesuaikan.