Anda di halaman 1dari 51

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN

PENAGIHAN : PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
02/04/2013 by andinurhasanah in auditing

BAB I
PENDAHULUAN
City Finance adalah klien terbesar yang dikelola dari kantor perusahaan Big Four di
Pittsburgh, perusahaan tersebut adalah konglomerat jasa kekuangan yang memiliki hamper
seribu kantor yang tersebar di Amerika Serikat dan Kanada, serta kantor koresponden diluar
negeri. Catatan perusahaan berisi lebih dari sejuta piutang usaha dan perusahaan ini juga
memroses jutaan transkasi penjualan serta transaksi lainnya setiap tahun. Pusat computer
perusahaan berada didalam sebuah ruangan yang besar dan nyaman yang berisikan beberapa
computer mainframe yang besar serta banyak peralatan pendukung lainnya. Karena kegagalan
system dapat menggangu operasi disemua cabang perusahaan, dipasang dua system online yang
lengkap dimana yag satu berfungsi sebagai cadangan bagi yang lainnya.
Perusahaan memiliki system checks dan balances yag tidak bias dimana catatan transaksi
kantor cabang direkonsiliasi dengan pengendalian pemrosesan data harian, yang pada gilirannya,
akan direkonsiliasi dengan catatan akun bank bulanan. Setiap kali proses rekonsiliasi ini
menunjukkan kondisi out-of-balance yang signifikan, prosedur akan segera memecahkan
masalah tersebut secepat mungkin. Sejumlah besar staf audit internal akan mengawasi setiap
upaya investigative khusus ini.
Karena City Finance merupakan sebuah perusahaan public, perusahaan tersebut harus
melaporkan laporan keuangan tahunannya termasuk laporan manajemen mengenai pengendalian
internal terhadap pelaporan keuangan pada From 10-K kepada Securities dan Exchange
Commissions dalam waktu 60 hari setelah akhir tahun fiskalnya. Selain itu, perusahaan juga
harus mengumumkan laba tahunan dan menerbitkan laporan tahunannya segera setelah akhir
tahun dengan selayak layaknya. Dalam keadaan tersebut, selalu ada tekanan yang kuat kepada
kantor akuntan public untuk menyelesaikan audit dengan cepat.
PEMBAHASAN

A. AKUN DAN KELAS TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN SERTA


PENAGIHAN
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah
saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip prinsip akuntansi yang diterima umum.

Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun
dalam siklus penjualan dan penagihan . gambar tersebut menunjukkan bahwa lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan antara lain :
1. Penjualan ( penjualan tunai dan kredit )
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak tertagih
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan jumlah
yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu
akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita
mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun
penjualan kredit.
B. FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN TERKAIT
Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk
mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk
dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi
bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.
Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan.
Kelas Transaksi
Akun
Fungsi Bisnis
Dokumen Dan Catatan
Pesanan pelanggan
Pesanan penjualan
Pesanan pelanggan atau
Pemroses pesanan
pesanan penjualan
pelanggan
Dokumen pengiriman
Pemberian kredit
Faktur penjualan
Pengiriman barang File transaksi penjualan
Penagihan
Jurnal penjualan atau listing
pelanggan dan
File induk piutang usaha
Penjualan piutang
pencatatan
Neraca saldo piutang usaha
Penjualan
usaha
penjualan
Laporan bulanan
Remittance advice
Prelisting penerimaan kas
File transaksi penerimaan
Kas di bank ( debet Pemroses dan
kas
dari penerimaan
pencatatan
Jurnal penerimaan kas atau
Penerimaan Kas
kas ) piutang usaha penerimaan kas
listing
Retur Dan
Retur dan
Pemroses dan
Memo kredit
Pengurangan
pengurangan
pencatatan retur
Jurnal retur dan
Penjualan
penjualan
dan pengurangan
pengurangan penjualan

Penghapusan
Piutang tak
Tertagih

Beban Piutang tak


Tertagih

Pitang usaha
Piutang Usaha
Penyisihan untuk
piutang tak tertagih
Beban piutang tak
tertagih
Penyisihan untuk
piutang tak tertagih

penjualan
Penghapusan
piutang usaha tak
tertagih

Formulir otorisasi piutang


tak tertagih
Jurnal umum

Penyediaan piutang
tak tertagih

Jurnal umum

Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang pengujian
pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi bisnis dan
dokumen serta catatan suatu perusahaan.

Pemroses pesanan pelanggan


o Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan.
o Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan
informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.
Pemberian kredit
o Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan
deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya.
o Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang antara
pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika barang telah
dikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat
jurnal dalam jurnal penjualan.

Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan


Aspek paling penting dari penagihan yaitu :
Semua pengiriman telah ditagih ( kelengkapan = completeness )
Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali ( keterjadian = occurrence )
Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat ( keakuratan = accuracy )
o Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual,
harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
o File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan semua transaksi
penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu periode, seperti sehari, seminggu,
atau sebulan.
o Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan yang
cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah dan klasifikasi bagi setiap
transaksi seperti divisi atau lini produk.
o File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat penjualan
individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi setiap pelanggandan
untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
o Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik kepada
setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya.

Pemroses dan pencatatan penerimaan kas

o Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
o Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang yang
tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas dan yang
tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
o Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah pelanggan
akibat retur barang atau pengurangan harga.
o Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat retur
dan pengurangan penjualan.
Penghapusan piutang usaha tak tertagih
o Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam lingkungan
internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha sebagai tak tertagih.

C. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENJUALAN
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam
pengendalian ini yaitu :
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya bagi
penjualan.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu mengaitkannya
dengan tujuan .
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.
Pemisahan tugas yang memadai
Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun penipuan
atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan, manajemen harus menolak akses ke kas bagi
siapapun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam computer.
Menentukan luas pengujian pengendalian
Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk
mengurangi resiko pengendalian.
Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan
Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas pada
pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil. Mencatat penjualan yang
terjadi untuk tujuan ini, auditor harus memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin
terjadi :
a. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali

c. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.


Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan,sementara
jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan. Konsekuensi potensial dari ketiga jenis
salah saji tersebut sangatlah besar karena akan menimbulkan lebih saji aktiva dan laba.
Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal dan
memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama adalah untuk
transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang kedua adalah untuk
transaksi yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).
Penjualan dicatat dengan akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal hal berikut :
a. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
b. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
c. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.

D. RETUR DAN PENGURANGAN PENJULAN


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk
mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo kredit yang telah
digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah matrealitas.
Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat
mengabaikannya. Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur
dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi yang
tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi
oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo akun
untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir tahun. Secara
alami , tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi, karena tujuan dan metodologi untuk
mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada intinya sama seperti untuk penjualan, tidak
dimasukkan studi yang mendalami mengenai hal tersebut. Jika ingin mengaudit retur dan
pengurangan penjualan, harus dapat menerapkan logika yang sma untuk mendapatkan
pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substansif atas transaksi yang sesuai guna
memverifikasi jumlahnya.
E. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENERIMAAN
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan untuk penjualan.
Prosedur audit untuk pengujian pengendalian , pengujian substansif atas transaksi penerimaan
kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan,
tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas.

Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut
ini :
Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi setiap
tujuan.

Penyiapan Bukti Penerimaan Kas


Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang
dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas ( proof
of cash receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jumlah
penerimaan kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan
deposito atau setoran actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan
diantara keduanya mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos pos
lainnya, tetapi jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.

Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha


Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk
menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang menangani
penerimaan kas dan kemudian memasukkannya kedalam system computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan
kas kedalam system. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah,
dan tanggalyang ditunjukkan pada remmitance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas
dan salinan slip setoran terkait.

F. PENGUJIAN AUDIT UNTUK MENGHAPUS PIUTANG TAK TERTAGIH


Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih adalah
kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang usaha yang
sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi kejadian ). Pengendalian yang
penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang
tak tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui
penyelidikan menyeluruh mengenai alas an pelanggan tidak mampu membayar.
Pengendalian internal tambahan atas saldo akun dan penyajian serta pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai
bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi. Untuk siklus
penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi tujuan yang
terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan empat tujuan
penyajiannya serta pengungkapan.
Pengaruh hasil pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian substansif atas
rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi dalam dalam siklus penjualan dan penagihan adalah

saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak
tertagih.
7. PENGUJIAN AUDIT UNTUK PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH Auditor mencegah
kecurangan dengan melakukan otorisasi penghapusan piutang yang tepat oleh manajemen yang
berwenang setelah penyelidikan secara menyeluruh atas alasan pelanggan yang tidak mampu
membayar piutang. 8. PENGENDALIAN INTERNAL TAMBAHAN TERHADAP SALDO AKUN SERTA
PENYAJIAN PENGUNGKAPAN a. Penyusunan neraca saldo umur piutang dagang untuk dikaji
ulang dan ditindaklanjuti. b. Kebijakan penghapusan piutang. 9. DAMPAK PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI Dampak yang paling signifikan
terletak pada konfirmasi piutang dagang. 10.IKHTISAR Langkah-langkah metodologi untuk
merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi: memahami pengendalian
internal, mengukur resiko pengendalian yang direncanakan, menentukan keluasan pengujian
pengendalian, dan merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantive.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/leksy/audit-siklus-penjualan-danpenagihan_5535b8ce6ea834c429da42ce

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang auditor dalam menentukan sampling audit dari suatu populasi haruslah
bersifat representative. Apabila seorang auditor tidak mampu memutuskan item-item
mana saja yang akan menjadi sampling, akan sangat berpengaruh terhadap evaluasi akhir.
Untuk itulah, seorang auditor harus memikirkan, metode manakah yang tepat dalam
penetapan sampling.
Metode yang dapat dilakukan seorang auditor ada dua. Yaitu statistik dan non
statistik. Dari masing-masing setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan
dalam hal ini, diperlukan insting bagi seorang auditor professional.
Demi tercapainya sampling yang representatif, perlu ditelaah mengapa dan
bagaimana penerapan dari masing-masing metode tersebut. Dan sangat dibutuhkan

perhatian lebih dalam penetapan sampling karena akan berpengaruh terhadap hasil
evaluasi terakhir.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentefikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sampling representatif ?
2. bagaimana membedakan antara sampling statistik dan nonstatistik serta antara pemilihan
sampel probabilistik dan nonprobabilistik ?
3. Bagaimana cara memilih sampel yang representatif ?
4. Apa yang dimaksud dengan sampling audit untuk tingkat pengecualian ?
5. Bagaimana menggunakan sampling nonstatistik dalam pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi ?
6. Apa yang dimaksud sampling atribut dan distribusi sampling ?
7. Bagaimana menggunakan sampling atribut dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi

1.3 Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pemeriksaan akuntansi II.
Selain itu makalah ini bertujuan untuk membandingkan antara metode sampling statistik
dengan metode sampling nonstatistik. Membandingkan dalam arti tidak mengatakan
metode itu baik atau tidak baik, tapi dijadikan sebagai pedoman bagi para pembaca jika
ingin menentukan sampling mana yang bersifat representatif dan menjawab rumusan
masalah.
b. Manfaat makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara : menentukan, langkahlangkah serta metode yang dapat digunakan dalam menentukan sampling yang
representatif

BAB II
PEMBAHASAN
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

2.1 SAMPEL REPRESENTATIF


Sampel

representative

(Representative

sample)

adalah

sampel

yang

karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki populasi. Ini berarti, item-item yang
dijadikan sampel serupa dengan item-item yang tidak dijadikan sampe. Sebagai
contoh, dari 1000 populasi, auditor memilih sampel sebanyak 100 lembar salinan
faktur dan menemukan 3 lampiran dokumen pengiriman barang yang hilang. sampel
tersebut sangat representatif apabila 30 dari 1000 faktur pengiriman barang hilang. Atau
cukup representative apabila terdapat minimal 20 atau maksimal 40 faktur pengiriman
barang hilang. Dan jika tidak ada atau ditemukan banyak item yang hilang, sampel
tersebut dianggap nonpresentatif.
Dalam praktiknya, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampe bersifat
representative bahkan setelah semua pengujianselesai dilakukan. (satu-satunya cara untuk

mengetahui apakah suatu sampel bersifat representative adalah dengan melakukan audit
lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan). Akan tetapi, auditor dapat meningkatkan
kemungkinan sampel dianggap representative dengan menggunakannya secara cermat
ketika merancang proses sampling, Pemilihan sampel, dan evaluasi hasil sampel. Hasil
sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan
sampling. Resiko dari kedua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai resiko
nonsampling dan resiko sampling. Keduanya dapat dikendalikan.
Resiko nonsampling (nonsampling risk) adalah resiko bahwa pengujian audit tidak
menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab resiko nonsampling
adalah kegagalan auditor untuk mengendali pengecualian dan prosedur audit yang tidak
sesuai atau tidak efektif. Resiko sampling (sampling risk) adalah resiko bahwa auditor
mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representative. Resiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat mengujileebih sedikit dari populasi
secara keseluruhan.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:
1.

Menyesuaikan ukuran sampel

2.

Menggunakan metode pemilihan sampel yang tepat dari populasi

Penggunaan

metode

pemilihan

sampel

yang

sesuai

dapat

meningkatkan

kemungkinan keterwakilan sampel bersangkutan. Hal ini tidak menghilangkan atau


bahkan mengurangi resiko sampling. Tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur
resiko yang berkaitan dengan ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel dan
evaluasi statistic digunakan.

2.2. SAMPLING STATISTIK VERSUS SAMPLING NONSTATISTIK DAN PEMILIHAN


SAMPEL PROBABILISTIK VERSUS NONPROBABILISTIK
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu Sampling
statistik dan sampling nonstatistik. kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan
tiga tahap :
1.

Perencanaan sampel

2.

Pemilihan sampel dan melakukan pengujian

3.

Pengevaluasian hasil

Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit


dilakukan dengan cara yang memberikan resiko sampling yang diinginkan dan
meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsalmpling. Pemilihan sampel melibatkan
keputusan bagaimana sampel dipilih dari populasi dan melakukan pengujian dokumen
serta membuat prosedur audit. Auditor baru dapat melaksanakan pengujian audit hanya
setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan
berdasarkan pengujian audit.
Sampling statistik (statistical sampling) berbeda dari sampling nonstatistik.
Sampling statistik menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi
(mengukur) resiko sampling pada saat merencanakan sampel dan mengevaluasi hasil.
Dalam sampling nonstatistik (statistical sampling ) auditor tidak menggunakan
kuantifikasi resiko sampling. Auditor memilih item sampling yang diyakini akan
memberikan informasi yang paling bermanfaat. Dalam situasi tertentu, dan mencapai
kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan.
Pemilihan sampel probabilistik (probabilistic sample selection) auditor memilih
secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki probabilitas yang sama
untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang tinggi dan
penggunaan salah satu dari beberapa metode. dalam pemilihan sampel nonprobabilistik,

auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan professional dan bukan
metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu daribeberapa metode
pemilihan sampel nonprobabilistik
Jika sampling statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode
evaluasi statistik yang tepat harus digunakan dengan hasil sampel untuk melakukan
perhitungan resiko sampling dan auditor juga dapat melakukan evaluasi nonstatistik.
Tetapi jarang dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik dengan menggunakan
metode statistik.
Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling
audit nonstatistik. Ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik. Sementara itu ada empat
jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik,
yang semuanya bersifat probabilistik.
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) :
1.

Pemilihan sampel terarah

2.

Pemilihan sampel blok

3.

Pemilihan sampel sembarangan

Metode pemilihan sampel probabilistik :

2.3.

1.

Pemilihan sampel acak sederhana

2.

Pemilihan sampel sistematis

3.

Pemilihan sampel probabilistik yang proporsional dengan ukuran

4.

Pemilihan sampel bertahap

MEMILIH SAMPEL REPRESENTATIF


a.

Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik

1.

Pemilihan sampel terarah (directed sample selection)

Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria
pertimbanganya sendiri. Pendekatan yang umumnya digunakan adalah :

pos yang paling mungkin mengandung salah saji (piutang usaha yang telah
lama beredar, penjualan dari dan penjualan kepejabat serta perusahaan afiliasi, dan
transaksi tidak biasa besar dan kompleks),
pos yang mengandung karakteristik populasi terpilih (sampel pengeluaran kas
dari setiap bulan, setiap rekening atau lokasi bank, dan setiap jenis akuisisi utama)
cakupan nilai uang yang besar (auditor dapat memilih sampel yang meliputi
bagian total nilai uang populasi yang besar sehingga mengurangi resiko penarikan
kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak memeriksa pos-pos yang kecil.
2.

Pemilihan sampel blok (block sample selection)

Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara
berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok
yang digunakan masuk akal.
3.

Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection)

Adalah pemilihan item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Auditor
sengaja memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau karakteristik
lainnya yang membedakan. Kekurangan dari pemilihan sampel sembarangan yang paling
serius adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan.

b.
1.

Metode Pemilihan Sampel Probabilistik

Sampel acak sederhana


Dalam sampel acak sederhana, setiap kombinasi dari item populasi yang mungkin

memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan
sampling acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk
emnekan satu atau lebih item populasi. Sampel acak sederhana terbagi kedalam dua
kategori, yaitu :
Tabel angka acak
Angka acak adalah serangkaian digit yang memiliki probabilitas yang sama untuk
muncul selama jangka panjang dan tidak memilikipola yang dapat diidentifikasi. Sebuah

tabel angka acak memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan baris dan kolom yang
telah diberi nomor. Auditor memilih sampel acak dengan pertama membentuk
korespondensi antara nomor dokumen klien yang akan dipilih dan digit pada tabel angka
acak. Setelah memilih titik awal acak, auditor membaca kebawah tabel dan menemukan
angka acak pertama yang berada dalam urutan nomor dokumen yang sedang diuji. Proses
ini terus berlangsung hingga item sampel terakhir dipilih.
Komputer pengacak angka
Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor dihasilkan oleh komputer
dengan menggunakan salah satu dari tiga jenis program (spreadsheet elektronik, generator
acak angka, dan perangkat lunak audit yang tergeneralisasi.

2.

Pemilihan Sampel Sistematis

Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item yang akan
dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval kelas tersebut. Interval ditentukan dengan
membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari
pemilihan sistematis adalah lebih mudah digunakan. Dalam sebagian besar populasi,
sampel sistematis dapat diambil dengan cepat dan pendekatannya secara otomatis akan
menempatkan

nomor

dalam

urutan.

Yang

membuatnya

lebih

mudah

untuk

mengembangkan dokumentasi yang sesuai.


Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistematis adalah kemungkinan
terjadinya bias. Karena cara pemilihan sistematis dilakukan, setelah item pertama sampel
dipilih, semua item lainnya akan dipilih secara otomatis. Hal ini tidak akan menimbulkan
jika karakteristik kepentingan, seperti deviasi pengendalian yang mungkin terjadi,
didistribusikan secara acak keseluruh populasi, yang mungkin tidak selalu terjadi. Jika
menggunakan pemilihan sistematis, auditor harus mempertimbangkan pola yang mungkin
ada dalam data populasi yang dapat menyebabkan bias sampel.

3. Pemilihan sampel probabilistik proporsional


Untuk yang jumlah catatannya sangat banyak, disebut juga sebagai sampling
dengan probabilitas yang proposional dengan ukuran (PPS/Probabilistik Proporsional
Sampel) dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik
unit moneter.
4. Pemilihan sampel stratifikasi
menekankan besarnya materi populasi dengan membagi populasi kedalam
subpopulasi melalui ukuran yang lebih besar. Hal ini disebut sebagai sampling bertahap,
dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik
variable.

2.4.

SAMPLING UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN


Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian

substantif atas transaksi untuk mengestimasi persentase item-item dalam populasi yang
memiliki karakteristik atau atribut kepentingan.. persentase ini disebut sebagai tingkat
keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi :
1. Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang ditetapkan klien
2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
3. Salah saji moneter dalam populasi rincian saldo akun
Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaatnbagi dua jenis pengecualian
yang pertama, yang melibatkan transaksi. Maka, auditornmenggunakan secara ekstensif
sampling audit yang mengukur tingkat pengecualian ketika melakukan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Tingkat pengecualian dalam suatu
sampel akan digunakan untuk mengestimasi tingkat pengecualian dalam populasi, yang
merupakan estimasi terbaik auditor atas tingkat pengecualian populasi.
Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai penyimpangan dari
prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal itu

disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilah
deviasi terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telah dibuat
(ditetapkan)

Karena

tingkat

pengecualian

berdasarkan

sampel,

kemungkinan

tingkat

pengecualian sampel akan berbeda dari tingkat pengecualian populasi actual. Perbedaan
ini disebut sebagai kesalahan sampling (sampling error). Auditor memperhatikan baik
estimasi kesalahan sampling maupun reliabilitas estimasi tersebut, yang disebut risiko
sampling(sampling risk)
Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian
auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu. Dan bukan lebar
interval keyakinannya. Oleh sebab itu, auditor berfokus pada batas atas estimasi interval
yang disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung (computed upper exception
rate/CUER) atau yang diestrimasikan dalam melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi.

2.5.

APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK DALAM PENGUJIAN


PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan
sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
Langkah-langkah tersebut dibagi menjadi tiga tahap yang telah digambarkan sebelumnya.
Auditor harus mengikuti langkah-langkah tersebut dengan cermat untuk memastikan
diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar.
14 langkah tersebut terbagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama (merencanakan
sampel) terdapat 9 langkah. Tahap kedua (memilih sampel dan melaksanakan prosedur
audit) terdapat 2 langkah. Dan tahap ketiga (mengevaluasi hasil) terdapat tiga tahap.

Tahap I : Merencanakan Sampel


Menyatakan tujuan pengujian audit
Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
Mendefinising atribut dan kondisi pengecualian
Mendefinisikan populasi
Mendefinisikan unit sampling.
Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
Menetapkan resiko yang dapat diterima atas penilaian resiko pengendalian yang terlalu
rendah.
Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
Menentukan ukuran sampel awal
Tahap II : Memilih sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
Memilih Sampel
Melaksanakan Prosedur Audit
Tahap III : Mengevaluasi Hasil
Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
Menganalisis pengecualian
Memutuskan akseptabilitas populasi

Tahap I : Merencanakan Sampel


Menyatakan tujuan pengujian audit
Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus akuntansi yang sedang
diuji. Biasanya, auditor mendefenisikan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi sebagai :

Menguji keefektifan operasi pengendalian


Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter.

Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan


Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat
kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa
program audit dan memilih prosedur audit dimana sampling audit dapat diterapkan

Mendefinising atribut dan kondisi pengecualian


Atribut kepentingan dan kondisi pengecualian untuk sampling audit diambil
langsung dari prosedur audit yang digunakan auditor. Ketiadaan atribut pada setiap item
sampel akan menimbulkan pengecualian bagi atribut tersebut. Baik dokumen yang hilang
maupun salah saji yang tidak material akan menciptakan pengecualian. Kecuali auditor
menyatakan secara khusus hal sebaliknya dalam kondisi pengecualian.

Mendefinisikan populasi
Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefenisikan populasi untuk memasukkan setiap itemyang mereka inginkan. Tetapi
ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari seluruh populasi. Auditor harus
menguji populasi menyangkut kelangkaan dan rincian sebelum suatu sampel dipilih untuk
memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek pemilihan sampel.
Mendefinisikan unit sampling
Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka acak
yang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah.bermanfaat memikirkan unit smpling sebagai titik
awal untuk melakukan pengujian audit.
Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi

Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate /TER)
untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan professional. TER merupakan tingkat
pengecualian tertinggi yang akan diizinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji
dan masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan/atau
tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima). TER sangat cocok untuk
masalah materialitas sehingga dipengaruhi baik oleh definisi maupun arti penting atribut
dalam rencana audit.

Menetapkan resiko yang

dapat diterima atas penilaian resiko

pengendalian yang terlalu rendah.


Setiap kali mengambil sampel, auditor menghadapi resiko menarik kesimpulan
yang salah mengenai populasi. Hal ini berlaku baik untuk smapling statistik maupun
nonstatistik (kecuali 100% populasi diuji. Untuk sampling audit, dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, resiko tersebut disebut sebagai
resiko yang dapat diterima atas penilaian resiko pengendalian yang terlalu rendah
(acceptable risk of assessing control risk (ARACR) too low.
Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
Auditor harus terrlebih dahulu membuat estimasi tingkat pengecualian populasi
untuk merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian
populasi (estimated population exception rate/EPER) rendah, ukuran sampel yang relative
kecil akan memenihi tingkat pengecualian yang dapatditoleransi (TER) auditor, karena
hanya diperlukan lebis sedikit estimasi yang tepat
Menentukan ukuran sampel awal
Ada empat factor yang menentukan ukuran sampel awal bagi sampling audit
ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan merupakan factor

yang signifikan dan umumnya dapat diabaikan, terutama untuk populasi yang besar.
Auditor yang menggunakan sampling nonstatistik akan menentukan ukuran sampel
dengan menggunakan pertimbangan professionalnya dan bukan menggunakan rumus
statistik. Setelah ketiga factor utama yang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan,
auditor dapat memutuskan ukuran sampel awal.
Hal ini disebut sebagai ukuran sampel awal karena pengecualian sampel actual
harus dievaluasi sebelum auditor dapat memutuskan apakah sampel cukup besar untuk
mencapai tujuan pengujian

Tahap II : Memilih sampel dan Melaksanakan Prosedur


Audit
Memilih Sampel
Setelah menentukan ukuran sampel awal bagi aplikasi sampling audit, auditor harus
memilih item-item dalam populasi untukmemasukkan sampel. Auditor dapat memilih
sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau nonprobabilstik yang telah
dibahas . untuk meminimalkan kemungkinan klien mengubah item-item sampel yang
dipilih. Auditor juga harus mengendalikan sampel setelah klien menyediakan dokumen.
Beberapa item sampel tambahan dapat saja dipilih sebagai cadangan untuk mengganti
setiap item yang masih kosong dalam sampel awal
Melaksanakan Prosedur Audit
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap item dalam sampel
untuk menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan definisi atribut dan dengan
mempertahankan catatan mengenai semua pengecualian yang ditemukan. Jika prosedur
audit untuk aplikasi sampling telah selesai, auditor akan memiliki ukuran sampel dan
jumlah pengecualian untuk setiap atribut.

Tahap III : Mengevaluasi Hasil


Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
Tingkat pengecualian sampel (sample exception rate =SER) dapat dengan mudah
dihitung dari hasilsampel actual. SER sama sama dengan jumlah actual pengecualian
dibagi dengan ukuran sampel actual. Jadi, salah jika auditor menyimpulkan bahwa
tingkat pengecualian populasi adalah tepat sama seperti tingkat pengecualian sampel.
Karena hanya ada peluang yang kecil hal itu akan identik. Menurut metode nonstatistik,
auditor menggunakan dua cara untuk menggeneralisasikan dari sampel kepopulasi, yaitu :
1. Menambah estimasi kesalahan sampling ke SER guna mencapai tingkat pengecualian atas
yang dihitung (CUER) bagi ARACR tertentu.
2. Mengurangi tingkat pengecualian sampel (SER) dari tingkat pengecualian yang dapat
ditoleransi (TER), untuk menemukan kesalahan sampling yang dihitung (TER-SER) dan
mengevaluasi apakah hal tersebut cukup besar untuk menyimpulkan bahwa tingkat
pengecualian populasi yang sebenarnya dapat diterima.
Menganalisis pengecualian
Selain menentukan SER bagi setiap atribut dan mengevaluasi apakah tingkat
pengecualian yang sebenarnya (tetapi tidak diketahui) mungkin melampaui tingkat
pengecualian yang dapat ditoleransi (TER), auditor juga harus menganalisis pengecualian
individual untuk menentukan kelemahan pengendalian internal yang memungkinkan hal
tersebut terjadi. Pengecualian dapat disebabkan oleh banyak factor . Sifat pengecualian
dan penyebabnya memiliki dampak yang signifikan terhadap evaluasi system secara
kualitatif.
Memutuskan akseptabilitas populasi

Jika auditor menyimpulkan bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan


bahwa populasi dapat diterima, atau jika SER melampaui TER, auditor harus mengikuti
salah satu dari empat langkah berikut :
Merevisi TER atau ARACR Alternatif
Memperluas Ukuran Sampel
Merevisi Penilaian Resiko pengendalian
Mengkomunikasikan kepada Komite Audit atau Manajemen

2.6. SAMPLING ATRIBUT DAN DISTRIBUSI SAMPLING


Sampling atribut adalah metode sampling statistik yang paling sering digunakan
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Aplikasi sampling
atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi memiliki
lebih banyak kemiripan dengan sampling nonstatistik ketimbang perbedaannya.
Perbedaan utamanya terletak pada perhitungan ukuran sampel awal yang menggunakan
tabel yang dikembangkan dari distribusi probabilitas statistik dan perhitungan tingkat
pengecualian atas yang diestimasi dengan menggunakan tabel yang serupa seperti ketika
menghitung ukuran sampel..
Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran
khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu.

2.7.

APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK DALAM PENGUJIAN


PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Tahap I : Merencanakan Sampel


Menyatakan tujuan pengujian audit

Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik


Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Mendefinising atribut dan kondisi pengecualian
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Mendefinisikan populasi
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Mendefinisikan unit sampling.
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik

Menetapkan resiko yang dapat diterima atas penilaian resiko pengendalian yang terlalu
rendah.
Konsep penetapan resiko sama baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik,
tetapi biasanya metode kuantifikasinya berbeda. Untuk sampling nonstatistik, sebagian
besar auditor menggunakan resiko yang dapat diterima yang rendah, sedang, atau tinggi.
Sementara auditor yang menggunakan sampling atribut membebankan suatu jumlah
tertentu, seperti resiko 10 persen atau 5 persen. Metodenya berbeda karena auditor harus
mengevaluasi hasil secara statistik
Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik
Menentukan ukuran sampel awal

Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal baik untuk sampling statistik
maupun nonstatistik (ukuran populasi, TER, ARACR dan EPER) dalam sampling atribut,
auditor menentukan ukuran sampel dengan menggunakan program kumputer atau tabel
yang dikembangkan dari rumus statistik.

Tahap II : Memilih sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit


Memilih Sampel
Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistik dan
nonstatistik terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik harus digunakan untuk
sampling statistik.
Melaksanakan Prosedur Audit
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik

Tahap III : Mengevaluasi Hasil


Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas ketepatan atas (CUER) dengan
ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel
yang dikembangkan dari rumus statistik. Penggunaan tabel untuk menghitung CUER
melibatkan empat langkah :
i.

Memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR auditor. ARACR ini harus sama
dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.

ii.

Mencari lokasi jumlah pengecualian aktual yang ditemukan dalam pengujian audit pada
bagian atas tabel.

iii.

Mencari lokasi ukuran sampel aktual

iv.

Membaca kebawah kolom jumlah pengecualian aktual yang tepat

Menganalisis pengecualian
Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik

Memutuskan akseptabilitas populasi


Untuk sampling atribut, auditor akan membandingkan CUER dengan TER bagi setiap
atribut. Sebelum populasi bisa dianggap dapat diterima, CUER yang ditentukan
berdasarkan hasil sampel aktual harus lebih kecil atau sama dengan TER jika keduanya
didasarkan pada ARACR yang sama.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kami, ada beberapa point penting yang dapat kami simpulkan.
Yaitu :

Sampel Representatif adalah sampel yang mampu mewakili keadaan populasi

Dalam Pemilihan sampel Probabilistik, bisa menggunakan metode statistik dan


nonstatistik

Tetapi jarang dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik jika


menggunakan metode statistik

Ketika memilih ukuran sampel awal, auditor sangat tergantung pada TER dan
ARACR (memerlukan tingkat pertimbangan profesional yang tinggi) dan APER
(memerlukan estimasi yang cermat)

Bab 16 Menyelesaikan Pengujian dalam Siklus Penjualan


dan Penagihan: Piutang Usaha
Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus memenuhi
masing-masing tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang. Tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo piutang usaha:

1. Detail tie-in. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait,dan
totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum.
2. Keberadaan. Piutang usaha dicatat ada.
3. Kelengkapan. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
4. Keakuratan. Piutang usaha sudah akurat.
5. Klasifikasi.Piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar.
6. Pisah Batas.Pisah batas piutang sudah benar.
7. Nilai Realisasi.Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
8. Hak.Klien memiliki hak atas piutang usaha.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasitujuan
manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang
dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha.Untuk mendapatkan pemahaman
tersebut, auditor juga melaksanakan proseduranalitis pendahuluan yang dapat menunjukkan
kenaikan risiko salah saji piutangusaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan pertimbanganpendahuluan
mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dankemudian mengalokasikan
jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neracayang signifikan, termasuk piutang
usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Aspek utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalianinternal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.
2. Pengendalian terhadap pisah batas.
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atasTransaksi
(Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalianuntuk
penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor menggunakanhasil pengujian
substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksiyang direncanakan akan
dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengansaldo piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Sebagian prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci dilakukan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan

prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya pada
piutang usaha. Hal ini memang harus demikian karena hubungan yang erat antara akun-akun
laporan laba-rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi
dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha
mungkin akan mengoffset salah saji itu.

Merancang Pengujian atas Rincian Saldo


Sebagian besar pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang tak tertagih didasarkan pada
aged trial balanced. Aged trial balance menyajikan daftar saldo-saldo dalam file induk piutang
usaha pada tanggal necara, termasuk saldo pelanggan individual yang beredar dan rincian setiap
saldo pada waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.
o Piutang usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file induk serta buku besar
umum.
o Piutang usaha yang dicatat memang ada.
o Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
o Piutang usaha sudah akurat.
o Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar.
o Pisah batas piutang sudah benar.
o Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
o Klien memiliki hak atas piutang usaha.
o Penyajian dan pengungkapan piutang usaha.

Konfirmasi Piutang Usaha


Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita mengenai
perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha.Tujuan utama konfirmasi piutang usaha
adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi,keakuratan dan pisah batas.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS67
(AU 330) menyediakan tiga pengeculian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:
1. Piutang usaha tidak material.
2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkatresponnya
kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan.
3. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah dan buktisubstantif
lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.

Jenis Konfirmasi

1. Konfirmasi positif. Komunikasi dengan debitor yang meminta pihak yang


menerimauntuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan
padapermintaan konfirmasi itu benar atau salah.
2. Formulir konfirmasi yang kosong. Jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah
pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi saldo ataumelengkapi
informasi lainnya.
3. Konfirmasi faktur.Jenis konfirmasi positif lainnya di mana setiap faktur
akandikonfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.
4. Konfirmasi negatif.Ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika
debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.
Penetapan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasiitu
dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Jika keputusan untuk megkonfirmasipiutang
usaha dibuat sebelum akhir tahun, biasanya auditor akan membuat sebuah skeduldi muka yang
merekonsiliasisaldo piutang usaha pada tanggal konfirmasi dengan piutangusaha pada tanggal
neraca.
Keputusan Sampling
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usahaberada
dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Salah saji yang dapat ditoleransi


Risiko inheren
Risiko pengendalian
Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya
Jenis konfirmasi

Menyelenggarakan Pengendalian
Setelah item yang akan dikonfirmasi dipilih, auditor harus menyelenggarakanpengendalian atas
konfirmasi itu hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klienmembantu dengan menyiapkan
konfirmasi, memasukkannya ke dalam amplop, ataumenempelkan perangko di amplop, auditor
harus mengawasinya dengan ketat.
Menindaklanjuti Nonrespons
Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh dianggapsebagai
bukti audit yang signifikan. Jika konfirmasi positif digunakan, SAS 67 mensyaratkan prosedur
tindak lanjut untuk konfirmasi yang tidak dikembalikan olehpelanggan. Jika sebanyak 3
konfirmasi yang dikirim ke pelanggan tidak ada satupun yangdikembalikan, maka perlu
dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alternatif. Tujuan dariprosedur alternatif adalah untuk

menentukan dengan cara selain konfirmasi apakahpiutang yang tidak dikonfirmasi itu memang
ada dan telah dinyatakan dengan benar padatanggal konfirmasi.
Penerimaan Kas Selanjutnya. Bukti penerimaan kas selanjutnya pada taggal konfirmasi meliputi
pemeriksaan remittance advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau mungkin kredit
selanjutnya dalam file induk piutang usaha.
Salian Faktur Penjualan. Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan
aktual dan tanggal penagihan aktual.
Dokumen Pengiriman. Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah benar-benar
dilakukan dansebagai pengujian pisah batas.
Korespondensi dengan klien.
Analisis Perbedaan
Jika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukanpenyebab
setiap perbedaan yang dilaporkan. Dalam banyak kasus, perbedaan itudisebabkan oleh perbedaan
waktu antara catatan klien dan pelanggan.
o
o
o
o

Pembayaran telah dilakukan.


Barang belum diterima
Barang telah dikembalikan
Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdepatkan

o
o

Mengembangkan Pengujian Program audit yang terinci


Untuk mengilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk pengujian yang
terinci dalam siklus penjualan dan penagihan, kita akan menggunakan Hillsburg
Hardware Co.
Auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti yang disajikan pada gambar
16-7 sebagai alat bantu untuk membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian
saldo yang direncanakan. Sumber setiap baris adalah sebagai berikut:
Salah saji yang dapat ditoleransi.
Risiko audit yang dapat diterima.
Risiko inheren.
Risiko pengendalian.
Hasil pengujian subtantif atas transaksi.
Prosedur analitis.
Risiko deteksi yang direncanakan.

o
o
o
o
o
o
o

Menarik Kesimpulan

Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan dalam melakukanprosedur
alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap salah saji klien harus
dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat
risiko pengendalian yang dinilai pada awal audit. Jika sejumlah besar salah saji yang terjadi itu
tidak konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus merevisi penilaian itu dan
mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut kepada audit. Auditor perusahaan publik juga harus
mempertimbangkan implikasinya bagi audit pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.

BAB 17
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO

1. PERBANDINGAN SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN ATAS RINCIAN


SALDO DAN UNTUK PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO DAN UNTUK
PENGUJIAN PENGENDALIAN SERTA PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS
TRANSAKSI
Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantive atas transaksi, dan
pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin di ukur oleh auditor. Auditor melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantifatas transaksi :

Untuk menentukan apakah tingkat pengecualian populasi cukup rendah.


Untuk mengurangi penilaian resiko pengendalian dan karenannya mengurangi pengujian

atas rincian saldo.


Untuk perusahaan publik, guna menyimpulkan bahwa pengendalian telah beroperasi
secara efektif demi tujuan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

2. SAMPLING NONSTATISTIK
Ada 14 langkah yang diperlukan dalam sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo.

Langkah-Sampling

Audit

untuk Langkah-Sampling

Pengujian atas Rincian Saldo

Audit

untuk

Pengujian Pengendalian dan Pengujian

Substantif atas Transaksi


Merencanakan Sampel
Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit 2. Memutuskan apakah sampling audit
dapat audit dapat diterapkan .
3. Mendifinisikan salah saji.

dapat audit dapat diterapkan .


3. Mendefinisikan atribut dan kondisi

pengecualian.
4.Mendefinisikan populasi
4. Mendefiniskan populasi
5. Mendefiniskan unit sampling
5. Mendefiniskan unit sampling
6. Menetapkan salah saji yang dapat 6. Menetapkan tingkat pengecualian
ditoleransi yang dapat
ditoleransi.
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima 7. Menetapkan risiko yang dapat penilian
atas diterima atas penerima yang salah risiko pengendalian yang (ARACR)
terlalu rendah.
8. Mengestimasi

salah

saji

dalam 8. Mengestimasi tingkat pengecualian

populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal

populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal

Memilih sampel dan Melaksanakan Memilih sampel dan Melaksanakan


Prosedur Audit
10. Memilih sampel
11. Melaksanakan Prosedur Audit

Prosedur
10. Memilih sampel
11. Melaksanakan Prosedur Audit

Mengevaluasi Hasil
Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari sampel ke 12. Menggeneralisasi dari sampel ke
populasi
13. Menganalisis salah saji
14. Memutuskan akseptibilitas populasi
2.1

populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Memutuskan akseptibilitas populasi

Menyatakan Tujuan Pengujian Audit


Auditor mengambil sa,pel untuk pengujian atas rincian saldo guna menentukan apakah saldo

akun yang sedang diaudit telah dinyatakan secara wajar.

2.2

Memutuskan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan

Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat kesimpilan mengenai
populas berdasarkan sampel.

2.3

Mendefinisikan Salah Saji


Karena sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo mengukur salah saji moneter, yaitu

salah saji yang terjadi apabila item sampel disalahsajikan.

2.4

Mendefiniskan Populasi
Dalam pengujian atas rincian saldo, populasi definiskan sebagai item yang membentuk populasi

dolar yang tercatat.

2.4.1

Sampling Berstratifikasi
Bagi kebanyakan populasi, auditor memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih subpopulasi

sebelum menerapkan sampling audit. Hal ini disebut sebagai sampling berstratifikasi (stratified
sampling), di mana setiap subpopulasi disebut sebagai strata. Stratifikasi memungkinan auditor untuk
menekankan item populasi tertentu dan mengabaikan yang lain.

2.5

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi


Auditor menggunakan salah saji yang dapat ditoleransi, untuk menentukan ukuran sampel dan

mengevaluasi hasil sampling nonstatistik. Auditor untuk memulainnya dengan pertimbangan pendahuluan
mengenai materialitas dan menggunakan total tersebut untuk memutuskan salah saji yang dpat ditoleransi
bagi setiap akun

2.6

Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas Penerimaan yang Salah


Resiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah (acceptable risk of incorrect acceptance=

ARIA ) adalah jumlah risiko yang bersedia ditaggung auditor karena menerima suatu saldo sebagai benar
padahal salah saji yang sebenarnya dalam saldo tersebut melampaui salah saji yang dapat ditoleransi.
ARIA mengukur keyakinan yang diinginkan auditor atas suatu saldo akun. Untuk memperoleh keyakinan
yang lebih besar ketika mengaudit suatu saldo akun. Untuk memperoleh keyakinan yang lebih besar

ketika mengaudit suatu saldo, auditor akan menetapkan ARIA yang lebih rendah. ( Perhatikan bahwa
ARIA adalah istilah yang ekuivalen dengan ARACR (acceptable risk of assessing control risk too low)
untuk pengujian pengendalian dan pengujian sebstantif atas transaksi. Seperti ARACR, ARIA dapat
ditetapkan secara kualitatif (seperti rendah, sedang, atau tinggi).
Ada hubungan terbalik antara ARIA dan ukuran sampel yang diperlukan. Sebuah faktor penting
yang mempengaruhi keputusan auditor mengenai ARIA adalah penilaian risiko pengendalian dalam
model risiko audit. Jika pengendalian internal sudah efektif, resiko pengendalian dapat dikurangi
sehingga memungkinkan auditor untuk meningkatkan ARIA. Pada gilirannya, hal ini akan mengurangi
ukuran sampel yang diperlukan untuk pengujian atas rincian saldo akun yang berkaitan.

2.7

Mengestimasi Salah Saji dalam Populasi


Biasanya auditor membuat estimasi ini berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan klien dan

dengan menilai risiko inheren, yang mempertimbangkan hasil pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, dan prosedur analitis yang telah dilaksanakan. Ukuran sampel yang
direncanakan akan meningkat apabila jumlah saji yang diharapkan dalam populasi mendekati salah saji
yang dapat ditoleransi.

2.8

Menetntukan Ukuran sampai Awal


Jika menggunakan sampling nonstatistik, auditor menetukan ukuran sampel awal dengan

mempertimbangkan faktor-faktor yang telah kita bahas sejauh ini. Untuk membantu auditor
membuat keputusan menyangkut ukuran sampel, auditor seringkali mengikuti pedoman yang
disebabkan oleh kantor akunntannya atau beberapa sumber lainnya.
2.9

Melaksnakan Prosedur Audit


Untuk melaksanakan prosedur audit, auditor menerapkan prosedur audit yang tepat pada setiap

item sampel untuk menetukan apakah item tersebut mengandung salah saji. Dalam konfirmasi piutang
usaha, auditor mengirimkan sampel konfirmasi positif. Jika terjadi nonrespons, mereka akan
menggunakan prosedur alternatif untuk menentukan salah saji.

2.10

Menggenerelisasi dari Sampel ke Populasi dan Memutuskan Akseptibilitas Populasi


Auditor harus menggeneralisasi dari sampel ke populasi dengan (1) memproyeksikan salah saji

dari hasil sampel ke populasi dan (2) mempertimbangkan kesalahan sampling serta resiko sampling
(ARIA). Karena itu, auditor harus memproyesikan dari sampel ke populasi.
Langkah pertama adalah menghitung titik estimasi (point estimate). Titik estimasi dapat dihitung
dengan berbagai cara, tetapi pendekatan yang umum adalah mengasumsikan bahwa salah saji populasi
yang belum diaudit adalah proporsional dengan salah saji sampel. Perhitungan tersebut harus dilakukan
untuk setiap strata dan kemudian dijumlahkan, bukan menggabungkan total salah saji dalam sampel.
Auditor, yang menngunakan sampling nonstatistik tidak dapat mengukur secara formal kesalahan
sampling sehingga harus mempertimbangkan secara subjektif kemungkinan bahwa salah saji populasi
yang sebenarnya melampaui jumlah yang dapat ditoleransi. Auditor melakukan hal ini dengan
mempertimbangkan :

1. Perbedaan antara titik estimasi dan salah saji yang dapat ditoleransi ( yang disebut
2.
3.
4.
5.

2.11

perhitungan kesalahan sampling)


Sejauh mana item dalam populasi telah diaudit 100 persen.
Apakah salah saji cenderung mengoffset atau hanya bersifat satu arah
Jumlah salah saji individual
Ukuran sampel

Menganalisis Salah Saji


Auditor harus mengevaluasi sifat dan penyebab setiap salah saji yang ditemukan dalam pengujian

atas rincian saldo. Auditor harus menganalisis salah saji untuk memutuskan apakah setiap modifikasi
model resiko audit memang diperlukan. Dalam paragraph sebelumnya, jika auditor menyimpulkan bahwa
kelalaian untuk mencatat retur yang disebabkan oleh lemahnya pengendalian internal, auditor mungkin
perlu menilai kembali resiko pengendalian. Hal tersebut pada gilirannya akan menyebabkan auditor
mengurangi ARIA, yang akan meningkatkan ukuran sampel yang direncanakan.

2.12

Tindakan yang Diambil Apabila Populasi Ditolak

Jika auditor menyimpulkan bahwa salah saji dalam suatu populasi mungkin lebih besar dari salah
saji yang dapat ditolerensi setelah mempertimbangkan kesalahan sampling, populasi tidak dianggap dapat
diterima. Pada titik tersebut, auditor memiliki beberapa tindakan yang dilakukan

2.12.1 Tidak Mengambil Tindakan Hingga Pengujian atas Bidang Audit Lainnya Telah
Selesai
Akhirnya, auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan mengandung
salah saji yang material. Jika salah saji yang mengoffset ditemukan pada bagian audit lainnya, seperti
dalam persediaan, auditor dapat menyimpulkan bahwa estimasi salah saji piutang usaha dapat diterima.

2.12.2 Melaksanakan Pengujian Audit yang Diperluas pada Bidang Tertentu


Jika analisis salah saji menunjukkan bahwa sebagian besar salah saji merupakan Suatu jenis
khusus, mungkin perlu membatasi upaya audt tambahan pada bidang yang menjadi masalah. Ketika
auditor menganalisis bidang masalah dan memperbaikinya dengan menyesuaikan catatan klien, item
sampel yang menyebabkan terisolasinya bidang masalah kemudian dapat ditunjukkan sebagai sudah
benar. Sekarang titik estimasi dapat dihitung kembali tanpa melibatkan salah saji yang telah
dikoreksi. ( Hal ini hanya berlaku jika kesalahan dapat diisolasi pada suatu bidang tertentu. Pada
umumnya kesalahan harus diproyeksikan ke populasi yang dijadikan sampel, meskipun klien
menyesuaikan kesalahan.)

Berdasarkan fakta baru tersebut, auditor juga akan mempertimbangkan

kembali kesalahan sampling dan akseptibilitas populasi.

2.12.3 Meningkatkan Ukuran Sampel


Jika auditor meningkatkan ukuran sampel, kesalahan sampling akan dikurangi jika tingkat salah
saji dalam sampel yang diperluas, jumlah dolarnya, dan arahnya serupa dengan pada sampel awal. Karena
itu, meningkatkan ukuran sampel dapat saja memenuhi persyaratkan salah saji yang dapat ditoleransi
auditor.
Meningkatkan ukuran sampel yang cukup untuk memenuhi standar salah saji yang dapat
ditolerensi auditor seringkali mahal, terutama jika perbedaan antara salah saji yang dapat ditolerensi dan
salah saji yang diproyeksikan kecil.

2.12.4 Menyesuaikan Saldo Akun

Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo akun mengandung salah saji yang material, klien
mungkin akan bersedia menyesuaikan nilai bukan berdasarkan hasil sampel.

2.12.5 Meminta Klien untuk Mengoreksi Populasi


Dalam beberapa kasus, catatan klien sangat tidak memadai sehingga populasi harus dikoreksi
secara keseluruhan sebelum audit dapat diselesaikan.

2.12.6 Menolak untuk Memberikan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian


Jika auditor yakin bahwa jumlah yang tercatat dalam suatu akun tidak dinyatakan secara wajar,
auditor harus mengikuti setidaknya satu prosedur alternatif sebelumnya atau mengkualifikasi laporan
audit dengan cara yang cepat. Jika auditor yakin bahwa laporan keuangan sangat mungkin mengandung
salah saji yang material, maka mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian merupakan pelanggaran
serius terhadap standar auditing.

3. SAMPLING UNIT MONETER


Sampling unit moneter (monetary unit sampling = MUS ) merupakan metode sampling statistic
yang paling umum digunakan untuk pengujian atas rincian saldo karena memiliki kesederhanaan statistic
bagi sampling atribut serta memberikan hasil statistic yang diekspresikan dalam dolar ( atau mata uang
lainnya yang sesuai ). MUS juga disebut sebagai sampling unit dolar, sampling jumlah moneter kumulatif,
dan sampling dengan probabilitas yang proporsiaonal dengan ukuran.

3.1

Perbedaan Antara Sampling Unit Moneter ( MUS ) dan Sampling Nonstatistik


MUS serupa dengan penggunaan sampling nonstatistik. Ke-14 langkahnya juga harus dilakukan

dalam MUS, walaupun beberapa dilakukan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut yaitu:

3.1.1

Definisi Unit Sampling adalah suatu Dolar Individual


MUS memiliki fitur yang penting seperti definisi unit sampling sebagai suatu dolar individual

dalam saldo akun. Dengan berfokus pada dolar individual sebagai unit sampling, secara otomatis MUS
akan menekankan unit fisik yang memiliki saldo tercatat lebih besar. Karena sampel dipilih berdasarkan

doalr individual, akun dengan saldo yang besar memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dimasukkan
ketimbang akun dengan saldo yang lebih kecil. Akibatnya sampling berstratifikasi tidak diperlukan dalam
MUS. Stratifikasi itu akan terjadi secara otomatis.

3.1.2

Ukuran Populasi adalah Populasi Dolar yang Tercatat


MUS tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah item persediaan tertentu memang ada

tetapi belum diperhitungkan. Jika tujuan kelengkapan sangat penting dalam pengujian audit, tujuan
tersebut harus dipenuhi secara terpisah dari pengujian MUS.

3.1.3

Pertimbangan Pendahuluan Mengenai Materialitas Digunakan untuk Setiap Akun

dan Bukan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi


Aspek unik lain dari MUS adalah penggunaan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas,
untuk menentukan secara langsung jumlah salah saji yang dapat ditoleransi ketika mengaudit setiap akun.
Teknik sampling lainnya mengharuskan auditor untuk menentukan salah saji yang dapat ditoleransi bagi
setiap akun dengan mengalokasikan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas. Hal ini tidak
diperlukan jika yang digunakan adalah MUS.

3.1.4

Ukuran Sampel Ditentukan dengan Menggunakan Rumus Statistik


Proses ini akan dibahas secara terpisah setelah membahas 14 langkah sampling untuk sampling

unit moneter ( MUS )

3.1.5

Aturan Keputusan Formal Digunakan untuk Memutuskan Akseptabilitas Populasi


Aturan keputusan yang digunakan untuk MUS serupa dengan yang digunakan untuk sampling

nonstatistik, tetapi hal tersebut cukup berbeda dengan pembahasan tentang keunggulannya.

3.1.6

Pemilihan Sampel Dilakukan dengan Menggunakan PPS


Sampel unit moneter adalah sampel yang dipilih dengan menggunakan probabilitas yang

proporsional bagi pemilihan ukuran sampel (probability proportional to size sample selection=PPS).

Sampel PPS dapat diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak computer, tabel angka acak, atau
teknik sampling sistematis.
Salah satu masalah dalam menggunakan pemilihan PPS adalah bahwa item populasi dengan saldo
tercatat nol tidak memiliki peluang untuk dipilih melalui pemilihan sampel PPS, walaupun mungkin
mengandung salah saji. Demikian juga, saldo berjumlah kecil akibat kurang saji yang signifikan memiliki
kesempatan yang kecil untuk dimasukkan dalam sampel. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan
pengujian audit khusus atas item bersaldo nol dan berjumlah kecil, dengan mengasumsikan bahwa hal itu
perlu ditangani.
Masalah lainnya adalah ketidakmampuan PPS untuk memasukkan saldo negative, seperti saldo
kredit piutang usaha, ke dalam sampel PPS.

3.1.7 Auditor Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi dengan Menggunakan Teknik MUS
Tanpa memandang metode sampling yang dipilih, auditor harus menggeneralisasi dari sampel ke
populasi dengan (1) memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi dan (2) menentukan
kesalahan sampling yang terkait. Ada empat aspek dalam melakukan hal tersebut dengan menggunakan
MUS:
1. Tabel sampling atribut digunakan untuk menghitung hasil.
2. Hasil atribut harus dikonversi ke dalam dolar.
3. Auditor harus membuat asumsi mengenai persentase salah saji setiap item populasi

yang

mengandung salah saji.


4. Hasil statistik yang diperoleh jika menggunakan MUS disebut sebagai batas salah

saji

(misstatement bounds).

3.2Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi Jika Tidak Ada Salah Saji

yang

Ditemukan dengan Menggunakan MUS


Anggaplah bahwa auditor mengkonfirmasi populasi piutang usaha untuk melihat kebenaran
moneternya. Total populasi adalah $1.200.000, dan sampel sebanyak 100 konfirmasi telah diperoleh.
Setelah melakukan audit, tidak ada salah saji yang ditemukan dalam sampel. Auditor ingin menentukan

jumlah lebih saji maksimum dan jumlah kurang saji yang dapat saja terjadi dalam populasi meskipun
sampel tidak mengandung salah saji. Hal tersebut masing-masing disebut sebagai batas salah saji atas dan
batas salah saji bawah.

3.2.1 Persentase Asumsi Salah Saji yang Tepat


Asumsi yang pas bagi persentase salah saji dalam item populasi yang mengandung salah saji
tersebut secara keseluruhan merupakan keputusan auditor. Auditor harus menetapkan persentase tersebut
berdasarkan pertimbangan profesionalnya dalam situasi tersebut. Dalam situasi di mana tidak ada
informasi sebaliknya, sebagian besar auditor yakin bahwa lebih baik mengasumsikan jumlah 100 persen
baik untuk lebih saji maupun kurang saji kecuali ada salah saji dalam hasil sampel. Pendekatan ini
dianggap sangat konservatif, tetapi lebih mudah dijustifikasi ketimbang asumsi lainnya.

3.3Menggeneralisasi Ketika Salah Saji Ditemukan


Empat aspek dalam menggeneralisasi dari sampel ke populasi, tetapi penggunaannya telah
dimodifikasi sebagai berikut:
1. Jumlah lebih saji dan kurang saji ditangani secara terpisah dan kemudian
batas salah saji atas dan bawah awal dihitung secara

digabungkan. Pertama,

terpisah untuk jumlah lebih saji dan kurang saji

dihitung.
2. Asumsi salah saji yang berbeda dibuat untuk setiap salah saji, termasuk salah saji

nol. Jika tidak

ada salah saji dalam sampel, asumsinya akan diperlukan sebagai persentase rata-rata salah saji untuk item
populasi yang mengandung salah saji.
menggunakan informasi yang

Setelah

salah

saji

tersebut

ditemukan,

auditor

dapat

tersedia tentang sampel untuk menentukan batas salah saji.

3. Auditor harus berhadapan dengan lapisan CUER dari tabel sampling atribut. Auditor melakukan hal
ini karena ada asumsi salah saji yang berbeda bagi setiap
dengan terlebih dahulu menentukan CUER

salah saji. Lapisan tersebut dihitung

dari tabel untuk setiap salah saji dan kemudian

menghitung setiap lapisan.


4. Asumsi salah saji harus dikaitkan dengan setiap lapisan. Metode yang paling umum

untuk

mengaitkan asumsi salah saji dengan lapisan adalah mengaitkan secara konservatif persentase salah saji
dolar yang terbesar dengan lapisan yang terbesar.

Sebagian besar pengguna MUS yakin bahwa pendekatan ini terlalu konservatif jika ada jumlah
yang mengoffset. Jika ditemukan jumlah kurang saji, sangatlah logis dan masuk akal bahwa batas jumlah
lebih saji harus lebih rendah ketimbang tidak ada jumlah kurang saji yang ditemukan, dan sebaliknya.
Penyesuaian atas batas untuk mengoffset jumlah dilakukan sebagai berikut:
1. Titik estimasi salah saji dibuat untuk jumlah lebih saji dan kurang saji.
2. Setiap batas dikurangi sebesar titik estimasi sebaliknya

3.4Memutuskan Akseptabilitas Populasi dengan Menggunakan MUS


Setelah batas salah saji dihitung, auditor harus memutuskan apakah populasi dapat diterima. Untuk
melakukan hal tersebut, diperlukan suatu aturan keputusan. Aturan keputusan untuk MUS adalah sebagai
berikut: Jika batas salah saji bawah dan batas salah saji atas berada di antara jumlah salah saji yang
berupa lebih saji dan kurang saji yang dapat ditoleransi, kesimpulan bahwa nilai buku tidak mengandung
salah saji yang material dapat diterima. Jika tidak, ambil kesimpulan bahwa nilai buku mengandung salah
saji yang material.

3.5Tindakan Jika Populasi Ditolak


Jika satu atau kedua batas salah saji itu berada di luar batas salah saji yang dapat ditoleransi dan
populasi dianggap tidak dapat diterima, auditor memiliki beberapa opsi.

3.6Menentukan Ukuran Sampel dengan Menggunakan MUS


Metode yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel bagi MUS serupa dengan yang
digunakan untuk sampling atribut unit fisik, yang menggunakan tabel sampling atribut.

3.6.1 Materialitas
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas umumnya merupakan dasar bagi jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi yang akan digunakan. Jika diperkirakan terjadi salah saji dalam pengujian non-

MUS, salah saji yang dapat ditoleransi akan kurang materialitas dari jumlah tersebut. Salah saji yang
dapat ditoleransi berupa lebih saji atau kurang saji mungkin akan berbeda.

3.6.2 Asumsi Persentase Rata-rata Salah Saji untuk Item Populasi yang
Mengandung Salah Saji
Mungkin ada asumsi yang terpisah untuk batas atas dan bawah, yang juga merupakan
pertimbangan auditor. Hal tersebut harus didasarkan pada pengetahuan auditor mengenai klien serta
pengalaman masa lalu, dan jika lebih kecil dari 100 persen yang digunakan, asumsinya harus dapat
dipertahankan dengan jelas.

3.6.3 Risiko yang Dapat Diterima atas Penerimaan yang Salah (ARIA)
ARIA adalah suatu pertimbangan auditor dan sering kali dicapai dengan bantuan model risiko
audit.

3.6.4 Nilai Populasi yang Tercatat


Nilai dolar populasi diambil dari catatan klien.

3.6.5 Estimasi Tingkat Pengecualian Populasi


Umumnya, estimasi tingkat pengecualian populasi untuk MUS adalah nol, karena MUS sangat
tepat digunakan pada situasi tidak ada salah saji, atau jika hanya sedikit salah saji yang diperkirakan akan
terjadi.

3.6.6 Hubungan Model Risiko Audit dengan Ukuran Sampel untuk MUS
MUS akan digunakan dalam melaksanakan pengujian atas rincian saldo. Auditor harus memahami
hubungan ketiga faktor-faktor independen itu dalam model risiko audit, ditambah prosedur analitis dan
pengujian substantif atas transaksi dengan ukuran sampel untuk pengujian atas rincian saldo.

Sampling unit moneter (MUS) memiliki sedikitnya empat fitur yang menarik bagi auditor:
1. MUS secara otomatis akan meningkatkan kemungkinan memilih item dolar yang

tinggi

dari

sampel

akan

tinggi

untuk

populasi yang sedang diaudit.


2. MUS dapat mengurangi biaya pelaksanaan pengujian audit karena beberapa item
diuji sekaligus.
3. MUS mudah diterapkan.
4. MUS menghasilkan kesimpulan statistik dan bukan kesimpulan nonstatistik.
Terdapat dua kelemahan utama MUS
1. Total batas salah saji yang dihasilkan ketika salah saji ditemukan mungkin terlalu
digunakan oleh auditor.
2. Sulit untuk memilih sampel PPS dari populasi yang besar tanpa bantuan komputer.
Karena semua alasan tersebut, auditor seringkali menggunakan MUS ketika mengharapkan tidak
ada atau sedikit salah saji, menginginkan hasil dolar, dan mencatat data populasi pada file komputer.

4.

SAMPLING VARIABEL
Sampling variable adalah metode statistic yang digunakan oleh auditor. Sampling variable dan

sampling nonstatistik untuk pengujian atas rincian saldo memiliki tujuan yang sama, yaitu mengukur
salah saji dalam suatu saldo akun. Jika auditor menentukan bahwa jumlah salah saji melampaui jumlah
yang dapat ditoleransi, mereka akan menolak populasi dan melakukan tindakan tambahan.

4.1Perbedaan antara Sampling Variabel dan Nonstatistik


Penggunaan metode variable memiliki banyak kemiripan dengan sampling nonstatistik. Ke-14
langkah dalam sampling nonstatistik harus dilaksanakan pada metode variable, dan sebagian besar tidak
jauh berbeda.

4.2Distribusi Sampling

Auditor tidak mengetahui nilai rata-rata (mean) salah saji dalam populasi, distribusi jumlah salah
saji, atau nilai yang diaudit. Karakteristik populasi tersebut harus diestimasi dari sampel yang tentu saja,
merupakan tujuan dari pengujian audit.

Untuk setiap sampel, auditor menghitung nilai rata-rata

item dalam sampel sebagai berikut:

Setelah menghitung nilai rata-rata item sampel, auditor memplotnya ke dalam distribusi frekuensi.

4.3Inferensi Statistik
Jika sampel diambil dari satu populasi dalam situasi audit actual, auditor tidak mengetahui
karakteristik populasi itu dan biasanya, hanya satu sampel yang akan diambil dari populasi bersangkutan.
Pengetahuan mengenai distribusi sampling akan memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan
statistic, atau inferensi statistic ( statistical inferences ), mengenai populasi.
Auditor dapat menyatakan kesimpulan yang dibuatnya dari interval keyakinan dengan
menggunakan inferensi statistic dalam cara yang berbeda. Akan tetapi, mereka harus berhati-hati untuk
menghindari kesimpulan yang tidak benar, mengingat nilai populasi yang sebenarnya selalu tidak
diketahui. Akan tetapi, auditor dapat mengatakan bahwa prosedur yang digunakan untuk memperoleh
sampel dan menghitung interval keyakinan akan menghasilkan interval yang berisi nilai rata- rata
populasi yang sebenarnya dalam persentase tertentu pada saat tersebut. Singkatnya, auditor mengetahui
reliabilitas proses inferensi statistic yang digunakan untuk menarik kesimpulan. Menghitung interval
keyakinan rata-rata populasi dengan menggunakan logika yaitu sebagai berikut :
4.4Metode Variabel
Auditor menggunakan proses inferensi statistic sebelumnya bagi semua metode sampling variabel.
Setiap metode dibedakan menurut apa yang sedang diukur, ketiga metode variabel tersebut.

4.4.1 Estimasi Perbedaan

Auditor menggunakan estimasi perbedaan (difference estimation) untuk mengukur estimasi


jumlah salah saji total dalam populasi apabila ada nilai tercatat maupun nilai yang diaudit bagi setiap item
sampel, yang hampir selalu terjadi dalam audit. Estimasi perbedaan sering kali menghasilkan ukuran
sampel yang lebih kecil jika dibandingkan dengan setiap metode lainnya, dan relative lebih mudah
digunakan. Karena alasan tersebut, estimasi perbedaan sering kali dianggap sebagai metode variabel yang
paling disukai

4.4.2 Estimasi Rasio


Estimasi rasio ( ratio estimation ) serupa dengan estimasi perbedaan kecuali auditor menghitung
rasio antara salah saji dan nilai tercatatnya serta memproduksikan hal ini dengan populasi untuk
mengestimasi total salah saji populasi. Estimasi rasio dapat menghasilkan ukuran sampel yang jauh lebih
kecil ketimbang estimasi perbedaan jika ukuran salah saji populasi proporsional dengan nilai tercatat item
populasi. Jika ukuran setiap salah saji bersifat independen dengan nilai tercatat, estimasi perbedaan akan
menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil. Sebagian besar auditor lebih menyukai estimasi perbedaan
karena lebih sederhana untuk menghitung interval keyakinan.

4.4.3 Estimasi Rata-rata per Unit


Estimasi rata-rata per unit ( mean per unit estimation ) auditor berfokus pada nilai yang teraudit
dan bukan pada jumlah salah saji setiap item dalam sampel. Kecuali untuk definisi apa yang sedang
diukur, estimasi rata-rata per unit dihitung dengan cara yang sama seperti estimasi perbedaan. Titik
estimasi nilai yang diaudit sama dengan rata-rata nilai item yang di audit dalam sampel dikalikan dengan
ukuran populasi. Perhitungan interval presisi dilakukan berdasarkan nilai item sampe yang diaudit dan
bukan salah saji. Jika auditor telah menghitung batas keyakinan atas dan bawah, mereka akan
memutuskan akseptabilitas populasi dengan membandingkan jumlah tersebut dengan nilai buku yang
tercatat. Estimasi rata-rata per unit jarang digunakan dalam praktik karena ukuran sampel umumnya jauh
lebih besar ketimbang untuk dua metode sebelumnya.

4.5Metode Statistik Berstratifikasi

Sampling stratifikasi adalah metode sampling dimana semua unsur dalam total populasi dibagi
menjadi dua atau lebih subpopulasi. Setiap subpopulasi kemudian diuji secara independen.
Perhitungannya dilakukan bagi setiap strata dan kemudian digabung menjadi satu estimasi populasi
secara keseluruhan untuk interval keyakinan populasi secara menyeluruh. Hasilnya diukur secara statistic.
Stratifikasi dapat diterapkan pada estimasi perbedaan, rasio, dan rata-rata per unit, tetapi paling sering
digunakan dengan estimasi rata-rata per unit.

4.6Risiko Sampling
Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah ( ARIA ) untuk sampling nonstatistik.
Untuk sampling variabel, auditor menggunakan ARIA serta risiko yang dapat diterima atas penolakan
yang salah ( acceptable risk of incorrect rejection = ARIR ).

4.6.1 ARIA
ARIA adalah risiko statistic bahwa auditor telah menerima populasi yang, dalam kenyataannya,
mengandung salah saji yang material. ARIA mendapat perhatian yang besar dari auditor karena memiliki
implikasi hukum yang serius dakam menyimpulkan bahwa saldo akun telah dinyatakan secara wajar
padahal sebenarnya mengandung salah saji dalam jumlah yang material.
Saldo akun dapat dinyatakan terlalu tinggi atau terlalu rendah, tetapi tidak keduanya ; karena itu,
ARIA merupakan pengujian statistic satu arah. Karena itu, koefisien keyakinan untuk ARIA berbeda
dengan tingkat keyakinan. Tingkat keyakinan = 1 2 x ARIA.

4.6.2 ARIR
Risiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah ( acceptable risk of incorrect rejection =
ARIR ) adalah risiko statistic bahwa auditor telah menyimpulkan suatu populasi mengandung salah saji
yang material padahal sebenarnya tidak. ARIR hanya akan mempengaruhi tindakan auditor jika mereka
menyimpulkan bahwa populasi dinyatakan secara wajar. Jika auditor menemukan suatu saldo tidak
dinyatakan secara wajar, mereka umumnya akan meningkatkan ukuran sampel atau melaksanakan

pengujian lainnya. ARIR baru dianggap penting jika diperlukan biaya yang tinggi untuk meningkatkan
ukuran sampel atau melaksanakan pengujian lainnya.
ARIA dan ARIR
Keadaan Aktual Populasi
Keputuan Audit Aktual

Salah Saji secara Material

Salah Saji yang Tidak Material

Kesimpulan yang benar

Kesimpulan yang tidak benar

mengandung salah saji yang material.

tidak ada risiko

risikonya adalah ARIA

Menyimpulkan bahwa populasi tidak

Kesimpulan

mengandung salah saji yang material.

benar risikonya adalah

Menyimpulkan

bahwa

populasi

yang

tidak

Kesimpulan yang benar tidak


ada risiko

ARIA

5.

ILUSTRASI PENGGUNA ESTIMASI PERBEDAAN


Untuk mengilustrasikan konsep dan metodologi sampling variabel, kita tela memilih estimasi

perbedaan dengan menggunakan pengujian hipotesis karena relative sederhana.

5.1Merencanakan Sampel dan Menghitung Ukuran Sampel dengan Menggunakan Estimasi


Perbedaan

5.1.1 Menyatakan Tujuan Pengujian Audit


Tujuan

pengujian

audit

adalah

untuk

menentukan

apakah

piutang

usaha

mempertimbangkan penyisihan piutang tak tertagih mengandung salah saji yang material.

5.1.2 Memutuskan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan

sebelum

Sampling audit diterapkan dalam konfirmasi piutang usaha karena besarnya jumlah piutang usaha.

5.1.3 Mendefinikan Kondisi Salah Saji


Kondisi salah saji merupakan kesalahan klien yang ditentukan melalui konfirmasi setiap akun atau
prosedur alternative.

5.1.4 Mendefinisikan Populasi


Ukuran populasi ditentukan melalui perhitungan. Perhitungan yang akurat jauh lebih penting dlam
sampling variabel karena ukuran populasi mempengaruhi secara langsung ukuran sampel batas presisi
yang dihitung.

5.1.5 Mendefinisikan Unit Sampling


Unit sampling adalah suatu akun dalam daftar piutang usaha.

5.1.6 Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi


Jumlah salah saji yang bersedia diterima auditor merupakan pertanyaan tentang materialitas.

5.1.7 Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima


Audito menetepkan dua risiko :

Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah ( ARIA ), ARIA
dipengaruhi oleh risiko audit yang dapat diterima, hasil pengujian pengendalian

dan pengujian substansif atas transaksi, prosedur analitis, dan signifikansi relative

piutang usaha dalam laporan keuangan.


Risiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah ( ARIR ), ARIR
dipengaruhi oleh biaya tambahan resampling

5.1.8 Mengestimasi Salah Saji dalam Populasi


Estimasi ini memiliki dua bagian :

Estimasi titik estimasi yang diharapkan. Auditor memerlukan estimasi dimuka


atas titik estimasi populasi bagi estimasi perbedaan, seperti ketika mereka

memerlukan estimasi tingkat pengecualian populasi untuk sampling atribut.


Melakukan estimasi deviasi standar populasi dimuka variabilitis populasi.
Untuk menentukan ukuran sampel awal, auditor memerlukan estimasi di muka
atas variasi salah saji dalam populasi seperti yang diukur oleh deviasi standar
populasi.

5.1.9 Menghitung Ukuran Sampel Awal


Ukuran sampel awal dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

5.2 Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur


Memilih Sampel, karena memerlukan sampel acak ( selain PPS ), auditor harus menggunakan
salah satu metode pemilihan sampel probabilistic guna memilih 100 item sampel untuk konfirmasi.
Melaksanakan Prosedur Audit, dalam konfirmasi salah saji adalah perbedaan antara respons
konfirmasi dan saldo klien setelah merekonsiliasi semua perbedaan waktu serta kesalahan pelanggan.

Dalam situasi nonrespons, salah saji yang ditemukan dengan prosedur alternative akan diperlakukan
serupa dengan salah saji yang ditemukan melalui konfirmasi.

5.3 Mengevaluasi Hasil


5.3.1 Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi
Secara konseptual, estimasi nonstatistik dan estimasi perbedaan akan melakukan hal yang sama
menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Meskipun kedua metode itu mengukur kemungkinan salah saji
populasi berdasarkan hasil sampel, estimasi perbedaan menggunakan pengukuran statistic untuk
menghitung batas keyakinan. Emapat langkah menggambarkan perhitungan batas keyakinan ;

1. Menghitung titik estimasi total salah saji. Titik estimasi adalah ekstrapolasi langsung
dari salah saji dalam sampel kesalah saji dalam produksi.
2. Menghitung estimasi deviasi standar populasi. Deviasi standar populasi adalah ukuran
statistic dari variabilitas nilai setiap item dalam populasi. Jika ada sejumlah besar variasi
dalam nilai item populasi, deviasi standar akan lebih besar dibandingkan jika variasinya
kecil. Deviasi standar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap interval presisi yang
dihitung
3. Menghitunng interval presisi. Interval presisi dihitung dengan menggunakan rumus
statistic. Hasilnya adalah berupa ukuran dolar dari ketidakmampuan memprediksi salah
saji populasi yang sebenarnya karena pengujian didasarkan pada sampel, bukan pada
populasi secara keseluruhan. Pengaruh perubahan setiap factor meskipun factor-faktor
lainnya tetap konstan yaitu :
Jenis Perubahan

Pengaruhnya terhadap Interval


Presisi yang Dihitung

Meningkatkan ARIA

Menurun

Meningkatkan titik estimasi salah saji

Meningkat

Meningkatkan deviasi standar

Meningkat

Meningkatkan ukuran sampel

Menurun

4. Menghitung

batas

keyakinan.

Auditor

menghitung

batas

keyakinan,

yang

mendefinisikan interval keyakinan, dengan mengombinasikan titik estimasi dari total


salah saji dan interval presisi yang dihitung pada tingkat keyakinan yang diinginkan.

5.3.2 Menganalisis Salah Saji


Auditor harus mengevaluasi salah saji untuk menentukan penyebab setiap salah saji dan
memutuskan apakah perlu memodifikasi model risiko audit.

5.3.3 Memutuskan Akseptabilitas Populasi


Jika menggunakan metode statistic, maka untuk memutuskan apakah suatu populasi dapat diterima
auditor bergantung pada aturan keputusan sebagai berikut :

- Jika interval keyakinan dua sisi untuk salah saji sepenuhnya berada dalam salah saji yang
dapat ditoleransi berupa plus dan minus, terima hipotesis bahwa nilai buku tidak
disalahsajikan dalam jumlah yang material.
- Jika terjadi sebaliknya, terima hipotesis bahwa nilai buku disalahsajikan dalam jumlah
yang material.
5.3.4 Analisis
Penggunaan ARIR yang kecil akan menyebabkan ukuran sampel menjadi lebih besar ketimbang
jika ARIR-nya sebesar 100 persen. Auditor dapat menggunakan ARIR untuk mengurangi kemungkinan
harus meningkatkan ukuran sampel jika deviasi standar atau titik estimasi lebih besar dari yang
diharapkan.

5.4 Tindakan Jika Hipotesis Ditolak


Jika satu atau kedua batas keyakinan terletak diluar rentang salah saji yang dapat ditoleransi,
populasi dianggap tidak dapat diterima. Tindakan yang akan diambil auditor adalah sama seperti
untuk sampling nonstatistik, kecuali estimasi yang lebih baik terhadap salah saji populasi telah

dibuat. Jika interval presisi yang dihitung melampaui salah saji yang dapat ditoleransi, auditor tidak
akan mengharuskan pembukuan disesuaikan.

Anda mungkin juga menyukai