Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TEORI AKUNTANSI

“ASET”

Disusun Oleh (Kelompok 3) :

1. Faradiba Salsabila (190301124)


2. Anggi Yana Kusuma (190301128)
3. Athiyah Farah Azima (190301173)
4. Habel Tamimi Purba (190301199)
5. Indah Febria (190301250)

Dosen Pengampu:
Della Hilia Anriva, SE.,M.Ak., Ak., CA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya
sehingga kelompok kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Aset” dimana
makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Teori Akuntansi.

Alhamdulillah dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh banyak


bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu Della Hilia Anriva, SE.,M.Ak., Ak., CA selaku dosen mata
kuliah Teori Akuntansi, teman-teman dan yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan ilmu maupun semangat bagi penulis.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna menghasilkan
makalah yang lebih baik. Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca dan ilmu yang didapat menambah wawasan kita bersama.

Pekanbaru, 04 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Harta (Aset)................................................................................................................. 6
2.2 Pengakuan Harta (Aset) ................................................................................................................ 7
2.3 Pengukuran Harta (Aset) ............................................................................................................... 9
2.4 Penilaian Harta (Aset) ................................................................................................................. 12
2.5 Penyajian Harta (Aset) ................................................................................................................ 15
2.6 Pengungkapan Harta (Aset) ........................................................................................................ 16
BAB III ................................................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 17
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harta/Aset/Aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat


usaha di kemudian hari. Harta/Aset/Aktiva dipahami sebagai harta total. Namun biasanya
untuk keperluan analisis dirinci menjadi beberapa kategori, seperti: aset lancar, investasi
jangka panjang, aset tetap, aset tidak berwujud, aset pajak tangguhan, dan aset lain-lain.
Salah satu ukuran yang menyangkut harta/aset/aktiva adalah angka rasio
penjualan/total aset, yang dinyatakan sebagai persentase. Asumsinya, semakin besar
penjualan yang diwujudkan, semakin efisien penggunaan aset seluruhnya. Angka
penjualan diambil darilaporan laba-rugi, sedang angka total aset berasal dari neraca. Dalam
hal ini rasio dari tahun terakhir dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Ukuran yang lain menyangkut profitabilitas, yaitu angka laba harta atau laba
investasi, yang berasal dari perbandingan angka laba (dipetik dari laporan laba rugi) dan
total harta atau total aset, yang nilainya sama dengan istilah total investasi (dipetik dari
neraca).
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus memiliki manfaat ekonomik di
masa datang yang cukup pasti. Manfaat ekonomik ini ditunjukkan oleh potensi jasa atau
utilitas yang melekat padanya sebagai yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat
dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendapatkan pendapatan melalui
kegiatan ekonomik. Disamping manfaat ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai
aset, objek tersebut tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas.
Artinya, untuk memiliki aset harus terdapat proses yang disebut dengan transfer
kepemilikan. Krtieria lain yang merupakan penyempurnaan dalam pendefinisian objek
sebagai aset adalah aset merupakan akibat transaksi atau kejadian masa lalu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan harta ?

2. Bagaimana pengakuan terhadap harta?


3. Bagaimana pengukuran terhadap harta?

4. Bagaimana penilaian terhadap harta?

5. Bagaimana penyajian terhadap harta?

6. Bagaimana pengungkapan terhadap harta?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan harta.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan terhadap harta.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran terhadap harta.

4. Untuk mengetahui bagaimana penilaian terhadap harta.

5. Untuk mengetahui bagaimana penyajian terhadap harta.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Harta (Aset)


Menurut FASB mendefinisi aset dalam kerangka konseptualnya sebagai berikut
(SFAC No 6: 25) Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau
diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa
lalu). Menurut IAI dalam SAK (2009:9), “Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan”. Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa harta/aset adalah sumber daya yang diperoleh, dikuasai/dikendalikan
oleh suatu entitas/perusahaan akibat dari peristiwa masa lalu yang diharapkan dapat
memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang.
Menurut Baridwan (dalam Darma, 2011:16-17) aktiva dapat dikelompokkan
sebagaiberikut:
1. Harta Lancar / Aktiva Lancar / Current Assets

Harta lancar adalah harta yang berbentuk uang tunai maupun aktiva lainnya yang
dapat ditukarkan dengan uang tunai dalam jangka satu tahun.
Contoh : piutang dagang, biaya atau beban dibayar di muka, surat berharga, kas,
emas batangan, persediaan barang dagang, pendapatan yang akan diterima, dan lain
sebagainya.
2. Harta Investasi/Aktiva Ivestasi/Investment Assets/Investasi Jangka Panjang

Harta Investasi adalah harta yang diinvestasikan pada produk-produk investasi


untuk mendapatkan keuntungan.
Contoh : Reksadana, saham, obligasi, dan lain-lain.

3. Harta Tak Berwujud / Intangible Assets

Aset tak berwujud adalah harta yang tidak memiliki bentuk tetapi sah dimiliki
perusahaan dan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Contoh : Merk dagang, hak paten, hak cipta, hak pengusahaan hutan / hph,
franchise,goodwill, dan lain sebagainya.
4. Harta Tetap / Aktiva Tetap / Fixed Assets

Harta tetap adalah harta yang menunjang kegiatan operasional perusahaan yang
permanen kepemilikannya.
Contoh : Gedung, mobil, mesin, peralatan dan perlengapan kantor, dan lain-lain.

5. Harta Lainnya / Other Assets

Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak dapat dikategorikan pada harta
atau aset di atas baik dalam bentuk aset tetap, aset investasi, aset tak berwujud dan
aset lancar.
Contoh : Mesin rusak, uang jaminan, harta yang masih dalam proses kepengurusan
yang sah, dan lain-lain.

2.2 Pengakuan Harta (Aset)

Terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos
dapatdisebut harta/ aset, yaitu :
1) Manfaat ekonomik yang datang cukup pasti

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik
di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa
karena daya belinya atau daya tukarnya. Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik
karena dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa, karena dapat digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
2) Dikuasai atau dikendalikan entitas

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau kendali
lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini berarti kemampuan entitas
untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik
dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep
dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Pemilikan (ownership)
hanya mempunyai makna yuridis atau legal.
3) Timbul akibat transaksi masa lalu

Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai


kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset. Aset harus timbul akibat
dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi. Penguasaan
harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. FASB memasukkan transaksi atau
kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan
(menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset. Misalnya perubahan tingkat bunga,
punyusutan atau kecelakaan.
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya
dimasa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mnegalir kedalam perusahaan setelah
periode akuntansi berjalan. Sebagai alternatif transaksi ini menimbulkan pengakuan beban
dalam laporan laba rugi.
FASB (1984) SFAC No. 5, menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada empat
kriteria:
1. Definisi (definition) atau pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila
memenuhidefinisi elemen laporan keuangan
2. Keterukuran (measurability), suatu pos harus memiliki makna tertentu yang
relevan dan dapat diukur jumlahnya dengan reliabilitas yang tinggi
3. Relevansi (relevance) informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut
memiliki kemampuan untuk membuat suatu perbedaan dlm keputusan yang
diambil pemakai laporan keuangan
4. Reliabilitas (reliability), informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan
yang digambarkan atau dipresentasikan, dpt diuji kebenarannya.
Bila dihubungkan dengan pelaporan atas transaksi atau kejadian yang telah diakui
karena memenuhi keempat kriteria diatas, maka aktiva yang sudah diakui akan tampa dlam
neraca, yang penyajiannya dilakukan dengan memperhatikan klasifikasi tertentu dan dapat
pengukuran atau penilaian yang sesuai. Mungkin dalam praktik ada beberapa pos yang
memenuhi kriteria defenisi aktiva tetapi belum ada kesepakatan untuk dicatat dalam
struktur akuntansi, seperti misalnya sumber daya manusia atau karyawan. Penyebabnya
adalah faktor keterukurannya belum memadai.

Aturan Pengakuan (recognition rules), aturan pengakuan menunjukkan aturan


khusus yg digunakan untuk mengidentifikasi aktiva tertentu. Kriteria pengakuan
(recognition criteria), merupakan pedoman umum yang digunakan untuk
memformulasikan aturan pengakuan Kam (1992) mengajukan kriteria utk mengakui
aktiva:
a) Didasarkan pada hukum

b) Pemakaian prinsip konservatif

c) Makna / substansi ekonomi suatu transaksi

d) Kemampuan mengukur nilai aktiva

2.3 Pengukuran Harta (Aset)

Pengukuran dalam akuntansi adalah proses memberikan jumlah moneter kuantitatif


yang berarti pada objek atau peristiwa yang berkaitan dengan suatu badan usaha dan
diperoleh sedemikian rupa sehingga jumlah itu sesuai dengan agregasi (seperti total
penilaian aktiva) atau disagregasi (seperti yang disyaratkan untuk situasi tertentu). Contoh
objek pada definisi diatas diantaranya adalah : piutang, pabrik, dan peralatan. Sedangkan
contoh untuk peristiwa adalah penjualan barang dan jasa.
Sebelum pengukuran dapat dilakukan, harus dipilih atribut-atribut tertentu yang akan
diukur. Dalam hal piutang, atribut-atribut yang dipilih mungkin mencakup jumlah nilai
uang yang akan diterima dan tanggal penagihan yang diharapkan. Untuk pabrik dan
peralatan, atribut yang akan diukur mungkin meliputi kapasitas fisik untuk memproduksi
pengeluaran sumber daya pada saat perolehan, atas sumber yang diperlukan untuk
mengganti aktiva saat ini. Pengukuran biasanya dilakukan dalam ukuran moneter. Tetapi
ada data nonmoneter yang seringkali relevan untuk memprediksi dan pengambilan
keputusan seperti kapasitas produksi dalam ton atau jumlah pegawai.

Kos Sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi


Dalam arti luas kos mempunyai makna sebagai agregat harga dalam perolehan
suatu aset. Penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak independen menjadi
dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup terandalkan untuk
mendekati/mengaproksikan nilai sebenarnya atau nilai wajar suatu objek pada saat
transaksi. Penghargaan sepakatan merupakan pengukur aset pada saat pemerolehan yang
palling objektif. Kos yang didasarkan atas penghargaan sepakatan lebih terandalkan karena
penyebarannya lebih terpusat atau variansi lebih kecil atau sempit daripada kos yang
didasarkan atas penilaian secara subjektif atau selain penghargaan sepakatan. Dengan kata
lain, kos atas dasar penghargaan sepakatan lebih akurat daripada atas dasar yang lain.
Penghargaan Sepakatan Sebagai Bukti
Tranksaksi pertukaran dapat dijadikan landasan untuk menentukan kos yang
terandalkan karena penghargaan sepakatannya didasarkan atas mekanisme pasar yang
bebas sehingga tia menjadi bukti validitas pengukuran kos, lebih-lebih dalam mekanisme
pasar sempurna.

Pengukuran Kos
Dalam praktiknya, pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu saja
selesai dalam satu kegiatan tetapi terdiri atas serngkaian kegiatannya misalnya,
menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang, mencoba
barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan barang
tersebut. Kos yang melekat pada suatu objek ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan
dan jenis penghargaan.
Secara konseptual, pembentuk kos suatu aset adalah semua pengeluaran
(pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan akibat kegiatan
pemerolehan suatu aset sampai tia ditempatkan dalam kondisi siap dipakai atau berfungsi
sesuai dengan tujuanpemerolehannya.

Tunai dan Keringanan


Kos akan tercatat terlalu tinggi kalau potongan tunai dan keringanan-keringanan lain
tidak dikurangkan terhadap harga kesepakatan. Potongan dan keringanan merupakan suatu
hal yang sudah menjadi kebiasaan umum dalam kegiatan usaha. Dalam perusahaan yang
dikelola dengan baik, melewatkan potongan merupakan suatu kesalahan yang dapat
menimbulkan kerugian.

Rugi dalam Pemerolehan Aset


Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasikan
oleh biaya, kos mengalami penghimpunan, penggabungan, dan reklasifikasi. Kos yang
terhimpun tersebut tetap merepresentasi aset kalau aset terbeut belum dikeluarkan sebagai
biaya. Akan tetapi, karena suatu kondisi tertentu dapat terjadi bahwa suatu potensi jasa
tertentu tidak lagi mempunyai kemampuan untuk menghasikan pendapatan. Dalam kondisi
tersebut dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomik telah hangus dan merupakan rugi.
Berikut ini disarikan prinsip-prinsip penentuan kos aset yang diterima dalam barter
ataupertukaran.
a) Pertukaran taksejenis, tanpa pembayaran tombok:

Aset yang diterima dicatat sebesar nilai wajarlpasar aset yang diserahkan nilai
wajar aset yang diterima, mana yang lebih mudah atau ditentukan. Untung atau
rugi yangtimbul diakui pada saat pertukaran.
b) Pertukaran taksejenin, dengan pembayaran tombok

Aset yang diterima dicatat sebesar nilai pasar aset yang diserahkan ditambah
tombok atau nilai wajar pasar aset yang diterima. Dalam hal ini, nilai pasar aset
yang diserahkan menunjukkan kas yang akan diterima seandainya aset tersebut
dijual.Untung atau rugi yang timbul dinkui pada saat pertukaran.
c) Pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok

Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku atau nilai pasar aset yang diserahkan,
mana yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kalau terjadi untung tersebut untung
tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat
transaksi.
d) Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombol: Aset yang diterima dicatat sebesar
nilai buku aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai pasar aset yang
diserahkan ditambah tambok, mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa kalau
terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi
tersebut diakui pada saat transaksi.
e) Pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok:

Bila terjadi rugi: Aset yang diterima dicatat sebesar harga pasar asset yang
diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini berarti rugi yang terjadi diakui semua
pada saat terjadinya transaksi. Bila terjadi untung: Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai yang diserahkan dikurangi porsi nilai buku aset yang diserahkan yang
di anggap dijual (ditukar dengan kas). Atau, nilai pasarhwajar aset yang diterima
dikurangi untung tangguhan (deferred gain).

Pertukaran sejenis dengan penerimaan tombok sebenarnya merupakan transaksi


campuran yaitu aset yang diserahkan sebagian ditukar dengan aset sejenis dan sebagian
yang lain ditukar dengan aset tak sejenis (kas). Oleh karena itu, bila terjadi untung, hanya
untuk yang berasal dari pertukaran tak sejenis (kas) yang diakui dan sisa diperlakukan
sebagai untung yang melekat pada kos) diterima. Untung yang dapat diakui besarnya
mengurangi perbandingan antara penerimaan tombok dan nilai pasar aset yang diterima.
Untung yang dapat besarnya proporsional dengan perbandingan antara penerimaan
tombok dan nilai pasar aset yang diterima.

2.4 Penilaian Harta (Aset)

Penilaian adalah penentuan angka satuan pengukur terhadap suatu objek untuk
menunjukkan makna tertentu objek tersebut. Objek dapat berupa barang dan jasa.
Penilaian asset dalam akuntansi adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk menentukan
makna ekonomi dari suatu asset yang akan disajikan dalam necara. Konsep penilaian
berkaitan dengan masalah penentuan makna yang ingin disampaikan pada pemakai laporan
terhadap asset yang bersangkutan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk proses
penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen
keuangan pada saat penyajian.
Dalam penilaian suatu pos untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan
berbagai dasar penilaian bergantung pada makna yang ingin direpresentase melalui pos
statemen keuangan. Penilaian pos aset dimaksudkan untuk menentukan berapa jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar penilaiannya.
a. Tujuan Penilaian Asset
Tujuan pengukuran/penilaian asset adalah sebagai berikut:

- Sebagai salah satu langkah dalam pengukuran laba.

- Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan.

- Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan

- Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk


kepentingan manajemen.
b. Dasar Penilaian
Hendriksen dan Van Breda (1992) menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai
pertukaran yang dapat digunakan yaitu nilai keluaran (output value) dan nilai masukan
(input value). Nilai keluaran menenjkan dana (kas) yang diperkirakan akan diterima
perusahaan di masa mendatang sesuai dengan harga pertukaran output/produk yang
dihasilkan perusahaan nilai keluaran didasarkan pada jumlah kas atau penghargaan lain
(non kas) yang diterima suatu unit usaha bila suatuasset/potensi jasa akhirnya keluar dari
unit usaha tersebut karena suatu pertukaran. Asset yang ditunjukan nilai uang/klain untuk
menerima uang tersebut harus dinyatakan dalam bentuk nilai sekarang.

 Nilai Masukan ( input )


Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau
dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha.
Kalau tujuan menyajikan aset ini adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar
dari unit usaha maka nilai masukan merupakan alternatif nilai keluaran untuk objek jasa
bila memang tidak ada pasar objek tersebut sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur
dengan cukup pasti dan andal. Dianggap sebagai alternatif karena secara konseptual
(sesuai dengan pemeriksaan aliran kas) nilai keluaran dianggap lebih unggul untuk
penyajian objek dalam statemen keuangan. Sebagai alternatif nilai keuangan , nilai
masukan menunjukkan secara konsevatif nilai maksimum objek jasa atau pos yang
bersangkutan.

 Kos Historis
Kos hitoris sebagai nilai masukan merupakan harga yang paling objektif untuk pos
aset yang baru diperoleh. Kos menunjukkan harga pertukaran pada saat terjadiya. Salah
satu keunggulan kos historis dari sudut konsep penilaian adalah dapat diujinya hasil
penilaian tersebut karena kos historis terjadi dari hasil kesepaktan dua pihak yang
independen. Arena dapat diuji validitas penilaiannya, kos historis dapat diandalkan
sebagai informasi. Akan tetapi , ditinjau dari relevansi informasi , kos historis menjadi
kurang ebermanfaatannya karena nilai aset berubah dengan berjalannya waktu baik akibat
perubahan daya beli atau perubahan harga.
Kos Pengganti
Kos pengganti atau kos masukan sekarang menunjukkan jumlah rupiah harga

pertukaran atau kesepaktan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk
memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau pengganti yang setara. Harga
pertukaran harus ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha
sehingga harga pertukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai yang bersangkutan.
Kos Harapan
Kos harapan suatu aset merupakan nilai pengorbanan ekonomik dimasa datang
seandainya potensi jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian dan bukan
sekaligus.

 Nilai Keluaran ( output )


Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya yang
diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan
usaha melalui pertukaran atau konversi. Secara umum nilai ini lebih berpaut pada aset
dengan tujuannya adalah dijual atau dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk
kegiatan produksi.

 Nilai Terealisasi Harapan


Secara semantik, nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas tau
potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Dalam penilaian ini lebih
bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal atau perusahaan secara keseluruhan
dari sudut pandang invstor. Untuk penilaian aset secra individual , dasar penilaian ini
mengandung beberapa kelemahan yaitu :
1. Kalau tidak ada pasar untuk asset bersangkutan, penentuan aliran kas masa datang
bersifat subjektif sehingga sulit diversifikasi
2. Pemilihan tarif yang cukup representtif untuk merefleksi risiko tiap set sangat
problematik. Jika tarif tersebut dapat ditentukan, hasil pengukuran sulit
diinterpretasi maknanya oleh pembaca statemen keuangan.
3. Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh perusahaan dihasilkan oleh
seluruh aset sebagai satu kesatuan dalam menghasilkan produk yang akhirnya dijul
untuk mendatangkan kas.
4. Memperkuat 3 alasan di atas, beberapa asset memang tidak terpisahkan sehingga
nilai sekarang seluruh asset tidak akan sama dengan penjumlahan semua kas masa
datang diskunan tiap pos asset.

c. Penilaian Menurut FSAB


Bila dikaitkan dengan asset, dasar penilaian FSAB sebagai berikut :
a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan
dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperolehnya. Kos histories ini tentunya disesuaikan dengan
jumlah bagian yang telah didepresiasi atau di ammortisasi.
b. Current cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya
yaitu jumlah rupiah kos atau setaraya yag harus dikorbankan jika asset tertentu
yang sejenis diperoleh sekarang.
c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas
dasar nilai pasar selain yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh
kesatuan usaha dengan menjual asset tersebut dalam kondisi perusahaan yang
normal.
d. Net relizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan
diterima dari asset tersebut dikurangi dengan pengorbanan yang diperlukan untuk
mengkonversi asset tersebut menjadi kas atau setaranya.
e. Present value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang disajikan
sebesar nilai sekarang penerima kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi
dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan
penerimaan tersebut.

2.5 Penyajian Harta (Aset)

Prinsip akuntansi berterima umum, terutama standar akuntansi menetapkan


penyajian dan pengungkapan tiap pos-pos aset. Walaupun aset didefinisi secara umum
sebagai manfaat ekonomik di masa datang yang dikuasai kesatuan usaha dan yang benar-
benar timbul dari transaksi yang sah, tiap pos aset didefinisi lebih lanjut atau spesifik
sesuai dengan sifat pos tersebut. secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi
pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut :
 Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian atas
dalam neraca berformat laporan.
 Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan tetap.

 Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.

 Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan


(misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang).
2.6 Pengungkapan Harta (Aset)
1. Aktiva Tetap
Laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan setiap jenis aktiva tetap :

Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto. Jika lebih
dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap
kategori harus diungkapkan;
1) metode penyusutan yang digunakan;

2) masa manfaat atau tarif yang digunakan;

3) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode

4) suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode


memperlihatkanLaporan keuangan juga harus mengungkapkan:
a. Eksistensi dan batasan atas hak milik, dan aktiva tetap yang
dijaminkan untukhutang;
b. kebijakan akuntansi untuk biaya perbaikan yang berkaitan dengan aktiva tetap;

c. jumlah pengeluaran pada akun aktiva tetap dalam kontruksi;

d. jumlah komitmen untuk akuisisi aktiva tetap;

2. Aktiva Tidak Berwujud


Laporan keuangan harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap golongan
aktiva tidak berwujud, dengan membedakan antara aktiva tidak berwujud yang
dihasilkan secara intern dan aktiva tidak berwujud lainnya:
1) Masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan;

2) Metode amortisasi yang digunakan;

3) Nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (yang digabungkan dengan


akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
4) Unsur pada laporan keuangan yang didalamnya terdapat amortisasi aktiva tidak
berwujud;
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Harta/aset adalah sumber daya yang diperoleh, dikuasai/dikendalikan oleh suatu


entitas/perusahaan akibat dari peristiwa masa lalu yang diharapkan dapat memberikan
manfaat ekonomi dimasa yang akan datang. Aktiva dapat dikelompokkan menjadi harta
lancar (current assets), harta investasi (investment assets), harta tak berwujud (intangible
assets), harta tetap (fixed assets), harta lainnya (other assets).
Suatu objek atau pos agar dapat disebut harta/aset harus memenuhi tiga
karakteristik, yaitu manfaat ekonomik yang datang cukup pasti, dikuasai atau dikendalikan
entitas, dan timbul akibat transaksi masa lalu.
Prinsip akuntansi berterima umum, terutama standar akuntansi menetapkan penyajian dan
pengungkapan tiap pos-pos aset. Walaupun aset didefinisi secara umum sebagai manfaat
ekonomik di masa datang yang dikuasai kesatuan usaha dan yang benar-benar timbul dari
transaksi yang sah, tiap pos aset didefinisi lebih lanjut atau spesifik sesuai dengan sifat pos
tersebut. secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian
dan pengungkapan aset sebagai berikut:
1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian
atasdalam neraca berformat laporan.
2. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan tetap.

3. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang


palinglancar dicantumkan pada urutan pertama.
4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang).

3.2 Saran

1. Seharusnya dapat lebih teliti dalam perhitungan penyusutan aset tetap. yaitu
kelompok aset tetap apa saja yang dapat disusutkan dan yang tidak dapat disusutkan
sehingga laba perusahaan dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
2. Lebih memperhatikan masa perolehan aset tetap tersebut .karena jumlah yang
dialokasikan dapat memberikan manfaat pada periode tersebut. Akibat dari perlakuan
pencatatan yang dilakukan perusahaan maka hal ini akan berpengaruh terhadap
laporan keuangan perusahaan yaitu dalam laporan laba rugi dan neraca.
3. Sebaiknya dalam menggunakan metode penyusutan aset tetap harus sesuai dengan
standar akuntansi keuangan karena akan mempengaruhi dalam laporan keuangan
perusahaan.
4. Dan Sebaiknya perusahaan menyajikan beban penyusutan kedalam laporan keuangan
yaitu laporan laba rugi agar para pembaca laporan keuangan bisa memperoleh
informasi yang lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Muqodim.2005.Teori Akuntansi. Edisi pertama. Ekonisia. Yogyakarta


Soemarso. 2003. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Suwardjono. (2011). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.
BPFE. Yogyakarta.
Warren, dkk. 2006. Pengantar Akuntansi. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai