Anda di halaman 1dari 21

ASET

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Teori Akuntansi

Dosen Pengampu Mata Kuliah : JUMIATY. SE., M. Ak

Disusun oleh : Kelompok 1

1. Marhuma (C0220333)
2. Sahariah (C0220320)
3. Aisah Firayanti (C0220391)
4. Muhammad Arif (C0220314)
5. Dirman (C0220408)
6. Muh. Anwar (C0220313)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas


limpahan rahmat dan hidayah – Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita NABI
BESAR MUHAMMAD SAW sang revolusioner sejati yang telah
membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang
benderang seperti yang kita rasakan pada saat ini. Tidak lupa pula
kami ucapkan rasa terima kasih kepada ibu JUMIATY. SE., M.Ak
selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Akuntansi yang
senantiasa membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.
Makalah yang berjudul “ASET” ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Teori Akuntansi. Aset adalah harta
yang berharga yang dimiliki oleh individu maupun badan usaha.
Aset biasanya sangat berguna dalam dunia bisnis. Oleh karena itu,
aset pada umumnya memiliki nilai ekonomis, nilai tukar, dan nilai
komersial. Dari sudut pandang metode akuntansi, aset juga dapat
digambarkan sebagai jumlah liabilitas dan ekuitas.
Apabila ada beberapa kesalahan yang terdapat di dalam
makalah ini, izinkan kami menghanturkan permohonan maaf. Sebab,
kami selaku penyusun makalah ini hanya manusia biasa yang tidak
permah luput dari kesalahan. Kami juga berharap agar pembaca
makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami para
penyusun makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan menjadi acuan untuk
menulis makalah lainnya.

Majene, 05 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................4
A. Latar Belakang......................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................5
C. Tujuan Penulisan...................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................6
A. Definisi Aset.........................................................................11
B. Pengakuan Aset....................................................................12
C. Pengukuran Aset...................................................................12
D. Pengungkapan Aset..............................................................14
E. Isu – Isu Yang Terkait Dengan Standar Akuntansi..............16
BAB III PENUTUP........................................................................19
A. Kesimpulan...........................................................................20
B. Saran ...................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Elemen – elemen statemen keuangan adalah makna yang
sengaja ditentukan dalam perekayasaan untuk merepresentasi
realitas kegiatan badan usaha sehingga orang dapat memperoleh
gambaran yang jelas tentang realitas tersebut secara keuangan
tanpa harus menyaksikan sendiri secara fisik realitas tersebut.
Salah satu komponen kerangka konseptual adalah identifikasi
dan definisi elemen.
Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada
penalaran definisi tetapi meliputi pula penalaran tentang
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan. Penalaran ini
menjadi basis pemilihan kebijakan baik pada tingkat
perekayasaan maupun penetapan standar. Pada tingkat penetapan
standar, teori tentang elemen statemen keuangan mendasari
perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh standar akuntansi.
Oleh karena itu, pembahasan elemen dalam makalah ini dan
beberapa berikutnya difokuskan pada perlakuan akuntansi
elemen atau pos yaitu definisi atau pengertian, pengakuan,
pengukuran dan pengungkapan serta isu – isu yang terkait
dengan standar akuntansi.
Salah satu elemen tersebut adalah aset. Aset merupakan
elemen neraca yang akan membentuk informasi semantic berupa
posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu
kewajiban dan ekuitas.
Aset secara umum merupakan barang yang mempunyai
nilai ekonomis, nilai komersial atau nilai tukar yang dimilki oleh
perusahaan, organisasi, badan usaha atau individu. Aset dalam
pengertian hukum disebut benda yang terdiri dari benda
bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang
tercakup dalam aset kekayaan dari suatu perushaan, organisasi,
badan usaha atau individu.
Aset adalah komponen yang sangat penting dalan sebuah
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi usahanya, baik
itu aset lancar maupun aset tidak lancar (aset tetap). Aset lancar
berupa kas ataupun aset lainnya yang dapat dipergunakan dalam
operasi perusahaan setiap harinya dan diharapkan dapat
dikonversikan sewaktu – waktu dalam jangka pendek. Selain aset
lancar, perusahaan pastinya mempunyai aset tidak lancar (aset
tetap) untuk menunjang segala kebutuhan atas kegiatan dan
operasi yang dilakukannya.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 16
revisi tahun 2011 menyatakan definisi aset tetap sebagai berikut :
“Aset tetap adalah aset yang berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode” (Ikatan Akuntansi Indonesia)
Kieso et al (2010) dalam bukunya Akuntansi Intermediate
menyatakan bahwa :
“Assets are Resources owned by a Busnisess. They areused in
carrying out such Activities as production, consumption and
exchange. The Common characteristic possesed by all Asset is
the capacity to provide future services or benefits”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan – rumusan masalahnya yaitu sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari aset ?
2. Bagaimana pengakuan dari aset ?
3. Bagaimana pengukuran dari aset ?
4. Bagaimana pengungkapan dari aset ?
5. Apa saja isu – isu yang terkait dengan standar akuntansi ?

C. Tujuan Penulisan
Seperti dalam rumusan masalah yang diajukan diatas,
maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk
menjawab hal – hal yang diajukan, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi aset.
2. Untuk mengetahui pengakuan aset.
3. Untuk mengetahui pengukuran aset.
4. Untuk mengetahui pengungkapan aset.
5. Untuk mengetahui isu – isu yang terkait dengan standar
akuntansi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Aset
Aset adalah harta berharga yang dimiliki oleh individu atau
badan usaha. Aset biasanya sangat berguna dalam dunia bisnis. Oleh
karena itu, aset pada umumnya memiliki nilai ekonomis, nilai tukar,
dan nilai komersial. Dari sudut pandang metode akuntansi, aset juga
dapat digambarkan sebagai jumlah liabilitas dan ekuitas.
Pengertian aset secara umum menyatakan bahwa aset adalah
sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masalalu dimana manfaat ekonomi masa depan diharapkan
akan diperoleh perusahaan. Aset perusahaan berasal dari transaksi
atau peristiwa lain yang terjadi di masalalu. Perusahaan biasanya
memperoleh aset melalui pengeluaran berupa pembelian atau
produksi sendiri.
Dalam kerangka konseptualnya, FASB mendefinisikan aset
sebagai manfaat ekonomis masa depan memungkinkan diperoleh
atau dikuasai atau dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi
atau kejadian di masalalu. Sementara itu AASB mendefinisikan aset
sebagai potensial jasa atau manfaat ekonomis masa depan yang
dikendalikan dengan pelaporan entitas sebagai hasil dari transaksi
atau kejadian masalalu.
Definisi aset yang dinyatakan oleh FASB dan AASB ini cukup
representatif karena aset dinilai memiliki sifat sebagai manfaat
ekonomis dan bukan sebagai sumber ekonomis (resources) karena
manfaat ekonomis tidak membatasi bentuk atau jenis sumber
ekonomis yang dapat dikategorikan sebagai aset. Selain itu FASB
dan AASB juga tidak membatasi pengendali aset hanya perusahaan
bisnis, tapi secara luas juga organisasi non bisnis. Berdasarkan
penjelasan definisi diatas, secara umu dapat disimpulkan bahwa
terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu
objek dapat dikategorikan sebagai aset, yaitu sebagai berikut ‘
1. Manfaat Ekonomis
Aset harus memiliki nilai manfaat ekonomis di masa
depan yang cukup pasti. Misalkan seperti kas memiliki manfaat
atau potensi jasa karena memiliki daya beli atau daya tukar
dalam unit moneter. Objek selain kas lainnya harus memiliki
nilai manfaat ekonomis yang dapat ditukarkan dengan kas,
barang atau jasa, sehingga dapat digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa, atau dapat digunakan untuk melunasi
kewajibannya.
2. Dikuasai atau Dikendalikan Entitas
Aset harus dimiliki dan dikendalikan oleh entitas. Namun,
konsep penguasaan atau kendali lebih penting daripada konsep
kepemilikan. Penguasaan disini mengandung arti kemampuan
entitas untuk mendapatkan, memelihara, menahan, menukarkan,
menggunakan manfaat ekonomis serta mencegah pihak lain
menggunakan manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep
substance over form. Pemilikan (ownership) hanya mempunyai
makna yuridis atau legal.
Kendali atas suatu aset dapat diperoleh dengan cara – cara
berikut :
a.) Pembelian (by purchase)
b.) Pemberian (by gift)
c.) Penemuan (by agreement)
d.) Produksi atau informasi, dan
e.) Penjualan.
3. Timbul Akibat Transaksi Masalalu
Aset harus timbul sebagai akibat dari transaksi atau
kejadia masalalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi.
Kepemilikan atau penguasaan suatu aset harus didahului oleh
transaksi atau kejadian ekonomis yang telah terjadi. FASB
memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset dengan
alasan transaksi atau kejadian tersebut kejadian tersebut dapat
mempengaruhi jumlah aset, baik menambah maupun
mengurangi. Contohnya adalah pembayaran tunai atas penjualan
sebelumnya, penjualan kredit, asuransi dibayar dimuka, dan lain
sebagainya.
Selain tiga karakteristik yang diujelaskan di atas, FASB
juga memberikan beberapa karakteristik pendukung, yaitu :
a.) Melibatkan Kos
Pemerolehan aset akan melibatkan kos atau biaya.
Apabila kos timbul akibat perolehan suatu objek dengan
pertukaran maupun pembelian, objek tersebut dapat
dikategorikan sebagai aset walaupun nilai kos tersebut harus
ditaksir secara layak sebagai dasar pencatatan awal. Esensi
utama terletak pada nilai ekonomis yang akan diperoleh pada
masa mendatang.
b.) Berwujud
Wujud bukanlah merupakan kriteria yang baku untuk
mengidentifikasi aset. Objek seperti hak paten, goodwill dan
pos – pos tak berwujud lainnya dapat dikategorikan sebagai
aset lancar dan tidak masuk dalam aset tidak berwujud
karena objek – objek tersebut memiliki nilai tersendiri.
c.) Pertukaran
Banyak pendapat yang mengatakan dalam memenuhi
desinisi sebagai aset, suatu sumber ekonomis harus dapat
ditukarkan dengan sumber ekonomis lainnya. Syarat ini
diajukan untuk melihat seberapa jauh manfaat ekonomi akan
menjadi cukup pasti dan terukur dengan handal apabila suatu
aset tersebut memiliki nilai ukur maupun nilai tukar.
d.) Terpisahkan
Syarat dari suatu aset untuk dapat ditukarkan harus
dapat dipisahkan dengan sumber ekonomis lain atau berdiri
sendiri, akan tetapi argument lain menyatakan keterpisahan
dan ketertukaran hanyalah merupakan syarat untuk
memperoleh manfaat aset. Dengan argumen di atas FASB
tidak memasukkan keterpisahan sebagai kriteria untuk
mendefinisikan aset.
e.) Berkekuatan Hukum
Penguasaan atas aset tidak harus didukung dengan cara
yuridis. Klaim atas piutang tidak harus didukung oleh
dokumen yang mempunyai daya paksa secara hukum untuk
memenuhi definisi aset.
Aset merupakan salah satu konsep yang cukup penting dalam
akuntansi. Selain pengertian secara umum seperti yang sudah
dijelaskan di atas, sejumlah ahli dan juga regulasi pemerintah juga
turut dijadikan sebagai sumber untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan aset. Berikut adalah pengertian aset menurut para
ahli :
1. Hidayat mengungkapkan bahwa definisi aset merupakan barang
yang secara umum dibagi menjadi benda yang bergerak dan
tidak bisa bergerak, berwujud atau tangible dan tidak berwujud
atau intangible.
2. Munawir mengungkapkan bahwa aset merupakan sesuatu
sumber daya atau sarana yang memiliki nilai ekonomi dan fungsi
sebagai sebuah penunjang dalam mengukur harga dalam
mendapatkannya atau nilai wajar perusahaan.
3. Menurut PP RI No. 24 Tahun 2005 mengungkapkan bahwa
definisi aset dibedakan menjadi dua, yaitu aset lancar atau
current asset dan aset tidak lancar atau non current asset.
Aset yang lebih spesifik dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sebagai berikut :

1. Aset Lancar
Aset lancar adalah salah satu jenis aktiva yang paling
likuid. Dengan kata lain, aset tersebut adalah jenis aset yang
paling mudah dan cepat untuk dikonversi menjadi uang tunai.
Aset yang lancar mempunyai siklus atau perputaran serta
manfaat yang relatif singkat. Biasanya jangka waktu pertukaran
aset lancar adalah satu tahun atau didalam satu siklus norma
perusahaan. Oleh karena perputaran aset yang sangat cepat,
manfaat dari aktiva lancar juga tertolong cepat habis. Namun,
setalah habis, aset tersebut akan tergantikan oleh aset atau aktiva
lain. Kondisi itulah yang harus dilakukan sampai akhir periode.
Contoh aset lancar yang mudah kita temui adalah investasi
jangka pendek, kas, piutang usaha, perlengkapan, persediaan,
wesel tagih, beban dibayar dimuka, dan penghasilan yang masih
akan diperoleh.
2. Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar adalah aset yang tidak mempunyai siklus
dan periode manfaat lebih dari satu tahun. Aset yang tidak lancar
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
a.) Aset Tetap
Aset tetap merupakan aset yang mempunyai wujud
atau bentyk secara fisik. Aset tetap biasanya digunakan dan
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk kegiatan produksi, baik
itu barang atau jasa. Sehingga tujuan dari mempunyai aktiva
tetap adalah bukan untuk dijual lagi, namun digunakan untuk
operasional perusahaan. Aset tetap bisa dijual oleh
perusahaan apabila masa ataupun umur manfaat dari aset itu
sudah mulai habis, rusak, dan bermasalah. Contoh dari aktiva
yang masuk ke dalam jenis aset tetap yaitu bangunan, mesin,
tanah, gedung, kendaraan, dan lainnya.
b.) Aset Tidak Berwujud
Selain aset tetap, dalam kategori aset tidak lancar juga
terdapat jenis aset tidak berwujud. Jenis aset yang satu ini
adalah aktiva yang tidak terlihat atrau tidak nampak secara
fisik namun mempunyai nilai serta manfaat untuk perusahaan
itu sendiri. Adapun beberapa contoh dari aset yang tidak
berwujud yaitu hak paten, hak guna bangunan, goodwill, hak
sewa, dan lainnya.
c.) Investasi Jangka Panjang
Investasi adalah sebuah aset yang digunakan dengan
tujuan guna memperoleh pertumbuhan kekayaan. Dalam hal
ini, investasi yang dilakukan adalah investasi jangka panjang.
Dengan kata lain, investasi yang dimaksud mencakup semua
investasi jangka panjang yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan. Baik dimasa sebelumnya ataupun dimasa
sekarang. Contohnya saja, perusahaan A melakukan investasi
di perusahaan B, maka perusahaan A harus selalu mecatat
aset yang berupa investasi tersebut di dalam laporan neraca
yang mereka punya.

Selain penting untuk dimiliki, pastinya sebuah aset juga


memiliki manfaat dan kegunaan yang bisa menguntungkan para
pemiliknya. Kita dapat menggunakan aset dalam dua bentuk
penggunaan, yaitu aset operasional dan aset non operasional.
1. Aset Operasional
Jenis aset yang satu ini adalah aset yang dapat digunakan
dalam keperluan sehari – hatri. Baik itu untuk keperluan pribadi
ataupun keperluan bisnis. Aset juga dapat digunakan untuk
kebutuhan lainnya, yaiotu hak cipta, peralatan bisnis, mesin,
barang dagang, dan lain sebagainya.
2. Aset Non Operasional
Kebalikan dari aset operasional, aset non operasional
merupakan sebuah aset yang tidak digunakan untuk kebutuhan
sehari – hari. Misalnya saja bunga deposito, tanah kosong, surat
berharga, dan juga investasi.

Jika melihat definisi aset secara umum, maka bisa disimpulkan


bahwa aset adalah salah satu aktiva yang sangat berguna untuk
kehidupan sehari – hari oleh pemiliknya. Adapun yang lebih pneting
lagi, apakah aset itu dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai
suatu media yang akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar?
Jawabannya tentu saja iya. Karena setiap benda yang bermanfaat dan
bernilai untuk bisnis, maka sudah seharusnya dimasukkan dalam
bagian aset. Sederhananya, aset akan menjadi salah satu hal penting
di dalam suatu bisnis jika mencakup satu dari tiga faktor berikut ini :
1. Dapat menghasilkan pendapatan di masa mendatang.
2. Mempunyai nilai lebih dalam pembuatan produk.
3. Dapat memfasilitasi bisnis dan pembuatan produk.

Suatu benda ataupun uang tunai tidak akan disebut sebagai


bagian dari suatu aset jika tidak bisa menghasilkan keuntungan
untuk perusahaan itu sendiri. Akan tetapi, masih bisa meringankan
beban perusahaan tersebut. Misalnya saja, uang tunai tidak dapat
disebut sebagai sebuah aset jika dipakai untuk membayar hutang
dalam jangka waktu tertentu.

Tidak hanya definisi dan jenis – jenisnya saja, kita juga perlu
memahami apa saja sifat yang dimiliki oleh suatu aset secara umum.
Terdapat tiga sifat utama dari sebuah aset, yaitu sumber daya,
kepemilikan, dan nilai ekonomi. Aset pastinya adalah sebuah sumber
daya yang dapat dimanfaatklan di masa mendatang. Tak hanya itu,
aset juga sudah jelas mempunyai nilai ekonomi. Sebab, aset dapat
diperjualbelikan dengan mudah. Kemudian, aset juga dapat
mencerminkan kekayaan seseorang yang mana dapat dikonversikan
menjadi uang tunai ataupun bentuk kekayaan lainnya.

B. Pengakuan Aset
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan
terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam
catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi
unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan – LRA, belanja,
pembiayaan, pendapatan – LO, dan beban, sebagaimana akan
termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan.
Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos
– pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau
peristiwa terkait.
Pada umumnya, pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan
adanya transaksi, kejadian atau keadaan tertentu. Adapun kondisi
perlu dan kondisi cukup yang merupakan penguji yang cukup rinci
untuk mengakui aset, yaitu :
1. Deteksi adanya aset. Untuk mengakui aset, harus ada transaksi
yang menandai timbulnya aset.
2. Sumber ekonomis dan kewajiban. Untuk mengakui aset, suatu
objek harus merupakan sumber ekonomis yang langka,
dibutuhkan, dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas. Untuk mengakui aset, entitas harus
mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai. Untuk mengakui aset, suatu objek harus
mempunyai manfaat yang dapat ditentukan besarnya secara
moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan. Untuk mengakui aset, semua
penguji di atas harus dipenuhi pada saat tanggal pelaporan.
6. Verifikasi. Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung
untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.

Adapun dua perbedaan pengakuan antara aset lancar dan aset


tidak lancar, yaitu :

1. Sebuah aset dinyatakan sebagai aset lancar apabila bisa dirubah


menjadi uang dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan,
sedangkan
2. Aset tersebut termasuk dalam aset tidak lancar jika tidak bisa
dirubah dalam jangka waktu kurang dari atau sama dengan 12
bulan.

Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya


berkaitan dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang
terlibat dalam transaksi atau kejadian tertentu dapat diasetkan. Hal
ini biasanya berkaitan dengan eksplorasi minyak dan gas bumi, rugi
selisih kurs, valuta asing, sewa guna, riset dan pengembangan, bunga
selama masa kontruksi aset tetap, dan sumber daya manusia.

C. Pengukuran Aset
Pengukuran aset dalam akuntansi adalah jumlah rupiah yang
dilekatkan pada aset yang dimiliki dan akan dijadikan dasar untuk
mengikuti aliran fisik aset tersebut. Jumlah rupiah melekat pada aset
ini disebut jumlah setara tunai atau implisit dari wujud penghargaan
yang diserahkan oleh pemeroleh aset. Pengukuran ini menjadi suatu
syarat aset dapat diakui. Pengukuran dilakukan berdasarkan manfaat
ekonomik masa datang.
Berdasarkan going concern, sumber ekonomik akan
mengalami pengukuran tiga tahap selama berada dalam suatu entita,
yaitu tahap perolehan, tahap pemanfaatan, dan tahap pemberhentian
atau keluar dari entitas. Misalnya, aset tetap akan diawali dengan
perolehan aset tetap, kemudian dimanfaatkan dalam proses bisnis
perusahaan dan diberhentikan penggunaannya dikarenakan sudah
habis manfaat atau dijual. Setiap tahapnya terdapat aturan mengenai
pengukuran yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Ada
dua dasar pengukuran, yaitu sebagai berikut :
1. Biaya historis, pencatatan aset sebesar kas yang dibayarkan atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aset.
2. Biaya kini, aset dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya
dibayar dengan setara aset yang diperoleh sekarang. Pengukuran
ini mencakup nilai wajar, nilai pakai untuk aset, dan biaya kini.
Pengukuran menurut (Prochazka 2011), adalah sebagai
berikut:
“Measurement of accounting elements is one of the crucial factors
in the process of preparing financial statements, which fairly present
economic activity of an accounting entity. Elements of financial
statements can be measured by varioius attributes, corresponding to
the nature of an element anda the purpose for which the element has
been incured by entity. The reliability and relevance of the attribute
measured are the key points of measuring assets, liabilities, equity,
and other elements”.
Salah satu kriteria pengukuran aset adalah manfaat ekonomis
yang akan datang dapat diukur (measureability). Yang dimaksud
pengukuran disini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada suatu objek aset pada saat perolehan yang akan
dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisik objek tersebut.
Apabila suatu sumber daya yang diperoleh suatu entitas tidak handal
(reliable) pada elemen pengukurannya, maka sumber daya tersebut
tidak dapat ditampilkan sebagai aset melainkan diakui sebagai
pendapatan ketika terjadi transaksi. Sebagai aliran informasi, kos
juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran
fisik, yaitu :
1. Pengukuran (measurement), pengakuan (recognition), dan
klasifikasi (classification), pertama kali pada saat perolehan aset.
Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dana dalam tahap ini disebut
pengukuran saja.
2. Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset
berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan
internal / manajerial atau untuk kepentingan pengekosan produk.
Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut
penelusuran (tracing).
3. Pembenaran kependapatan periode berjalan atau periode –
periode yang akan datang. Kos yang belum menjadi beban
pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek menjadi aset
badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini
disebut pembebanan ke pendapatan (charging to revenues).

Adapun tujuan pengukuran aset adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu langka dalam penentuan laba.


2. Sebagai salah satu langka dalam proses penyajian laporan
keuangan.
3. Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam
pelaporan keuangan.
4. Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan
penilaian untuk kepentingan manajemen.

D. Pengungkapan Aset
Pengungkapan secara umum diartikan sebagai konsep,
metode, atau media tentang bagaimana informasi akuntansi
disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Dalam definisi
yang lain, pengungkapan adalah penyajian informasi dalam bentuk
statemen keuangan sebagai langkah akhir dalam proses akuntansi.
Informasi tersebut meliputi statemen keuangan itu sendiri, catatan
atas statemen keuangan, dan pengungkapan tambahan yang
berkaitan dengan statemen keuangan.
Menurut Suwardjono (2014:578), pengungkapan secara
konseptual merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan.
Secara teknis pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses
akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh
statemen keuangan.
Tujuan pengungkapan adalah untuk menyajikan informasi
yang dianggap perlu demi tercapainya tujuan pelaporan keuangan
dan untuk melayani berbagai stakeholder yang mempunyai
kepentingan yang berbeda.
Apabila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi, tentu saja
akan terdapat sebagian informasi yang hilang. Sehingga perlu
adanya pengungkapan (disclosure) mengenai hal ini sehingga
laporan keuangan dapat dipercaya dan tidak menyesatkan para
penggunanya. Agar laporan keuangan tetap informatif, hal – hal
yang harus diungkapkan sebagai penejlas laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
1. Apabila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga
yang terjadi selama periode dibebankan sebagai biaya periode
tersebut/
2. Apabila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang
terjadi menjadi bagian yang dikapitalisasi.

E. Isu – Isu Yang Terkait Dengan Standar Akuntansi


Analisis Penerapan PSAK No. 16 Dalam Perlakuan Akuntansi Aset
Tetap Perusahaan
STUDI KASUS PADA CV. BANGUN PERKASA FURNITURE

Pengakuan Aset Tetap Pada Bangun Perkasa Furniture


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa aset tetap
merupakan komponen aset yang paling besar nilainya dalam laporan
keuangan, sebagian besar perusahaan terutama perusahaan pasar
modal seperti perusahaan manufaktur. Pada perusahaan Bangun
Perkasa Furniture sendiri memiliki beberapa jenis – jenis aset tetap
yang digunakan oleh perusahaan guna menunjang kegiatan
operasional sehari – hari, yaitu :
1. Bangunan
2. Kendaraan
3. Mesin dan alat – alat
4. Peralatan kantor.

Pengakuan dari empat jenis aset yang dimiliki oleh Bangun


Perkasa Furniture, perusahaan mulai mengakui dan
mengelompokkan ke dalam aset tetap pada saat perusahaan membeli
aset tersebut. Pada saat perusahaan mengeluarkan sejumlah uang
untuk membeli barang yang dikelompokkan kedalam aset tetap
tersebut, tidak menjadikannya sebagai biaya, melainkan masuk ke
dalam kategori aset dalam hal ini masuk ke aset tetap.

Pengukuran

Bangun Perkasa Furniture sendiri untuk pengukuran aset tetap


dilakukan pada saat aset tetap diperoleh dengan metode biaya.
Dimana setelah pengakuan awal, aset tetap dicatat pada biaya
perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai. Berikut contoh kasus yang terjadi di Bangun
Perkasa Furniture :

Aset kendaraan

Penambahan Box pada mobil pick up, agar barang yang dimuat pada
kendaraan tidak terkena hujan atau dapat lebih melindungi barang
yang dimuat, maka nilai yang keluar akibat biaya modifikasi
kendaraan dimasukkan ke akun kendaraan sebagai nilai perolehan.
Berikut contoh jurnalnya :

Kendaraan 17.500.000
Kas 17.500.000

Dalam menentukan masuk tidaknya biaya renovasi atau


penambahan bangunan pada Bangun Perkasa Furniture, perusahaan
mengukur dari masa manfaat penggunaan bangunan tersebut akan
disusutkan, mulai dari besaran nilai perolehan serta berapa lama
manfaat aset tetap tersebut bisa digunakan. Karena penyusutan
merupakan alokasi sistematis nilai aset tetap menjadi beban. Metode
penyusutan yang dianut oleh Bangun Perkasa Furniture dalam proses
pengakuan aset tetap yang dimiliki, yaitu “metode penyusutan yang
digunakan oleh Bangun Perkasa Furniture adalah metode garis lurus,
yaitu nilai penyusutan dari awal sampai akhir menggunakan nilai
yang sama”.

Penghentian
Penyusutan aset tetap yang dilakukan oleh Bangun Perkasa
Furniture bertujuan agar pada saat aset tetap yang dimilikinya itu
dikeluarkan dari laporan keuangannya, tidak akan terlalu membebani
laba rugi perusahaan. Karena Bangun Perkasa Furniture dalam
mengeluarkan atau penghentian pengakuan aset tetap pada laporan
keuangannya mengacu pada dua hal, yaitu :
1. Pengeluaran atau penghentian pada saat aset itu dijual.
2. Pengeluaran atau penghentian pada saat aset dihancurkan (Write
Off).

Pengungkapan Aset Tetap Pada Bangun Perkasa Furniture

Dalam laporan keuangan Bangun Perkasa Furniture, penyajian


aset tetap akan terlihat di dalam laporan posisi keuangan. Laporan
posisi keuangan merupakan suatu daftar yang menggambarkan
komposisi harta, kewajiban dan modal pada suatu periode tertentu.
Aset tetap yang disajikan berdasarkan nilai perolehan aset tersebut
dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis aset tetap,
seperti tanah, bangunan, inventaris kantor, dan lain sebagainya
dinyatrakan dalam posisi laporan keuangan secara terpisah dan
terinci. Dalam laporan keuangan, aset tetap dirinci menurut jenisnya
seperti bangunan, kendaraan, dan lain – lain. Akumulasi penyusutan
disajikan sebagai pengurangan terhadap aset tetap baik secara
tersendiri menurut jenisnya atau keseluruhan, dan pada Bangun
Perkasa Furniture dibuatkan rincian harga perolehan masing –
masing penyusutan. Bangun Perkasa Furtniture hanya menggunakan
laporan keuangan sebagai dasar pengungkapan aset tetap yang
dimilikinya, karena aset tetap yang dimiliki oleh Bangun Perkasa
Furniture tidak terdapat aset yang bisa direvaluasi dikarenakan nilai
aset yang dimiliki tidak memungkinkan adanya kenaikan nilai aset di
pasaran. Yaitu pada Bangun Perkasa Furniture dasar pengukuran
dilihat dari nilai perolehan dan masa manfaat aset tetapnya, metode
penyusutan menggunakan metode garis lurus, dimana nilai
penyusutan aset tetap yang dimilikinya akan tetap sampai total
akumulasinya habis.
Pengakuan Aset Tetap Sesuai Dengan PSAK No. 16

Dalam PSAK 16 dijelaskan bahwa pengakuan aset tetap dapat


diakui sebagai aset jika dan hanya jika :

1. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik


masa depan dari aset tersebut.
2. Biaya perolehannya dapat diatur secara andal.

Pada Bangun Perkasa Furniture cara pengakuan terhadap aset


tetap yang dimilikinya pun sama dengan apa yang terdapat dalam
aturan PSAK 16 di atas, dimana perusahaan dalam mengakui aset
tetapnya menggunakan dua dasar tersebut, yaitu biaya perolehannya
bisa diukur secara andal dan memiliki masa manfaat ekonomis
dimasa depan. Akan tetapi didalam menentukan nilai perolehan pada
Bangun Perkasa Furniture sedikit berbeda dengan apa yang
dijelaskan didalam PSAK 16. Dimana pada perusahaan Bangun
Perkasa Furniture nilai yang diakui sebagai nilai perolehan hanya
mengakui nilai pokok aset tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa
pengakuan pada Bangun Perkasa Furniture tidak sesuai dengan
PSAK 16.

Pengukuran Aset Tetap Sesuai Dengan PSAK No. 16

Pada Bangun Perkasa Furniture sendiri untuk pengukuran aset


tetap dilakukan pada saat aset tetap diperoleh yaitu pengukuran
setelah pengakuan dengan model biaya. Dimana setelah pengakuan
awal, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Apabila terdapat
biaya yang muncul pada saat aset tetap tersebut diperoleh, maka
pengeluaran yang terjadi akan dibagi kedalam dua jenis pengeluaran,
tergantung berapa besar biaya yang dikeluarkan dan diperuntukan
untuk apa biaya tersebut.

PSAK No. 16 paragraf 67 menyatakan, jumlah tercatat aset


tetap dihentikan pengakuannya : (a) pada saat pelepasan atau (b)
ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomik masa depan yang bisa
diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Dalam PSAK No.
16 paragraf 68 keuntungan atau kerugian yang timbul dari
pengentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi ketika
aset tetap tersebut dihentikan pengakuannya. Bangun Perkasa
Furniture bertujuan agar pada saat aset tetap yang dimilikinya itu
dikeluarkan dari laporan keuangannya, tidak akan terlalu membebani
laba rugi perusahaan. Dengan kata lain pada Bangun Perkasa
Furniture menerapkan sistem pengukuran penyusutan dan
penghentian aset yang sesuai dengan PSAK 16.

Pengungkapan Aset Tetap Sesuai Dengan PSAK No. 16

Berdasarkan PSAK 16 per efektif 1 Januari 2017 paragraf 73 –


79 dijelaskan bahwa laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap
kelas aset tetap :

1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah


tercatat bruto.
2. Metode penyusutan yang digunakan.
3. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.
4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan
dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir
periode.
5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.

Dalam laporan keuangan, penyajian aset tetap akan terlihat


dalam laporan posisi keuangan. Laporan posisi keuangan merupakan
suatu daftar yang menggambarkan posisi harta, kewajiban, dan
modal pada suatu periode tertentu. Aset tetap yang disajikan
berdasarkan nilai perolehan aset tersebut dikurangi dengan
akumulasi penyusutannya. Setaip jenis aset tetap seperti tanah,
bangunan, inventaris kantor, dan lain sebagainya dinyatakan dalam
posisi laporan keuangan secara terpisah atau terinci dalam catatan
atas laporan keuangan. Dalam laporan keuangan, aset tetap dirinci
menurut jenisnya, seperti tanah, kendaraan dan lain – lain.
Akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurangan terhadap aset
tetap baik secara tersendiri menurut jenisnya atau keseluruhan, dan
ada baiknya dibuatkan rincian harga perolehan masing – masing
penyusutannya. Selain laporan keuangan, terdapat pula komponen
laporan keuangan yang membahas tentang aset, yaitu Catatan Atas
Laporan Keuangan (CALK) yang merupakan informasi rinci tentang
detail yang ada dalam laporan keuangan perusahaan atau dengan
kata lain CALK merupakan penjelasan pada laporan keuangan yang
tidak bisa diungkapkan secara rinci asal muasal angka yang ada
dalam laporan keuangan tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari makalah yang telah kami buat,


maka kami dapat membuat kesimpulan, yaitu :
1. Aset adalah harta berharga yang dimiliki oleh individu atau
badan usaha. Dan secara umum aset bisa dinyatakan bahwa
sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masalalu dimana manfaat ekonomi masa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan. Aset secara spesifik
dibagi menjadi dua, yaitu aset lancar dan aset tidak lancar.
2. Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan
terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau
peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi
bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan – LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan – LO,
dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan
entitas pelaporan yang bersangkutan.
3. Pengukuran aset adalah jumlah rupiah yang dilekatkan pada
aset yang dimiliki dan akan dijadikan dasar untuk mengikuti
aliran fisik aset tersebut. Pengukuran dasar dalam aset dibagi
menjadi dua, yaitu (a) biaya historis, pencatatan aset sebesar
kas yang dibayarkan atau sebesar nilai wajar dari imbalan
yang diberikan untuk memperoleh aset dan (b) biaya kini,
aset dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya dibayar
dengan setara aset yang diperoleh sekarang.
4. Pengungkapan secara umum diartikan sebagai konsep,
metode, atau media tentang bagaimana informasi akuntansi
disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuan dari
pengungkapan adalah untuk menyajikan informasi yang
dianggap perlu demi tercapainya tujuan pelaporan keuangan
dan untuk melayani berbagai stakeholder yang mempunyai
kepentingan yang berbeda.
5. Pengungkapan pada Bangun Perkasa Furniture tidak sesuai
dengan PSAK 16. Bangun Perkasa Furniture menerapkan
sistem pengukuran penyusutan dan penghentian aset yang
sesuai dengan PSAK 16, dikarenakan Bangun Perkasa
Furniture tidak memiliki CLAK dalam penyajian laporan
keuangannya membuat ketidaksesuaian dengan penerapan
yang ada pada PSAK No. 16 walaupun sebenarnya dalam
Laporan Posisi Keuangan Bangun Perkasa Furniture telah
sesuai dengan PSAK 16.

B. Saran

Berdasarkan hasil penyusunan yang telah dilakukan


penulis sebelumnya, maka penulis menyadari masih terdapat
banyak keterbatasan dan kekeliruan yang ada didalam makalah
ini. Namun, dengan adanya makalah ini diharapkan agar
pembaca dapat menambah wawasan pengetahuan terkait dengan
materi “ASET”.
DAFTAR PUSTAKA

Warren, C.S., Reeve, J.M., Duchac, J.E., Suhardianto, N.,


Sulistyo, D.K. Abadi, A.J., dan Djakman, C.D. 2016. Pengantar
Akuntansi. Edisi 25. Jakarta: Salemba Empat.
Juan, N.E., dan Wahyuni, E.T. 2012. Panduan Praktis Standar
Akuntansi Keuangan Edisi2. Jakarta: Salemba Empat.
Martani, D., Veronica, S., Wardhani, R., Farahmita, A., dan
Tanujaya. E. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis
PSAK. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan,
Revisi 2015. PSAK 16 Aset Tetap. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai