Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASET / AKTIVA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hadri Kusuma MBA.

Dsusun Oleh:
Kashari (20919017)
Muhammad Syapari (20919018)
Muzdalipah (20919019)

Magister Akuntansi Kelas B

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021

1
DAFTAR ISI
Halaman Sampul....................................................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................................................... 2
Kata Pengantar.......................................................................................................................................... 3
BAB I........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang..................................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN....................................................................................................................................... 6
A.Definisi dan Klasifikasi Aset..............................................................................................................6
B. Jenis – Jenis Aset.............................................................................................................................10
C. Pengakuan Aset..............................................................................................................................16
D. Pengukuran Aset............................................................................................................................17
E. Dasar Pengukuran Financial Instrumental.....................................................................................19
F. Pengukuran Nilai Wajar.................................................................................................................20
G. Penilaian.........................................................................................................................................20
H. Pengakuan......................................................................................................................................21
I. Penyajian.........................................................................................................................................22
J. Pengungkapan.................................................................................................................................23
BAB III................................................................................................................................................... 24
PENUTUP.............................................................................................................................................. 24
Kesimpulan...........................................................................................................................................24
Daftar pustaka......................................................................................................................................... 25

2
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah bertema “Aset / Aktiva”. Makalah
ini merupakan tugas mata kuliah “teori akuntansi” . semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami selaku mahasiswa dan para pembaca pada umumnya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Hadri Kusuma MBA selaku dosen
mata kuliyah “Teori Akuntansi” atas segala bimbingannya selama penyusunan makalah ini.

Kami menyadari paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat
membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki kekurangan
kami, sehingga pada masa yang akan datang dapat lebih baik lagi.

Yogyakarta, 30 Maret 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akuntansi merupakan aktivitas jasa fungsinya adalah untuk menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang
dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam menetapkan
pilihan yang tepat diantara berbagai alternatif tindakan. Semua badan usaha, tanpa
memandang besar dan sifat operasinya, memerlukan catatan yang akurat untuk transaksi
usaha. Perusahaan yang tidak menyelenggarakan catatan yang akurat tidak akan dapat
beroperasi seefien dan semenguntungkan perusahaan yang menyelenggarakan catatan
yang akurat di samping itu, kebutuhan para pemakai informasi akuntansi atas keakuratan
data akuntansi menyebabkan perusahaan menyelenggarakan pembukuan dalam catatan
yang akurat, yang secara wajar mencerminkan aktivitas usaha perusahaannya.
Setiap transaksi yang dilakukan dalam perusahaan mempengaruhi posisi keuangan
yaitu posisi harta (aset), utang( kewajiban), dan modal( ekuitas) perusahaan. Aset adalah
manfaat ekonomi yang sangat mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu
pada masa mendatang sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu. Kewajiban adalah
pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin terjadi pada masa mendatang yang
timbul dari keharusan yang dihadapi entitas tertentu saat ini untuk mentransfer aset atau
memberikan jasa kepada entitas lain pada masa mendatang sebagai hasil transaksi atau
kejadian masa lalu. Ekuitas atau aset berisi memberikan hak residual atas aset entitas atau
perusahaan yang masih ada sesudah dikurangi dengan kewajibannya.
Dengan berkembang pesatnya instrumen keuangan berkembang pulak standar
akuntansi kompleks dan perusahaan perusahaan indonesia di tuntut untuk segera
mengimplementasikan, bank diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya dari 1
januari 2010, sedangkan non-bank diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya
dari tahun 2012. Dewan standar akuntansi keuangan telah menerbitkan pernyataan
standar akuntansi keuangan (PSAK) no 50 revisi 2006 mengenai instrumen keuangan
“penyajian dan pengungkapan” dan pernyataan standar akuntasi keuangan (PSAK) no 55
revisi 2006 mengenai instrumen keuangan” pengakuan dan pengukuran” dimana PSAK
50 dan PSAK 55 tersebut akan berlaku efektif mulai 1 januari 2010.

4
PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi mengacu pada internotinol accouting
standartd (IAS) 39 mengenai recopnation and measurement of financial instruments dan
IAS 32 mengenai persantation  and disclosures of financial instrunents. PSAK 50 dan 55
diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi penyusunan dan analisis laporan
keuangan. Itu juga akan mendorong market discilpline. Kewajiban dan modal merupakan
elemen yang tidak dapat dipisahkan dari laporan keuangan. Terdapat perubahan teori
ekuitas pada kerangka pelaporan keuangan era IFRS dengan PSAK yang sebelumnya
mengacu pada US GAAP. Dimana sebelumnya menerapakan teori kepemilikan, sedang
IFRS menerapkan teori entitas.dalam pelaporan akuntansi kewajiaban membutuhkan
definsi, penilian  dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar
laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang
dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dan klasifikasi aset lancar dan aset tetap?
2. Apa saja jenis – jenis yang termasuk dalam Aset?
3. Bagaiamana aset dalam penerapan pengakuan, pengukuran, penilaian, penyanjian
dan pengungkapan?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui apa definisi dan klasifikasi aset lancar dan aset tetap.
2. Untuk mnegetahui Apa saja jenis – jenis yang termasuk dalam Aset.
3. Untuk mengetahui Bagaiamana aset dalam penerapan pengakuan, pengukuran,
penilaian, penyanjian dan pengungkapan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI ASET


Aset didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan
manfaat ekonomis pada perusahaan pada masa-masa mendatang. Sumber daya yang
mampu memberikan aliran kas masuk atau kemampuan mengurangi kas keluar bisa
disebut sebagai aset. Sumber daya tersebut bisa diakui sebagai aset apabila 1. Perusahaan
memperoleh hak penggunaan aset tersebut sabagai hasil transaksi atau pertukaran pada
masa lalu, dan 2. Manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur, dikuantifikasikan
dengan tingkta ketetapan yang memadai. Apabila ada sumber daya yang tidak memenuhi
kedua persyaratan diatas maka sumber daya tersebut tidak bisa digolongkan sebagai aset,
meskipun sumber daya tersebut mampu menghasilkan manfaat ekonomis pada masa-
masa mendatang.
Dalam pengertian aset tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja,
tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered
charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang.
Serta aset aset yang tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya goodwill, hak
patent, hak menerbitkan dan sebagainya.
Menurut Djarwanto PS. (2001:15) pengertian aset “Aset merupakan bentuk dari
penanaman modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak
atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.”
Menurut Mamduh M.Hanafi (2003:24) pengertian aset adalah: “Aset adalah sumber
daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darinya
manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diraih oleh perusahaan.” Berdasarkan
pengertian-pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aset adalah bentuk dari
penanaman modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan, dan
diharapkan mampu memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dimasa yang akan datang.
The IASB (AASB) Framework for the Preparation and Presentation of FInancial
Statements (paragraf 49) mendefinisikan asset sebagai berikut: “Aset adalah sumber daya
yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan memberikan

6
manfaat ekonomi di masa yang akan datang.” Definisi aset berkaitan erat dengan
karakteristik berikut:
1. Manfaat ekonomi di masa yang akan datang (Future Economic Benefit)
 Aktivitas yang menghasilkan uang
 Mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi secara langsung maupun
tidak langsung dalam memberikan kas atau ekuivalen dengan kas pada badan
usaha.
 Memberikan kontribusi sebagai pendapatan
 Kemampuan mengurangi arus kas keluar
 Membantu organisasi dalam mencapai tujuan Manfaat ekonomi berkaitan
dengan sumber daya ekonomik. Karakteristik Sumberdaya ekonomik:
 Mempunyai keterbatasan (tidak semua orang dengan mudah mendapatkannya)
 Mempunyai utilitas yaitu manfaat ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat
ekonomi di masa mendatang yang cukup pasti. FASB menyatakan bahwa aset
adalah sumber ekonomi karena potensi jasa atau utilitas yang melekat di dalamnya
yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha
dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomi yaitu
konsumsi, produksi, dan pertukaran.
Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat
dibeli atau karena daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi jasa kas dapat di
tukarkan dengan potensi jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk
melaksanakan kegiatan ekonomiknya. Kemampuan ini disebut dengan daya beli
atas sumber ekonomik (command over resources). Daya beli uang menjadi
pengukur manfaat ekonomik masa datang.
Peirson memberikan contoh konsep dari jasa masa depan: Kendaraan bermotor
yang dimiliki oleh perusahaan adalah aset, bukan karena kendaraan bermotor
adalah benda fisik, tetapi karena dapat memberikan manfaat di masa depan dalam
bentuk transportasi. Persediaan adalah aset,karena dapat memberikan manfaat
ekonomi di masa depan dari penjualan.

7
2. Dikuasai atau Dikendalikan Entitas (Control by an Entity)
Manfaat ekonomi harus dikendalikan oleh badan yang bersangkutan untuk
memenuhi syarat sebagai aset. Kepemilikan mempunyai makna yuridis atau legal,
yaitu untuk memiliki suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik.
Kontrol pemilik memiliki harta tidak mutlak. Sebagai contoh, pemerintah bisa
melarang kepemilikan atau pembuatan produk tertentu. Melalui kekuatan, ia dapat
membatalkan kontrol seseorang atas harta. Hal ini juga dapat menyita properti
untuk pajak, mendikte metode operasi dan permintaan bahwa produk dan aset
sesuai dengan standar tertentu atau bahwa mereka digunakan untuk tujuan tertentu
saja. Kepemilikan rumah Anda, misalnya, tidak memberikan Anda hal untuk
menggunakannya untuk tujuan komersial seperti butik atau kafe kecuali diizinkan
oleh peraturan pemerintah setempat. Bahkan dalam kasus dimana ada peraturan
tertentu atau patung ada, opini publik dapat memberikan suatu pengekangan kuat
sehingga, pada dasarnya, mengendalikan entitas atas aset adalah terbatas. Oleh
karena itu, hak suatu entitas untuk menggunakan atau mengendalikan aset tidak
pernah mutlak.
Hak untuk menggunakan atau mengendalikan aset sebagaimana tercantum
dalam definisi tersebut tidak berarti bahwa suatu entitas harus dapat melakukan apa
pun yang benarbenar menyenangkan dengan aset. Kepemilikan sering bersamaan
dengan kontrol, tetapi bukan merupakan karakteristik penting dari aset.Misalnya,
pertimbangkan agen yang memiliki barang untuk dijual atas nama pelaku. Barang
tersebut bukan milik agen, tetapi agen memiliki control kepemilikan untuk menjual
barang tersebut. Seperti dalam kasus perjanjian sewa menyewa. Konsep hukum
yang digunakan dalam akuntansi hanya sebagai pedoman saja. Tujuan akuntansi
tidak tercapai dengan berfokus pada ketepatan konsep hukum, melainkan, dengan
berkonsentrasi pada substansi ekonomi dari transaksi dan peristiwa yang
mempengaruhi kinerja keuangan dan kondisi perusahaan.

3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu (Past Events)


Aset harus dikontrol oleh entitas pelaporan sebagai akibat peristiwa masa lalu.
Sebagai contoh, mesin yang sudah diakuisisi oleh perusahaan adalah aset, tetapi
sebuah mesin yang akan diperoleh sesuai untuk anggaran bukanlah aset sampai
telah diakuisisi, sejak peristiwa, transaksi pembelian, belum terjadi . Transaksi
kejadian di masa lalu merupakan syarat perlu (necessary condition) tetapi tidak

8
merupakan syarat cukup (sufficient condition) untuk pengakuan aset. Syarat perlu
ditetapkan agar tidak terjadi pengakuan aset yang bersifat historis. Contoh,
peganggaran pembelian mesin yang disetujui dalam RUPS tidak dengan sendirinya
menimbulkan aset sebelum ada transaksi pembelian. Walaupun bencana alam dapat
menghilangkan atau menurunkan manfaat ekonomik di masa yang akan datang,
suatu kesatuan usaha tetap dapat menguasai dan melaporkan aset kalau bencana
tersebut belum terjadi. Aset dapat dipengaruhi oleh keadaan di luar kemampuan
kesatuan usaha untuk mengendalikannya, contohnya adalah kenaikan harga,
perubahan tingkat bunga, pertumuhan alamiah (akresi), penyusutan (shrinkage),
pencurian,huru-hara, kecelakaan dan bencana alam.

4. Dapat Dipertukarkan (Exchangeability)


 Dapat dipertukarkan berarti item tersebut dipisah dari perusahaan, dan bahwa
nilai disposalnya terpisah dari nilai perusahaan.Asset yang secara khusus
terpegaruh oleh kondisi tersebut adalah goodwill, karena tidak dapat dijual
secara terpisah dengan aset lainnya.
 Mac Neal menyatakan bahwa barang yang tidak dapat dipertukarkan berarti
tidak mempunyai nilai ekonomik, karena tidak ada pasarnya.
 Chambers juga berpendapat bahwa dalam menentukan posisi keuangan
melibatkan pengukuran dari nilai aset dan utang, namun goodwill masuk ke
dalam evaluasi bukan pengukuran. Nilainya hanya bisa dihitung secara
antisipatif.
 Dalam perhitungannya, kinerja perusahaan di masa lalu dapat digunakan
menjadi dasar. Nilai pasti untuk goodwill tidak sama dengan nilai aset lain dan
utang. Bagi pihak yang menentang kondisi ‘dapat dipertukarkan’ berpendapat
bahwa pertukaran hanyalah salah satu cara untuk memperoleh
keuntungan/maanfaat dari aset.
 Sebagai contoh, persediaan merupakan tipe aset yang keuntungannya berasal
dari pertukaran. Tetapi keuntungan dari sebagian besar aset seperti pabrik,
mesin, dan bangunan kantor diperoleh dari penggunaannya.
 Kritik lain mengatakan bahwa nilai ekonomis tergantung pada kelangkaan dan
kegunaannya, tetapi tidak pada kemampuan dapat dipertukarkannya.

9
 Moonitz mengatakan bahwa pertukaran tidak menghasilkan nilai. Akhirnya
pihak yang menentang mengatakan bahwa penyertaan aset tak berwujud seperti
goodwill bukanlah usaha untuk menilai sebuah bisnis secara keseluruhan,
tetapi secara sederhana hal tersebut merupakan usaha untuk mengidentifikasi
dan menilai sumber daya tertentu dari keuntungan perusahaan di masa depan.

B. JENIS-JENIS ASET
1. Aset lancar
Menurut Alimsyah dan Padji (2006:284) mendefinisIkan aset lancar sebagai
berikut: “Aset lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang tunai
dalam waktu relative singkat, biasanya ukuran waktunya yang dipakai ialah siklus
usaha atau tahun buku, yang termasuk aset lancar ialah uang kas, rekening giro bank,
investasi jangka pendek, piutang usaha, persediaan barang dagang, biaya dibayar
dimuka, wesel, dll.”
Menurut S. Munawir (2004:14) mendefinisikan aset lancar sebagai berikut: “aset
lancar adalah uang kas atau aset lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya
(paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)”
Dari pengertian aset lancar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aset lancar
adalah aset yang dapat dijadikan uang dalam waktu yang singkat dalam kurun waktu
dari satu tahun yang terdiri dari kas, rekening giro, piutang usaha, persediaan, wesel
dan lain sebagainya. Kelompok aset lancar Menurut Abdullah Shahab (2001:52)
yaitu:
a. Kas
b. Surat berharga
c. Wesel tagih
d. Piutang dagang
e. Persediaan barang
f. Beban dibayar dimuka
Sedangkan menurut S. Munawwir (2004:14) yang termasuk dalam kelompok
aset lancar adalah sebagai berikut :
a. Kas
b. Investasi
c. Piutang wesel

10
d. Piutang usaha
e. Persediaan
f. Piutang penghasilan
g. Persekot
Kesimpulan dari kelompok aset lancar diatas adalah :
a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan. Kas merupakan aset yang paling lancar dibandingkan aset
lainnya. Oleh sebab itu, kas merupakan aset yang paling digemari untuk
dicuri, dimanipulasi, dan diselewengkan. Dalam neraca kas selalu disajikan
dalam urutan pertama, setelah itu barulah diikuti dengan akun piutang  usaha,
dan seterusnya dengan urutan tingkat likuiditasnya.
b. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities).
Yaitu investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksu untuk
memanfaatkan uang kas yang untu sementara belum dibutuhkan dalam
operasi.
c. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang secara kredit.
d. Persediaan, adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai
tanggal neraca masih digudang atau belum dijual.
e. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah
memberikan jasanya tetapi belum diterima pembayarannya sehingga
merupakan tagihan.
f. Persekot atau pembayaran yang diterima dimuka, adalah pengeluaran untuk
memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya
atau jasa pihak lain atau belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini
melainkan pada periode berikutnya.

2.     Aset tetap
Setiap perusahaan mempunyai harta (aset) untuk mendukung kegiatan usahanya.
Diantaranya yaitu aset tetap. Aset tetap dibagi menjadi dua golongan yaitu, aset tetap
berwujud aset tidak berwujud. Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset
relatif permanen.Mereka merupakan aset berwujud (tangible assets) karena ada
secara fisik. Aset tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak

11
dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Nama-nama deskriftif
lain bagi aset ini adalah aset pabrik, atau properti, pabrik, dan peralatan. Aset tak
berwujud aset yang masuk dalam kategori ini tidak mempunyai wujud fisik.
Beberapa contoh adalah: paten yang dipunyai perusahaan, trand
mark, hak francise. Goodwil juga bisa dikelompokkan sebagai aset tidak berwujud.
Goodwil merupakan selisih antara harga yang dibayarkan dengan nilai pasar
perusahaan yang dibeli.
Pengertian aset tetap menurut PSAK 16 (2004: 16.1) menyatakan bahwa : “Aset
tetap adalah aset yang berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan dan mempunyai
masa manfaat lebihdari satu tahun.”
Sedangkan menurut IAI melalui PSAK No.16 (2004:16.2) mengemukakan
pengertian aset tetap sebagai berikut: “aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kejadian normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.” Dari beberapa
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aset tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak
dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset
tetap memiliki jenis-jenis di antaranya yaitu:

a. Jenis-jeni aset tetap


Menurut S.Munawir (2007: 17) jenis-jenis aset tetap adalah sebagai berikut:
1) Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi.
2) Bangunan, baik bangunan kantor maupun bangunan untuk pabrik
3) Mesin
4) Inventris
5) Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.

b. Karakteristik aset tetap


Aset tetap memiliki karakteristik, menurut Jerry J.Weygandt (2007:566) yang
dialih bahasakan oleh Ali Akbar Yulianto, Wasilah, dan Rangga Handika,
karakteristik aset tetap yaitu:
1)      Memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas)

12
2)      Digunakan dalam kegiatan operasional
3)      Tidak untuk dijual kekonsumen

Adapun perolehan aset tetap selain dengan transaksi kas Menurut Earl
K.Stice (2005:10) yang dialih bahasakan oleh Safrida R. P. Di antaranya:
1) Pembelian secara paket
2) Pembayaran yang ditangguhkan
3) Sewa guna usaha
4) Pertukaran aset non moneter
5) Perolehan dengan penerbitan surat berharga
6) Kontruksi sendiri
7) Perolehan melalui sumbangan atau penemuan
8) Akuisisi suatu perusahaan secara keseluruhan

c. Pelepasan aset tetap


Menurut Warren, Reeve dan Fess (2006: 518) yang diterjemahkan oleh Aria
Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan, pelepasan aset tetap yaitu:
1) Pembuangan aset tetap
2) Penjualan aset tetap
3) Pertukaran aset tetap yang sejenis

d. Penyusutan aset tetap


Semua jenis aset tetap, kecuali tanah akan semakin berkurang kemampuannya
untuk memberikan jasa bersama dengan berlalunya waktu. Berikut ini merupakan
beberapa pengertian dari penyusutan:
1. Menurut Jerry J. Weygandt (2007:570) yang dialih bahasakan Ali Akbar
Yulianto, wasilah dan Rangga Handika, pengertian penyusutan adalah biaya
dari aset tetap menjadi beban selama masa manfaatnya berdasarkan cara yang
sistematis dan rasional.
2. Menurut Soemarso S.R (2005:24) pengertian penyusutan adalah pengakuan
adanya penurunan nilai aset tetap berwujud.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusutan adalah
penurunan nilai aset tetap berwujud secara sistematis dialokasikan menjadi biaya
setiap periode akuntansi selama masa manfaatnya.

13
e. Sebab–Sebab Penyusutan Aset
Menurut Warren. Reeve & Fess (2006: 504) yang diterjemahkan oleh Aria
Amanugrahani dan Taufik hendrawan, sebab-sebab penyusutan yaitu :
1) Penyusutan fisik
penyusutan fisik terjadi dari kerusakan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca.
2) Penyusutan fungsional
 Penyusutan fungsional terjadi jika aset tetap yang dimaksud tidak lagi mampu
menyediakan manfaat dengan tingkat seperti diharapkan

C. PENGAKUAN ASET
Pengakuan suatu aset dalam neraca keuangan biasanya melibatkan "recognition rules‟
atau peraturan pengakuan. Peraturan ini dibuat untuk memastikan bahwa aset yang
bersangkutan benar-benar ada dan pencatatan yang dilakukan pada balance sheet
menghasilkan informasi yang relevan dan terpercaya. Peraturan Pengakuan dapat
dinyatakan secara informal melalui konvensi (hukum tidak tertulis). Contohnya, piutang
akan dicatat sebagai aset apabila penjualan secara kredit terjadi. Dapat pula dinyatakan
secara formal yang ditunjukkan melalui pernyataan otoritatif, contohnya panduan dalam
pengakuan finance lease sebagai aset seperti yang tercantum dalam paragraf 10
IAS17/AASB 117.
Peraturan pengakuan yang digunakan untuk mengidentifikasi aset tertentu dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kriteria. Terdapat perbedaan antara peraturan
pengakuan dengan kriteria pengakuan. Peraturan pengakuan merupakan peraturan
spesifik untuk mengidentifikasi suatu aset, sedangkan kriteria pengakuan merupakan
panduan umum dalam membuat suatu peraturan pengakuan serta panduan dalam
pengakuan aset yang menyediakan bantuan dibandingkan dengan peraturan spesifik.
Kerangka kriteria pengakuan menggabungkan pertimbangan antara kemungkinan
manfaat ekonomi yang akan datang serta untuk memenuhi syarat pengakuan, suatu aset
harus dapat diukur secara andal. Tidak semua kriteria ini terdapat dalam framework, dan
beberapa hanya memiliki sedikit dasar teoritis. Berikut ialah beberapa pengakuan kriteria:

1. Kepercayaan terhadap hukum.


Pengakuan beberapa aset tergantung pada konsep legal dari aset tersebut.
Sebagai contoh, catatan piutang berdasar pada penjualan persediaan dan
pembelian aset tetap memberikan hak yang sah untuk penggunaannya.Kriteria ini

14
berhubungan dengan relevansi dan keandalan dari informasi akuntansi. Control
digunakan untuk menentukan keberadaan aset. Meskipun demikian hak legal yang
terlewatkan secara umum menunjukkan terlewatkannya pengendalian dan dapat
digunakan dalam penentuan kapan mengakui keberadaan aset. Walaupun hak
legal kepemilikan atau pengendalian dari keuntungan penggunaan property sering
digunakan sebagai kriteria pengakuan. Framework paragraf 35: Jika informasi
adalah untuk menyatakan dengan tepat transaksi dan peristiwa lain yang memiliki
tujuan untuk penyajian, perlu bahwa semua dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Keberadaan
hak-hak hukum adalah indikator, tetapi bukan kriteria untuk pengakuan aset.

2. Menetapkan substansi ekonomis dari transaksi atau kejadian.


Memastikan substansi ekonomi dari transaksi berkaitan dengan tujuan
informasi yang relevan dan dapat dipercaya. Materialitas juga faktor: jika
peristiwa ini signifikan secara ekonomis, maka cukup penting untuk mencatat dan
melaporkan. Materialitas didefinisikan dalam Framework paragraf 30: Informasi
itu material apabila kelalaian atau salah saji dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.Ada sisi berbeda
dengan substansi ekonomi dan kriteria materialitas dan oleh karena itu sulit untuk
digeneralisasikan. Namun, banyak peraturan didasarkan padanya. Kadang-kadang
kriteria substansi ekonomi diterapkan bertentangan dengan hukum

3. Penggunaan konservatisme (prinsip kehati-hatian):


mengantisipasi kerugian, tetapi tidak keuntungan.Dalam Framework
dinyatakan dalam ayat 37: kehati-hatian adalah penyertaan kadar kehati-hatian
dalam pelaksanaan pertimbangan yang diperlukan dalam membuat estimasi dalam
kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau pendapatan tidak berlebihan dan
kewajiban atau beban tidak dinilai terlalu rendah. Pendekatan ini tampaknya tidak
konsisten dengan konsep netralitas. Netralitas terjadi ketika informasi bebas dari
bias dan tidak dipilih atau disajikan dengan cara yang akan mempengaruhi
penilaian untuk mencapai hasil yang ditetapkan atau hasil. konservatisme
menyiratkan bahwa kewajiban yang dapat direkam awal, tetapi bukan aset.

15
D. PENGUKURAN ASET
Pengukuran menurut (Procházka 2011) adalah sebagai berikut: “Pengukuran elemen
akuntansi merupakan salah satu faktor penting dalam proses penyusunan laporan
keuangan, yang menyajikan secara wajar aktivitas ekonomi suatu entitas akuntansi.
Unsur-unsur laporan keuangan dapat diukur dengan berbagai atribut, sesuai dengan
sifat suatu unsur dan tujuan timbulnya unsur tersebut oleh entitas. Keandalan dan
relevansi dari atribut yang diukur adalah poin utama dari pengukuran aset, kewajiban,
ekuitas, dan elemen lainnya”.
Salah satu kriteria pengakuan aset adalah manfaat ekonomis yang akan datang dapat
diukur (measureability). Yang dimaksud pengukuran di sini adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat perolehan, yang akan
dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisik objek tersebut. Apabila suatu sumber
daya yang diperoleh suatu entitas tidak handal (reliable) pada elemen pengukurannya,
maka sumber daya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai aset melainkan diakui
sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi. Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami
tiga tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisik yaitu:
1. Pengukuran (measurement), pengakuan (recognition), dan klasifikasi

(classification) pertama kali pada saat perolehan aset. Untuk selanjutnya seluruh

kegiatan dana edalam tahap ini disebut pengukuran saja.

2. Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi,

distribusi dan penggabungan untuk kepentingan internal/manajerial atau untuk

kepentingan pengekosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap

ini disebut penelusuran (tracing).

3. Pembebanan kependapatan periode berjalan atau periode periode yang akan

datang. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat

pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam

tahap ini disebut pembebanan ke pendapaatan (charging to revenues).

16
a. Pengukuran Tangible Aset
Dasar Pengukuran Tangible Assets Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
(PSAK)16 Revisi 2007 adalah standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia yang mengatur tentang perlakuan akuntansi aset tetap.PSAK 16 hampir
sepenuhnya mengadopsi IAS 16
1. Satu asat tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehannya diukur dengan
jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.
2. Pengakuan biaya perolehan awal dihentikan ketika aset tersebut berada pada
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan.

b. Pengukuran Intangible Aset


Standar akuntansi mengharuskan mengukur aset tidak berwujud awalnya sebesar
harga perolehan (IAS 38, para. 24). Penggunaan model nilai saat ini untuk aset tidak
berwujud jarang digunakan. IAS 38 paragraf 75 memperbolehkan model revaluasi.
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang nilai
wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Selain itu, IAS 38 melarang
pengakuan aset tidak berwujud internal (paragraf 48, 63). Meskipun pengeluaran dapat
menimbulkan manfaat masa depan, itu dihapuskan atas dasar bahwa ia tidak
menghasilkan aset yang dapat diidentifikasi secara terpisah (ayat 49,64). Salah satu cara
internal aktiva tidak berwujud dapat muncul dalam neraca adalah melalui kapitalisasi
pembangunan biaya, seperti yang dijelaskan sebelumnya.Penilaian aset tidak berwujud
adalah kontroversial, melibatkan seperti halnya estimasi subjektif dari nilai wajar aktiva.

E. Dasar Pengukuran Financial Instrument


Permasalahan tentang instrumen keuangan (financial instrument) diatur dalam
IPSAS 15, namun IPSAS 15 ini hanya mencakup masalah penyajian dan pengungkapan
saja sementara masalah pengukuran dan pengakuan belum diatur dalam IPSAS
sehingga harus merujuk pada IAS 39 Financial Instrument: Recognition and
Measurement.Sesuai dengan IAS 39 maka aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori
sebagai berikut:

17
1. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (Financial assets at fair value
through profit or loss/FVTPL).
2. Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo (Held-to-maturity
investments/HTM).
3. Pinjaman dan Piutang (Loans and receivables/L&R).
4. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual (Available-for-sale financial assets
/AFS).

FVTPL dapat termasuk aset keuangan yang dipegang untuk tujuan


diperdagangkan (trading). Aset keuangan dimasukkan dalam kategori dengan tujuan
untuk diperdagangkan jika entitas memiliki tujuan untuk menjual atau membeli
kembali dalam jangka waktu dekat.
Kategori kedua, HTM, mencakup aset keuangan dengan pembayaran yang tetap
dan tertentu serta ada jangka waktu jatuh tempo dimana entitas memiliki keinginan
positif dan kemampuan untuk memegangnya sampai dengan jatuh tempo. Aset
keuangan ini mencakup investasi dalam obligasi dan instrumen utang lainnya dimana
entitas tidak akan menjualnya sebelum masa jatuh tempo.
Kategori ketiga, L&R, termasuk aset keuangan dengan pembayaran yang telah
ditentukan waktunya serta tetap yang tidak memiliki nilai pada pasar aktif. Termasuk
di dalam kategori ini adalah piutang, wesel tagih, pinjaman dll.
Kategori keempat, AFS, termasuk aset keuangan yang tidak termasuk dalam ketiga
kategori tersebut di atas atau entitas yang memilih untuk mengklasifikasikan asetnya
ke dalam golongan ini.

Pengukuran
1. Pengukuran awal (initial measurement)
Ketika aset keuangan diakui dalam neraca maka harus dicatat pertama kali dengan
nilai wajarnya. Nilai wajar merupakan harga transaksi actual atau yang diestimasi
pada saat berlangsungnya transaksi antara pihak-pihak yang tidak memiliki
hubungan istimewa yang memiliki pengetahuan yang cukup atas aset keuangan yang
diukur.
2. Pengukuran selanjutnya (subsequent measurement)
Pengukuran selanjutnya dari aset keuangan menggunakan salah satu di antara tiga
metode yaitu metode biaya (cost), biaya teramortisasi (amortized cost) dan nilai

18
wajar (fair value).Subsequent measurement menggunakan metode cost ketika suatu
instrumen tidak dapat diukur pada nilai wajarnya sehingga laba rugi yang belum
terealisasi tidak akan dicatat/diakui namun laba/rugi akan diakui ketika investasi
dalam kategori ini dijual atau dihapus.

Subsequent measurement menggunakan metode amortized cost untuk


mendapatkan tingkat bunga yang konstan selama masa manfaat aset. Aset keuangan
yang diukur dengan cara ini adalah HTM dan L&R. Apabila HTM dan L&R dijual
maka keuntungan dan kerugian yang terealisasi akan dicatat dalam laporan laba rugi.
Metode amortisasi yang digunakan dalam metode ini adalah effective interest rate
method. Subsequent measurement menggunakan metode fair value untuk aset
keuangan kategori FVTPL dan AFS. Investasi yang termasuk dalam kategori ini
termasuk investasi dalam instrumen utang dan ekuitas. Pengukuran dengan fair value
tidak dapat dilakukan ketika instrumen ekuitas tidak memiliki nilai pada pasar aktif
dan tidak dapat diukur secara andal pada nilai wajarnya. Untuk kategori FVTPL
semua perubahan dalam nilai wajarnya dilaporkan dalam laporan laba rugi namun
untuk kategori AFS semua perubahannya dilaporkan sebagai komponen yang
terpisah dari ekuitas sampai terealisasi dimana ketika realisasi itu terjadi (melalui
penjualan) maka akan dicatat dalam laporan laba rugi.

F. Pengukuran Nilai Wajar


FASBs SFAS 157 Fair Value Measurements, menyediakan beberapa contoh teknik
valuasi yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar (fair value), yaitu:
a. FASB The Market Approach penggunaan informasi dan harga yang dapat
diobservasi dari transaksi aktual untuk asset atau kewajiban (liabilities) yang
identik, mirip atau yang dapat diperbandingkan.
b. Income Approach konversi atas jumlah di masa yang akan datang (seperti aliran
kas atau earnings) menjadi jumlah tunggal yang didiskontokan pada masa
sekarang.
c. Cost Approach jumlah yang saat ini akan diperlukan untuk menggantikan
kapasitas jasa asset tersebut (kos penggantian saat ini/ current replacement cost).

19
telah mengusulkan, terlepas mana pendekatan yang digunakan, valuasi/penilaian
tersebut harus memperhatikan input pasar, yaitu asumsi dan data yang digunakan
partisipan pasar untuk mengestimasi nilai wajar.

G. PENILAIAN
Dalam menilai suatu objek untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan
berbagai dasar penilaian (bases for valuation), tergantung pada makna yang ingin
ditunjukkan melalui pos laporan keuangan. Penilaian pos aset dimaksudkan untuk
menentukan berapa jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar
penilaiannya.
 Tujuan dan Basis Penilaian
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang
tarkait dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang
sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan sendiri yaitu untuk menyediakan
informasi yang dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam menilai jumlah,
waktu, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke entitas.
 Konsep dan Basis Penilaian
Hendriksen dan Van Breda (1992) dalam (Suwardjono 2005) membahas konsep dan
dasar penilaian aset untuk tujuan pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu arah
aliran aset dan waktu. Bila suatu aset telah dikuasi oleh suatu entitas, masalah
penilaian yang muncul adalah dasar apa yang digunakan untuk mempresentasikan
makna atau atribut aset secara tepat. Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran
pemerolehan disebut dengan nilai masuak (input/entry value) sedangkan jika dilihat
dari nilai pertukaran pemanfaatan disebut nilai keluaran (output/exit value).

Nilai masukan didasari pada jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk
memperoleh suatu aset tertentu yang masuk ke dalam entitas. FASB mengidentifikasi lima
makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan dengan aset, dasar penilaian
menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai berikut:

a. Historical cost
Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan persediaan
dilaporkan atas dasar kos historisnya. Kos historis merupakan jumlah rupiah kas atau

20
setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aset tersebut. Kos historis ini nantinya
akan disesuaikan dengan penyusutan nilai manfaat aset tersebut.
b. Current (replacement) cost
Beberapa persediaan disajikan sebesar nilai sekarang. Nilai sekarang adalah jumlah
rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan apabila aset tertentu diperoleh
sekarang.
c. Current market value
Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar saat ini.
Nilai pasar saat ini adalah jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh
entitas dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak
akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang memiliki
kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai bukunya.
d. Net realizable value
Beberapa jenis piutang jangka pendek dan persediaan barang disajikan sebesar nilai
realisasi bersih. Nilai realisasi bersih merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya
yang akan diterima (tanpa didiskon) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan
(kos) yang diperlukan untuk mengonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
e. Present (or discounted) value of future cash flows
Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas
di masa mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskon implisit) dikurangi
dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan
tersebut.
f. Fair value
Berdasarkan FAS 157, nilai wajar adalah harga yang dapat diterima untuk menjual
aset atau membayar transfer kewajiban di pasaran saat tanggal pengukuran. Menurut
(Yongkui 2013)
“The introduction of fair value can be attributed to the modern measurement concept,
according to which, a measurement attribute which reflects the company’s real value
should be introduced, so that the enterprise’s market value can be reflected as much
as possible in the book value of equity. However, there is an intrinsic conflict between
fair value and asset specificity, using fair value to measure specific asset will enlarge
the gap between the book value and market value of the enterprise’s equity. Therefore,
the future accounting model will not necessarily be dominated by fair value; rather, it

21
is very likely to be a mixed measurement model incorporating historical cost, fair
value, and value-in-use.”

H. PENGAKUAN
Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi,
kejadian, atau keadaan tetentu. Adapun kondisi perlu dan kondisi cukup yang merupakan
penguji yang cukup rinci untuk mengakui aset:
1. Deteksi adanya aset. Untuk mengakui aset, harus ada transaksi yang menandai
timbulnya aset.
2. Sumber ekonomis dan kewajiban. Untuk mengakui aset, suatu objek harus
merupakan sumber ekonomis yang langka, dibutuhkan, dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas. Untuk mengakui aset, entitas harus mengendalikan atau
menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai. Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai manfaat
yang dapat ditentukan besarnya secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan. Untuk mengakui aset, semua penguji di atas
harus dipenuhi pada tanggal pelaporan.
6. Verifikasi. Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan
bahwa kelima penguji diatas dipenuhi

Penjelasan di atas sebenarnya menjelaskan apa yang disebut dengan kaidah pengakuan
yang merupakan prosedur dalam menerapkan empat kriteria pengakuan FASB, yaitu
definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Masalah akuntansi yang
menyangkut pengakuan biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah
rupiah yang terlibat dalam transaksi atau kejadian tertentu dapat diasetkan. Hal ini
biasanya berkaitan dengan eksplorasi minyak dan gas bumi, rugi selisih kurs valuta asing,
sewa guna, riset dan pengembangan, bunga selama masa konstruksi aset tetap, dan
sumber daya manusia.

I. PENYAJIAN
Prinsip akuntansi yang diterima umum, terutama standar akuntansi, menetapkan
penyajian dan pengungkapan tiap pos-pos aset. Meskipun aset didefinisikan secara umum
sebagai manfaat ekonomis masa depan yang dikuasai dan dikendalikan oleh entitas dan
yang benar-benar timbul dari transaksi yang sah, tiap pos aset diidentifikasi lebih lanjut

22
dan spesifik sesuai dengan sifat pos tersebut. Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset
harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi
yang diterima umum memberi pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai
berikut:
1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.
2. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
3. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metoda depresiasi aset dan dasar penilaian sediaan barang).

J. PENGUNGKAPAN
Apabila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi, tentu saja akan terdapat sebagian
informasi yang hilang. Sehingga diperlukan adanya pengungkapan (disclosure) mengenai
hal ini sehingga laporaj keuangan dapat dipercaya dan tidak menyesatkan para
penggunanya. Agar laporan keuangan tetap informatif, hal-hal yang harus diungkapkan
sebagai penjelas laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Apabila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama
periode dibebankan sebagai biaya perioda tersebut.
2. Apabila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi menjadi bagian
yang dikapitalisasi.

23
BAB III
KESIMPULAN

Aset didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat
ekonomis pada perusahaan pada masa-masa mendatang. Sumber daya yang mampu
memberikan aliran kas masuk atau kemampuan mengurangi kas keluar bisa disebut sebagai
aset.

Asset setiap periode selalu berubah kemampuan fungsi dan nilai fisiknya sehingga setiap
periode harus disesuaikan penilaiannya agar daapat disajikan nilai realnya dalam pelaporan
keuangan. Penyajian nilai ekonomis asset harus sesuai ketentuan akuntansi yang ada di
Indonesia yaitu PSAK.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/13569506/Teori_Akuntansi_Bab_5_Konsep_Aset

Dr.Mamduh M. Hanafi, M.B.A. dan Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A.,Akt (2014) Analisis
Laporan Keuangan, edisi 4, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Hery, S.E., M.Si. (2011) Akuntansi Aktiva, Utang dan Modal, Penerbit Gava Media,
Yogyakarta

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/434/jbptunikompp-gdl-kaerudini-21698-5-unikom_k-.pdf

http://lennyjufniyah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-seminar-akuntansi-kewajiban.html?m=1

http://www.acamedia.edu/edu/13160434/makalah_akuntansi_kewajiban _dan_ekuitas

https://www.google.com/search?ie=UTF-8&source=android
browser&q=makalah+ekuitas+pdf

Niswonger dkk,  (1999) prinsip-prinsip akuntansi, Alfonsus Sirait, M. Bus. Jakarta:


Erlangga.

Procházka, D. (2011). "THE ROLE OF FAIR VALUE MEASUREMENT IN THE RECENT


FINANCIAL CRUNCH." PRAGUE ECONOMIC PAPERS 1(1): 71-88.

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Yongkui, Z. (2013). "Financial Accounting Measurement Concept, Asset Specificity, and the
Application of Fair Value to Ecotourism Enterprises " Journal of Convergence
Information Technology(JCIT) 8(1).

25

Anda mungkin juga menyukai