Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG “ASET”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori Akuntansi


Dosen Pengampu : Elok Heniwati, SE., M.Si. Ak, Ph.D

Disusun oleh kelompok 4:


Revalino Sahat Tua Sibarani (B1031211004)
Ratu Santana Dewi Pertiwi Sianipar (B1031211006)
Christofer (B1031211030)
Indah Sya’bania (B1031211038)
Nabilla Miranda (B1031211040)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Teori Akuntansi yang membahas
tentang aset.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang Pengertian,
Pengukuran, Penilaian, Pengakuan, dan Penyajian aset dalam akuntansi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
yang ingin memperdalam pengetahuan tentang aset dalam akuntansi.

Pontianak, 3 September 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... .2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Aset............................................................................................................. 4
2.1.1 Manfaat Ekonomik.................................................................................................4
2.2.2 Entitas Sebagai Penguasa........................................................................................5
2.2.4 Karakteristik Pendukung........................................................................................5
2.2 Pengukuran.................................................................................................................. 7
2.2.1 Cost Sebagai Pengukur dan Bahan Oleh Akuntansi...................................................7
2.2.2 Penghargaan Sepakat Sebagai Bukti.........................................................................7
2.2.3 Pengukuran cost......................................................................................................8
2.2.4 Rugi dalam Perolehan Aset......................................................................................8
2.3 Penilaian..................................................................................................................... 8
2.3.1 Tujuan Penilaian Aset............................................................................................9
2.3.2 Nilai Masukan........................................................................................................9
2.3.4 Nilai Keluaran......................................................................................................10
2.3.5 Cost atau Pasar yang Lebih Rendah......................................................................11
2.3.6 Penilaian Menurut FASB......................................................................................12
2.4 Pengakuan.................................................................................................................13
2.4.1 Beban Tangguhan................................................................................................13
2.4.2 Beban Bunga........................................................................................................14
2.5 Penyajian................................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP............................................................................................................... 17


3.1 Kesimpulan..................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aset merupakan sumber ekonomi yang diharapkan dapat memberikan manfaat di
masa depan dan dipahami sebagai harta total. Namun, untuk keperluan bisnis, analisis aset
biasanya dirinci menjadi beberapa kategori seperti aset lancar, investasi jangka panjang, aset
tetap, dan aset tidak berwujud.
Aset merupakan elemen pelaporan keuangan, yaitu neraca, yang akan membentuk
informasi berupa posisi keuangan perusahaan ketika dihubungkan dengan elemen lainnya,
yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset mempresentasikan potensi jasa fisik dan nonfisik yang
memampukan perusahaan untuk menyediakan jasa dan barang.
Bagi manajemen, nilai aset perlu dicermati dalam membaca neraca karena menjadi
dasar pengukuran prestasi keuangan perusahaan dan menjadi pembanding prestasi sesuatu
perusahaan dengan prestasi perusahaan lain dalam hal yang sama. Sumber dan memberikan
informasi terkait pengertian aset secara umum dan spesifik, serta klasifikasi dan
pengungkapan aset tetap.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dan manfaat ekonomik aset?
2. Bagaimana pengukuran aset yang digunakan?
3. Bagaimana penilaian aset yang dilakukan?
4. Bagaimana pengakuan yang digunakan untuk aset?
5. Bagaimana penyajian yang dilakukan dalam melaporkan aset?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dan manfaat ekonomik dari aset.
2. Agar mengetahui pengukuran yang digunakan dalam aset.
3. Agar mengetahui penilaian yang dilakukan terhadap aset.
4. Agar mengetahui pengakuan yang digunakan untuk aset.
5. Agar mengetahui penyajian yang dilakukan dalam melaporkan aset.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset


FASB mendefinisikan aset dalam SFAC No 6, page 25):
“Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular
entity as a result of past transactions or events.”
IASC memberi pengertian sebagai berikut:
“An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and from
which future economic benefits are expired to flow to the enterprise.”
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4 Australian Accounting Standard Board
(AASB) mendefinisikan aset sebagai berikut:
“Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity
as a result of past transactions or other past events.”
Definisi FASB dan AASB dinilai berdasarkan karakteristik manfaat ekonomi (economic
benefits) daripada sumber ekonomi (resources). Kriteria manfaat ekonomi ini tidak
membatasi jenis atau bentuk sumber ekonomi yang dapat dianggap sebagai aset.
Menurut PSAK 16, mendefinisikan Aset Tetap ialah aset berwujud yang; (1) dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (2) diharapkan digunakan selama lebih dari
satu periode.

2.1.1 Manfaat Ekonomik


Suatu objek yang dapat dianggap sebagai aset harus memiliki manfaat ekonomi yang
dapat diprediksi di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat tersebut dapat diukur
dan dapat dikaitkan dengan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan atau aliran kas di
masa depan. Sesuai dengan APB, FASB juga menyatakan bahwa aset adalah sumber
ekonomi karena potensi jasa atau utilitas yang terkandung di dalamnya, yaitu suatu daya
atau kapasitas yang langka yang dapat dimanfaatkan oleh entitas usaha dalam usahanya
untuk menghasilkan pendapatan melalui kegiatan ekonomi seperti konsumsi, produksi,
dan pertukaran.
Kas mempunyai manfaat karena terdapat daya tukar. Oleh karena itu, potensi jasa kas
dapat ditukarkan dengan potensi jasa yang dibutuhkan oleh usaha agar dapat melakukan

4
aktivitas ekonominya. Kemampuan ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik.
Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomi di masa depan.

2.2.2 Entitas Sebagai Penguasa


Aset dapat dikategorikan jika unit usaha memanfaatkan aset tersebut dan menguasainya
serta mengendalikan akses pihak lain atas aset tersebut. Sebuah unit bisnis dapat
memperoleh kepemilikan dan kendali atas suatu aset melalui pembelian, pemberian,
penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan pertukaran.
Kepemilikan dibuktikan dengan dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu
objek. Akuntansi lebih fokus pada substansi ekonomi transaksi tersebut yang
mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha perusahaan (economic substance).
Kepemilikan merupakan pendukung untuk mengakui aset karena ada hak yuridis untuk
menguasainya. Aset tidak harus berbentuk fisik. Contoh lain aset tidak berwujud adalah
Paten dan Hak Cipta. Hal ini disebabkan karena kedua aset tersebut memiliki manfaat
ekonomi di masa depan dan dikuasai oleh perusahaan dan berasal dari transaksi masa lalu.

2.2.3 Transaksi atau Kejadian Masa Lalu


Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi aset tetapi
bukan kriteria untuk menjadi pengakuan aset. Oleh karena itu, adanya pengorbanan
manfaat ekonomi di masa depan saja tidak cukup untuk mengklasifikasikan suatu objek
sebagai aset yang perlu dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan.
Unit usaha dapat mengakui aset apabila telah terjadi transaksi atau peristiwa lain
yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat aset
tersebut. Misalnya, suatu mesin dapat dikategorikan sebagai aset apabila mesin tersebut
telah dibeli dari transaksi yang sah. Apabila mesin tersebut akan diperoleh sesuai
anggaran, namun belum ada transaksi yang dilakukan sehingga mesin tersebut tidak
dianggap sebagai aset.

2.2.4 Karakteristik Pendukung


Beberapa karakteristik pendukung menurut FASB, antara lain:
1. Cost
Akuisisi aset sering kali melibatkan biaya sebagai imbalan perjanjian. Jika biaya-biaya
timbul akibat pembelian suatu benda akibat adanya pertukaran atau beli, item yang

5
lebih kuat untuk dimasukkan sebagai kartu truf. Namun, tidak adanya biaya tidak
membatalkan suatu benda sebagai hak milik. Properti yang bisa dibeli hadiah,
misalnya, tidak melibatkan konsumsi sumber daya ekonomi. Meski begitu, harga benda
tersebut belum dapat ditentukan atau diperkirakan.
2. Berwujud
Jika suatu sumber daya ekonomi dapat diamati secara fisik, maka sumber daya tersebut
sebenarnya lebih kuat jika dianggap sebagai aset. Namun, hal tersebut bukanlah kriteria
untuk mendefinisikan suatu aset. Misalnya seperti paten, goodwill, hak cipta, dan merk
dagang yang dapat dianggap sebagai properti.
3. Tertukarkan
Beberapa penulis mengemukakan pandangan bahwa untuk dianggap sebagai aset, suatu
sumber daya ekonomi harus dapat ditukar dengan sumber daya ekonomi lainnya. Syarat
ini dikemukakan atas dasar bahwa manfaat suatu sumber daya ekonomi menjadi cukup
pasti dan terukur jika sumber daya ekonomi tersebut mempunyai nilai tukar. Ketentuan
argumen ini ditolak karena manfaat ekonomi tidak hanya terletak pada nilai tukar tetapi
juga pada kegunaan suatu benda untuk produksi.
4. Terpisahkan
Terpisahkan merupakan syarat yang diajukan yang saling berkaitan dengan
ketertukaran. Agar dapat ditukarkan suatu sumber ekonomi harus dapat dipisahkan
dengan sumber ekonomi lainnya. Syarat ini duajukan karena alasan bahwa posisi
keuangan harus ditentukan dengan pengukuran nilai aset dan kewajiban secara
individual. Jika terpisahkan dianggap sebagai kriteria aset, maka goodwill tidak bisa
diakui sebagai aset. Chrambers da MacNeal mengatakan bahwa mereka tidak setuju
jika goodwill dimasukkan kedalam kategori aset dengan alasan bahwa pengukuran
goodwill sangat subjektif dan hipotesis. Selain itu memiliki alasan lain yaitu tujuan
penyajian neraca adalah melaporkan nilai bersih aset dan bukan nilai perusahaan secara
keseluruhan.
5. Berkekuatan Hukum
Kepemilikan properti belum tentu dipertahankan secara hukum. Klaim seperti piutang
tidak perlu didukung oleh dokumen yang dapat ditegakkan secara hukum untuk
memenuhi definisi properti. Secara umum, kemampuan entitas untuk memperoleh
manfaat ekonomis berasal dari hak hukum. Namun, hak penegakan hukum yang
melekat pada hak hukum bukanlah persyaratan mutlak untuk pengakuan aset jika
entitas dapat memperoleh dan mengendalikan manfaat melalui cara lain.
6
2.2 Pengukuran
Pengukuran menjadi kriteria untuk mengukur aset. Salah satu kriteria pengukuran aset
adalah adanya manfaat ekonomi di masa depan. Pengukuran yang dimaksud adalah
penentuan nominal kas yang harus diletakkan pada suatu aset pada saat terjadinya transaksi
yang akan dijadikan dasar untuk aliran aset tersebut. Konsep kontinuitas usaha mengartikan
bahwa sumber ekonomi akan mengalami 3 tahap perlakuan dengan kegiatan usaha yaitu
tahap pemerolehan, pengolahan, dan penjualan/penyerahan.
Secara akuntansi, aliran fisis suatu sumber ekonomi harus dicatat dalam nominal kas
sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Cost adalah dasar untuk
mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomi suatu badan usaha. Sebagai aliran informasi, cost
juga mengalami 3 tahap akuntansi yang mengikuti aliran fisis, yaitu:
1. Tahap pengukuran adalah pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada
saat terjadinya transaksi.
2. Tahap penelusuran adalah pencatatan dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa
alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal.
3. Tahap pembebanan adalah pembebanan ke pendapatan periode berjalan atau periode
yang akan datang. cost yang belum menjadi beban pendapatan akan melekat pada objek
menjadi aset unit usaha.

2.2.1 Cost Sebagai Pengukur dan Bahan Oleh Akuntansi


Cost dalam akuntansi memiliki arti sebagai harga agregat dalam pemerolehan suatu
aset. Penghargaan sepakat (cost) dalam transaksi antar pihak independen menjadi dasar
pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup terandalkan untuk mendekati
atau mengaproksimasi nilai sebenarnya atau nilai wajar suatu objek pada saat transaksi.
Penghargaan sepakat merupakan pengukur aset pada saat pemerolehan yang paling
objektif. Cost yang didasarkan pada penghargaan sepakat lebih terandalkan karena
penyebarannya lebih terpusat atau variansinya lebih kecil atau sempit daripada cost yang
didasarkan pada penilaian secara subjektif atau selain penghargaan sepakat. Dengan kata
lain, cost atas dasar penghargaan sepakat lebih akurat daripada atas dasar yang lain.

7
2.2.2 Penghargaan Sepakat Sebagai Bukti
Transaksi jual beli dapat dijadikan acuan dalam menentukan cost yang dapat
terandalkan karena penghargaan sepakatnya didasarkan atas mekanisme paar yang bebas
sehingga menjadi bukti validitas pengukuran cost dalam mekanisme pasar sempurna
(perfect market).

2.2.3 Pengukuran cost


Pada dasarnya, pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu saja
dalam satu kegiatan melainkan terdiri dari beberapa kegiatan. Contohnya, melakukan
order, menerima barang, meneliti kecocokan barang, mengangkut barang, memeriksa
barang, menyimpan dan menempatkan barang, dan menggunakan barang tersebut. cost
yang ada pada suatu objek dapat ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan dan jenis
penghargaan. Batas kegiatan dan jenis penghargaan adalah dua faktor yang menentukan
cost yang melekat pada suatu objek dalam teori akuntansi. Batas kegiatan berkaitan
dengan masalah unsur pengorbanan atau biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu
objek. Batas kegiatan ini terdiri dari dua hal, yaitu:
● Pemerolehan: Batas kegiatan ini berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan atau
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu objek.
● Pemanfaatan: Batas kegiatan ini berkaitan dengan masalah unsur manfaat atau
kegunaan yang diperoleh dari suatu objek.
Jenis penghargaan berkaitan dengan masalah nilai atau harga suatu objek. Jenis
penghargaan ini terdiri dari dua hal, yaitu:
● Penghargaan Pasar: Jenis penghargaan ini didasarkan pada harga pasar saat ini.
● Penghargaan Sepakat: Jenis penghargaan ini didasarkan pada kesepakatan antara
pembeli dan penjual.

2.2.4 Rugi dalam Perolehan Aset


cost mengalami penghimpunan, penggabungan, dan reklasifikasi sebelum pendapatan
terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasikan oleh biaya. cost yang
terhimpun tersebut tetap merepresentasikan aset jika aset tersebut belum dikeluarkan
sebagai biaya. Namun, dalam kondisi tertentu, suatu potensi jasa tertentu tidak lagi
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan pendapatan. Dalam kondisi tersebut,
manfaat ekonomik telah hangus dan merupakan rugi.

8
2.3 Penilaian
Dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena
asumsi bahwa akuntan menggunakan unit moneter untuk mengukur signifikansi ekonomi
suatu objek atau item. Ukuran yang biasa digunakan dalam akuntansi untuk merujuk pada
proses menentukan jumlah rupiah yang harus diakui objek pada saat akuisisi. Penilaian
umumnya digunakan untuk merujuk pada proses penentuan jumlah rupiah yang harus
dilampirkan masing-masing item pos atau laporan keuangan pada saat presentasi. Jadi
penilaiannya adalah penentuan jumlah rupiah yang dicantumkan pada suatu pos aset pada
saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statment keuangan pada periode tertentu.

2.3.1 Tujuan Penilaian Aset


Tujuan penilaian aset adalah untuk menyajikan sifat-sifat suatu aset yang relevan
dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan ukuran yang tepat. Pada saat yang
sama, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang membantu
investor dan kreditor menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas bersih dari unit
bisnis. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus selaras dengan tujuan pelaporan keuangan.

2.3.2 Nilai Masukan


Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghasilan lainnya (non
kas) yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa
tertentu yang masuk dalam unit usaha (perusahaan). Ada beberapa dasar penilaian yang
masuk ke dalam kategori nilai masukan, yaitu :
Cost Historis
Biaya historis merupakan suatu jumlah harga pertukaran yang telah tercatat
dalam sistem pembukuan pada saat terjadinya transaksi. Biaya historis memiliki prinsip
harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Harga perolehan
adalah harga pertukaran yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak yang
bersangkutan dalam melakukan transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi pada
seluruh transaksi di antara kedua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat
terjadi pada seluruh transaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva,
utang, modal dan transaksi lainnya.
1. Biaya Bijaksana, merupakan semua pengeluaran yang dikeluarkan secara hati-hati
dan bijaksana untuk memperoleh fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud). Jadi, jika
ada rugi pada proses perolehan fasilitas fisik itu bukan merupakan cost.

9
2. Biaya Asli, yaitu biaya fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud) yang terjadi pertama
kali dan diakui oleh perusahaan yang pertama kali menggunakan fasilitas fisik itu
juga.
3. Biaya Standar, yaitu cost produksi per unit yang seharusnya terjadi untuk waktu
tertentu dengan asumsi bahwa produksi dilakukan dalam kondisi normal.
Cost Pengganti
Biaya pengganti adalah jumlah rupiah / harga pertukaran yang diperlukan
sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama sejenis. Atau biaya
penggantian aktiva milik perusahaan dengan aktiva lain yang sejenis atau sama
fungsinya.
1. Nilai Penaksiran, merupakan nilai taksiran cost sekarang yang ditentukan dengan
prosedur dan analisis secara sistematik oleh pihak independen yang kompeten
dibidangnya.
2. Nilai Wajar, merupakan jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu objek,
menggambarkan harga dimana aset dapat dibeli atau dijual dalam transaksi kini antar
pihak secara sukarela, tanpa paksaan.
3. Nilai terealisasi bersih dikurangi harga normal, merupakan nilai yang diharapkan
menggambarkan cost pengganti jika data itu digunakan dalam menentukan biaya
pengganti yang tidak tersedia.
Cost Harapan
Biaya harapan suatu aset merupakan nilai pengorbanan ekonomik diwaktu
yang akan datang, misalnya jumlah aset tersebut diperoleh secara terbagi sehingga
menjadi bagian yang terpisah (tidak sekaligus) atau nilai sekarang untuk pembayaran
kas dimasa yang akan datang.

2.3.4 Nilai Keluaran


Nilai keluaran merupakan dasar pada jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya
yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset. Penilaian ini lebih berkaitan dengan aset
yang tujuannya adalah untuk dijual atau dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan
untuk kegiatan produksi. Berikut beberapa dasar penilaian yang masuk ke dalam kategori
nilai keluaran :
Harga Jual Masa Lalu

10
Harga jual masa lalu menunjukkan kas yang cukup pasti yang diterima dari
pertukaran atau konversi suatu pos aset yang timbul akibat adanya suatu transaksi masa
lalu.
Harga Jual Sekarang
Harga jual saat ini didasarkan pada konsep setara kas saat ini. Harga ini
menunjukkan besarnya rupiah atau daya beli yang dapat dilakukan dengan metode
tersebut menjual aset di pasar terbuka dengan syarat perusahaan dilikuidasi atau dijual
operasi normal. Harga ini biasanya dihitung berdasarkan harga pasar yang dikutip.
Barang bekas serupa dalam kondisi yang sama. Secara teoritis, setara kas adalah atribut
atau atribut yang relevan untuk semua aset. Kelemahannya yaitu tidak semua aset
memiliki pasar dan harga pasar.
Nilai Terealisasi Harapan
Nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau sebuah potensi
pada masa mendatang yang jumlah dan waktunya pasti. Misalnya, investasi dalam
obligasi, deposito berjangka dan piutang wesel jangka panjang.

2.3.5 Cost atau Pasar yang Lebih Rendah


Penilaian atas dasar cost atau pasar yang lebih rendah merupakan suatu kombinasi
nilai masukan dan nilai keluaran, karena pengertian pasar dalam hal ini dapat berarti pasar
barang masukan atau keluaran. Untuk persediaan barang, pasar ini mengacu ke nilai
masukan karena barang biasanya dijual pada pasar yang berbeda dengan harga yang lebih
tinggi. Untuk surat-surat berharga, mengacu pada nilai keluaran karena surat berharga
dijual belikan pada pasar yang sama sehingga kos dan harga jual keduanya dipandang
sebagai nilai atau harga keluaran. Konsep penilaian ini didasari pada dasar konservatisma,
artinya ketika dalam kondisi ketidakpastian, kreditur secara historis mendasarkan
keputusannya pada nilai konversi aset yang terendah, sehingga penyajian aset dalam
neraca juga rendah. Nah, karena adanya penurunan nilai aset (khususnya pada sediaan
barang) pada akhir periode ini diakibatkan turunnya harga atau selera maka otomatis laba
bersih akan menjadi lebih kecil. Sehingga penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih
rendah mempunyai banyak kelemahan sehingga banyak mengundang kritik. Penilaian
berdasarkan pada konservatisme ini dianggap lemah karena alasan berikut :
1. Konservatisme cenderung merendahkan aset total.
2. Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu periode akan berakibat lebih rendahnya
biaya (dalam bentuk kos barang terjual) pada periode berikutnya sehingga laba menjadi

11
lebih tinggi. Lebih tingginya laba ini diakibatkan oleh untung yang terealisasi bersamaan
dengan terjualnya sediaan barang.
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau antar periode.
4. Salah satu argumen digunakannya metode KAPYLR adalah bila terjadi penurunan
manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga atau kemampuan mendatangkan
laba maka selayaknya bahwa kos juga harus diturunkan.

2.3.6 Penilaian Menurut FASB


Tujuan penilaian pos aset tertentu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Tanpa memperhatikan sifat masukan dan keluaran, FASB
menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikkan.
FASB mengidentifikasi 5 (lima) makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan
dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan
sediaan dilaporkan atas dasar cost historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah
bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasi.
2. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau
penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset
tertentu diperoleh sekarang.
3. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas
dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh
kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak
akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan
laku dijual dibawah nilai bukunya.
4. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan
diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang
diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
5. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai
piutangterlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang
mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

12
2.4 Pengakuan
Pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan
yang mempengaruhi aset. Menurut PSAK 16 tentang Aset Tetap, biaya perolehan aset tetap
harus diakui sebagai aset dan hanya jika; a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa
depan berkenan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; b) biaya perolehan aset dapat
diukur secara andal. Sama halnya dengan aset tak berwujud yang dimana pada PSAK 19 aset
tak berwujud diakui jika memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang dan dapat diukur
secara andal. Kriteria pengukuran, keberpautan, keterandalan harus dipenuhi. Menurut
Sterling, Belkaoui (1993) hal yang diperlukan dan hal yang memadai merupakan penguji
yang cukup rinci untuk mengakui aset. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Detection of existence test adalah suatu aset diakui, jika transaksi yang menimbulkan
aset.
2. Economic resource and obligation test adalah suatu aset diakui, jika aset merupakan
sumber ekonomi yang langka, dibutuhkan dan berharga.
3. Entity association test adalah suatu aset diakui, saat entitas harus mengendalikan atau
menguasai aset.
4. Non-zero magnitude test adalah suatu aset diakui, jika suatu objek harus mempunyai
manfaat yang terukur secara moneter.
5. Temporal association test adalah suatu aset diakui, jika semua penguji (test) harus
dipenuhi pada tanggal pelaporan.
6. Verification test adalah suatu aset diakui, jika suatu aset ada bukti pendukung untuk
meyakinkan bahwa kelima penguji (test) diatas terpenuhi.
Pendapat Belkoui diatas adalah kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan
petunjuk teknis atau prosedur untuk menerapkan 4 kriteria pengakuan (recognition criteria)
FASB. Kaidah tersebut diperlukan karena pengakuan aset bersifat konseptual.

2.4.1 Beban Tangguhan


cost yang memiliki karakteristik yang menimbulkan masalah penangguhan pembebanan
seperti terlibat dalam transaksi atau kejadian sebagai berikut:
1. Sewa
2. Bunga selama masa konstruksi aset tetap
3. Riset dari pengembangan

13
4. Eksploitasi minyak dan gas bumi
5. Eksploitasi valuta asing
6. Sumber daya manusia
7. cost organisasi

2.4.2 Beban Bunga


Beban bunga adalah biaya yang timbul dari pembayaran bunga atas pinjaman atau utang
yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau individu. Biaya ini berkaitan dengan bunga yang
harus dibayarkan sebagai imbalan atas penggunaan dana yang dipinjam dari pihak ketiga,
seperti bank atau lembaga keuangan lainnya.
Argumen Pendukung
Berikut beberapa argumen untuk mendukung kapitalisasi beban bunga:
1. Kesiapan penggunaan sebagai batas pengukuran cost aset, beban bunga jelas
merupakan unsur cost aset
2. Bila unit usaha tidak membangun fasilitas sendiri, cost pemerolehan pada
umumnya termasuk bunga yang harus dibayar kontraktor selama
pembangunannya
3. Cost bunga langsung pendapatan selama masa konstruksi akan mendistorsi laba
terutama kalau konstruksi didanai dari pinjaman untuk keperluan tersebut
4. Cost bunga selama masa pembangunan bukan merupakan cost pendanaan karena
jika pembangunan didanai dari penerbitan ekuitas baru, cost pendanaan secara
konseptual tetap terjadi dan dipindah tangankan ke pemegang saham dalam
bentuk dividen yang pembayarannya mungkin ditunda sampai pembangunan
selesai
Argumen Penolakan
Berikut beberapa argumen untuk mendukung kapitalisasi beban bunga:
1. Bunga lebih merupakan cost pendanaan dari pada unsur cost aset karena
perusahaan sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut dengan memilih
alternatif pendanaan dalam ekuitas. Hal ini dibantah dengan argumen pendukung
nomor 4.
2. Cost pemerolehan suatu fasilitas fisis seharusnya tidak dipengaruhi oleh
kebijakan cara pendanaan pembangunannya.
3. Dengan konsep unit usaha bunga lebih bermakna sebagai pembagian laba
daripada sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan.

14
4. Alokasi cost bunga ke semua aset non moneter memiliki pengaruh kecil terhadap
laba periodik karena jumlah yang dikapitalisasi dalam suatu periode akan
dikompensasi dengan amortisasi bunga,

Aset Memenuhi Syarat


Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aset sebagai berikut:
1. Aset yang diperoleh untuk digunakan sendiri oleh perusahaan
2. Aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual sebagai unit yang berdiri sendiri.
3. Aset yang tidak dapat dijadikan objek kapitalisasi sebagai berikut:
4. Aset yang sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan pembangunan atau sedang
digunakan dalam kegiatan operasi
5. Aset yang belum digunakan untuk tujuan menghasilkan pendapatan atau aktivitas
operasi lainnya yang diperlukan untuk menjadikan aset tersebut siap digunakan
lagi dalam operasi.
Besarnya Kapitalisasi Bunga
Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis merupakan suatu tambahan
yang diperkirakan terjadi selama satu periode karena adanya konstruksi. Bunga yang
dimaksud adalah bunga yang dapat dihindari jika terjadi konstruksi yang tidak
dilaksanakan. Tarif dari kapitalisasi ditentukan sebagai berikut ;
1. Jika dana rata-ratanya tercantum ke dalam konstruksi tidak melebihi pinjaman
untuk konstruksi tersebut.
2. Jika dana rata-rata tercantum dalam konstruksi melewati besarnya dana pinjaman
untuk konstruksi tersebut, jadi tarif kapitalisasi untuk kelebihan dana yang
tercantum adalah rata-rata tertimbang dari bunga dana lainnya.
Periode Kapitalisas
Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat
berikut terpenuhi:
1. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar
2. Kegiatan konstruksi tetap akan berlangsung dan tidak akan berhenti cukup lama
selama periode bersangkutan.
3. cost bunga telah terjadi bersamaan dengan berjalannya pembangunan konstruksi
Pengungkapan
Apabila sebagian atau seluruh bunga di kapitalisasikan tentu saja akan ada
sebagian informasi bunga yang hilang. Oleh karena itu, perlu adanya pengungkapan
15
tentang hal ini sehingga statement keuangan tidak menyesatkan. Standar akuntansi
kapitalisasi bunga juga menentukan informasi tambahan yang harus diungkapkan dalam
laporan keuangan. Agar statement keuangan tetap informatif berikut hal-hal yang harus
diungkapkan:
1. Apabila tidak ada cost bunga yang dilkapitalisasi, maka total bunga yang terjadi
selama periode yang bersangkutan akan dibebankan sebagai biaya dari periode
tersebut.
2. Apabila sebagian cost bunga dikapitalisasi, maka total bunga yang terjadi ialah
bagian dari kapitalisasi.

2.5 Penyajian
Penyajian dan pengungkapan aset harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap
pos. Secara umum, Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri pada neraca atau dibagian atas dalam neraca.
b. Aset dapat diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset tetap.
c. Aset dapat diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, aset
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(contohnya metode depresiasi aset tetap dan dasar penilaian persediaan barang).

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum, aset didefinisikan sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup
pasti yang dikuasai oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat padanya
yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam
upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi,
produksi, dan pertukaran (jual-beli). Penilaian aset dilakukan untuk menggambarkan atau
menunjukkan pos-pos aset yang berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan dengan
menggunakan basis penilaian yang tetap. Penilaian dapat didasarkan pada nilai masukkan
atau keluaran bergantung pada tujuan merepresentasikan aset. Oleh karena itu, tiap dasar
penilaian mempunyai keunggulan dan kelemahan serta kondisi keterterapannya. Pengakuan
dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang mengatur tiap pos aset.
Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya berkaitan dengan masalah apakah
suatu cost atau jumlah rupiah yang terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu
dapat di asetkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi ketiga. Yogyakarta:


BPFE, 2014
Dwi, Martani., dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1.
Jakarta : Salemba Empat.

18

Anda mungkin juga menyukai