Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Teori Akuntansi yang membahas
tentang aset.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang Pengertian,
Pengukuran, Penilaian, Pengakuan, dan Penyajian aset dalam akuntansi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
yang ingin memperdalam pengetahuan tentang aset dalam akuntansi.
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... .2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Aset............................................................................................................. 4
2.1.1 Manfaat Ekonomik.................................................................................................4
2.2.2 Entitas Sebagai Penguasa........................................................................................5
2.2.4 Karakteristik Pendukung........................................................................................5
2.2 Pengukuran.................................................................................................................. 7
2.2.1 Cost Sebagai Pengukur dan Bahan Oleh Akuntansi...................................................7
2.2.2 Penghargaan Sepakat Sebagai Bukti.........................................................................7
2.2.3 Pengukuran cost......................................................................................................8
2.2.4 Rugi dalam Perolehan Aset......................................................................................8
2.3 Penilaian..................................................................................................................... 8
2.3.1 Tujuan Penilaian Aset............................................................................................9
2.3.2 Nilai Masukan........................................................................................................9
2.3.4 Nilai Keluaran......................................................................................................10
2.3.5 Cost atau Pasar yang Lebih Rendah......................................................................11
2.3.6 Penilaian Menurut FASB......................................................................................12
2.4 Pengakuan.................................................................................................................13
2.4.1 Beban Tangguhan................................................................................................13
2.4.2 Beban Bunga........................................................................................................14
2.5 Penyajian................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dan manfaat ekonomik dari aset.
2. Agar mengetahui pengukuran yang digunakan dalam aset.
3. Agar mengetahui penilaian yang dilakukan terhadap aset.
4. Agar mengetahui pengakuan yang digunakan untuk aset.
5. Agar mengetahui penyajian yang dilakukan dalam melaporkan aset.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
aktivitas ekonominya. Kemampuan ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik.
Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomi di masa depan.
5
lebih kuat untuk dimasukkan sebagai kartu truf. Namun, tidak adanya biaya tidak
membatalkan suatu benda sebagai hak milik. Properti yang bisa dibeli hadiah,
misalnya, tidak melibatkan konsumsi sumber daya ekonomi. Meski begitu, harga benda
tersebut belum dapat ditentukan atau diperkirakan.
2. Berwujud
Jika suatu sumber daya ekonomi dapat diamati secara fisik, maka sumber daya tersebut
sebenarnya lebih kuat jika dianggap sebagai aset. Namun, hal tersebut bukanlah kriteria
untuk mendefinisikan suatu aset. Misalnya seperti paten, goodwill, hak cipta, dan merk
dagang yang dapat dianggap sebagai properti.
3. Tertukarkan
Beberapa penulis mengemukakan pandangan bahwa untuk dianggap sebagai aset, suatu
sumber daya ekonomi harus dapat ditukar dengan sumber daya ekonomi lainnya. Syarat
ini dikemukakan atas dasar bahwa manfaat suatu sumber daya ekonomi menjadi cukup
pasti dan terukur jika sumber daya ekonomi tersebut mempunyai nilai tukar. Ketentuan
argumen ini ditolak karena manfaat ekonomi tidak hanya terletak pada nilai tukar tetapi
juga pada kegunaan suatu benda untuk produksi.
4. Terpisahkan
Terpisahkan merupakan syarat yang diajukan yang saling berkaitan dengan
ketertukaran. Agar dapat ditukarkan suatu sumber ekonomi harus dapat dipisahkan
dengan sumber ekonomi lainnya. Syarat ini duajukan karena alasan bahwa posisi
keuangan harus ditentukan dengan pengukuran nilai aset dan kewajiban secara
individual. Jika terpisahkan dianggap sebagai kriteria aset, maka goodwill tidak bisa
diakui sebagai aset. Chrambers da MacNeal mengatakan bahwa mereka tidak setuju
jika goodwill dimasukkan kedalam kategori aset dengan alasan bahwa pengukuran
goodwill sangat subjektif dan hipotesis. Selain itu memiliki alasan lain yaitu tujuan
penyajian neraca adalah melaporkan nilai bersih aset dan bukan nilai perusahaan secara
keseluruhan.
5. Berkekuatan Hukum
Kepemilikan properti belum tentu dipertahankan secara hukum. Klaim seperti piutang
tidak perlu didukung oleh dokumen yang dapat ditegakkan secara hukum untuk
memenuhi definisi properti. Secara umum, kemampuan entitas untuk memperoleh
manfaat ekonomis berasal dari hak hukum. Namun, hak penegakan hukum yang
melekat pada hak hukum bukanlah persyaratan mutlak untuk pengakuan aset jika
entitas dapat memperoleh dan mengendalikan manfaat melalui cara lain.
6
2.2 Pengukuran
Pengukuran menjadi kriteria untuk mengukur aset. Salah satu kriteria pengukuran aset
adalah adanya manfaat ekonomi di masa depan. Pengukuran yang dimaksud adalah
penentuan nominal kas yang harus diletakkan pada suatu aset pada saat terjadinya transaksi
yang akan dijadikan dasar untuk aliran aset tersebut. Konsep kontinuitas usaha mengartikan
bahwa sumber ekonomi akan mengalami 3 tahap perlakuan dengan kegiatan usaha yaitu
tahap pemerolehan, pengolahan, dan penjualan/penyerahan.
Secara akuntansi, aliran fisis suatu sumber ekonomi harus dicatat dalam nominal kas
sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Cost adalah dasar untuk
mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomi suatu badan usaha. Sebagai aliran informasi, cost
juga mengalami 3 tahap akuntansi yang mengikuti aliran fisis, yaitu:
1. Tahap pengukuran adalah pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada
saat terjadinya transaksi.
2. Tahap penelusuran adalah pencatatan dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa
alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal.
3. Tahap pembebanan adalah pembebanan ke pendapatan periode berjalan atau periode
yang akan datang. cost yang belum menjadi beban pendapatan akan melekat pada objek
menjadi aset unit usaha.
7
2.2.2 Penghargaan Sepakat Sebagai Bukti
Transaksi jual beli dapat dijadikan acuan dalam menentukan cost yang dapat
terandalkan karena penghargaan sepakatnya didasarkan atas mekanisme paar yang bebas
sehingga menjadi bukti validitas pengukuran cost dalam mekanisme pasar sempurna
(perfect market).
8
2.3 Penilaian
Dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena
asumsi bahwa akuntan menggunakan unit moneter untuk mengukur signifikansi ekonomi
suatu objek atau item. Ukuran yang biasa digunakan dalam akuntansi untuk merujuk pada
proses menentukan jumlah rupiah yang harus diakui objek pada saat akuisisi. Penilaian
umumnya digunakan untuk merujuk pada proses penentuan jumlah rupiah yang harus
dilampirkan masing-masing item pos atau laporan keuangan pada saat presentasi. Jadi
penilaiannya adalah penentuan jumlah rupiah yang dicantumkan pada suatu pos aset pada
saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statment keuangan pada periode tertentu.
9
2. Biaya Asli, yaitu biaya fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud) yang terjadi pertama
kali dan diakui oleh perusahaan yang pertama kali menggunakan fasilitas fisik itu
juga.
3. Biaya Standar, yaitu cost produksi per unit yang seharusnya terjadi untuk waktu
tertentu dengan asumsi bahwa produksi dilakukan dalam kondisi normal.
Cost Pengganti
Biaya pengganti adalah jumlah rupiah / harga pertukaran yang diperlukan
sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama sejenis. Atau biaya
penggantian aktiva milik perusahaan dengan aktiva lain yang sejenis atau sama
fungsinya.
1. Nilai Penaksiran, merupakan nilai taksiran cost sekarang yang ditentukan dengan
prosedur dan analisis secara sistematik oleh pihak independen yang kompeten
dibidangnya.
2. Nilai Wajar, merupakan jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu objek,
menggambarkan harga dimana aset dapat dibeli atau dijual dalam transaksi kini antar
pihak secara sukarela, tanpa paksaan.
3. Nilai terealisasi bersih dikurangi harga normal, merupakan nilai yang diharapkan
menggambarkan cost pengganti jika data itu digunakan dalam menentukan biaya
pengganti yang tidak tersedia.
Cost Harapan
Biaya harapan suatu aset merupakan nilai pengorbanan ekonomik diwaktu
yang akan datang, misalnya jumlah aset tersebut diperoleh secara terbagi sehingga
menjadi bagian yang terpisah (tidak sekaligus) atau nilai sekarang untuk pembayaran
kas dimasa yang akan datang.
10
Harga jual masa lalu menunjukkan kas yang cukup pasti yang diterima dari
pertukaran atau konversi suatu pos aset yang timbul akibat adanya suatu transaksi masa
lalu.
Harga Jual Sekarang
Harga jual saat ini didasarkan pada konsep setara kas saat ini. Harga ini
menunjukkan besarnya rupiah atau daya beli yang dapat dilakukan dengan metode
tersebut menjual aset di pasar terbuka dengan syarat perusahaan dilikuidasi atau dijual
operasi normal. Harga ini biasanya dihitung berdasarkan harga pasar yang dikutip.
Barang bekas serupa dalam kondisi yang sama. Secara teoritis, setara kas adalah atribut
atau atribut yang relevan untuk semua aset. Kelemahannya yaitu tidak semua aset
memiliki pasar dan harga pasar.
Nilai Terealisasi Harapan
Nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau sebuah potensi
pada masa mendatang yang jumlah dan waktunya pasti. Misalnya, investasi dalam
obligasi, deposito berjangka dan piutang wesel jangka panjang.
11
lebih tinggi. Lebih tingginya laba ini diakibatkan oleh untung yang terealisasi bersamaan
dengan terjualnya sediaan barang.
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau antar periode.
4. Salah satu argumen digunakannya metode KAPYLR adalah bila terjadi penurunan
manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga atau kemampuan mendatangkan
laba maka selayaknya bahwa kos juga harus diturunkan.
12
2.4 Pengakuan
Pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan
yang mempengaruhi aset. Menurut PSAK 16 tentang Aset Tetap, biaya perolehan aset tetap
harus diakui sebagai aset dan hanya jika; a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa
depan berkenan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; b) biaya perolehan aset dapat
diukur secara andal. Sama halnya dengan aset tak berwujud yang dimana pada PSAK 19 aset
tak berwujud diakui jika memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang dan dapat diukur
secara andal. Kriteria pengukuran, keberpautan, keterandalan harus dipenuhi. Menurut
Sterling, Belkaoui (1993) hal yang diperlukan dan hal yang memadai merupakan penguji
yang cukup rinci untuk mengakui aset. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Detection of existence test adalah suatu aset diakui, jika transaksi yang menimbulkan
aset.
2. Economic resource and obligation test adalah suatu aset diakui, jika aset merupakan
sumber ekonomi yang langka, dibutuhkan dan berharga.
3. Entity association test adalah suatu aset diakui, saat entitas harus mengendalikan atau
menguasai aset.
4. Non-zero magnitude test adalah suatu aset diakui, jika suatu objek harus mempunyai
manfaat yang terukur secara moneter.
5. Temporal association test adalah suatu aset diakui, jika semua penguji (test) harus
dipenuhi pada tanggal pelaporan.
6. Verification test adalah suatu aset diakui, jika suatu aset ada bukti pendukung untuk
meyakinkan bahwa kelima penguji (test) diatas terpenuhi.
Pendapat Belkoui diatas adalah kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan
petunjuk teknis atau prosedur untuk menerapkan 4 kriteria pengakuan (recognition criteria)
FASB. Kaidah tersebut diperlukan karena pengakuan aset bersifat konseptual.
13
4. Eksploitasi minyak dan gas bumi
5. Eksploitasi valuta asing
6. Sumber daya manusia
7. cost organisasi
14
4. Alokasi cost bunga ke semua aset non moneter memiliki pengaruh kecil terhadap
laba periodik karena jumlah yang dikapitalisasi dalam suatu periode akan
dikompensasi dengan amortisasi bunga,
2.5 Penyajian
Penyajian dan pengungkapan aset harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap
pos. Secara umum, Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri pada neraca atau dibagian atas dalam neraca.
b. Aset dapat diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset tetap.
c. Aset dapat diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, aset
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(contohnya metode depresiasi aset tetap dan dasar penilaian persediaan barang).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum, aset didefinisikan sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup
pasti yang dikuasai oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat padanya
yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam
upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi,
produksi, dan pertukaran (jual-beli). Penilaian aset dilakukan untuk menggambarkan atau
menunjukkan pos-pos aset yang berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan dengan
menggunakan basis penilaian yang tetap. Penilaian dapat didasarkan pada nilai masukkan
atau keluaran bergantung pada tujuan merepresentasikan aset. Oleh karena itu, tiap dasar
penilaian mempunyai keunggulan dan kelemahan serta kondisi keterterapannya. Pengakuan
dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang mengatur tiap pos aset.
Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya berkaitan dengan masalah apakah
suatu cost atau jumlah rupiah yang terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu
dapat di asetkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18