Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEORI AKUNTANSI SYARIAH

KONSEP AKTIVA SECARA SYARIAH

“Disusun guna memenuhi tugas Teori Akuntansi Syariah”

Dosen Pengampu: Dr. Ratno Agriyanto, S.Pd., M.Si., Akt., CA., CPA.

Disusun Oleh:

1. Muhammad Thoriq Syihab (2005046080)


2. Mir’atun Nisa’ (2005046102)

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UINERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia dan
nikmatnya sehingga makalah yang berjudul “Konsep Harta dalam Akuntansi Syariah”
ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi Syariah yang diampu
oleh bapak Dr. Ratno Agriyanto, SE., M.Si., CA., CPA.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk
itu kami ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah
ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika, maupun isi. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide atau gagasan yang
menambah kekayaan intelektual bangsa.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, 18 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1. Latar Belakang.......................................................................................................3
2. Rumusan masalah...................................................................................................3
3. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
1. Pengertian Aktiva...................................................................................................5
2. Karakteristik Aktiva...............................................................................................5
3. Jenis-Jenis Aktiva...................................................................................................8
4. Pengakuan Aktiva................................................................................................13
5. Pengukuran Aktiva...............................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
1. Kesimpulan..........................................................................................................17
2. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Syari’ah adalah mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia,


baik ekonomi, politik,sosial dan filsafat moral. Dengan kata lain, syari’ah
berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya
dalam hal akuntansi. Tidak seperti paradigma yang lain, yang nampaknya
memfokuskan pada peran khusus akuntansi dalam hal: kegunaan pengambilan
keputusan, informasi-ekonomi dan pelaporan pendapatan secara benar,
paradigma syari’ah mengenal semua perbedaan peran tersebut. Paradigma
syari’ah akanmemasukkan konsep pertanggungjawaban dalam bidang
akuntansi, yaitu dengan paradigma antropologi/deduktif. Paradigma ini akan
menggunakan dasar penilaian tunggal dalam menentukan pendapatan,
pentingnya akuntan keuangan sebagai pihak yang memberikan layanan
kelengkapan informasi keuangan. Tujuan akuntansi syari’ah akan mencapai
tujuan yang lebih luas tentang keadilan sosio-ekonomi (al-falah) dan
mengakui bentuk ibadah. Prinsip-prinsip ini menunjukkan pada baiknya aspek
teknis maupun kemanusiaan yang harus diturunkan dari syari’ah. Aspek teknis
dalamakuntansi syari’ah adalah menunjuk pada konstruk akuntansi yang
berhubungan dengan otoritas dan pelaksanaannya.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan rumusan latar belakang tersebut maka rumusan masalah


dari makalah ini adalah:

a. Bagaimana definisi aktiva?


b. Bagaimana karaktristik aktiva?
c. Apa saja jenis dari aktiva secara konvensional dan syariah?
3
d. Bagaimana pengakuan terhadap aktiva?
e. Bagimana pengukuran aktiva?

3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembuatan


makalah ini adalah:

a. Mengetahui bagaimana definisi aktiva.


b. Mengetahui bagaimana karaktristik aktiva.
c. Mengetahui jenis dari aktiva secara konvensional dan syariah.
d. Mengetahui bagaimana pengakuan terhadap aktiva.
e. Mengetahui bagimana pengukuran aktiva.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Aktiva
Awal mulanya Committee on Terminology mendefinisikan harta,
aktiva (asset) sebagai sesuatu yang disajikan di saldo debet yang akan
dipindahkan setelah tutup buku sesuai dengan prinsip akuntansi (bukan karena
saldo negatif yang akan dianggap sebagai utang, yang mana saldo debet ini
merupakan hak milik atau nilai yang dibeli atau pengeluaran yang dilakukan
untuk mendapatkan kekayaan di masa yang akan datang).

Definisi tersebut berkembang setelah keluar APB Statement no.4 yang


mendefinisikan harta sebagai kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk di
dalamnya pembebanan yang ditunda, yang dinilai, dan diakui sesuai dengan
akutansi yang berlaku.

Kemudian definisi harta ini berubah lagi setelah keluar FASB


Statement, yang memberikan definisi bahwa “asset adalah kemungkinan
keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang
oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang telah
berlalu.”

Dari ketiga definisi ini diketahui bahwa sesuatu dianggap sebagai harta
jika di masa yang akan datang dapat diharapkan memberikan arus kas bersih
yang positif kepada perusahaan.

2. Karakteristik Aktiva
Berdasarkan devinisi yang unfkapkan dalam statement FABS maka
dapat disimpulkan bahwasannya karakteristik aktiva ada 3, yaitu
a. Memiliki Manfaat Ekonomi di Masa Mendatang
Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat/potensi
jasa yang cukup pasti di masa mendatang. Artinya sesuatu tersebut
5
memiliki kemampuan baik secara individu atau bersama-sama dengan
aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk di masa mendatang.
SFAC No.6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan esensi
sebenarnya dari aktiva. Artinya aktiva harus memiliki kemampuan bagi
suatu entitas untuk dituklar dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai,
atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai atau digunakan
untuk melunasi utang. Jadi manfaat ekonomi masa mendatang yang
melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut untuk
memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas
dan setara kas kepada perusahaan. Praktisnya, manfaat ekonomi tersebut
dapat mengalir ke perusahaan dnegan cara seperti (IAI, 1994) :
1. Dapat digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam
produksi barang dan jasa yang dijual oleh unit usaha.
2. Dapat dipertukarkan dengan aktiva lain.
3. Dapat digunakan untuk melunasi hutang.
4. Dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan.
Menurut Paton (1962), Aktiva merupakan kekayaan (properties)
baik berbentuk fisik atau bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu
unit usaha. Sedang menurut Sprague (1907), aktiva adalah persediaan atau
potensi yang akan diterima atau dinikmati oleh suatu unit usaha.
Sedangkan Vatter (1947) mendefinisikan aktiva sebagai manfaat ekonomi
masa yang akan datang dalam bentuk potensi jasa yang dapat diubah,
ditukar, atau disimpan.
APB (1970) dalam statement No.4 memberikan contoh sumber
ekonomi perusahaan sebagai berikut :
1. Sumber-sumber ekonomi yang produktif,
a) Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang
digunakan dalam produksi.

6
b) Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik
unit usaha lain seperti hak guna bangunan dan sebagainya.
2. Produk, yaitu barang yang siap untuk dijual atau barang yang masih
dalam proses produksi.
3. Uang
4. Klaim untuk menerima uang
5. Hak pemilikan pada perusahaan lain
Untuk mengatasi perbedaan tersebut definisi yang mungkin lebih
tepat untuk aktiva adalah sebagai sumber-sumber ekonomi yang dapat
memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang, yang
diperoleh/dikendalikan dikuasai oleh unit usaha tertentu sebagai akibat
peristiwa transaksi masa lalu (Kam, 1992).
b. Diperoleh dan Dikuasai Oleh Unit Usaha
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu
dapat menggunakan manfaat aktiva tersbut dan menguasainya sehingga
dapat mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut.
Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aktiva dapat diperoleh suatu
unit usaha melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi,
penjualan, dan pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria
utama untuk mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan
dengan dokumen-dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu
barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak memusatkan pada substansi
ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan atau hasil
usaha suatu perusahaan (economic substance over legal form).
Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk
mengakui aktiva karena ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya.
Bentuk fisik juga bukan faktor penentu dari aktiva. Misalnya, Paten dan
Hak Cipta merupakan aktiva meskipun kedua elemen tersebut tidak

7
memiliki bentuk fisik. Hal ini disebabkan kedua elemen tersebut memiliki
manfaat ekonomi di masa mendatang, dikuasai oleh perusahaan dan
berasal dari transaksi masa lalu.

c. Hasil Transaksi Masa Lalu


Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah
menjadi transaksi atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas
memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat dari aktiva tersebut.
Misalnya suatu mesin dapat diklasifikasikan sebagai aktiva apabila mesin
tersebut benar-benar telah dibeli dari transaksi yang benar-benar sah.
Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai dengan anggaran yang
ditetapkan (masih dianggarkan), maka mesin tersebut tidak dapat
dipandang sebagai aktiva, karena belum ada transaksi yang dilakukan.
Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima secara umum, banyak
kritikan yang ditujukan ke FASB. Hal ini disebabkan dalam definisinya,
FASB mengabaikan faktor exchangeability, yang artinya suatu pos dapat
dipisahkan dari entitas dan memiliki nilai jual yang terpisah. Mac Neal
(1939) mengatakan bahwa suatu barang yang kehilangan faktor
exchangeability berarti kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau
penjualannya tidak memungkinkan untuk dilakukan sehingga tidak ada
nilai pasar yang melekat pada barang tersebut.

3. Jenis-Jenis Aktiva
Aktiva secara umum diklasifikasikan menjadi dua yaitu aktiva lancar
dan aktiva tetap. Aktiva lancar atau current assets merupakan jenis aktiva yang
diharapkan dapat segera diuangkan, dalam kurun waktu kurang dari satu
siklus akuntansi. Ada pun yang termasuk ke dalam aktiva lancar, antara lain:

a) Kas, yakni aset yang ada di dalam kas perusahaan atau setara dengan kas
yang disimpan dalam bank.

8
b) Piutang dagang, yakni tagihan dari suatu badan usaha kepada debitur. yang
disebabkan oleh penjualan produk secara kredit.
c) Surat berharga, yakni kepemilikan saham atau obligasi perusahaan lain,
yang sifatnya sementara atau dapat dijual kembali sewaktu-waktu.
d) Piutang pendapatan, yakni penghasilan yang telah menjadi hak, tetapi
belum diterima.
e) Piutang wesel, yakni surat perintah penagihan kepada individu atau badan,
agar dapat melakukan pembayaran sesuai tanggal jatuh tempo.
f) Beban dibayar di muka, adalah beban yang dibayar di awal, tetapi belum
menjadi kewajiban pada waktu yang bersangkutan.
g) Perlengkapan, yaitu barang-barang yang digunakan dalam sebuah bisnis
dan memiliki sifat habis pakai.
h) Persediaan barang dagang, yakni barang yang dibeli untuk dijual kembali.

Kemudian ada aktiva tetap atau fixed assests terbagi atas dua jenis,
yakni berwujud dan tidak berwujud. Berikut penjelasannya.

a) Aktiva Tetap Berwujud


Jenis aktiva tetap satu ini merupakan aset yang dimiliki badan
usaha yang masa pemakaiannya lebih dari satu tahun. Setiap tahunnya,
aktiva tetap berwujud nilainya mengalami penyusutan dan harus dihitung
dalam pembukuan.
Aktiva tetap berwujud digunakan untuk operasional usaha dan tak
dijual. Sifatnya bisa dilihat, bentuknya bisa diukur, dan bisa disentuh.
Misalnya seperti gedung, mesin, tanah, peralatan kantor, alat angkut dan
lain sebagainya.
b) Aktiva Tetap Tak Berwujud
Jenis aktiva tetap tak berwujud ini merupakan aset badan usaha
berupa hak istimewa milik perusahaan dan punya nilai, tetapi tak
memiliki wujud fisik. Perusahaan juga bisa mendapatkan keuntungan

9
darinya karena aset itu memang bisa diuangkan.Beberapa contoh yang
termasuk ke dalam aktiva tetap tak berwujud, antara lain:
1) Hak cipta, yakni hak tunggal yang diperoleh seseorang atau badan dari
pemerintah akibat adanya hasil karya.
2) Hak paten, yakni hak tunggal yang diberikan pemerintah kepada individu
atau kelompok karena adanya penemuan tertentu.
3) Good will, yakni nilai lebih milik perusahaan karena keistimewaan
tertentu.
4) Franchise, yakni hak istimewa yang diterima oleh individu atau badan
dari pihak lain guna mengomersialkan teknik, produk, atau formula
tertentu.
5) Hak sewa, yaitu hak untuk menggunakan aktiva tetap pihak lain dalam
jangka waktu yang telah disepakati sebelumnya.

Berbagai jenis aktiva tersebut dapat memberikan manfaat bagi


perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaatnya bersifat
produktif dan berkaitan dengan operasional bisnis, seperti untuk mengurangi
pengeluaran kas dan melunasi kewajiban perusahaan.

Selain jenis-jenis aktiva yang sudah disebutkan diatas ada aktiva


khusus yang terdapat dalam akuntansi syariah, diantaranya:

a. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai
pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian
hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka.
b. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik
modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan
usaha secara bersamaan dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian
10
hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara
proporsional sesuai dengan kontribusi.
c. Pinjaman Qardh
Pinjaman qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu.
d. Penyaluran Dana Investasi Terikat (Executing)
Penyaluran dana investasi terikat (mudharabah muqayyadah-executing)
adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pengelola dana
(mudharib) dan nasabah sebagai pemilik dana (shahibil maal) dimana
pemilik dana memberikan persyaratan tertentu dalam tujuan pembiayaan,
sektor usaha, lokasi dan persyaratan lainnya serta bank ikut menaggung
risiko atas penyaluran dana investasi terikat tersebut.
e. Aktiva Produktif
Penyisihan kerugian aktiva produktif dilakukan bank syariah dengan
menggunakan dana yang diambil dari bagian keuntungan yang menjadi
hak bank syariah dan tidak diperkenankan sebagai pengurang pendapatan
dalam unsur perhitungan distribusi hasil usaha. Hal ini dimaksudkan agar
tidak merugikan nasabah.
f. Persediaan adalah aktiva non-kas yang tersedia untuk:
Dijual dengan akad murabahah,
Diserahkan sebagai bagian modal bank dalam akad pembiayaan
mudharabah/musyarakah,
Disalurkan dalam akad salam atau salam paralel, dan atau
Aktiva istishna yang telah selesai tetapi belum diserahkan bank kepada
pembeli akhir.
g. Tagihan dan Kewajiban Akseptasi

11
Letter of Credit (L/C) adalah suatu akad yang diterbitkan Opening Bank
atas permintaan importir (aplicant) dimana bank berjanji akan
melaksanakan pembayaran kepada eksportir(beneficiary) selama
memenuhi syarat-syarat yang diminta dalamL/C.
h. Ijarah
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara muajjir (lessor) dengan musta’jir
(lessee) atasma’jur (objek sewa) untuk mendapatkan imbalan atas barang
yang disewakannya. Sedangkan ijarah muntahiyah bittamlik adalah
perjanjian sewa suatu barang antara lessor dengan lessee yang diakhiri
dengan perpindahan hak milik obyek sewa.
i. Aktiva Istishna dalam Penyelesaian adalah aktiva istishna yang masih
dalam proses pembuatan. Biaya istishna terdiri dari:
Biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan barang pesanan, dan
Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-
akad) yang dialokasikan secara obyektif.
j. Penyertaan pada Entitas Lain adalah penanaman dana bank
syariah/lembaga keuangan syariah dalam bentuk kepemilikan saham pada
lembaga keuangan syariah lain untuk tujuan investasi jangka panjang baik
dalam rangka pendirian maupun ikut serta dalam operasi lembaga
keuangan lain, termasuk penyertaan sementara dalam rangka
restrukturisasi pembiayaan atau lainnya.
k. Aktiva Tetap dan Akumulasi Penyusutan
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk sipa
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Biaya
perolehan adalah jumlah kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain
yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau

12
konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dipergunakan.

4. Pengakuan Aktiva
Pengakuan aktiva merupakan pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam
struktur akuntansi (sistem pembukuan) sehingga jumlah tersebut pada
akhirnya akan memperngaruhi posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
FASB (1984) dalam Statement Of Financial Accounting Concepts No. 5
menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada empat kriteria sebagai
berikut :

a. Definisi (Definition)
Suatu Pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memiliki
defini elemen laporan keuangan
b. Keterukuran (Measurebility)
Suatu Pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat
diukur jumlahnya dengan reabilitas yang tinggi.
c. Relevansi (Relevance)
Informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut memiliki
kemampuan untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang
diambil pemaki laporan keuangan.
d. Reliabilitas (Reability)
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang
digambarkan atau direpresentasikan, dapat diuji kebenarannya (Verifiable)
dan netral.

Penerapan definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi


yang dinamakan aturan pengakuan (recognized rules). Aturan tersebut
diciptakan sesuai keinginan akuntan untuk memperoleh bukti dalam kondisi
ketidakpastian. Beberapa aturan secara informal diwujudkan dalam bentuk
konversi atau hal lain yang secara formal di rancang oleh badan yang

13
berwenang. Contoh aturan menurut konversi adalah piutang dagang dicatat
bila penjualan kredit dilakukan dan peralatan dicatat saat pembelian.Kemudian
contoh aturan yang didasarkan pada keputusa badan berwenang adalah Capital
Lease. Dalam SFAS No. 13 “Accounting for Lease” disebutkan bahwa
kapiltalisasi lease (sewa guna usaha) hanya dilakukan bila salah satu atau lebih
kriteria berikut dipenuhi :

a. Adanya Tranfer hak milik kepada pembeli (lessee)


b. Kontrak menyebutkan adanya hak boleh pilih (option) untuk membeli
dengan syarat yang menguntungkan pembeli.
c. Jangka waktu leasing 75% atau lebih dari sisa taksiran umur ekonomi pada
saat kontrak ditandatangani.
d. Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum sama dengan 90% dari
nilai pasar yang wajar dari aktiva yang disewa terhitung sejak kontrak
dimulai.

Praktek menunjukan bahwa banyak aturan yang digunakan untuk


mengidentifikasi aktiva tertentu yang dapat diuraikan menjadi beberapa
kriteria. Oleh karena itu perlu dibuat perbedaan antara aturan/ketentuan
pengakuaan (rocognition rules) dengan kriteria pengakuan (rocognition
criteria). Aturan pengakuan menunjukan aturan khusus yang digunakan untuk
mengindentifikasi aktiva tertentu. Sedang kriteria pengakuan merupakan
pedoman umum yang digunakan untuk memformulasikan aturan pengakuan.
Ada beberapa kriteria yang diajukan oleh Kam sebagai berikut :

a. Didasarkan pada hukum

Pengakuan terhadap aktiva tergantung pada konsep legal dari


aktiva yang bersangkutan. Kriteria ini berhubungan dengan informasi
akuntansi yang relevan dan reliable.

b. Pemakain Prinsip Konservatif


14
Prinsip konservatif mensyaratkan perlunya mengantisipasi
kerugian dari pada keuntungan.

c. Makna/Substansi Ekonomi Suatu Transaksi

Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah


terjadi, maka suatu pos dapat segera divatat dan dilaporkan dalam laporan
keuangan. Kriteria ini dimaksudkan untuk menentukan makna ekonomi
dari suatu transaksi yang berhubungan dengan pelaporan informasi yang
relevan dengan tetap mempertahankan faktor materialitas.

d. Kemampuan mengukur nilai aktiva

Jika akuntan tidak dapat mengukur nilai aktiva baik dengan cara
arbitree maupun cara lain maka aktiva tersebut tidak boleh dicatat.
Keterukuran ini berhubungan dengan reliabilitas informasi.

5. Pengukuran Aktiva
Terdapat perbedaan istilah antara PSAK dan sebelum dan setelah
konvergensi dengan IFRS.Dalam PSAK 55 bukti obyektif atas penurunan nilai
aset keuangan dan penilaianya dilakukan setiap tanggal laporan
keuangan.Dalam PSAK 55 aset keuangan dibagi menjadi:

a) Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi
b) Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
c) Pinjaman yang diberikan atau piutang
d) Aset keuangan tersedia untuk dijual

Dalam karekteristik IFRS yaitu lebih banyak menggunakan nilai wajar


(fair value) dalam pengukuran instrumen keuangan,maka pengukuran aset
menggunakan nilai wajar.Nilai wajar merupakan nilai yang diperoleh atau
diterima perusahaan pada saat menjual aset dan nilai yang dikeluarkan oleh

15
perusahaan untuk memperoleh aset tertentu untuk memenuhi liabilitas.Harga
pasar atas aset yang diterbitkan ialah harga penawaran (bid price) dan Harga
pasar aset yang dibeli ialah harga permintaan (Asking price).Aset dapat diukur
dengan nilai wajar,biaya amortiasi dan biaya biaya lain.PSAK 55 mengukur
aset menggunakan dasar nilai sekarang (curent value) dan metode biaya untuk
perusahaan yang tidak mampu menentukan nilai wajar

16
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai