Tentang
“LAPORAN POSISI KEUANGAN ( AKTIVA/ASET )”
Dosen Pembimbing :
Maisya Pratiwi S.E.,M.S.Ak
Disusun Oleh :
Kelompok 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kita
Rahmat dan HidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang Laporan Posisi Keuangan (Aktiva/Aset ) sabagai bahan diskusi dalam
mata kuliah Teori Akuntansi. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Maisya Pratiwi S.E.,M.S.Ak selaku dosen pengampu
mata kuliah Teori Akuntansi serta pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Dalam hal ini kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangan, untuk itu dibutuhkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan
masukan untuk menyempurnakan makalah ini, kami mohon maaf bila ada
kekeliruan dan Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca
terutama untuk kami sebagai penulis.
Penulis
II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II Pembahasan..................................................................................................2
A. Karakteristik Aktiva......................................................................................2
B. Konsep Penilaian Aktiva..............................................................................5
C. Pengakuan Aktiva.........................................................................................6
D. Masalah - Masalah Khusus Aktiva...............................................................8
E. Aktiva Menurut IFRS...................................................................................14
F. Contoh Kasus Tentang Aktiva.......................................................................19
BAB III Penutup.......................................................................................................29
A. Kesimpulan..................................................................................................29
B. Saran............................................................................................................29
Daftar Pustaka...........................................................................................................30
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Aktiva
Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang
diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi
atau peristiwa masa lalu.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki
karakteristik utama yaitu:
terhadap suatu manfaat merupakan faktor yang penting agar suatu unit usaha
dapat menghalangi akses pihak lain terhadap pemakaian suatu aktiva.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan ljiri (1967) bahwa akuntansi
tidak memandang aktiva sebagai sumber ekonomi yang bersifat umum, tetapi
hanya pada aktiva yang berada di bawah penguasaan/pengendalian unit usaha
tertentu. Hak untuk mendapatkan manfaat terhadap jalan raya umum bukan
merupakan suatu aktiva, karena suatu unit usaha tidak dapat menguasai dan
mengendalikan pemakaian jalan tersebut. Penguasaan dan pengendalian terhadap
suatu aktiva dapat diperoleh suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian,
penemuan, perjanjian, produksi, penjualan dan pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk
mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-
dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan
akuntansi tidak memusatkan pada masalah hukum. Akuntansi lebih memusatkan
pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan atau
hasil usaha suatu perusahaan (economic substance over legal form). Dengan
demikian, apabila suatu unit usaha dilihat dari substansi ekonominya memiliki
hak untuk memperoleh manfaat dari suatu sumber ekonomi maka sumber
ekonomi tersebut dapat dipandang sebagai suatu aktiva meskipun secara hukum
unit usaha tersebut tidak memilikinya. Misalnya suatu perusahaan membali
sebuah truk seharga Rp. 20.000.000 dengan membayar uang muka sebesar Rp.
5.000.000 dan sisanya akan dibayar secara angsuran dalam 3 tahun.
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi
atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau
pengendalian terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Jadi aktiva tersebut muncul
karena trarisaksi masa lalu. Dengan kata lain, aktiva tersebut dapat diakui apabila
terdapat transaksi yang benar-benar terjadi bukan berasal dari transaksi yang
bersifat hipotetis. Misalnya suatu mesin dapat diklasifikasikan sebagai aktiva
apabila mesin tersebut benar-benar telah dibeli dari transaksi yang benar-benar
sah. Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai dengan anggaran yang
5
B. KONSEP PENILAIAN
1. Tujuan Penilaian
Kuantifikasi aktiva dalam bentuk unit moneter merupakan proses penilaian
yang merupakan bagian dari tujuan pelaporan keuangan.
Adapun tujuan pengukuran atau penilaian aktiva adalah sebagai berikut :
a) Sebagai salah satu langkah dalam pengukuran laba.
b) Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan.
c) Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan
keuangan.
d) Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk
kepentingan manajemen.
6
2. Dasar Penilaian
Penilaian aktiva berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aktiva
tersebut. Hendriksen (1982) menyebutkan bahwa ada dua Jenis nilai pertukaran
yang dapat digunakan yaitu nilai keluaran (output values) dan nilai masukan
(input values). Nilai Keluaran (output Values) menunjukkan aliran dana (kas)
yang diperkirakan akan diterima perusahaan di masa mendatang sesuai dengan
harga pertukaran output/produk yang dihasilkan perusahaan. Sedang nilai
masukan (input values) menunjukkan jumlah rupiah yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh aktiva (input) yang a digunakan dalam kegiatan
operasi perusahaan. Tampilan B.1 meunjukkan bagaimana dasar penilaian
digunakan dalam akuntan.
Tampilan 2.1
Dasar Penilaian Aktiva
→
DASAR PENILAIAN
OUTPUT INPUT
VALUE VALUE
C. PENGAKUAN AKTIVA
2.Keterukuran (Measurability)
Suatu pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur
jumlahnya dengan reliabilitas yang tinggi.
3. Relevansi (Relevance)
Informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut memiliki
kemampuan untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil
pemakai laporan keuangan
4. Reliabilitas (Reliability)
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan
atau direpresentasikan, dapat diuji kebenarannya (verifiable) dan netral.
Dalam praktik ada beberapa pos yang memenuhi kriteria definisi tetapi tidak
dicatat dalam struktur akuntansi. Misalnya sumber daya manusia. Karyawan pada
umumnya memberikan manfaat ekonomi/potensi jasa di masa mendatang yang
diperoleh perusahaan dan berasal dari transaksi masa lalu. Jelas bahwa sumber
daya manusia memenuhi kriteria sebagai aktiva, tetapi tidak dicatat dalam
pembukuan karena sulit mengukur nilai karyawan.
Penerapan definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi yang
dinamakan aturan pengakuan (recognized rules) Aturan tersebut diciptakan sesuai
keinginan akuntan untuk memperoleh bukti dalam kondisi ketidakpastian.
Akuntan menginginkan kepastian bahwa aktiva tertentu benar-benar ada dan
keberadaannya dalam neraca dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
para pemakai. Informasi yang bermanfaat haruslah relevan dan reliable.
8
D. MASALAH-MASALAH KHUSUS
Atas dasar kriteria di atas jelas bahwa apabila cost jasa dikeluarkan secara
sah dan wajar dan memiliki manfaat di masa mendatang maka cost tersebut dapat
ditangguhkan pembebanannya dan dilaporkan sebagai aktiva. Ukuran manfaat
tidak hanya didasarkan pada kemampuan untuk menambah volume produk tetapi
lebih ditekankan pada manfaat yang berhubungan dengan kegiatan operasi
perusahaan di masa mendatang secara keseluruhan. Contoh yang jelas untuk
masalah ini adalah cost pendirian perusahaan (organization cost).
2. Kapitalisasi Bunga
Kapitalisasi bunga sering menjadi masalah dalam struktur akuntansi.
Masalah ini muncul terutama bila perusahaan sedang membangun fasilitas fisik
yang dibiayai dengan dana pinjaman dan jangka waktunya cukup lama.
Masalahnya adalah apakah bunga untuk pinjaman tersebut dapat dikapitalisasi
dan masuk elemen cost fasilitas fisik tersebut? Ada beberapa perlakuan akuntansi
terhadap bunga tersebut, yaitu (Hendriksen, 1982) :
1) Bunga tidak dikapitalisasi
Alasan yang mendukung tidak adanya kapitalisasi bunga adalah
bunga merupakan cost pendanaan dan bukan elemen cost.
2) Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik
yang dibangun sendiri. Alasan yang mendukung perlakuan ini adalah:
10
b ). Besarnya Kapitalisasi
Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan
bunga yang diperkirakan terjadi selama satu periode akibat adanya konstruksi.
Bunga tersebut adalah bunga yang dapat dihindari seandainya konstruksi
tidak dilaksanakan. Dengan demikian jumlah bunga yang dikapitalisasi
adalah tingkat kapitalisas (capitalization rate) dikalikan dengan rata-rata
pengeluaran dana. selama periode konstruksi.
c) Periode Kapitalisasi
Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat
berikut dipenuhi:
1. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar
2. Kegitan konstruksi tetap berlangsung dan tidak terhenti cukup lama selama
periode bersangkutan.
3. Cost bunga telah terhimpun (accrued) atau terjadi bersamaan dengan
berjalannya pembangunan konstruksi.
4 . Aktiva Donasi/Sumbangan
Masalah khusus lainnya yang sering timbul adalah apabila perusahaan
memperoleh suatu aktiva tanpa harus mengeluarkan/ mengorbankan sumber
ekonomi, misalnya aktiva yang berasal dari sumbangan (donasi). Meskipun
aktiva sumbangan diperoleh tanpa pengorbanan ekonomi, aktiva tersebut harus
tetap dicatat sesuai dengan nilai wajarnya atau nilai tunai implisitnya. Hal ini
disebabkan pengakuan terhadap suatu aktiva tidak didasarkan pada asal/sumber
diperolehnya suatu aktiva, tetapi didasarkan pada manfaat yang melekat pada
aktiva tersebut.
Oleh karena aktiva yang berasal dari sumbangan memiliki manfaat untuk
menghasilkan pendapatan, maka aktiva tersebut harus ditentukan nilai wajarnya.
Pengukuran semacam ini dimaksudkan untuk menentukan secara tepat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Apabila aktiva yang diterima adalah aktiva yang tidak sejenis, aktiva tersebut
dinilai atas dasar nilai wajarnya. Sedangkan untuk aktiva yang sejenis, penilaian
dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Jika ada unsur rugi dalam transaksi tersebut, maka nilai aktiva yang
diterima adalah nilai wajar dari aktiva yang diserahkan ditambah sejumlah
kas tertentu yang dikeluarkan.
14
b) Jika ada unsur untung dalam transaksi tersebut, nilai aktiva yang diterima
adalah nilai buku aktiva yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu
yang dikeluarkan.
c) Jika ada untung dan diterima sejumlah kas, maka nilai aktiva yang
diterima adalah nila buku aktiva yang diserahkan dikurangi proporsi tertentu
dari nilai buku aktiva yang dijual. Proporsi tersebut dihitung sebagai berikut:
Definisi aktiva menurut IASB yang berlaku saat ini adalah: Aktiva adalah
sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu
dan dimana manfaat ekonomi di masa datang diharapkan mengalir ke entitas.
Namun didalam discussion paper 2013 diajukan definisi baru oleh ASB menjadi :
Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang dikendalikan oleh entitas sebagai
akibat peristiwa masa lalu. Sumbert daya ekonomi adalah hak, atau sumber yang
bernilai lainnya yang mampu menghasilkan mafaat ekonomi.
Alasan penggantian definisi baru adalah untuk memperjelas konsep "harapan
aliran inasuk atau keluar dari manfaat ekonomi". Banyak orang menafsirkan
bahwa aktiva atau hutang adalah ultimate aliran masuk atau aliran keluar dari
manfaat ekonomi. bukan masalah yang mendasari sumber daya atau kewajiban
Untuk menghindarkan dari salah tafsir maka IASB mendefinisikan ulang aktiva
secara eksplisit:
a. aktiva adalah sumber daya, bukan ultimate aliran masuk atau aliran keluar
dari manfaat ekonomi, dan
Definisi aktiva ini menitik beratkan pada fenomena ekonomi yang ada pada
dunia nyata dan yang relevan bagi pengguna laporan keuangan dan dapat
dipahami. IASB percaya bahwa definisi akan memperbaiki pengertian aktiva:
15
Jadi IFRS jelas mendefinisikan bahwa aktiva adalah sumber daya dan bukan
ultimate aliran masuk dimasa datang. Dengan demikian sumber daya ekonomi
dapat berupa:
a ) Hak yang ditetapkan oleh kontrak, undang-undang dan sejenisnya, seperti:
1. Hak yang timbul dari Instrument keuangan, seperti invest dalam debt
security atau equalty investment.
2. Hak atas obyek fisik seperti property,plant dan equipment atau persediaan.
Hak itu meliputi kepemilikan obyek fisik,hak unutk menggunakan obyek
fisik atau hak nilai sisa dari objek leasing
3. Hak untuk menerima sumber daya ekonomi lainnya jika pemegang hak
memilih untuk menggunakan haknya (hak opsi membeli underlying sumber
daya ekonomi),atau dipersyaratkan unutk menggunakan hak tersebut
(kontrak forward untuk membeli underlying sumber daya ekonomi).
4. Hak untuk mendapatkan manfaat dari stand-ready kewajiban dari pihak
lain.
5. Hak kekayaan intelektual (hak paten).
3. Pengukuran Aktiva
Pengukuran menurut IFRS adalah proses menentukan jumlah yang akn
dimasukkan didalam laporan keuangan. Pengertian "pengukurun" memngacu
pada jumlah yang disajikan atau disclosed. Konsep pengukuran harus memenuhi
tujuan laporan keuangan dan memenuhi karakteristik kualitatif. IASB
memberikan tiga metode pengakuan aktiva yaitu:
(1) cost based,
(2) current market price, dan
(3) cash-flow based lainnya.
IASB menetapkan bahwa semua aktiva dapat dikukur dengan dasar yang sama.
4. Cost based
Definisi cost dalam IAS 16 tentang Property, Plant and Equipment, IAS 38
tentang Intangible Asset dan IAS 40 tentang Investment Property adalah:
"Jumlah kas atau ekivalen kas yang dibayarkan atau nilai wajar (fair value) yang
digunakan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat diperoleh atau dibangun."
IAS 2 tentang Inventories menyatkan bahwa cost meliputi harga bell dan
semua biaya yang timbul unutk mendapatkan inventory tersebut sampai dilokasi.
Pengakuan awal cost aktiva harus disesuikan sapanjang waktu dalam berbagai
cara:
a. Depresiasi atau amortisasi
b. Bunga akrual, accretion fo discount, atau amortisasi premium; dan
c. Impairment aktiva
Fair value sering digunakan sebagai ukuran nilai sekarang didalam IFRS.
IFRS 13 tentang Fair Value Measurement mendefinisikan fair value (nilai wajar)
sebagai "harga yang akan diterima unutk menjual aktiva pada transaksi yang adil
antara partisipan pasar pada tanggal pengukuran". Lebih lanjut IFRS 13
menyatakan :
"pengukuran fair value suatu aktiva menggunakan teknik nilai sekarang (present
value) semua elemen di bawah ini dari persepektif partisipan pasar pada tanggal
pengukuran:
a. Taksiran aliran kas mendatang
b. Ekpektasi tentang kemungkinan variasi dalam jumlah dan waktu alirar. kas
yang mengambarkan ketidakpastian yang lemekat pada aliran kas tersebut.
c. Nilai sekarang dari uang yang digambarkan oleh tingkat risk- free aktiva
keuangan yang mempunyai tanggal jatuh tempo.
d. Faktor-faktor lain yang akan dipertimbangkan oleh partisipan pasar.
F . CONTOH KASUS
LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk DAN ENTITAS ANAK
d. Persediaan
Persediaan dinilai menurut harga yang lebih rendah antara biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value).
Biaya perolehan barang jadi rokok dihitung berdasarkan biaya produksi
rata-rata sebenarnya, ditambah biaya pembungkusan dan pita cukai
(termasuk PPN dan pajak rokok) untuk rokok yang telah dibungkus dan
diberi pita cukai. Biaya perolehan barang jadi kertas karton dihitung
berdasarkan biaya produksi rata-rata sebenarnya, ditambah biaya
pembungkusan. Biaya perolehan barang dagangan dihitung dengan metode
FIFO. Biaya perolehan barang dalam pengolahan dihitung berdasarkan
biaya produksi rata-rata sebenarnya sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
Biaya perolehan bahan baku/pembantu, suku cadang dan keperluan pabrik
dihitung dengan metode rata-rata. Biaya perolehan pita cukai (termasuk
PPN dan pajak rokok) diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus
terhadap harga beli aktualnya.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam, and Anis Chariri. 2014. Teori Akuntansi Internasional Financial
Reporting Systems (IFRS). Penerbit Universitas Diponegoro.
LK_Audited_GGRM_Desember19. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Gudang
Garam. 31 Desember 2019.