MAKALAH
(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah teori yang diampu oleh Ibu Dr. Niswatin,
S.Pd,SE,MSA)
OLEH
KELOMPOK 7
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah “Konsep Aset”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Teori Akuntansi yang diampu oleh Ibu Dr. Niswatin, S.Pd, SE, MSA. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Konsep Aset” bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Niswatin, S.Pd, SE, MSA selaku
dosen mata kuliah teori akuntansi yang telah memberikan tugas ini sehingga Kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang Kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
untuk menjadi acuan agar Kami bisa memperbaiki penyusunan makalah ini menjadi lebih
baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..........................................................................................................................................
Error: Reference source not found
DAFTAR ISI
..........................................................................................................................................
Error: Reference source not found
BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................................................................................
Error: Reference source not found
1.3 Tujuan
....................................................................................................................................
Error: Reference source not found
BAB II PEMBAHASAN
..........................................................................................................................................
Error: Reference source not found
2.2 Pengukuran......................................................................................................... 7
2.3 Penilaian...............................................................................................................10
2.4 Pengakuan............................................................................................................15
2.5 Penyajian..............................................................................................................19
3
3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 21
3.2. Saran................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB 1
KONSEP ASET
Elemen yang terdapat dalam sebuah laporan keuangan keuangan memiliki makna
yang menunjukkan realitas kegiatan perusahaan sehingga pembaca laporan keuangan
dapat memperoleh gambaran yang jelas dan memadai mengenai realitas tersebut secara
finansial tanpa harus mengamati sendiri secara fisis realitas finansial tersebut. Salah satu
komponen kerangka konseptual adalah pengidentifikasian elemen-elemen laporan
keuangan. Pengidentifikasian tersebut meliputi pengertian, pengakuan, pengukuran
penilaian dan pengungkapan. Salah satu elemen tersebut adalah aset. Aset merupakan
elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan jika
dikaitkan dengan elemen lainnya yakni kewajiban dan ekuitas.
Definisi aset yang dinyatakan oleh FASB dan AASB ini cukup representatif
karena aset dinilai memiliki sifat sebagai manfaat ekonomis dan bukan sebagai sumber
ekonomis (resources) karena manfaat ekonomis tidak membatasi bentuk atau jenis
sumber ekonomis yang dapat dikategorikan sebagai aset. Selain itu, FASB dan AASB
juga tidak membatasi pengendali aset hanya perusahaan bisnis, tapi secara luas juga
organisasi non bisnis.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
“Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapkan mengalir ke
perusahaan.”
"Aset adalah potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan yang dikendalikan
oleh entitas pelapor sebagai akibat dari transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu
lainnya."
Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset
dinilai mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan
sebagai sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk
atau jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.
Manfaat Ekonomik
Untuk dapat di sebut aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di
masa datang yang cukup pasti. Ini mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut terukur dan
dapat dikaitkan dengan kemampuan untuk mendatangkan pendapatan atau aliran kas di
masa datang. Sejalan dengan APB, FASB menyatakan bahwa aset adalah sumber
ekonomik karena potensi jasa atau utilitas yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya
atau kapitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan
pertukaran.
Uang atau kas mempunyai manfaat karena apa yang dapat dia beli atau karena
daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi jasa kas dapat ditukarkan dengan potensi jasa
apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan ekonomiknya.
Kemampuan ini di sebut dengan daya beli atas sumber ekonomik. Daya beli uang
menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aset bila unit usaha tertentu dapat menggunakan
manfaat aset tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain
terhadap aset tersebut. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aset dapat diperoleh
suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi,
penjualan, dan pertukaran.
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aset apabila telah menjadi transaksi atau
peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap
manfaat dari aset tersebut. Misalnya suatu mesin dapat diklasifikasikan sebagai aset
apabila mesin tersebut benar-benar telah dibeli dari transaksi yang benar-benar sah.
Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai dengan anggaran yang ditetapkan
(masih dianggarkan), maka mesin tersebut tidak dapat dipandang sebagai aset, karena
belum ada transaksi yang dilakukan. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima
secara umum, banyak kritikan yang ditujukan ke FASB. Hal ini disebabkan dalam
definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability, yang artinya suatu pos dapat
dipisahkan dari entitas dan memiliki nilai jual yang terpisah. Mac Neal (1939)
mengatakan bahwa suatu barang yang kehilangan faktor exchangeability berarti
kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan
untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat pada barang tersebut.
Karakteristik Pendukung
a. Melibatkan kos
b. Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, itu memang lebih kuat
disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk
mendefinisikan aset. Objek-objek seperti hak paten, goodwill, hak cipta, dan
merek dagang dapat dimasukkan sebagai aset. Pada umumnya, pos-pos tak
berwujud yang masuk dalam.
c. Tertukaran
d. Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan suatu
sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik yang lainnya.
Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan
pengukuran nilai berbagai aset dan kewajiban secara individual. Kalau syarat ini
dimasukkan sebagai kriteria aset, goodwill tidak akan memenuhi syarat untuk
disebut dan diakui sebagai aset. Chrambers dan MacNeal mengajukan syarat ini
karena tidak setuju goodwill dimasukkan dalam kategori aset dengan alasan
bahwa pengukuran goodwill sangat subjektif dan hipotesis. Alasan lain jga tujuan
oenyajian neraca adalah melaporkan nilai bersih aset dan bukan nilai perusahaan
secara keseluruhan.
e. Berkekuatan hukum
Hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Klaim seperti piutang
tidak harus didukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa secara hukum
untuk memenuhi definisi aset. Pada umumnya, kemampuan suatu entitas untuk
menguasai manfaat ekonomik timbul akibat hak-hak hukum. Meskipun demikian,
hak paksa yang melekat pada hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak
untuk mengakui adanya aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai
manfaat dengan cara lain.
2.2. Pengukuran
Secara akuntansi, aliran fisis suatu sumber ekonomik harus direpresentasi dalam
jumlah rupiah sehingga hubungan antarobjek bermakna sebagai informasi. Kos menjadi
data dasar untuk mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomik suatu badan usaha. Sebagai
aliran informasi, kos juga mengalami 3 (tiga) tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran
fisis, yaitu:
Pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat terjadinya. Untuk
selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran.
Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisi aset berupa alokasi,
distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal. Untuk selanjutnya seluruh
kegiatan dalam tahap ini disebut penelusuran.
Pembebanan ke pendapatan periode berjalan atau periode yang akan datang. Kos
yang belum menjadi beban pendapatan akan melekat pada objek menjadi aset badan
usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan.
Perlu ditegaskan kembali bahwa kos adalah pengukuran sedangkan aset atau
biaya adalah elemen yang diukur. Sebagai pengukur elemen, kos melekat pada aset atau
biaya sehingga kos, aset, dan biaya, ketiganya sering dirancukan. Kerancuan dapat timbul
karena secara teknis pembukuan suatu kos dapat dibebankan atau didebetkan ke aset atau
biaya pada saat terjadinya.
Karena kos merepresentasi manfaat ekonomik, bila kos diperlakukan sebagai aset,
kos itu disebut dengan kos belum habis artinya kos yang belum habis atau takterhabiskan
dimanfaatkan dalam menghasilkan pendapatan. Bila manfaat ekonomik telah digunakan
dalam mendatangkan pendapatan, bagian dari kos aset yang merepresentasi manfaat yang
telah dihabiskan disebut dengan kos terhabiskan dan menjadi pengukur biaya.
Dalam arti luas kos mempunyai makna sebagai agregat harga dalam pemerolehan
suatu aset. Penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak independen menjadi
dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup terandalkan untuk
mendekati/mengaproksikan nilai sebenarnya atau nilai wajar suatu objek pada saat
transaksi. Penghargaan sepakatan merupakan pengukur aset pada saat pemerolehan yang
palling objektif. Kos yang didasarkan atas penghargaan sepakatan lebih terandalkan
karena penyebarannya lebih terpusat atau variansi lebih kecil atau sempit daripada kos
yang didasarkan atas penilaian secara subjektif atau selain penghargaan sepakatan.
Dengan kata lain, kos atas dasar penghargaan sepakatan lebih akurat daripada atas dasar
yang lain.
Pengukuran KOS
Dalam praktiknya, pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu
saja selesai dalam satu kegiatan tetapi terdiri atas serangkaian kegiatannya misalnya,
menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang,
mencoba barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan
barang tersebut. Kos yang melekat pada suatu objek ditentukan oleh batas kegiatan
pemerolehan dan jenis penghargaan.
Batas Kegiatan
Secara konseptual pembentukan kos suatu aset (baik berwujud atau tidak) adalah
semua pengeluaran (pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau diperlukan akibat
kegiatan pemerolehan suatu aset sampai dia ditempatkan pada kondisi siap dipakai atau
berfungsi sesuai dengan pemerolehannya.
Jenis Penghargaan
Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam sistem akuntansi.
Penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang. Bila transaksi terjadi dalam
mekanisme pasar bebas antara pihak independen, kos tunai (cash cost) adalah pengukur
aset yang paling valid dan objektif.
2.3. Penilaian
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang
sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat
membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas
bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan.
Nilai Masukan
Nilai masukan di dasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghasilan lainnya (non
kas) yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa
tertentu yang masuk dalam unit usaha (perusahaan). Ada beberapa dasar penilaian yang
masuk ke dalam kategori nilai masukan, yaitu :
a. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah atau harga pertukaran yang telah
tercatat dalam sistem pembukuan pada saat terjadinya transaksi. Prinsip kos
historis menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva,
utang, modal dan biaya.
b. Kos Pengganti
2. Nilai Wajar, yaitu jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu
objek, menggambarkan harga dimana aset dapat dibeli atau dijual
dalam transaksi kini antar pihak secara sukarela, tanpa paksaan.
c. Kos Harapan
Nilai keluaran didasarkan pada jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya (non
kas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar
dari unit usaha melalui proses pertukaran atau konversi.
Penilaian ini lebih berpaut dengan aset yang tujuannya adalah untuk dijual atau
dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk kegiatan produksi. Ada beberapa
dasar penilaian yang masuk ke dalam kategori nilai keluaran, yaitu:
Harga jual masa lalu sebenarnya menunjukan kas yang cukup pasti akan
diterima dari pertukaran/konversi suatu pos aset yang timbul karena adanya
suatu transaksi di masa lalu.
Harga jual sekarang didasari oleh konsep setara tunai sekarang. Harga ini
menunjukan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi dengan
cara menjual aset dipasar bebas dalam kondisi perusahaan melikuidasi atau
menjual asetnya secara normal. Harga ini biasanya diukur berdasarkan harga
pasar kutipan barang bekas sejenis dengan kondisi yang sama. Secara teoritis,
setara kas sekarang merupakan atribut atau properitas yang relevan untuk
semua aset. Kelemahannya adalah tidak semua aset mempunyai pasar dan
harga pasar kutipan.
Nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau potensi jasa
masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Contohnya : investasi
dalam obligasi, deposito berjangka dan piutang wesel jangka panjang.
Konsep penilaian ini didasari pada dasar konservatisma, artinya ketika dalam
kondisi ketidakpastian, kreditor secara historis mendasarkan keputusannya pada nilai
konversi aset yang terendah, sehingga penyajian aset dalam neraca juga rendah.
Nah, karena adanya penurunan nilai aset (khususnya pasa sediaan barang) pada
akhir periode ini diakibatkan turunnya harga atau selera maka otomatis laba bersih akan
menjadi lebih kecil. Sehingga penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah
mempunyai banyak kelemahan sehingga banyak mengundang kritik.
2. Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu periode akan berakibat lebih
rendahnya biaya (dalam bentuk kos barang terjual) pada periode berikutnya
sehingga laba menjadi lebih tinggi. Lebih tingginya laba ini diakibatkan oleh
untung yang terrealisasi bersamaan dengan terjualnya sediaan barang.
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau anatar periode.
Tujuan penilaian pos aset tertentu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan
dan kelemahan masing-masing. Tanpa memperhatikan sifat masukan dan keluaran, FASB
menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikkan.
FASB mengidentifikasi 5 (lima) makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan
dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas
sebagai berikut:
3. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan
atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi
perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga
digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai
bukunya.
4. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan
barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau
setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi
dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut
menjadi kas atau setaranya.
5. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi
jangka panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa
mendatang sampai piutangterlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi
dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan
penerimaan tersebut
2.4. Pengakuan
1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengajui aset, harus
ada transaksi yang menandai timbulnya asset
6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung
untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
Yang dikemukakan Belkoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan
kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur
untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (recogniton criteria) FASB yaitu definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria
pengakuan sifatnya konseptual atau umum. Penerapan kaidah pengakuan di atas
sebenarnya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos dikapitalisasi atau di biayakan.
Bila kaidah pengakuan diatas tidak dipenuhi, kos harus diperlakuakn menjadi beban
pendapatan sebagai biaya atau rugi.
Beban Tangguhan
1. Sewaguna
7. Kos organisasi
Kos Bunga
Bila kesatuan usaha membangun sendiri fasilitas fisis dengan dana pinjaman dan
pembangunannya memakan waktu yang cukup lama, masalahnya adalah apakah kos
bunga selama masa pembangunan/konstruksi dapat dikapitalisasi.
Argument pendukung
Argument Penolakan
a. Bunga lebih merupakan kos pendanaan dari pada unsur kos asset karena
perusahaan sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut dengan memilih
alternative pendanaan dalam ekuitas. Hal ini dibantah dengan argument
pendukung nomor 4.
b. Dengan konsep nilai setara tunai atau nilai sekarang aliran kas diskunan dalam
mengukur kos suatu asset, kos pemerolehan suatu fasilitas fisis seharusnya
tidak dipengaruhi oleh kebijakan pemilihan cara pendanan pembangunanya
c. Dengan konsep kesatuan usaha bunga lebih bermakna sebagai pembagian laba
daripada sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan.
Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga yang
diperkirakan terjadi selama satu periode akibat adanya konstruksi. Bunga tersebut adalah
bunga yang dapat dihindari seandainya konstruksi tidak dilaksanakan. Besar tarif
kapitalisasi ditentukan sebagai berikut :
1. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi dana
pinjaman, maka tarif yang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman untuk
konstruksi tersebut.
Periode Kapitalisasi
Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat
berikut dipenuhi :
2. Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak terhenti cukup lama selama
periode bersangkutan
3. Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan berjalannya
pembangunan konstruksi.
Pengungkapan
Bila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi tentu saja akan ada sebagian
informasi bunga hilang. Oleh karena itu, perlu ada pengungkapan tentang hal ini sehingga
statemen keuangan tidak menyesatkan. Standar akuntansi kapitalisasi bunga juga
menentukan informasi tambahan yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Agar
statemen keuangan tetap informatif hal-hal berikut ini harus diungkapkan sebagai
penjelasan statemen keuangan:
1. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama
periode dan dibebankan sebagai biaya periode tersebut.
2. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian
yang dikapitalisasi.
2.5 Penyajian
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.
c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penentuan kos suatu objek pada saat pemerolehan merupakan hal yang sangat
kritis karena penentuan ini akan mempengaruhi pengukuran aset dan biaya selanjutnya
khususnya pada tahap pembebanan. Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
diletakkan pada suatu pos aset pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen
keuangan pada tanggal tertentu. Pengakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam
standar akuntansi yang mengatur tiap pos aset.
3.2 Saran
Adapun kami harapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak agar makalah ini lebih baik dan lebih bermanfaat nantinya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi ketiga.
Yogyakarta: BPFE
22