Anda di halaman 1dari 26

KONSEP ASET

MAKALAH

(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah teori yang diampu oleh Ibu Dr. Niswatin,
S.Pd,SE,MSA)

OLEH

KELOMPOK 7

LAELA KUMALASARI (921418028)


MUHAMAD RIFKI BOTUTIHE (921418088)
ANGGI WAHYU (921418101)
DEWINTA DURADO (921418107)
NURUL FATINAH (921418115)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah “Konsep Aset”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Teori Akuntansi yang diampu oleh Ibu Dr. Niswatin, S.Pd, SE, MSA. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Konsep Aset” bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Niswatin, S.Pd, SE, MSA selaku
dosen mata kuliah teori akuntansi yang telah memberikan tugas ini sehingga Kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang Kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
untuk menjadi acuan agar Kami bisa memperbaiki penyusunan makalah ini menjadi lebih
baik.

Gorontalo, April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
..........................................................................................................................................
Error: Reference source not found

DAFTAR ISI
..........................................................................................................................................
Error: Reference source not found

BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................................................................................
Error: Reference source not found

1.1 Latar Belakang


....................................................................................................................................
Error: Reference source not found

1.2 Rumusan Masalah


....................................................................................................................................
Error: Reference source not found

1.3 Tujuan
....................................................................................................................................
Error: Reference source not found

BAB II PEMBAHASAN
..........................................................................................................................................
Error: Reference source not found

2.1 Pengertian Aset


....................................................................................................................................
Error: Reference source not found

2.2 Pengukuran......................................................................................................... 7

2.3 Penilaian...............................................................................................................10

2.4 Pengakuan............................................................................................................15

2.5 Penyajian..............................................................................................................19

BAB III PENUTUP........................................................................................................21

3
3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 21

3.2. Saran................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB 1

KONSEP ASET

1.1 Latar Belakang

Elemen yang terdapat dalam sebuah laporan keuangan keuangan memiliki makna
yang menunjukkan realitas kegiatan perusahaan sehingga pembaca laporan keuangan
dapat memperoleh gambaran yang jelas dan memadai mengenai realitas tersebut secara
finansial tanpa harus mengamati sendiri secara fisis realitas finansial tersebut. Salah satu
komponen kerangka konseptual adalah pengidentifikasian elemen-elemen laporan
keuangan. Pengidentifikasian tersebut meliputi pengertian, pengakuan, pengukuran
penilaian dan pengungkapan. Salah satu elemen tersebut adalah aset. Aset merupakan
elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan jika
dikaitkan dengan elemen lainnya yakni kewajiban dan ekuitas.

Dalam kerangka konseptualnya, FASB mendefinisikan aset sebagai manfaat


ekonomis masa depan memungkinkan diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu
entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Sementara itu AASB mendefinisikan aset
sebagai Potensial jasa atau manfaat ekonomis masa depan yang dikendalikan dengan
pelaporan entitas sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.

Definisi aset yang dinyatakan oleh FASB dan AASB ini cukup representatif
karena aset dinilai memiliki sifat sebagai manfaat ekonomis dan bukan sebagai sumber
ekonomis (resources) karena manfaat ekonomis tidak membatasi bentuk atau jenis
sumber ekonomis yang dapat dikategorikan sebagai aset. Selain itu, FASB dan AASB
juga tidak membatasi pengendali aset hanya perusahaan bisnis, tapi secara luas juga
organisasi non bisnis.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

a. Apakah pengertian dari aset?

b. Bagaimana pengukuran aset?

c. Bagaimana penilaian aset?

d. Bagaimana pengakuan aset?


e. Bagaimana Penyajian aset

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

a. Mahasiswa dapat memahami pengertian aset

b. Mahasiswa dapat memahami pengukuran aset

c. Mahasiswa dapat memahami penilaian aset

d. Mahasiswa dapat memahami pengakuan aset

e. Mahasiswa dapat memahami penyajian aset


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aset

FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No


6, prg 25): “Aset adalah kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang diperoleh atau
dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa masa lalu.”

Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut:

“Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapkan mengalir ke
perusahaan.”

Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard


Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut:

"Aset adalah potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan yang dikendalikan
oleh entitas pelapor sebagai akibat dari transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu
lainnya."

Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset
dinilai mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan
sebagai sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk
atau jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.

 Manfaat Ekonomik

Untuk dapat di sebut aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di
masa datang yang cukup pasti. Ini mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut terukur dan
dapat dikaitkan dengan kemampuan untuk mendatangkan pendapatan atau aliran kas di
masa datang. Sejalan dengan APB, FASB menyatakan bahwa aset adalah sumber
ekonomik karena potensi jasa atau utilitas yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya
atau kapitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan
pertukaran.
Uang atau kas mempunyai manfaat karena apa yang dapat dia beli atau karena
daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi jasa kas dapat ditukarkan dengan potensi jasa
apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan ekonomiknya.
Kemampuan ini di sebut dengan daya beli atas sumber ekonomik. Daya beli uang
menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.

 Dikuasai Oleh Entitas

Sesuatu dapat dikatakan sebagai aset bila unit usaha tertentu dapat menggunakan
manfaat aset tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain
terhadap aset tersebut. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aset dapat diperoleh
suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi,
penjualan, dan pertukaran.

Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk


mengakui suatu aset. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang
sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak
memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi
keuangan atau hasil usaha suatu perusahaan (economic substance over legal form).
Akuntansi lebih memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang
mempengaruhi posisi keuangan/ hasil usaha suatu perusahaan.

Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui aset karena


ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik juga bukan faktor penentu
dari aset. Misalnya, Paten dan Hak Cipta merupakan aktiva meskipun kedua elemen
tersebut tidak memiliki bentuk fisik. Hal ini disebabkan kedua elemen tersebut memiliki
manfaat ekonomi di masa mendatang, dikuasai oleh perusahaan dan berasal dari transaksi
masa lalu.

 Akibat Transaksi Atau Kejadian Masa Lalu

Kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai


tes pertama pengakuan objek sebagai suatu aset tetapi tidak cukup untuk mengakui secara
resmi dalam sistem pembukuan. Untuk mengakui sebagai aset, selain definisi, criteria
yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan juga harus dipenuhi.
Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan
kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan
via statemen keuangan.

Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aset apabila telah menjadi transaksi atau
peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap
manfaat dari aset tersebut. Misalnya suatu mesin dapat diklasifikasikan sebagai aset
apabila mesin tersebut benar-benar telah dibeli dari transaksi yang benar-benar sah.
Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai dengan anggaran yang ditetapkan
(masih dianggarkan), maka mesin tersebut tidak dapat dipandang sebagai aset, karena
belum ada transaksi yang dilakukan. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima
secara umum, banyak kritikan yang ditujukan ke FASB. Hal ini disebabkan dalam
definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability, yang artinya suatu pos dapat
dipisahkan dari entitas dan memiliki nilai jual yang terpisah. Mac Neal (1939)
mengatakan bahwa suatu barang yang kehilangan faktor exchangeability berarti
kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan
untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat pada barang tersebut.

 Karakteristik Pendukung

FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang


tersebut di atas, yaitu :

a. Melibatkan kos

Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai penghargaan sepakatan.


Bila kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau
pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset. Akan tetapi,
tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset. Suatu aset dapat
diperoleh misalnya dari hadiah yang tidak melibatkan pengeluaran sumber
ekonomik. Walaupun demikian, kos objek tersebut harus tetap ditentukan atau
ditaksir secara layak sebagai dasar pencatatan pertama kali.

b. Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, itu memang lebih kuat
disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk
mendefinisikan aset. Objek-objek seperti hak paten, goodwill, hak cipta, dan
merek dagang dapat dimasukkan sebagai aset. Pada umumnya, pos-pos tak
berwujud yang masuk dalam.

c. Tertukaran

Beberapa penulis mengajukan gagasan bahwa untuk memenuhi syarat sebagai


aset, suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik
lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat sumber ekonomik akan
menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai nilai
tukar. Syarat argumen ini disanggah karena manfaat ekonomik tidak hanya
terletak pada nilai tukar tetapi juga dari daya guna suatu objek untuk produksi.

d. Terpisahkan

Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan suatu
sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik yang lainnya.
Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan
pengukuran nilai berbagai aset dan kewajiban secara individual. Kalau syarat ini
dimasukkan sebagai kriteria aset, goodwill tidak akan memenuhi syarat untuk
disebut dan diakui sebagai aset. Chrambers dan MacNeal mengajukan syarat ini
karena tidak setuju goodwill dimasukkan dalam kategori aset dengan alasan
bahwa pengukuran goodwill sangat subjektif dan hipotesis. Alasan lain jga tujuan
oenyajian neraca adalah melaporkan nilai bersih aset dan bukan nilai perusahaan
secara keseluruhan.

e. Berkekuatan hukum

Hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Klaim seperti piutang
tidak harus didukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa secara hukum
untuk memenuhi definisi aset. Pada umumnya, kemampuan suatu entitas untuk
menguasai manfaat ekonomik timbul akibat hak-hak hukum. Meskipun demikian,
hak paksa yang melekat pada hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak
untuk mengakui adanya aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai
manfaat dengan cara lain.
2.2. Pengukuran

Pengukuran bukan merupakan kriteria untuk mendefinisikan aset tetapi


merupakan kriteria pengukuran set. Salah satu kriteria pengukuran aset adalah
ketertukaran manfaat ekonomik masa datang. Yang dimaksud pengukuran di sini adalah
penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya
yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Dengan
konsep kotinuitas usaha, sumber ekonomik akan mengalami 3 (tiga) tahap perlakuan
sejalan dengan kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan, pengolahan, dan
penjualan/penyerahan.

Secara akuntansi, aliran fisis suatu sumber ekonomik harus direpresentasi dalam
jumlah rupiah sehingga hubungan antarobjek bermakna sebagai informasi. Kos menjadi
data dasar untuk mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomik suatu badan usaha. Sebagai
aliran informasi, kos juga mengalami 3 (tiga) tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran
fisis, yaitu:

Pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat terjadinya. Untuk
selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran.

Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisi aset berupa alokasi,
distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal. Untuk selanjutnya seluruh
kegiatan dalam tahap ini disebut penelusuran.

Pembebanan ke pendapatan periode berjalan atau periode yang akan datang. Kos
yang belum menjadi beban pendapatan akan melekat pada objek menjadi aset badan
usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan.

Perlu ditegaskan kembali bahwa kos adalah pengukuran sedangkan aset atau
biaya adalah elemen yang diukur. Sebagai pengukur elemen, kos melekat pada aset atau
biaya sehingga kos, aset, dan biaya, ketiganya sering dirancukan. Kerancuan dapat timbul
karena secara teknis pembukuan suatu kos dapat dibebankan atau didebetkan ke aset atau
biaya pada saat terjadinya.

Bila suatu pengeluaran langsung dicatat sebagai biaya, secara konseptual di


anggap bahwa kos objek bersangkutan dicatat sebagai aset dan kemudian pada saat yang
sama kos tersebut langsung dipindah ke biaya. Dengan kata lain, secara konseptual kos
semua sumber ekonomik yang diperoleh dianggap telah diperlakukan sebagai aset
walaupun hanya sesaat.

Karena kos merepresentasi manfaat ekonomik, bila kos diperlakukan sebagai aset,
kos itu disebut dengan kos belum habis artinya kos yang belum habis atau takterhabiskan
dimanfaatkan dalam menghasilkan pendapatan. Bila manfaat ekonomik telah digunakan
dalam mendatangkan pendapatan, bagian dari kos aset yang merepresentasi manfaat yang
telah dihabiskan disebut dengan kos terhabiskan dan menjadi pengukur biaya.

 KOS Sebagai Pengukur dan Bahan Oleh Akuntansi

Dalam arti luas kos mempunyai makna sebagai agregat harga dalam pemerolehan
suatu aset. Penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak independen menjadi
dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup terandalkan untuk
mendekati/mengaproksikan nilai sebenarnya atau nilai wajar suatu objek pada saat
transaksi. Penghargaan sepakatan merupakan pengukur aset pada saat pemerolehan yang
palling objektif. Kos yang didasarkan atas penghargaan sepakatan lebih terandalkan
karena penyebarannya lebih terpusat atau variansi lebih kecil atau sempit daripada kos
yang didasarkan atas penilaian secara subjektif atau selain penghargaan sepakatan.
Dengan kata lain, kos atas dasar penghargaan sepakatan lebih akurat daripada atas dasar
yang lain.

 Penghargaan Sepakatan Sebagai Bukti

Transaksi pertukaran (jual-beli) dapat dijadkan landasan menentukan kos yang


terandalkan karena penghargaan sepakatannya didasarkan atas mekanisme pasar yang
bebas sehinggga dia menjadi bukti validitas pengukuran kos lebih-lebih dalam
mekanisme pasar sempurna (perfect market).

 Pengukuran KOS

Dalam praktiknya, pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu
saja selesai dalam satu kegiatan tetapi terdiri atas serangkaian kegiatannya misalnya,
menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang,
mencoba barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan
barang tersebut. Kos yang melekat pada suatu objek ditentukan oleh batas kegiatan
pemerolehan dan jenis penghargaan.

 Batas Kegiatan

Secara konseptual pembentukan kos suatu aset (baik berwujud atau tidak) adalah
semua pengeluaran (pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau diperlukan akibat
kegiatan pemerolehan suatu aset sampai dia ditempatkan pada kondisi siap dipakai atau
berfungsi sesuai dengan pemerolehannya.

 Jenis Penghargaan
Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam sistem akuntansi.
Penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang. Bila transaksi terjadi dalam
mekanisme pasar bebas antara pihak independen, kos tunai (cash cost) adalah pengukur
aset yang paling valid dan objektif.

 Rugi Dalam Perolehan Aset

Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasikan


oleh biaya, kos mengalami penghimpunan, penggabungan, dan reklasifikasi. Kos yang
terhimpun tersebut tetap merepresentasi aset kalau aset tersebut belum dikeluarkan
sebagai biaya. Akan tetapi, karena suatu kondisi tertentu dapat terjadi bahwa suatu
potensi jasa tertentu tidak lagi mempunyai kemampuan untuk menghasikan pendapatan.
Dalam kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomik telah hangus dan
merupakan rugi.

2.3. Penilaian

Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan


karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur
makna ekonomik suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya digunakan dalam
akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk
objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk proses
penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen
keuangan pada saat penyajian. Jadi, penilaian merupakan penentuan jumlah rupiah yang
harus dilekatkan pada suatu pos aset pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam
statemen keuangan pada periode tertentu.

 Tujuan Penilaian Aset

Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang
sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat
membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas
bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan.

 Nilai Masukan

Nilai masukan di dasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghasilan lainnya (non
kas) yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa
tertentu yang masuk dalam unit usaha (perusahaan). Ada beberapa dasar penilaian yang
masuk ke dalam kategori nilai masukan, yaitu :

a. Kos Historis

Kos historis merupakan jumlah rupiah atau harga pertukaran yang telah
tercatat dalam sistem pembukuan pada saat terjadinya transaksi. Prinsip kos
historis menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva,
utang, modal dan biaya.

Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran yang


disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam tranksaksi. Harga
perolehan ini harus terjadi pada seluruh traksaksi diantara kedua belah pihak
yang bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh tranksaksi dengan
pihak ektern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal dan transaksi
lainnya.
1. Kos Bijaksana, yaitu semua pengeluaran yang dikeluarkan secara hati-
hati dan bijaksana untuk memperoleh fasilitas fisik (aktiva tetap
berwujud). Jadi, jika ada rugi/inefisiensi pada proses perolehan
fasilitas fisik itu bukan merupakan kos.
2. Kos Asli, yaitu kos fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud) yang terjadi
pertama kali dan diakui oleh perusahaan yang pertama kali
menggunakan fasilitas fisik itu juga.
3. Kos Standar, yaitu kos produksi per unit yang seharusnya terjadi untuk
waktu tertentu dengan asumsi bahwa produksi dilakukan dalam
kondisi normal.

b. Kos Pengganti

Kos pengganti merupakan jumlah rupiah / harga pertukaran yang diperlukan


sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama sejenis. Atau
biaya penggantian aktiva milik perusahaan dengan aktiva lain yang sejenis
atau sama fungsinya.

1. Nilai Penaksiran, yaitu nilai taksiran kos sekarang yang ditentukan


dengan prosedur dan analisis secara sistematik oleh pihak independen
yang kompeten dibidangnya.

2. Nilai Wajar, yaitu jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu
objek, menggambarkan harga dimana aset dapat dibeli atau dijual
dalam transaksi kini antar pihak secara sukarela, tanpa paksaan.

3. Nilai terealisasi bersih dikurangi harga normal, yaitu nilai yang


diharapkan merepresentasi kos pengganti bila data untuk menentukan
kos pengganti tidak tersedia.

c. Kos Harapan

Kos harapan suatu aset adalah nilai pengorbanan ekonomik di masa


mendatang, seandainya jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian
(tidak sekaligus), atau nilai sekarang untuk pembayaran kas dimasa
mendatang.
 Nilai Keluaran

Nilai keluaran didasarkan pada jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya (non
kas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar
dari unit usaha melalui proses pertukaran atau konversi.

Penilaian ini lebih berpaut dengan aset yang tujuannya adalah untuk dijual atau
dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk kegiatan produksi. Ada beberapa
dasar penilaian yang masuk ke dalam kategori nilai keluaran, yaitu:

a. Harga Jual Masa Lalu

Harga jual masa lalu sebenarnya menunjukan kas yang cukup pasti akan
diterima dari pertukaran/konversi suatu pos aset yang timbul karena adanya
suatu transaksi di masa lalu.

b. Harga Jual Sekarang

Harga jual sekarang didasari oleh konsep setara tunai sekarang. Harga ini
menunjukan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi dengan
cara menjual aset dipasar bebas dalam kondisi perusahaan melikuidasi atau
menjual asetnya secara normal. Harga ini biasanya diukur berdasarkan harga
pasar kutipan barang bekas sejenis dengan kondisi yang sama. Secara teoritis,
setara kas sekarang merupakan atribut atau properitas yang relevan untuk
semua aset. Kelemahannya adalah tidak semua aset mempunyai pasar dan
harga pasar kutipan.

c. Nilai Terealisasi Harapan

Nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau potensi jasa
masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Contohnya : investasi
dalam obligasi, deposito berjangka dan piutang wesel jangka panjang.

 Kos atau Pasar yang Lebih Rendah


Penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah merupakan kombinasi nilai
masukan dan nilai keluaran karena pengertian pasar dalam hal ini dapat berarti pasar
barang masukan atau keluaran. Untuk sediaan barang, pasar mengacu ke nilai masukan
karena barang biasanya dijual pada pasar yang berbeda dengan harga yang lebih tinggi.
Untuk surat-surat berharga, mengacu pada nilai keluaran karena surat berharga dijual
belikan pada pasar yang sama sehingga kos dan harga jual keduanya dipandang sebagai
nilai atau harga keluaran.

Konsep penilaian ini didasari pada dasar konservatisma, artinya ketika dalam
kondisi ketidakpastian, kreditor secara historis mendasarkan keputusannya pada nilai
konversi aset yang terendah, sehingga penyajian aset dalam neraca juga rendah.

Nah, karena adanya penurunan nilai aset (khususnya pasa sediaan barang) pada
akhir periode ini diakibatkan turunnya harga atau selera maka otomatis laba bersih akan
menjadi lebih kecil. Sehingga penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah
mempunyai banyak kelemahan sehingga banyak mengundang kritik.

Penilaian berdasarkan pada konservatisma ini dianggap lemah karena alasan


berikut :

1. Konservatisma cenderung merendahkan aset total.

2. Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu periode akan berakibat lebih
rendahnya biaya (dalam bentuk kos barang terjual) pada periode berikutnya
sehingga laba menjadi lebih tinggi. Lebih tingginya laba ini diakibatkan oleh
untung yang terrealisasi bersamaan dengan terjualnya sediaan barang.

3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau anatar periode.

4. Salah satu argumen digunakannya metode KAPYLR adalah bila terjadi


penurunan manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga atau
kemampuan mendatangkan laba maka selayaknya bahwa kos juga harus
diturunkan.

 Penilaian Menurut FASB

Tujuan penilaian pos aset tertentu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan
dan kelemahan masing-masing. Tanpa memperhatikan sifat masukan dan keluaran, FASB
menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikkan.
FASB mengidentifikasi 5 (lima) makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan
dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas
sebagai berikut:

1. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan


kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos* historisnya yaitu jumlah
rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos
historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi
atau diamortisasi.

2. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang


atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus
dikorbankan kalau aset tertentu diperoleh sekarang.

3. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan
atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi
perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga
digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai
bukunya.

4. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan
barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau
setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi
dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut
menjadi kas atau setaranya.

5. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi
jangka panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa
mendatang sampai piutangterlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi
dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan
penerimaan tersebut

2.4. Pengakuan

Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi,


kejadian, atau keadaan yang mempebgaruhi aset. Disamping memenuhi definisi aset,
kriteria keterukuran, keberpautan, dan keterandalan harus dipenuhi pula. Menurut
Sterling, Belkaoui (1993) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup
(sufficient) yang merupakan penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui aset
tersebut, yaitu:

1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengajui aset, harus
ada transaksi yang menandai timbulnya asset

2. Sumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test).


Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang
langka, dibutuhkan dan berharga.

3. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset,


kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.

4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu


objek harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.

5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk


mengakui aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan
(tanggal neraca).

6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung
untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.

Yang dikemukakan Belkoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan
kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur
untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (recogniton criteria) FASB yaitu definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria
pengakuan sifatnya konseptual atau umum. Penerapan kaidah pengakuan di atas
sebenarnya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos dikapitalisasi atau di biayakan.
Bila kaidah pengakuan diatas tidak dipenuhi, kos harus diperlakuakn menjadi beban
pendapatan sebagai biaya atau rugi.

 Beban Tangguhan

Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan masalah


penangguhan pembebanan misalnya adalah yang terlibat dalam transaksi, kejadian, atau
keadaan berikut:

1. Sewaguna

2. Bunga selama masa konstruksi asset tetap

3. Riset dari pengembangan

4. Eksploitasi minyak dan gas bumi

5. Eksplorasi minyak valuta asing

6. Sumber daya manusia

7. Kos organisasi

 Kos Bunga

Bila kesatuan usaha membangun sendiri fasilitas fisis dengan dana pinjaman dan
pembangunannya memakan waktu yang cukup lama, masalahnya adalah apakah kos
bunga selama masa pembangunan/konstruksi dapat dikapitalisasi.

 Argument pendukung

Beberapa argumen diajukan untuk mendukung kapitalisasi kos bunga. Argumen-


argumen tersebut sebagai berikut:

a. Dengan kesiapan pemakaian atau penggunaan sebagai batas kegiatan


pengukuran kos asset, kos bunga jelas merupakan unsur kos asset

b. Bila kesatuan usaha tidak membangun sendiri fasilitas fisis bersangkutan,


penghargaan sepakatan sebagai kos pemerolehan pada umumnya termasuk
pula bunga yang harus dibayar kontrakator selama pembangunanya.

c. Pembebanan kos bunga langsung pendapatan selama masa konstruksi akan


mendistorsi laba terutama kalau konstruksi didanai dari pinjaman khusus
untuk keperluan tersebut. Dengan kata lain pembebanan langsung
menyimpang dari konsep penandingan yang tepat.

d. Kos bunga selama masa pembangunan bukan merupakan kos pendanaan


karena kalau pembangunan didanai dari penerbitan ekuitas baru, kos
pendanaan secara konseptual tetap terjadi dan di geser ke pemegang saham
dalam bentuk dividen yang pembayaranya mungkin di tunda sampai
pembangunan selesai.

 Argument Penolakan

Beberapa argumen menolak dikapitalisasinya bunga. Penolakan tersebut


didasarkan atas argumen-argumen berikut:

a. Bunga lebih merupakan kos pendanaan dari pada unsur kos asset karena
perusahaan sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut dengan memilih
alternative pendanaan dalam ekuitas. Hal ini dibantah dengan argument
pendukung nomor 4.

b. Dengan konsep nilai setara tunai atau nilai sekarang aliran kas diskunan dalam
mengukur kos suatu asset, kos pemerolehan suatu fasilitas fisis seharusnya
tidak dipengaruhi oleh kebijakan pemilihan cara pendanan pembangunanya

c. Dengan konsep kesatuan usaha bunga lebih bermakna sebagai pembagian laba
daripada sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan.

d. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos pemerolehan


asset, alokasi kos bunga ke semua asset non moneter hanya akan kecil
pengaruhnya terhadap laba periodic karena jumlah yang di kapitalisasi dalam
suatu perioda akan dikompensasi dengan amortisasi bunga

 Aset Memenuhi Syarat

Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aset berikut ini :

a. Aset yang dibangun/diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan.

b. Aset yang dibangun/diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai


unit/proyek yang berdiri sendiri.
Atas dasar ketentuan di atas maka ada aset yang tidak dapat dijadikan obyek
kapitalisasi yaitu :

a. Aset yang bersangkutan sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan


pembangunan atau sedang digunakan dalam kegiatan menghasilkan
pendapatan.

b. Aset yang bersangkutan belum digunakan untuk tujuan menghasilkan


pedapatan dan juga tidak sedang mengalami penyeleseian/perbaikan atau
aktivitas lain yang diperlukan untuk menjadikan aktiva tersebut siap
digunakan lagi dalam operasi.

 Besarnya Kapitalisasi Bunga

Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga yang
diperkirakan terjadi selama satu periode akibat adanya konstruksi. Bunga tersebut adalah
bunga yang dapat dihindari seandainya konstruksi tidak dilaksanakan. Besar tarif
kapitalisasi ditentukan sebagai berikut :

1. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi dana
pinjaman, maka tarif yang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman untuk
konstruksi tersebut.

2. Apabila dana rata-rata tertanam dalam konstruksi melebihi besarnya dana


pinjaman untuk konstruksi tersebut, maka tarif kapitalisasi untuk kelebihan
dana yang tertanam tersebut adalah rata-rata tertimbang dari tingkat bunga
sumber dana lainnya.

 Periode Kapitalisasi

Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat
berikut dipenuhi :

1. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar

2. Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak terhenti cukup lama selama
periode bersangkutan
3. Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan berjalannya
pembangunan konstruksi.

 Pengungkapan

Bila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi tentu saja akan ada sebagian
informasi bunga hilang. Oleh karena itu, perlu ada pengungkapan tentang hal ini sehingga
statemen keuangan tidak menyesatkan. Standar akuntansi kapitalisasi bunga juga
menentukan informasi tambahan yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Agar
statemen keuangan tetap informatif hal-hal berikut ini harus diungkapkan sebagai
penjelasan statemen keuangan:

1. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama
periode dan dibebankan sebagai biaya periode tersebut.

2. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian
yang dikapitalisasi.

2.5 Penyajian

Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:

a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.

b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan aset tetap.

c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.

d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan


(misalnya metode depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aset merupakan elemen neraca pembentuk informasi semantik berupa posisi


keuangan dan merepresentasi potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan
usaha untuk menyediakan barang dan jasa. Manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh
potensi jasa atau utilitas yang melekat padanya yaitu suatu daya atau kapasitas langka
yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan
pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.
Penugasan harus didahului oleh transaksi atas kejadian ekonomik. Bahwa aset harus
timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan.

Penentuan kos suatu objek pada saat pemerolehan merupakan hal yang sangat
kritis karena penentuan ini akan mempengaruhi pengukuran aset dan biaya selanjutnya
khususnya pada tahap pembebanan. Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
diletakkan pada suatu pos aset pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen
keuangan pada tanggal tertentu. Pengakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam
standar akuntansi yang mengatur tiap pos aset.

3.2 Saran

Adapun kami harapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak agar makalah ini lebih baik dan lebih bermanfaat nantinya.

21
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi ketiga.
Yogyakarta: BPFE

22

Anda mungkin juga menyukai