PENGAUDITAN II
Dosen Pengampu : Wahyu Febri Eka Susanti, S.E., M.Si., AK., C.A.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
JURUSAN AKUNTANSI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, seingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang Berjudul “Pemeriksaan Aset Tak Berwujud
(Intangible Assets)” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok Mata kuliah Pengauditan 2.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan pembelajaran, dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulis dan pembaca. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Aset tidak berwujud tidak termasuk efek (surat berharga), atau hak atas
mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya
yang tidak dapat diperbarui lainnya.
1. Harga beli, termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat
dikreditkan, setelah diskon dan potongan dagang; dan
2. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam
mempersiapkan aset sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuannya.
Entitas harus mengakui pengeluaran internal yang terjadi atas aset tidak
berwujud, termasuk semua pengeluaran untuk aktivitas riset dan
pengembangan sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali pengeluaran
tersebut merupakan bagian dari biaya perolehan aset lainnya yang memenuhi
kriteria pengakuan dalam SAK ETAP.
Pengeluaran berikut ini harus diakui sebagai beban dan bukan sebagai aset
tidak berwujud.
2.1.2 Pengertian dan Sifat aset tak berwujud menurut PSAK No. 19 (Revisi
2015) 19.2 & 19.3
Aset tak berwujud adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh aset pada
saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang
diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan
tertentu dalam PSAK lain, contohnya PSAK 53: Pembayaran Berbasis Saham.
Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak
berwujud selama umur manfaatnya.
Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau junlah lain yang
merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
Jumlah tercatat aset adalah jumlah aset yang diakui dalam laporan
posisi keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi
rugi penurunan nilai.
Nilai residu dari aset tak berwujud adalah jumlah estimasian yang
dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi
biaya pelepasan aset, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang
diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan
entitas akan timbul dari penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari
pelepasan aset tersebut pada akhir umur manfaatnya atau yang diharapkan
terjadi saat penyelesaian liabilitas.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran, (Lihat PSAK
68: Pengukuran Nilai Wajar).
Pengembangan adalah penerapan temuan penelitian atau pengetahuan
lain pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk,
proses, sistem. atau jasa yang baru atau yang mengalami perbaikan
substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian.
Penelitian adalah penyelidikan asli dan terencana yang dilaksanakan
dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis
atas ilmu yang baru.
Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih
lebih jumlah tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya.
Umur manfaat adalah periode suatu aset yang diharapkan dapat
digunakan oleh entitas; atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan
akan diperoleh dari suatu aset oleh perusahaan.
1. Aset takberwujud diakui jika, dan hanya jika:
a. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa
depan dari aset tersebut, dan
b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
2. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan, entitas
menggunakan asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang
merupakan estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku
sepanjang umur manfaat aset tersebut.
3. Dalam menilai tingkat kepastian adanya manfaat ekonomi masa depan
yang timbul dari penggunaan aset tak berwujud, entitas
mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat pengakuan awal aset tak
berwujud dengan memberikan penekanan yang lebih besar pada bukti
ekstern.
4. Aset tak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan.
2.1.3 Contoh
1. Goodwill-timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu
perusahaan lain di atas harga yang berlaku untuk aset netonya setelah
dikurangi biaya-biaya, karena perusahaan yang dibeli mempunyai
keunggulan tertentu.
2. Hak Paten-jika suatu perusahaan atau seseorang menemukan suatu
produk baru setelah melakukan riset selama beberapa waktu dengan
mengeluarkan biaya yang cukup besar. Untuk itu ia dapat mendaftarkan
produk ciptaannya ke Direktorat Hak Paten, untuk memperoleh Hak Paten,
sehingga orang lain tidak dapat membuat produk yang sama, kecuali orang
tersebut sudah membeli hak paten tersebut atau membayar royalti kepada
pemilik hak paten.
3. Hak Cipta (copy right) yang diberikan kepada seseorang yang mencipta
lagu atau buku.
4. Franchise-misalnya Kentucky Fried Chicken, Mc Donald, Es Teller '77.
Jika seseorang ingin menjual makanan atau minuman dengan rasa, bentuk,
cara penyajian, dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu harus membeli
hak franchise.
3.2 Saran
Mahasiswa dan masyarakat perlu meluangkan waktu untuk mempelajari konsep dasar
dan pentingnya aset tidak berwujud dalam konteks bisnis dan keuangan. Ini dapat
dilakukan melalui membaca literatur terkait, mengikuti kursus atau seminar, serta
melakukan analisis studi kasus tentang bagaimana perusahaan mengelola aset tidak
berwujud dalam laporan keuangannya. Ini akan membantu mahasiswa dan masyarakat
untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis mereka ke dalam situasi nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. (2019). Auditing : petunjuk praktis pemeriksaan akuntan oleh akuntan
publik. Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.