Anda di halaman 1dari 31

ASET

TAKBERWUJU
D
AKUNTANSI KEUANGAN
ILA MUSARI
200901500019
Kelompok 4
ADAWIA AFRILIA
200901501030
FARADILLAH SANDI
200901501032
ISNUR FAUZI
200901502083
RAMLAH KADIR
200901502090
ANITA ASHAR
200901502096
PASCALIN APRILIA HAWASE
200901504001
TRI AMELIANTI
2020110124
A. DEFINISI ASET TAKBERWUJUD
PSAK 19 (Revisi 2010) mendefinisikan aset takberwujud sebagai aset nonmoneter yang dapat di
dentifikasi tanpa wujud fisik

Berdasarkan definisi tersebut. Terdapat beberapa karakteristik utama dari suatu aset takberwujud, yaitu
sebagai berikut:

1. Dapat diidentifikasi (identifiability)

2. Suatu asset dikatakan memenuhi kriteria dapat di dentifikasi jika :

 Dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan, dilisensikan, disewakan atau
ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-sama dengan kontrak terkait, asset atau liabilitas
teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut; atau

 Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat dialihkan atau
dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya.
2. Kendali (Control)

Entitas mengendalikan suatu aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat
ekonomis dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat
ekonomis tersebut.

Manfaat ekonomis masa depan tersebut dapat mencakup pendapatan dari penjualan barang atau
jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari penggunaan aset tersebut. Contoh
dari manfaat ekonomis dari penggunaan aset takberwujud adalah penggunaan formula rahasia
yang secara hukum dilindungi, yang menyebabkan berkurangnya tingkat persaingan, sehingga
meningkatkan prospek perusahaan untuk meningkatkan penjualan di masa mendatang dan
mengurangi pengeluaran iklan, dan sebagainya.
3. Tidak mempunyai wujud fisik

Dalam beberapa kondisi aset takberwujud mempunyai elemen fisik sehingga perlu
pertimbangan untuk menentukan apakah suatu aset tersebut merupakan aset berwujud atau
takberwujud. Contoh dari kondisi tersebut adalah compact disc yang berisi perangkat lunak
komputer (computer software) atau komputer yang di dalamnya terdapat database. Dalam situasi
seperti ini maka diperlukan pertimbangan untuk menentukan elemen mana yang lebih signifikan.

Misalnya, apabila terdapat mesin yang di dalamnya terdapat perangkat lunak yang tidak dapat
beroperasi tanpa perangkat lunak tersebut, maka mesin tersebut diperlakuan sebagai aset tetap
(sesuai PSAK 16) Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa perangkat lunak tersebut merupakan
bagian integral dari mesin tersebut Namun, apabila perangkat lunak tersebut terdapat di dalam
compact disc dan compact disc tersebut hanya digunakan sebagai media penyimpanan perangkat
lunak tersebut saja, maka perangkat lunak tersebut diperlakukan sebagai aset takberwujud.
B. PENGAKUAN AWAL ASET
TAK BERWUJUD
Aset tak berwujud diakui sebagai aset jika:

1. Memenuhi definisi aset takberwujud

2. Memenuhi kriteria pengakuan, yaitu (a) kemungkinan besar entitas


akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut;
dan (b) biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.

Jika kriteria pengakuan tidak dipenuhi, maka biaya yang dikeluarkan


harus diakui sebagai beban.
Terdapat beberapa kemungkinan cara perolehan asset takberwujud, yaitu:

1. Perolehan terpisah

2. Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis

3. Akuisisi dengan hibah pemerintah

4. Pertukaran asset

5. Asset tak berwujud yang di hasilkan secara internal (goodwill dan asset tak
berwujud lainnya)
Perolehan Terpisah

Untuk asset tak berwujud yang di peroleh secara


terpisah maka pengukuran biaya perolehanya
terdiri atas : Akuisisi Sebagai Bagian Dari Kombinasi Bisnis

1. Harga pembelian, termasuk bea impor dan Biaya perolehan asset tak berwujud yang di akuisisi

pajak yang tidak dapat dikembalikan, dikurangi sebagai bagian dari kombinasi bisnis (PSAK 22) adalah

diskon dan rabat nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Jika asset tak
berwujud di perdagangkan secara bebas di pasar aktif,
2. Biaya yang secara langsung dapat diatribusikan maka harga pasar adalah dasar pengukuran terbaik, jika
yang terjadi dalam menyiapkan asset tersebut asset tak berwujud tidak mempunyai pasar aktif, maka
sehingga siap untuk digunakan sesuai tujuan biaya perolehan di tentukan berdasarkan jumlah yang
penggunaanya. akan di bayarkan perusahaan dalam transaksi normal
pada tanggal akuisisi.
Pertukaran Aset
Akuisisi Dengan Hibah Pemerintah
Cara lain perolehan aset takberwujud adalah
Asset tak berwujud juga dapat diperoleh melalui
melalui pertukaran aset non moneter atau
hibah pemerintah. Entitas yang di peroleh asset tak
sekelompok aset moneter, atau kombinasi
berwujud dengan hibah pemerintah mempunyai
dari aset moneter dan aset nonmoneter,
pilihan untuk pengakuan asset tak berwujud
biaya perolehan dari aset tak berwujud yang
tersebut, yaitu:
diperoleh dari pertukaran adalah diukur
1. Mengakui sebesar nilai wajar atau pada nilai wajar kecuali:

2. Mengakui asset tak berwujud dan hibah dengan 1. Transaksi pertukaran tersebut kurang
nilai nominal di tambah dengan segala memiliki substansi komersial atau
pengeluaran yang berhubungan secara langsung
2. Nilai wajar asset baik yang diterima
untuk menyiapkan asset tersebut agar dapat di
maupun yang dilepaskan tidak dapat
gunakan sesuai dengan maksud penggunaanya
diukur dengan andal
Bagaimana menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi
komersial? Entitas perlu mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan
diharapkan berubah sebagi akibat dari transaksi tersebut, dapat memperhatikan
hal-hal berikut:

1. Konfigurasi (contohnya risiko,waktu,dan jumlah) dari arus kas dari asset yang
diterima berbeda dari konfigurasi arus kas dari asset yang ditukarkan atau

2. Nilai spesifik entitas dari bagian operasinya yang dipengaruhi entitas oleh
perubahan transaksi sebagai akibat dari pertukaran dan

3. Perbedaan pada poin (a) atau (b) signifikan jika dibandingkan dengan nilai
wajar dari asset yang ditukarkan.
Asset Tak Berwujud Yang Di
Untuk menentukan apakah aset takberwujud
Hasilkan Secara Internal
yang di hasilkan secara internal (selain
Goodwill hanya boleh diakui sebagai goodwill) dapat diakui sebagai aset
akibat dari kombinasi bisnis. goodwill takberwujud, maka perlu dibedakan antara
yang timbul secara internal tidak di tahap penelitian dan tahap pengembangan .
akui sebagai asset takberwujud karna
1. Tahap penelitian
tidak memenuhi kriteria pengakuan
sebagai berikut. Penelitian adalah penelitian orisinal dan
 Dasar pengukuran biaya perolehan terencana yang di laksanakan dengan harapan
yang andal
memperoleh pembaruan pengetahuan dan
 Identifikasi terpisah dari sumber pemahaman teknis atau ilmu yang baru.
daya yang lain
Seluruh biaya penelitian harus dibebankan
 Kendali oleh perusahaan
pada periode yang bersangkutan.
2. Tahap pengembangan

Pengembangangan adalah penerapan temuan penelitian atau pengetahuan


lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat,
produk, proses, sistem, atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami
perbaikan substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau
pemakaian.
Terdapat 6 (enam) kriteria pengakuan spesifik 1. Bagaimana asset takberwujud akan
yang harus dipenuhi seluruhnya agar biaya menghasilkan kemungkinan besar manfaat
pengembangan dapat dikapitalisasi, yaitu sebagai ekonomis masa depan, antara lain entitas harus
berikut : mampu menunjukkan adanya pasar bagi
keluaran asset takberwujud itu sendiri atau jika
1. Kelayakan teknis penyelesaian asset tak asset tak berwujud atau pasar atas asset tak
berwujud tersebut sehingga asset tersebut dapat berwujud itu sendiri atau jika asset takberwujud
di gunakan atau di jual itu akan digunakan secara internal , entitas
harus mampu menunjukkan kegunaan asset tak
2. Niat untuk menyelesaikan asset tak berwujud berwujud tersebut .
tersebut dan menggunakanya atau menjualnya
2. Tersedianya sumber daya teknis, keuangan dan
3. Kemampuan untuk menggunakan atau menjual sumber daya lainnya untuk menyelesaikan
asset tak berwujud tersebut pengembangan asset tak berwujud untuk
menggunakan atau menjual asset tersebut
3. Kemampuan untuk mengukur secara andal
pengeluaran yang terkait dengan asset tidak
berwujud selama pengembanganya.
● Biaya pengembangan situs web

Situs web (laman atau website) Pengeluaran setelah perolehan


mempunyai ktakteristik aset berwujud dan
aset tak berwujud. Dalam era teknologi Kapitalisasi atas pengeluaran setelah

seperti saat ini, sebagian besar entitas perolehan untuk aset takberwujud sulit untuk

mengeluarkan biaya untuk dijustifikasi. Jarang sekali pengeluaran

mengembangkan situs web entitasnya. setelah perolehan untuk aset takberwujud


diakui sebagai aset. Hal tersebut disebabkan
Menurut ISAK 14, situs web yang aset takberwujud memiliki karakteristik yang
timbul dari pengembangan diakui sebagai menyebabkan sangat sulit untuk
aset tekberjuwud jika situs web entitas mengidentifikasi apakah pengeluaran tersebut
akan dapat menghasilkan manfaat menyebabkan peningkatan masa manfaat
ekonomi mas depan. ekonomis dari aset takberwujud.
C. PENGUKURAN SETELAH PEROLEHAN

Setelah pengakuan awal, entitas harus memiliki salah satu dari 2 (dua) dasar pengukuran aset tak
berwujud, yaitu (1) model biaya perolehan dan (2) model revolusi. Jika entitas memilih
menggunakan model revaluasi maka semua aset dalam kelas yang sama harus diperlakukan sama,
kecuali apabila tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut.

Model Biaya Perolehan Model Revaluasi

Jika entitas memilih menggunakan model Apabila model revaluai dipilih oleh entitas,
biaya maka setelah pengukuran awal aset maka nilai aset setelah pengukuran awal
takberwujud inilai berdasaran biaya dinilai berdasarkan nilai wajar dikurangi
perolehanya dikurangi dengan akumulasi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi
amortisasi dan akumulasi rugi penurunan rugi penurunan nilai.
nilai.
Ilustrasi
PT ABC memiliki aset takberwujud dalam bentuk izin operator taksi. Izin operator taksi tersebut sering
diperdagagkan di antara operator taksi yang ada atau calon operator taksi. Izin operator taksi tersebut diperoleh
pada tanggal 1 januari 2013 dengan harga perolehan Rp 200.000.000. Umur manfaat izin tersebut adalah 5 tahun
dan entitas menggunakan metode garis lurus untuk mengamortisasinya. Pada tanggal 31 Desember 2015, nilai
diperdagangkan izin operator taksi tersebut adalah Rp 240.000.000 dan nilai akumulasi penyusutan per 31
Desember 2015 adalah Rp 80.000.000.

Harga Perolehan Rp 200.000.000


Akumulasi amortisasi (80.000.000)
Nilai tercatat Rp 120.000.000
Nilai wajar 240.000.000
Selisih revaluasi Rp 120.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat revaluasi izin operator taksi tersebut.

Akumulasi Amortisasi Izin Operator Taksi Rp 80.000.000  


Izin Operator Taksi   Rp 80.000.000

Izin Operator Taksi Rp 120.000.000  


Selisih Penilaian Kembali Aset Takberwujud   Rp 120.000.000
Amortisasi 1. Tipe siklus hidup produk bagi aset dan
informasi umum mengenai estimasi masa
Setelah pengakuan awal, maka entitas harus
manfaat dari aset serupa yang digunakan untuk
menentukan masa manfaat aset takberwujud.
keperluan yang serupa;
Masa manfaat asset tak berwujud dibedakan
menjadi masa manfaat terbatas dan tidak 2. Jenis teknis, teknoligi, komersial atau jenis
terbatas. lain dari keuangan;

Dalam penentuan tersebut semua faktor yang 3. Stabilitas industry dimana aset beroperasi dan
relevan harus dipertimbangkan, di antarnaya: perubahan permintaan pasar atas produk atau
jasa yang dihasilkan aset;
1. Harapan manfaat aset bagi entitas dan apakah
aset dapat dikelola secara efisien oleh tim
manajemen lain;
5. Perkiraan atas tindakan competitor atau competitor potensial;

6. Tingkat pengeluaran perawatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan


manfaat ekonomis masa depan dari asset dan kemampuan entitas serta
niat entitas untuk mencapai tingkat tersebut;

7. Periode pengendalian asset dan hukum atau batasan serupa dalam


pemanfaatan asset, seperti masa berlaku sewa yang berhubungan; dan

8. Apakah masa manfaat asset tergantung dengan masa manfaat asset


entitas lainnya.
Masa manfaat terbatas

Aset takberwujud dengan masa manfaat terbatas harus diamortisasi. Konsep


amortisasi untuk asset takberwujud sama dengan konsep penyusutan yang
berlaku untuk asset tetap. Masa manfaat tersebut harus mencerminkan periode
selama aset tersebut memberikan manfaat ekonomis bagi entitas.

Jumlah yang diamortisasi adalah harga perolehan aset (atau harga pasar
dalam hal menggunakan model revaluasi) dikurangi nilai sisanya. Amortisasi
dimulai pada saat aset tersebut siap untuk dipergunakan dan dihentikan pada saat
aset tersebut dihentikan penggunaannya atau direklasifikasi menjadi aset tidak
lancer dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58.
Ilustrasi

PT Halimun membeli paten dengan harga perolehan Rp600 juta, pada


tanggal 1 Januari 2015. Paten tersebut mempunyai manfaat 15 tahun.

1 Jan 2015 Paten Rp600.000.000


  Kas Rp600.000.000

31 Des 2015 Beban Amortisasi Rp40.000.000


  Paten (Akumulasi Amortisasi) Rp40.000.000
Amortisasi per tahun = Rp600 juta ÷ 15 tahun = Rp40 juta
Masa manfaat tidak terbatas

Suatu aset disebut memiliki masa manfaat tidak terbatas apabila tidak dapat
ditentukan masa manfaat dengan periode waktu yang mana dalam periode waktu
tersebut entitas dapa memeroleh manfaat ekonomis dari aset takberwujud tersebut.
Masa manfaat ‘tidak terbatas’ bukan berarti masa manfaat ‘tidak terhingga’.

Perusahaan tidak mengamortisasi aset tak berwujud dengan masa manfaat yang
tidak terbatas perusahaan perlu melakukan pengujian penuruna nilai secara tahunan
untuk mengetahui apakah nilai terpulihkan dari aset takbewujud tersebut lebih
rendah dari nilai tercatatnya.
Penurunan nilai aset takberwujud

Pengaturan untuk penurunan nilai mengacu ke PSAK 48: Penurunan Nilai


Aset. Entitas harus menilai apakah terdapat indikasi penurunan nilai
disetiap akhir periode pelaporan. Apabila terdapat indikasi penurunan
nilai, maka entitas membandingan antara jumlah tercatat dengan nilai
terpulihkan ( sesuai PSAK 48). Apabila tidak terdapat indikasi penrunan
nilai, maka tidak perlu menghitung nilai terpulihkan. Khusus untuk aset
takberwujud dengan asa manfaat tidak terbatas (seperti goodwill), diuji
penurunan nilainya setiap tahun dengn membandingan jumlah tercatatnya
dengan jumlah terpulihkannya, terlepas apakah terdapat indikasi
penurunan nilai.
D. PENGHENTIAN PENGAKUAN

Suatu aset taberwujud harus dihentikan pengakuannya bila:

1. Dalam (proses) pelepasan, atau

2. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset


takberwujud dihitung sebagai perbedaan antara nilai tercatat aset takberwujud
dan nilai wajar dari imbalan yang diterima.
E. PENYAJIAN ASET TAKBERWUJUD
DAN AKUN TERKAIT
Dalam laporan posisi keuangan, aset takberwujud termasuk dalam aset tidak lancar.

Berikut adalah contoh penyajian di Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian PT Unilever Indonesia
Tbk dan Anak Perusahaan 31 Desember 2014, 31 Desember 2013 dan 1 Januari 2013.

Aset tidak lancar Non-Current Assets

Aset tetap 2j, 9a 7,348,025 6,874,177 6,283,479 Fixed assets

Goodwill 21,2m, 10 61,925 61,925 61,925 Goodwill

Aset takberwujud 21, 2n, 11 452,240 479,876 533,157 Intangible assets

Aset tdk lancar lainnya 81,310 69,27 70,458 Other non-current Assets
F. PENGUNGKAPAN ASET TAKBERWUJUD DAN
AKUN TERKAIT

Suatu entitas harus mengungkapan hal-hal berikut untuk setiap kelas aset tak berwujud, dipisahkan
antara aset takberwujud yang dihasilkan secara internal dan aset takberwujud lainnya antara lain :

1. Apakah masa manfaat tidak terbatas, jika masa manfaat terbatas diungkapkan tingkat amortisasi
yang digunakan atau masa manfaatnya;

2. Metode amortisasi yang digunakan untuk aset takberwujud dengan masa manfaat tak terbatas;

3. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusuta (secara agregat dengan akumulasi kerugian akibat
penurun nilai) pada awal dan akhir periode;

4. Unsur-unsur dalam laporan pendapatan komprehensif yang mana amortisasi aset takberwujud
termasuk (di dalamnya);
5. Pengakuan atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menunjukan :

a) Penambahan, secara terpisah mengindikasikan aset takberwujud dari pengembangan internal,


yang diperoleh secara terpisah, dan yang diperoleh melalui kombinasi bisnis;

b) Aset digolongkkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk ke dalam kelompok
aset lepasan dan dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58( revisi
2009) : aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan;

c) Peningkatan atau penurunan selama periode tersebut yang berasal dari revaluasi sesuai dengan
paragraf 75, 85, dan 86 dan dari pengakuan kerugian penurunan nilai atau pembalikan dalam
pendapatan komrehensif lainnya yang sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) : penurunan nilai
aset (jika ada) ;
d) Kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan rugi laba selama periode
sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) : penurunan nilai aset (jika ada);

e) Kerugian penurunan nilai yang dibalik dalam laporan rugi laba selama periode
sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) : penurunan nilai aset (jika ada);

f) Setiap amortisasi yang diakui selam periode;

g) Selisih kurs neto yang timbul dari nilai translasi laporan keuangan ke mata
uang penyajian, dan translasi operasi luar negeri dengan mata uang asing ke
mata uang penyajian yang digunakan entitas;

h) Perubahan lainnya pada jumlah tercatat asset selama periode.


Ilustrasi Pengungkapan untuk asset takberwujud
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai