Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKUNTANSI PAJAK

“LAPORAN POSISI KEUANGAN UNTUK TUJUAN PAJAK ”


HARTA TIDAK LANCAR : ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD

OLEH KELOMPOK 6 :
1. Dinda Y. A. Pratiwi (1810020012)
2. Iis Fitrianti (1810020015)
3. Bernadina Listina H. Nahak (1810020016)
4. Anggi S. Patolaballo (1810020023)
5. Maria Florida Ola (1810020030)
6. Maria M. Cardoso (1810020035)
7. Maria Liswanty (1810020038)
8. Intan S. Tarapanjang (1810020041)
9. Vincent M Tarus. Jr (1810020143)
10. Cristin N. Kelang (1810020145)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
JURUSAN AKUNTANSI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
maka makalah ini dapat diselesaiakan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari beberapa sumber buku dan media elektronik
dengan harapan para pembaca dapat memahami mengenai Laporan Posisi Keuangan untuk
Tujuan Pajak Harta Tidak Lancar berupa Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud.

Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan makalah ini hingga bisa tersusun
dengan baik.

Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Kupang, 11 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset Tetap.............................................................................2


2.1.1 Kriteria Aset Tetap............................................................2
2.1.2 Kualifikasi Aset Tetap.......................................................2
2.1.3 Pengukuran Biaya Perolehan............................................3
2.1.4 Perolehan Aset Tetap........................................................4
2.1.5 Penyusutan Aset Tetap......................................................7
2.1.6 Metode Penyusutan sesuai Ketentuan Perpajakan............7
2.2 Pengertian Aset Tak Berwujud...........................................................8
2.2.1 Nilai perolehan aset tak berwujud.....................................8
2.2.2 Umur manfaat dan metode amortisasi...............................9
2.2.3 Karakteristik Aktiva Tidak Berwujud...............................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................11
3.2 Saran ......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam pembelajaran akuntansi perpajakan baiknya kita mengetahui tentang apa yangada
didalam ilmu ini. Salah satu yang terdapat didalamnya adalah tentang Aset Tetapyang
akan kami uraikan di dalam makalah kami ini yang mencakup bahasan Aset Tetap.
Aset tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalammenilai
aset tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karenanilai
investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relative besar. Mengingat pentingnya
akuntansi aset tetap dalam laporan keuangan tersebut, maka perlakuannya harus
berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16). Aset tetap tersebut dalam
penyajiannya pada laporan keuangan seharusnya membebankan biaya depresiasi yang
dimiliki secara konsisten pada setiap periode dengan menggunakan metode yang
dianggap sesuai dengan standart akuntansi di Indonesia, agar diketahui nilai sisanya pada
akhir periode. Dalam perpajakan perlakuan akuntansi atas aset tetap tidak seluruhnya
sama dengan Pernyatan standar akuntansi keuangan (PSAK) dikarenakan dalam
perpajakan terdapat undan-undang yang lebih mengikat atau memaksa sehingga dalam
akuntasi perpajakan tidak dapat mengikuti PSAK secara keseluruhan.

1.2  Rumusan masalah

Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang :

1. Pengertian Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud


2. Menjelaskan kriteria, kualifikasi serta penyusutan Aset Tetap
3. Menjelaskan nilai perolehan, umur manfaat dan metode amortisasi serta karakteristik
dari Aset tak berwujud

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud
2. Untuk mengetahui kriteria, kualifikasi serta penyusutan Aset Tetap
3. Untuk mengetahui nilai perolehan, umur manfaat dan metode amortisasi serta
karakteristik dari Aset tak berwujud

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ASET TETAP


 Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009 :68), Aset tetap adalah aset
berwujud yang dimilikiuntuk digunakan dalam produksi/penyediaan barang atau
jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administrtif dan diharapkan
akan digunakan lebih dari satu periode.
 Menurut Pajak sesuai dengan Pasal 11 UU PPH No.36 Tahun 2008, Aset Tetap
adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di
Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendaptkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupkan objek pajak serta mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun.
 Aset Tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
2.1.1 Kriteria Aset Tetap :
1. Mempuanyai wujud fisik
2. Tidak ditujukan untuk dijual lagi
3. Memiliki nilai yang material, harga aset tersebut cukup signifikan contohnya
tanah, bangunan, mesin, kendaraan, dan lain-lain.
4. Memiliki masa manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku dan nilai manfaatn
ekonominya bisa diukur dengan handal.
5. Aset digunakan dalam aktivitas normal perusahaan (tidak untuk dijual lagi
seperti barang dagang/persediaan atau investasi) misal, mobil bagi dealer mobil
diakui sebagai "persediaan" bukan aktiva tetap sedangkan bagi perusahaan
manufakture mobil diakui sebagai "Aktiva Tetap" bukan persediaan.

2.1.2 Kualifikasi Aset Tetap :

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi diakui sebagai aset awal harus
diukur sebesar biaya perolehan. Sebagai komponen biaya perolehan aset tetap
tersebut meliputi berikut ini (PSAK no. 16 Revisi 2007).

2
1) Biaya Perolehan

Dalam komponen harga perolehan termasuk bea impor dan pajak pembelian
yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan
potongan-potongan lain.

2) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset


lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan maksud manajemen. Sebagai biaya yang diatribusikan secara
langsung yaitu meliputi:
a) Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari
pembangunan atau akisisi aset tetap;
b) Biaya penyiapan lahan pabrik;
c) Biaya handling dan penyerahan awal;
d) Biaya perakitan dan instalas;
e) Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik,
setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang
dihasilkan sehubungan dengan pengujian terserbut; dan
f) Komisi penjualan
3) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset. Kewajiban biaya-biaya tersebut timbul pada saat aset diperoleh
atau karena entitas menggunakan aset selama periode tertentu yang bertujuan
selain menghasilkan persediaan.

2.1.3 Pengukuran Biaya Perolehan


biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat
terjadinya.
Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada
periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 Revisi 2007
terdapat perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap
terutama tentang pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. PSAK 16 Revisi
2007 mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut.
Kedua metode itu adalah :
a) Metode Biaya

3
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset
tetap tersebut dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
b) Metode Revaluasi
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu
aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat
pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aset tetap harus
dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan
bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.

2.1.4 Perolehan Aset Tetap

Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang akan mempengaruhi
harga perolehan, antara lain:
a. Perolehan Aset Tetap dengan Pembelian Tunai
Aset yang diperoleh dengan cara pembelian tunai dicatat sebesar
uang yang dikeluarkan, yaitu terdiri dari harga belinya termasuk
bea import dan PPN masukan, atau biaya pembangunan ditambah
biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung seperti
biaya angkut, biaya pemasangan, biaya balik nama, biaya simpan
dan bongkar muat, juga biaya professional seperti arsitek.
b. Perolehan Aset Tetap secara Gabungan
Apabila aset tetap diperoleh secara gabungan, maka harga
perolehan aset masing-masing aset tetap ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan berdasarkan perbandingan nilai
wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

4
Contoh soal:

Harga bangunan termasuk tanah seharga Rp. 300.000.000,- (termasuk biaya notaries, bea
balik nama, bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan, dan lain-lain). Alokasi harga
perolehannya dapat dihitung sebagai berikut:

No Jenis Aset Harga wajar Alokasi harga perolehan


.
1 Tanah Rp. 150.000.000,- 15/25 x Rp. 300.000.000 = Rp.
180.000.000
2 Bangunan Rp. 100.000.000,- 10/25 x Rp. 300.000.000 = Rp.
120.000.000
Jumlah Rp. 250.000.000,- Rp. 300.000.000,-

Jurnal:
Tanah                                                                        Rp. 180.000.000,-
Bangunan                                                                  Rp. 120.000.000,-
                               Kas dan Bank                                                                    Rp.
300.000.000,-

c. Perolehan Aset Tetap secara Angsuran


Harga perolehan aktiva tetap yang didapat dari transaksi pembelian
angsuran diukur dengan jumlah uang (harga) yang dibayarkan
apabila aktiva itu dibeli secara tunai (cash equivalent price). Unsur
bunga dan financing cost yang terdapat di dalamnya harus
dikeluarkan dan diperlakukan sebagai biaya dalam periode di mana
pembayaran itu terjadi. Jika di dalam harga kontrak pembelian
tidak secara spesifik dinyatakan adanya bunga yang dibebankan,
maka pada dasarnya unsur bunga itu harus diperhitungkan dan
dikurangkan dari harga kontrak di dalam menentukan harga
perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.

d. Perolehan Aset Tetap secara Pertukaran


Aset tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran dengan aset
tetap lainnya. Harga perolehan atas aset yang didapat diukur
dengan harga pasar (fair market value) dari aset yang diserahkan
(dilepaskan) sebagai alat penukarnya. Rugi-laba pertukaran harus
diakui, apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dengan harga
pasar aset tetap yang diserahkan di dalam transaksi tersebut.
Apabila penentuan harga pasar aset tetap yang diserahkan dalam
transaksi ini sulit ditentukan, maka harga perolehan aset tetap yang

5
didapat diukur dengan harga pasar aset itu sendiri. Apabila dalam
transaksi pertukaran itu disertai dengan pembayaran uang tunai
disamping penyerahan aset tetap (lama) maka harga perolehan aset
tetap yang didapat, adalah jumlah harga pasar aset lama ditambah
dengan jumlah uang yang dibayarkan.

 Pertukaran dengan aktiva tetap lainnya dapat dibagi dua jenis, antara lain:
a) Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah
pertukaran aktiva tetap yang fungsi dan sifatnya sama, seperti
mesin produksi X dengan mesin produksi Y. Pencatatan atas
transaksi ini didasarkan pada harga pasar aktiva tetap yang
dilepaskan.
b) Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama,
seperti pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan
gedung, dan lain-lain. Dalam hal pertukaran terjadi antaraktiva
yanag sejenis, maka yang dipakai sebagai dasar pencatatannya
adalah “nilai buku” dari aktiva yang bersangkutan.

e. Perolehan Aset Tetap dengan cara Membangun Sendiri


Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri oleh
perusahaan (tidak dibeli dari pihak luar) meliputi (i) biaya bahan
bangunan yang dipakai, (ii) upah tenaga kerja langsung, dan (iii)
biaya-biaya pemakaian lain seperti pemakaian listrik dan depresiasi
asset tetap perusahaan yang digunakan untuk membangun.
Kadang-kadang untuk membiayai pembangunan asset tetap
digunakan dana dari pinjaman. Bunga yang menjadi tanggungan
perusahaan atas penggunaan dana dari pinjaman dapat dimasukkan
sebagai unsur biaya perolehan. Namun besarnya bunga yang
dimasukkan sebagai unsur biaya perolehan hanyalah bunga selama
masa konstruksi. Jika setelah masa konstruksi pinjaman belum
lunas, maka biaya bunganya dibebankan sebagai biaya periodik
dalam laporan laba-rugi di kelompok biaya di luar usaha.
Jumlah pengorbanan untuk membangun sendiri aktiva tetap boleh
jadi lebih kecil ketimbang jumlah harga apabila aktiva tetap itu
dibeli dari luar. Penghematan yang diperoleh karena membangun
sendiri tidak boleh diakui sebagai keuntungan.

6
2.1.5 Penyusutan Aset Tetap
PSAK No. 17 (2007), yang dimaksudkan penyusutan adalah alokasi jumlah
suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.
Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap
berwujud dengan syarat aset tetap berwujud tersebut :

a. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi;

b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan

c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau


memasok barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi

Penyusutan atau jumlah disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aset
atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai
sisa.

Dalam pengaturan penyusutan tersebut, persyaratan aset yang dapat disusutkan menurut
ketentuan perpajakan meliputi:

a. Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud,

b. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,

c. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara


penghasilan.

2.1.6 Metode Penyusutan Sesuai Ketentuan Perpajakan

Metode penyusutan menurut ketentuan perundangan-undangan perpajakan


sebagaimana telah diatur dalam Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan.

1. Metode garis lurus (straight line method), atau metode saldo menurun
(declining balance method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan.

2. Metode garis lurus (straight line method) untuk aset tetap berwujud berupa
bangunan.

7
2.2 PENGERTIAN ASET TAK BERWUJUD

Menurut SAK- ETAP yang diaturoleh IAI ( 2009:76), asset tak berwujud adalah asset non
moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik.
Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik
tertentu.Bukti pemilikan aktiva tak berwujud bias berupa kontrak, lisensi atau dokumen
lain. Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:
a) Pemerintah – seperti hak paten, hakcipta, franchise, merek dagang dan nama
dagang.
b) Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
c) Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.

Entitas dapat mengakui aset tak berwujud, apabila :

a. Kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset
tersebut
b. Biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut dapat diukur dengan andal

Yang termasuk aset takberwujud adalah :

1. Hak paten
2. Hak cipta
3. Merek(trade mark)
4. Good will
5. Waralaba (franchise) dll

2.2.1 Nilai perolehan aset tak berwujud

Menurut SAK-ETAP(2009:77),nilai aset tak berwujud dicatat sesuai dengan biaya


perolehannya

Biaya perolehan aset tak berwujud terdiriatas:

a) Harga beli,termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat dikreditkan
setelah diskon dan potongan dagang; dan

8
b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan mempersiapkan aset
hingga siap digunakan sesuai dengan tujuannya.

2.2.2 Umur manfaat dan metode amortisasi

Untuk tujuan SAK-ETAP ,semua aset tak berwujud dianggap mempunyai umur
manfaat yang terbatas.Tetapi ,apabila entitas tidak mampu mengestimasi umur
mkanfaat aset tak berwujud, maka umur manfaatnya dianggap 10 tahun.

Amortisasi di mulai ketika aset siap digunakan, yaitu aset tersebut berada di lokasi
dan kondisi yang dibutuhkan untuk mampu beropersai sesuai dengan keinginan pihak
menejemen. Amortisai dihentikan ketika aset dihentikan pengakuannya.

Entitas harus memilih metode amortisasi yang mencerminkan pola pemanfaatan aset
dimasa mendatang, tetapi apabila entitas tidak dapat menetapkan pola yang andal
maka entitas harus menggunakan metode garis lurus.

 Nilai residu suatu aset tak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan 0, kecuali:
a. Ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tak berwujud tersebut
pada akhir masa manfaatnya.
b. Ada pasar aktif untuk aset tak berwujud; dan
 Nilai residu aset dapat ditentukan dengan mengacu pada harga pasar yang
berlaku di pasar tersebut
 Terdeapat kemungkinan bahwa pasar yang aktif tersebut akan tetap ada
pada akhir umum manfaat aset tak berwujud

2.2.3 Karakteristik Aktiva Tidak Berwujud

1. Kurang memiliki eksistensi fisik.


Tidak seperti aktiva berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan, aktiva tak
berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan
pada perusahaan yang menggunakannya.

2. Bukan merupakan instrument keuangan.


Aktiva seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam
obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan

9
sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan instrument keuangan dan
menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa
depan.

3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi.


Aktiva tak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi
dalam aktiva ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban
amortisasi periodik.

Contoh Soal Aset Tidak Berwujud :

1. Amortisasi hak paten

Vj mengeluarkan tunai untuk hak patent atas suatu penemuan baru pembuatan
produk handphone sebesar Rp. 6 juta. Taksiran umur patent 15 th. Patent
diperoleh pada tanggal 1 April  1995.

Jawaban:

Untuk mencatat perolehan hak paten :

(D) Patent           Rp. 6 juta

(K) Kas  Rp. 6 juta

Besarnya beban amortisasi patent 1995:

Umur patent 15 th (15 * 12 = 180 bln)

Selama 1995: 1 April – 31 Desember = 9 bulan

(9/180) * Rp. 6 juta = Rp. 300.000

Penyesuaian amortisasi patent 31/12 ’95:

(D) Beban amortisasi                      Rp. 300.000

           (K) Patent                                            Rp. 300.000

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa
lalu, manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut diharapkan diterima oleh
entitas. Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain , atau untuk tujuan administratif;
dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Aset Tetap yang
diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah harga beli
ditambah dengan biaya – biaya yang terjadi pada saat perolehan atas konstruksi atau ,
jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat distribusikan ke aset pada saat pertama kali
diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK no. 16 Revisi 2007. Untuk
akuntansi metode yang digunakan perpajakan bisa menggunakan Metode garis lurus
atau metode saldo menurun dan penggunaannya harus dilakukan secara taat asas. Dan
Aset Tak Berwujud adalah, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu.

3.2 Saran

Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Laporan Posisi Keuangan untuk Tujuan Pajak Harta Tak
Lancar dapat memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa
dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tersebut dan bisa dijadikan sebagai
bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
saran dari pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno dan Estralita Trisnawati.2014.Akuntansi Perpajakan.Salemba


Empat:Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai