Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Di dalam suatu Perseroan Terbatas (“Perseroan”) terdapat organ-organ di dalamnya yang


memegang wewenang dan tanggung jawab masing-masing untuk perusahaan dapat tetap berdiri
dan bersaing. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”),
Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka 6 Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) mengatur definisi yang dimaksud dengan
ketiga organ tersebut. RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi
dan Dewan Komisaris. Sedangkan Direksi adalah organ Perseroan yang bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan, serta mewakili
Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Kemudian, yang dimaksud dengan Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasehat kepada Direksi.

Dalam kaitannya dengan Good Corporate Governance (GCG), direksi dipandang sebagai
kunci utama keberhasilan penerapan prinsipprinsip GCG. Secara teoritis harus diakui bahwa
dengan melaksanakan prinsip-prinsip GCG ada beberapa manfaat yang bisa diambil yakni :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang


baik.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan
meningkatkan corporate value
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholders

Menurut Keputusan Mentri Negara/ Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan
BUMN, Nomor : Kep-23/M-PM. PBUMN/2000, yang dimaksud dengan GCG adalah ”Prinsip
korporasi yang sehat, yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan, yang dilaksanakan
semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
perusahaan.” Prinsip korporasi yang sehat adalah adanya keseimbangan hubungan antara organ
perusahaan, shareholders dan stakeholders.
Dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab direksi sebagai suatu organ perseroan
untuk menerapkan prinsip GCG, direksi tidak secara sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada
perseroan. Menurut UU Perseroan Terbatas, direksi merupakan suatu organ yang di dalamnya
terdiri satu atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan direktur. Pada prinsipnya hanya ada
satu orang direktur, akan tetapi dalam hal-hal tertentu sebuah Perseroan Terbatas haruslah
mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang direktur, yaitu dalam hal, sebagai berikut :

1. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat


2. Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan hutang Direksi, Tanggung Jawab, Good
Corporate Governance

TANGGUNG JAWAB DEWAN DIREKSI

Berdasarkan (“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN


2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS,” 2007) pada Pasal 1 Ayat 5 menyatakan bahwa
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
kepengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.

 Pengangkatan Direksi
a) Direksi diangkat oleh RUPS
b) Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih
c) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatannya pernah:
a. dinyatakan pailit;
b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau
c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau
yang berkaitan dengan sektor keuangan.

 Tugas Direksi
(Fery, 2016) mengemukakan bahwa Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-
tugas, yaitu :
a) Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
pengurusan Perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan kepentingan seluruh
pihak yang berkepentingan dengan aktivitas Perseroan
b) Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas Perseroan telah
sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
Perseroan.
c) Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata hanya untuk kepentingan
dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Perseroan.
d) Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan secara amanah dan
transparan. Untuk itu Direksi mengembangkan sistem pengendalian internal dan sistem
manajemen risiko secara terstruktural dan komprehensif
e) Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan Perseroan berbenturan
dengan kepentingan pribadi.

 Pertanggungjawaban Pribadi Direksi


a) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
b) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab berlaku
secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.
c) Dalam hal kepailitan yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit
tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut,
setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh
kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Hal ini berlaku juga bagi anggota
Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
d) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian apabila dapat
membuktikan:
 kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
 telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
 tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
 telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Dikutip dari jurnal (Dharmawan Krisna & Suhardianto, 2016) menjelaskan bahwa
manajemen akan berusaha meraih legitimasi dari para pemangku kepentingan. Dewan direksi
sebagai elemen tertinggi dari pihak manajemen bertanggung jawab atas perolehan legitimasi dari
seluruh pemangku kepentingan. Legitimasi sendiri dijelaskan oleh (Wahyuni, 2018) merupakan
keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala
lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik. O’Donovan dalam (Wahyuni, 2018)
berpendapat bahwa legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan atau
dicari perusahaan dari masyarakat. Sehingga, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya
potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Ukuran dewan direksi
mencerminkan mekanisme tata kelola perusahaan karena pengambilan keputusan direksi akan
mempertimbangkan pendapat anggota direksi. Semakin besar ukuran dewan direksi, maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Selanjutnya mengenai tanggung jawab dari direksi sehubungan dengan penerapan


prinsip-prinsip GCG yakni Prinsip Transparansi, Prinsip Keadilan, Prinsip Akuntabilitas,dan
Prinsip Responsibilitas, tercermin dalam berbagai ketentuan yang terdapat dalam Pasal-Pasal di
UUPT sebagai berikut :

1. Tanggung Jawab yang Berhubungan dengan Prinsip Transparansi


Dengan kata lain, ”Prinsip Transparansi menekankan bahwa keterbukaan harus diterapkan
dalam setiap aspek di perusahaan yang berkaitan dengan kepentingan publik atau pemegang
saham. Transparansi dalam GCG adalah wujud pengelolaan perusahaan secara terbuka dan
pengungkapan fakta yang akurat serta tepat waktu kepada stakeholder.
2. Tanggung Jawab yang Berhubungan dengan Prinsip Keadilan
Prinsip ini terwujud dalam Pasal 94 UU Perseroan Terbatas yaitu mengenai pengangkatan
anggota direksi oleh RUPS dan Pasal 96 yang memuat tentang ketentuan besarnya gaji dan
tunjangan anggota direksi yang ditetapkan berdasarkan RUPS. Ketentuan pasal-pasal tersebut
mencerminkan adanya perlindungan terhadap hak pemegang saham dan perlakuan yang adil
untuk memilih anggota direksi, serta adanya hak dari pemegang saham untuk menentukan
besar dan jenis penghasilan anggota direksi.

3. Tanggung Jawab yang Berhubungan dengan Prinsip Akuntabilitas


Prinsip Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggung
jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi perusahaan, untuk mencapi
tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Prinsip akuntabilitas ini dapat dilihat dari
ketentuan Pasal 97 UU Perseroan Terbatas yakni bahwa direksi bertanggung jawab atas
pengurusan perseroan dan pengurusan tersebut wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Kemudian dalam Pasal 100 yang mengatur
mengenai kewajiban direksi untuk membuat dan menyimpan daftar pemegang saham, risalah
RUPS, dan risalah rapat direksi, agar keadaan perseroan dapat diketahui sewaktu-waktu oleh
komisaris dan pemegang saham.

4. Tanggung Jawab yang Berhubungan dengan Prinsip Responsibilitas


Tanggung jawab direksi berkaitan dengan prinsip Resposibilitas yaitu direksi bertanggung
jawab atas semua perbuatan hukum yang dilakukan perseroan selama perseroan belum
berstatus badan hukum menjadi tanggung jawab direksi, pendiri, dan dewan komisaris (Pasal
14 UUPT). Membuat laporan tahunan mengenai pertanggung jawaban perseroan Terbatas
(Pasal 66 UUPT ). Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab mengemban
tugas dan kewajibannya untuk kepentingan dan tujuan perseroan dan mempunyai kewenangan
mewakili perseroan (Pasal 97)
DAFTAR PUSTAKA

Dharmawan Krisna, A., & Suhardianto, N. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 18(2), 119–127.
https://doi.org/10.9744/jak.18.2.119-128

Fery. (2016). CORPORATE GOVERNANCE : TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS DAN


DEWAN DIREKSI , KOMISARIS INDEPENDEN ; STRUKTUR PENGAWASAN.
http://fekool.blogspot.com/2016/05/corporate-governance-tanggung-jawab.html

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG


PERSEROAN TERBATAS. (2007). Undang Undang Republik Indonesia.

Wahyuni, S. F. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan


Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister
Manajemen, 1(1), 109–117. https://doi.org/10.30596/maneggio.v1i1.2371

Gunawan widjaya, 2008, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, Forum Sahabat, Jakarta.
I. Nyoman Tjager, 1999, Corporate Governance dalam Pasar Modal, Newsletter No. 37.
I.G. Rai Widjaya, 2002, Hukum Perseroan Terbatas, Megapoin, Jakarta,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2007,
Gradien Mediatama, Jakarta.

Nindyo Pramono, 2003, Seminar Indepedensi Direksi dan Komisari Dalam Rangka
Meningkatkan Penerapan Good Corporate Governance oleh Dunia Usaha, Jakarta.

Hj. MUSKIBAH, SH. M.Hum. 2010,TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENERAPAN


PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE, Jurnal Direksi, Tanggung Jawab, Good
Corporate Governance

Kantor Mentri Negara Pendayagunaan BUMN/Badan Pembina BUMN, 1999,Corporate


Governance dan Etika Korporasi, Balai Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai