Dalam kaitannya dengan Good Corporate Governance (GCG), direksi dipandang sebagai
kunci utama keberhasilan penerapan prinsipprinsip GCG. Secara teoritis harus diakui bahwa
dengan melaksanakan prinsip-prinsip GCG ada beberapa manfaat yang bisa diambil yakni :
Menurut Keputusan Mentri Negara/ Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan
BUMN, Nomor : Kep-23/M-PM. PBUMN/2000, yang dimaksud dengan GCG adalah ”Prinsip
korporasi yang sehat, yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan, yang dilaksanakan
semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
perusahaan.” Prinsip korporasi yang sehat adalah adanya keseimbangan hubungan antara organ
perusahaan, shareholders dan stakeholders.
Dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab direksi sebagai suatu organ perseroan
untuk menerapkan prinsip GCG, direksi tidak secara sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada
perseroan. Menurut UU Perseroan Terbatas, direksi merupakan suatu organ yang di dalamnya
terdiri satu atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan direktur. Pada prinsipnya hanya ada
satu orang direktur, akan tetapi dalam hal-hal tertentu sebuah Perseroan Terbatas haruslah
mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang direktur, yaitu dalam hal, sebagai berikut :
Pengangkatan Direksi
a) Direksi diangkat oleh RUPS
b) Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih
c) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatannya pernah:
a. dinyatakan pailit;
b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau
c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau
yang berkaitan dengan sektor keuangan.
Tugas Direksi
(Fery, 2016) mengemukakan bahwa Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-
tugas, yaitu :
a) Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
pengurusan Perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan kepentingan seluruh
pihak yang berkepentingan dengan aktivitas Perseroan
b) Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas Perseroan telah
sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
Perseroan.
c) Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata hanya untuk kepentingan
dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Perseroan.
d) Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan secara amanah dan
transparan. Untuk itu Direksi mengembangkan sistem pengendalian internal dan sistem
manajemen risiko secara terstruktural dan komprehensif
e) Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan Perseroan berbenturan
dengan kepentingan pribadi.
Dikutip dari jurnal (Dharmawan Krisna & Suhardianto, 2016) menjelaskan bahwa
manajemen akan berusaha meraih legitimasi dari para pemangku kepentingan. Dewan direksi
sebagai elemen tertinggi dari pihak manajemen bertanggung jawab atas perolehan legitimasi dari
seluruh pemangku kepentingan. Legitimasi sendiri dijelaskan oleh (Wahyuni, 2018) merupakan
keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala
lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik. O’Donovan dalam (Wahyuni, 2018)
berpendapat bahwa legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan atau
dicari perusahaan dari masyarakat. Sehingga, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya
potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Ukuran dewan direksi
mencerminkan mekanisme tata kelola perusahaan karena pengambilan keputusan direksi akan
mempertimbangkan pendapat anggota direksi. Semakin besar ukuran dewan direksi, maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Gunawan widjaya, 2008, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, Forum Sahabat, Jakarta.
I. Nyoman Tjager, 1999, Corporate Governance dalam Pasar Modal, Newsletter No. 37.
I.G. Rai Widjaya, 2002, Hukum Perseroan Terbatas, Megapoin, Jakarta,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2007,
Gradien Mediatama, Jakarta.
Nindyo Pramono, 2003, Seminar Indepedensi Direksi dan Komisari Dalam Rangka
Meningkatkan Penerapan Good Corporate Governance oleh Dunia Usaha, Jakarta.