Anda di halaman 1dari 6

Pengungkapan GCG dan Profil Risiko Kinerja Bank: Studi Kasus Bank BUMN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan corporate governance


dan profil risiko terhadap kinerja bank dimana kinerja bank diukur dengan return on assets
(ROA) dan pengungkapan corporate governance diukur dengan self-assessment yang
dilakukan oleh bank. Selain itu, profil risiko terdiri dari risiko kredit yang diukur dengan non-
performing loan (NPL), risiko likuiditas diukur dengan loan to deposit ratio (LDR), risiko
operasional diukur dengan biaya operasional terhadap rasio pendapatan operasional (OEIR),
dan risiko modal diukur dengan rasio kecukupan modal (CAR). Populasi dalam penelitian ini
adalah 4 bank BUMN karena hanya 4 bank yang diambil sebagai sampel. Periode
pengamatan adalah 6 tahun (2011-2016). Untuk menguji hipotesis, penulis menggunakan
regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan NPL dan CAR tidak berpengaruh terhadap
kinerja bank. Pengungkapan LDR dan GCG berpengaruh positif terhadap kinerja bank.
Sedangkan OEIR berpengaruh signifikan namun negatif terhadap kinerja bank BUMN.

1. PENDAHULUAN

Bank adalah perusahaan yang sangat diatur oleh pemerintah karena sebagian besar
asetnya bersumber dari publik. Oleh karena itu, bank harus mampu melaksanakan
manajemen risiko dan tata kelola yang baik, sehingga mendapat kepercayaan yang tinggi dari
masyarakat. Jika masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap bank, maka
masyarakat akan mempercayai dananya untuk dikelola oleh bank sehingga bank dapat
meningkatkan kinerjanya. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011, bank
harus mampu mengendalikan profil risiko, pengungkapan GCG, earning dan permodalan
untuk meningkatkan kinerjanya. Sebaliknya, Olamide et al. (2015) menyatakan bahwa
manajemen risiko tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada bank di Nigeria.

Profil risiko terdiri dari risiko kredit yang diukur dengan kredit bermasalah (NPL) dan
risiko likuiditas yang diukur dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR). NPL
menunjukkan kredit bermasalah, dimana NPL yang tinggi menunjukkan bahwa bank
memiliki tingkat kredit yang rendah. pertunjukan. Menurut Haneef dkk. (2012), risiko kredit
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Demikian pula, Noman et al. (2015) juga
menyatakan pengaruh negatif NPL terhadap profitabilitas. Sebaliknya Mercylynne &
Omagwa (2017) dan Taiwo et.al (2017) justru menyatakan bahwa NPL tidak berpengaruh
terhadap kinerja bank. Sedangkan LDR menunjukkan besarnya kredit yang disalurkan kepada
nasabah. Pendapatan utama bank berasal dari kredit, sehingga semakin besar LDR maka
semakin baik kinerja bank tersebut. Taiwo et.al (2017) dan Mercylynne & Omagwa (2017)
mengemukakan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara LDR dengan kinerja
bank. Sebaliknya, Ayaydin & Kakaraya (2014) menyatakan tidak ada pengaruh antara LDR
dan profitabilitas.

Pengungkapan tata kelola perusahaan yang baik merupakan persyaratan bagi bank-
bank di Indonesia, dimana penilaian harus dilakukan secara efisien. Semakin baik tata kelola
perusahaan yang dilakukan oleh bank maka semakin tinggi pula kepercayaan masyarakat,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja bank tersebut. Gupta & Newalkar (2015)
dan Aggarwal (2013) menegaskan pengaruh positif pengungkapan GCG terhadap
profitabilitas. Demikian pula Narwal & Jindal (2015) menyatakan pengaruh positif GCG
terhadap kinerja bank. Sebaliknya, Cengiz (2016) menyatakan bahwa pengungkapan GCG
tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada bank-bank di Turki.

Risiko operasional yang diukur dengan rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (OEIR) adalah tingkat efisiensi bank. Tingginya OEIR menunjukkan bank tidak
efisien karena biaya operasional yang terlalu tinggi yang mengakibatkan turunnya
profitabilitas, sehingga OEIR berpengaruh negatif terhadap kinerja bank. Temuan Ayaydin &
Kakaraya (2014) mendukung teori tersebut. Hanif dkk. (2012) juga menemukan bahwa ada
pengaruh negatif antara OEIR dan profitabilitas.

Modal sangat penting bagi bank karena dapat digunakan untuk menutup kemungkinan
kerugian. Pemerintah menetapkan batas modal minimum yang diukur dengan CAR sebesar
8%. Semakin tinggi CAR maka semakin sehat bank tersebut, yang akan menghasilkan
kepercayaan yang tinggi dari masyarakat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
bank. Noman dkk. (2015) mengemukakan pengaruh positif terhadap kinerja bank, namun
Ayaydin & Kakaraya (2014) memperoleh bahwa CAR berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap kinerja bank.

1.1 Tata kelola perusahaan dan kinerja bank

Penilaian corporate governance diperlukan bagi bank, karena transparansi bagi bank
sangat penting. Dengan pengungkapan GCG, nasabah memiliki kepercayaan yang tinggi
kepada bank, sehingga tidak ragu-ragu untuk menyimpan dananya di bank. Dengan demikian,
bank memiliki dana yang cukup besar untuk disalurkan sebagai kredit, sehingga dapat
meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal (2013) dan Gupta
& Newalkar (2015) menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara
pengungkapan GCG dengan kinerja bank. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh
Narwal & Jindal (2015) dan Babatunde & Akeju (2016) memperoleh efek yang serupa.

H1 : Pengungkapan GCG berpengaruh positif terhadap kinerja bank.

1.2 Profil Risiko dan Kinerja Bank

Profil risiko dalam penelitian ini terdiri dari beberapa risiko yaitu risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko operasional, dan risiko permodalan.

Pertama, risiko kredit diukur dengan kredit bermasalah. NPL ini menunjukkan
besarnya kredit bermasalah pada bank, artinya semakin tinggi NPL maka semakin tinggi pula
kegagalan bank dalam memberikan kredit. NPL yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan
laba dan pada akhirnya akan menurunkan kinerja bank. Temuan Mercylynne & Omagwa
(2017) menunjukkan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank. Demikian
pula Noman et al (15) memperoleh pengaruh yang signifikan dan negatif antara NPL dan
kinerja bank.

H2: NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja bank

Kedua, risiko likuiditas yang diukur dengan LDR. LDR menunjukkan jumlah kredit
yang diberikan, artinya semakin tinggi LDR maka semakin besar kredit yang diberikan.
Pendapatan utama bank berasal dari fee bunga kredit yang diberikan, sehingga semakin tinggi
LDR maka semakin tinggi pula keuntungannya. Menurut temuan Taiwo et.al (2017) dan
Mercylynne dan Omagwa (2017), LDR berpengaruh positif terhadap kinerja bank.

H3: LDR berpengaruh positif terhadap kinerja bank.

Ketiga, risiko operasional yang diukur dengan OEIR menunjukkan besarnya biaya
dibandingkan dengan pendapatan, artinya semakin tinggi OEIR maka semakin besar biaya
yang dikeluarkan dan semakin rendah profitabilitas yang akan menurunkan kinerja bank. Hal
ini sesuai dengan temuan Haneef et al. (2012) dan Ayaydin dan Kakaraya (2014) yang
menemukan OEIR berpengaruh negatif terhadap kinerja bank.

H4: OEIR berpengaruh negatif terhadap kinerja bank.

Keempat, modal merupakan dana cadangan untuk menutupi kerugian. Permodalan


bank yang diukur dengan CAR diatur oleh pemerintah dengan ketentuan minimal 8%, artinya
semakin tinggi CAR maka semakin besar tingkat kepercayaan nasabah, sehingga loyalitas
terhadap bank semakin baik. Temuan Noman et.al (2015) menunjukkan bahwa CAR
berpengaruh positif terhadap kinerja bank.

H5 : CAR berpengaruh positif terhadap kinerja bank

2. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah bank BUMN, karena hanya ada 4 bank BUMN,
sampel diambil dari seluruh bank BUMN. Data menggunakan periode lima tahun dengan
data triwulanan. Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat yaitu kinerja perbankan yang
diukur dengan ROA dan terdapat lima variabel bebas yang terdiri dari risiko kredit (NPL),
risiko likuiditas (LDR), GCG, efisiensi bank (OEIR) dan permodalan (CAR).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinerja bank yang diukur dengan ROA menunjukkan nilai minimum 1,02% dan
maksimum 5,15% dengan rata-rata 3,09%, artinya bank pemerintah telah menunjukkan
kinerja yang baik. Nilai corporate governance minimal 1 dan maksimal 3 dengan rata-rata
1,21 menunjukkan bahwa bank BUMN telah menerapkan GCG dengan baik, karena angka 1
menunjukkan GCG sangat baik.

Risiko kredit (NPL) menunjukkan nilai minimum 0,31% dan maksimum 3,83%
dengan rata-rata 1,21%, artinya risiko kredit dapat dikendalikan dengan baik karena batas
maksimumnya adalah 5%. Sedangkan risiko likuiditas (LDR) menunjukkan nilai minimum
sebesar 67,93% dengan nilai maksimum sebesar 112,27% dengan rata-rata 89,67%. Hal ini
menandakan bahwa rata-rata LDR baik meskipun ada bank pemerintah yang memiliki LDR
di atas ketentuan maksimum. Sedangkan risiko operasional (OEIR) sangat baik karena nilai
minimum 57,46% dan nilai maksimum 89,91% dengan rata-rata 72,11%. Modal (CAR) di
atas persyaratan minimal 8% dengan rata-rata 17,34%.

Metode kuadrat terkecil biasa atau regresi berganda menggunakan program SPSS
versi 20.0 digunakan untuk menguji hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa NPL tidak berpengaruh


terhadap kinerja bank karena hasilnya 0,808 lebih besar dari kondisi. Hal ini karena bank
BUMN telah mampu mengendalikan NPL, sehingga risiko kredit dapat ditekan serendah
mungkin. Hasil ini sesuai dengan penelitian Mercylynne & Omagwa (2017) dan Taiwo et.al
(2017) yang menyatakan NPL tidak berpengaruh terhadap kinerja bank. Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap kinerja bank, dengan
demikian semakin tinggi LDR maka semakin tinggi keuntungan bank yang pada akhirnya
akan meningkatkan kinerja bank. Penelitian Taiwo et.al (2017) dan Mercylynne & Omagwa
(2017) menunjukkan hasil yang hampir sama bahwa LDR berpengaruh positif terhadap
kinerja bank.

Good corporate governance (GCG) menunjukkan hasil negatif yang signifikan.


Karena peringkat GCG yang baik adalah 1 dan skor yang lebih tinggi menunjukkan hasil
yang lebih buruk, ada hubungan negatif yang ditafsirkan memiliki efek positif. Semakin baik
GCG suatu bank, semakin baik kinerjanya, karena publik. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Aggarwal (2013), Gupta & Newalkar (2015), Narwal & Jindal (2015) dan Babatunde &
Akeju (2016) yang memperoleh pengaruh positif dan signifikan antara pengungkapan GCG
dengan kinerja bank.

Efisiensi bank yang diukur dengan OEIR berpengaruh signifikan dan negatif, artinya
semakin tinggi OEIR maka bank tersebut semakin tidak efisien. Biaya bank yang terlalu
tinggi sehingga dapat menurunkan profitabilitas bank, oleh karena itu bank harus dapat
menurunkan OEIR agar dapat meningkatkan kinerjanya. Studi ini mendukung temuan Haneef
et al. (2012) dan Ayaydin & Kakaraya (2014) yang menunjukkan OEIR berpengaruh negatif
terhadap kinerja bank. Sedangkan CAR berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
bank dengan tingkat signifikansi 10%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa besarnya modal
bank dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kinerja
bank. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Noman et.al (2015) yang menyatakan bahwa
CAR berpengaruh positif terhadap kinerja bank.

4. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat satu variabel yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank BUMN yaitu NPL, sedangkan variabel lainnya
berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank. Hasil penelitian ini hanya menganalisis bank-
bank BUMN sehingga perlu dikembangkan penelitian pada bank-bank lain. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan praktik yang baik bagi manajemen bank dan secara teori
untuk dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai