Anda di halaman 1dari 49

STRATEGI

PENGHEMATAN PAJAK
MELALUI PEMILIHAN
BADAN USAHA dan
manajemen penutupan usaha
& strategi perpajakan
- MANAJEMEN PERPAJAKAN -
KELOM
POK 1
1. Ellya Nursehan (1710313120052)

2. Rizka Auliyana (1810313620049)

3. Salma Nanda KH. P


(1810313220016)

4. Sisky Andani Putri


(1810313320044)

5. Siti Amalia (1810313220001)

6. Siti Nurhaliza (1810313320002)


Dalam peraturan perpajakan, banyak celah hukum yang dapat
dimanfaatkan untuk meminimalkan beban pajak yaitu dengan cara
merapikan manajemen pajak dan perencanaan pajak perusahaan.

Tujuan perencanaan pajak yang baik adalah memberikan keuntungan


sebesar besarnya kepada investor agar return of investment yang diperoleh
semakin tinggi. Strategi perencanaan pajak dapat dimulai sejak awal
berbinis dengan melakukan setting up bentuk usaha yang akan dipilih
investor.
Entitas hukum di Indonesia yang diakui oleh undang-undang perpajakan
adalah :
a. Perseroan terbatas, koperasi dan yayasan
b. Persekutuan (firma, CV, kongsi)
c. Perseorangan
Faktor yang harus di perhatikan dalam pemilihan bentuk
usaha
1. Bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan
tarif pajak penghasilan wajib pajak badan.

2. Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto


usaha, maupun penghasilan dari pembagian keuntungan kepada pada
pemegang sahamnya.

3. Adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto dan kredit


investasi yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu.

4. Liberalasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in


kid.
01
USAHA
PERSEROAN
TERBATAS
(PT)
PERSEROAN TERBATAS (PT)
Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal
yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam UU serta peraturan pelaksanaannya.
• Perseroan Terbuka (Tbk.) adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang
melakukan penawaran umum saham sesuai dengan ketentuan UU di bidang
pasar modal.

• Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang
banyak digunakan di Indonesia, yang didirikan dengan pa yung hukum UU
No. 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Dalam ketentuan perpajakan, sesuai pasal 17 UU Nomor 7 tahun 1983
yang telah diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, pengenaan pajak PT dikenakan pada level net income
sebelum pembagian dividen perusahaan kepada pemegang saham
Income Tahun 2020 Rp 60.000.000.000
COGS Rp 58.800.000.000
Gross Income Rp 1.200.000.000
Operating Expenses Rp 500.000.000
Net Income before tax Rp 700.000.000
Corporate Tax (Pph badan) 22% Rp 154.000.000
Net Income after tax Rp 546.000.000
Ilustrasi perhitungan pajak Perseroan PT
(Tarif PPH Badan 22% Perpu No.1 Tahun 2020)
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai
dividen, maka atas pembagian tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar
10% (PPh Final untuk WPOP), sebagai berikut:
Net Income before tax Rp 700.000.000
Corporate Tax (PPh badan) 22% Rp 154.000.000
Net Income after tax Rp 546.000.000
Pajak Atas Dividen 10% (PPh Final) Rp 54.600.000
Return yang diterima pemegang saham Rp 491.400.000
Rp 154.000.000+Rp
% Beban Pajak (total tax/net Income) 54.600.000 :
  Rp 700.000.000 x 100% =
29,8%
Dengan demikian, secara total investor WPOP akan terbebani pajak
keuntungan yang diperoleh dari badan usaha PT tersebut sebesar
29,8%.
02
Usaha
persekutuan
(CV, FIRMA, KONGSI)
Ada 3 (tiga) macam perkumpulan bukan badan hukum atau tidak termasuk kategori
sebagai badan hukum, yaitu Persekutuan Perdata, Firma, dan CV.
01 Cv (perusahaan
persekutuan)
CV adalah persekutuan dua orang atau lebih untuk mendirikan badan usaha, yang dimana
sebagian anggotanya memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas (aktif) dan sebagian lagi
memiliki tanggung jawab yang terbatas (pasif)

02 firma
Firma menurut UU Hukum Dagang RI adalah suatu perjanjian kerja sama antara dua
orang atau lebih untuk menjalankan sebuah perusahaan dengan nama bersama, untuk
mendapatkan manfaat dari hak-hak material bersama untuk mencapai tujuan para pihak
yang mereka janjikan untuk menyertajan uang, barang, nama baik, hak atau kombinasi ke
Persekutuan
dalam persekutuan
03 perdata
Persekutuan perdata adalah kumpulan orang-orang yang memiliki profesi
yang sama dan berkeinginan untuk bekerja sama dengan menggunakan
nama mereka.
• Apabila CV mempunyai banyak utang sehingga jatuh pailit, dan
apabila harta benda CV tidak mencukupi untuk pelunasan utang-
utang nya, maka harta benda pribadi pesero pengurus dapat
dipertanggungjawabkan untuk melunasi utang perusahaan.
Sebaliknya harta benda para Persero commanditaris (sleeping
partner) tidak dapat diganggu gugat.

• Pengaturan pajak CV diatur dalam pasal 6 dan Pasal 4 ayat 3 huruf 1


Undang-Undang PPh. Berbeda dengan PT, pengenaan pajak CV
hanya dikenakan sekali pada level net income Perseroan. Ketika
didistribusikan kepada pemegang saham tidak dikenakan pajak
dividen lagi.
Ilustrasi perhitungan pajak Firma/CV

Income Tahun 2020 Rp 60.000.000.000


COGS Rp 58.800.000.000
Gross Income Rp 1.200.000.000
Operating Expenses Rp 500.000.000
Net Income before tax Rp 700.000.000
Corporate Tax (Pph badan) 22% Rp 154.000.000
Net Income after tax Rp 546.000.000
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai
dividen, maka atas pembagian tersebut tidak akan dikenai pajak lagi
sebagai berikut:
Net Income before tax Rp 700.000.000
Corporate Tax (PPh badan) 22% Rp 154.000.000
Net Income after tax Rp 546.000.000
Pajak Atas Dividen 10% (PPh Final) Rp -
Return yang diterima pemegang saham Rp 546.000.000
(Rp 154.000.000 : 700jt) x 100% =
% Beban Pajak (total tax/net Income)
22%

Dengan demikian, secara total, investor akan terbebani pajak keuntungan


yang diperoleh dari badan usaha Firma/CV tersebut sebesar 22%.
03
USAHA
PERseoranga
n
Mayoritas penduduk Indonesia
menjalankan bisnisnya secara
perseorangan, tidak mau terikat dengan
badan usaha yang lebih formal, tanpa akte
notaris dan bersikap fleksibel terhadap
kewajiban yang harus dipenuhi, namun
tetap memiliki NPWP untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya Bentuk badan
usaha perseorangan dapat berupa wartel,
salon, rumah makan, usaha dagang (UD),
waralaba, dan masih banyak lagi.
Ada beberapa perbedaan dalam menghitung pajak usaha antara pajak
perseorangan dengan pajak Perseroan, antara lain:

Dalam perhitungan pajak Terdapat pembedaan tax rate dan


perseorangan, ada beberapa lapisan penghasilan kena pajak (taxable
faktor peng rang seperti income bracket) antara PPh
Penghasilan tidak kena Perseorangan dengan Pajak Peng
pajak (PTKP) dan biaya hasilan Badan, di mana PPh
jabatan. yang dalam Persorangan menggunakan tarif
perhitungan pajak progresif dari lapisan tarif 5% hingga
Perseroan faktor tersebut tarif maksimum 30%, sedangkan
tidak ada dalam Penghasilan Badan menggunakan tarif
ketentuannya. tunggal 25% (tarif 25% ber laku sejak
awal tahun 2010, sedangkan tahun
2009 tarifnya 28%).
Laporan Penghasilan PPh Pasal 21
Perseorangan Tarif Pajak
(UU PPh No. 36 Tahun 2008)

0 sampai Rp 50.000.000 5%

Diatas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 15%

Diatas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 25%

Diatas Rp 500.000.000 30%


Income Tahun 2020 Rp 60.000.000.000

COGS Rp 58.800.000.000

Gross Income Rp 1.200.000.000 

Operating Expenses Rp 500.000.000

Net Income Before Tax Rp 700.000.000

PTKP (Kawin 3 anak atau K/3) Rp 72.000.000

Taxable Income Rp 628.000.000

Tax: PPh Pasal 21 Rp 133.400.000

k/3 = 54.0000.000 + 4.500.000 +


13.500.000
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham
sebagai dividen maka atas pembagian tersebut tidak akan
dikenakan pajak lagi, sebagai berikut:
Net Income Before Tax
Rp 700.000.000
 
Tax: PPh Pasal 21 Rp 133.400.000
Income After Tax
Rp 628.000.000
 
Pajak Atas Dividen 0%
Rp -
 
Rp 628.000.000
Return yang diterima Share Holder
 
Rp 133.400.000 : 700jt x 100% =
% Beban Pajak (total Tax/Net Income)
19,06%
Perhitungan PPh Pasal 21:
Penghasilan Kena Pajak 628.000.000
PPh Psl. 21:
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30%X 128.000.000 38.400.000
Total PPh Psl 21 133.400.000
Secara komparatif, beban pajak yang harus ditanggung investor dari ketiga entitas
bisnis tersebut adalah:
Persekutuan
  PT (Fa/CV) Perseorangan
 
Net Income Rp 700.000.000 Rp 700.000.000 Rp 700.000.000
Beban Pajak (Rp) Rp 154.000.000 Rp. 154.000.000 Rp. 133.400.000
Beban Pajak (%) 29,8% 22% 19,06%
04
USAHA
koperasi
● Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan
sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip- prinsip koperasi dan kaidah
usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan
gerakan ekonomi rakyar dan sokoguru perekonomian nasional (PSAK No. 27). (IAI,
SAK Per 1 Juli 2009).
● Dalam koperasi, tanggung jawab perusahaan dibebankan kepada pengurus,
bukan kepada anggota koperasi. Pengurus koperasi adalah organ koperasi yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan koperasi dan untuk
kepentingan koperasi.
Beberapa jenis koperasi:
1. Koperasi Konsumen (misalnya koperasi warung serba ada atau super
market)
2. Koperasi Produsen (misalnya koperasi jasa konsultasi)
3. Koperasi Simpan Pinjam
4. Koperasi Pemasaran
Perlakuan perpajakan koperasi

Sebagaimana pada bentuk badan usaha lainnya, pada


prinsipnya koperasi dapat melakukan kegiatan di
hampir semua bidang usaha, sehingga atas penghasilan
koperasi yang disebut sisa hasil usaha (SHU)
merupakan objek pajak penghasilan yang dikenai tarif
PPh Badan, dengan tarif tunggal 28% (tahun 2009),
tarif 25% (tahun 2010) dan tarif 22% (tahun 2020)
Insentif pajak bagi koperasi
• Yang dikecualikan dari objek • Berdasarkan Peraturan Pemerintah
pajak adalah harta hibahan dan No. 15 tahun 2009 PPh tentang bunga
bantuan atau sumbangan kepada simpanan yang dibayarkan oleh,
koperasi koperasi kepada anggota koperasi
• Sisa hasil usaha (SHU) yang perorangan.
dibayarkan oleh koperasi kepada • Tarif baru bagi Usaha Mikro Kecil
anggotanya, tidak dipotong PPh dan Menengah (UMKM).
Pasal 23

• Dividen atau bagian laba yang • Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun


diterima atau diperoleh dari 2007 dan No. 62 Tahun 2008 Tentang
penyertaan modal pada badan Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
usaha yang didirikan Penanaman Modal Di Bidang-Bidang
Usaha tertentu Dan Atau Di Daerah-
Daerah Tertentu.
Kegiatan usaha koperasi yang mendapatkan
perlakuan khusus
Koperasi yang menanamkam modalnya di bidang-bidang usah tertentu dan atau di
daerah-daerah tertentu (mendapatkan fasilita pajak penghasilan untuk penanaman
modal, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2007 dan No. 62
Tahun 2008).
Pembebasan bea masuk dan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak
Penjualan atas impor kendaraan bermotor jenis sedan untuk dipergunakan dalam (usaha
pertaksian oleh Koperasi Pengemudi Taksi.

Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.


Dalam ketentuan perpajakan, sesuai pasal 17UU No. 7 Tahun 1983 yang
telah diubah terakhir kali dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, pajak koperasi dikenakan pada level net income sebelum
pembagian SHU perusahaan kepada anggota koperasi

Income Tahun 2020 Rp 60.000.000.000


COGS Rp 58.800.000.000
Gross Income Rp 1.200.000.000
Operating Expenses Rp 500.000.000
Net Income before tax Rp 700.000.000
Corporate Tax (PPh Badan) 22% Rp 154.000.000
Net Income after tax Rp. 546.000.000

Ilustrasi perhitungan pajak


koperasi
05
Usaha
organisasi
nirlaba
(YAYASAN)
• Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain
yang tidak mengharapkan imbalan apa pun dari
organisasi tersebut (IAI, SAK Per 1 Juli 2009).

• Yayasan adalah salah satu bentuk badan hukum


entitas bisnis yang cukup banyak digunakan di
Indonesia, yang didirikan dengan payung hukum
UU No. 16 tahun 2001 Tentang Yayasan.
Perlakuan perpajakan YAYASAN

Sebagaimana pada bentuk hadan usalha lainnya, pada


prinsipnya yayasan dapat melakukan kegiatan di
hampir semua bidang usaha, sehingga atas
penghasilan yayasan (SHU) merupakan objek
pajak penghasilan yang dikenai tarif PPh Ba- dan,
dengan tarif tunggal 28% (Tahun 2009),tarif 25%
(Tahun 2010) dan tarif 22% (Tahun 2020)
Kegiatan Usaha Yayasan yang Mendapatkan
Perlakuan Khusus

01 02 03 04
Mendapat fasilitas Dikecualikan dari Yayasan Keagamaan Pelaksanaan pengakuan Sisa
pembebasan bea masuk kewajiban pembayaran dan Sosial lainnya Lebih yang diterima atau
dan cukai dengan atau pemungutan Pajak diperoleh badan atau lembaga
mengajukan permohonan Penghasilan atas nirlaba yang bergerak dalam
untuk dapat ditetapkan penghasilan dari bidang pendidikan dan atau
sebagai badan atau pengalihan hak atas tanah bidang penelitian dan
lembaga yang dan atau banguna pengembangan yang
mendapatkan fasilitas dikecualikan dari objek pajak
pembebasan bea masuk penghasilan.
CONTOH PERHITUNGAN PAJAK
YAYASAN RUMAH SAKIT
Berikut ini PKP yayasan Rumah Sakit X pada tahun 2017 sebesar Rp.
2.606.800.000 dengan rincian sebagai berikut :
- Penghasilan usaha pendidikan Rp 2.441.800.000
- Hibah Rp 120.000.000
- Bantuan / sumbangan Rp 30.000.000
- Penghasilan bunga deposito Rp 15.000.000

Biaya- biaya yang dikeluarkan pada tahun 2017:


1. Biaya- biaya yang berhubungan dengan kegiatan mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan (pasal 6 ayat 1 dan SE
-34/PJ.4/1995) Rp 1.989.000.000
2. Biaya bunga Rp 30.000.000

Berapa PPh yang terutang pada tahun 2017 ?


perhitungan
Total Penghasilan Usaha Rp 2.441.800.000
Penghasilan Bukan Objek Pajak
Hibah Rp 120.000.000
Bantuan atau sumbangan Rp 30.000.000 +
Total Penghasilan Bukan Objek Pajak (a) Rp 150.000.000
PKP Final Bunga Deposito (b) Rp 15.000.000 +
Total (a) + (b) Rp 165.000.000 -
Penghasilan Bruto Rp 2.276.800.000
Total Pengeluaran Rp 1.989.000.000
Biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan:
Sumbangan Rp 30.000.000
Total Biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan Rp 30.000.000 -

Biaya yang Boleh Dikurangkan Rp 1.989.000.000 -


Selisih Lebih/Kurang Rp 317.800.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 317.800.000
PPh Terutang :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 67.800.000 = Rp 16.950.000

PPh yang Terutang Rp 49.450.000


Manajemen Penutupan Usaha dan Strategi Perpajakan

Adalah situasi dan kondisi dimana perusahaan mengalami


kerugian beruntun karena kemunduran kegiatan usaha atau karena
omzet usaha yang menurun drastis. Ditambah kondisi usaha yang
terlilit utang sehingga cash flow perusahaan harus merekayasa
ulang strategi perusahaan dengan melakukan berbagai usaha
penyelamatan agar perusahan terhindar dari kebangkrutan
Penyelesaian Kewajiban
Perpajakan

Saat penutupan usaha tidak bisa lagi dihindari oleh pengusaha, dan
legalisasi dari pihak yang berwenang seperti notaris dan pihak-pihak
berwenang lainnya telah didapatkan, maka penutupan usaha idealnya
ditindaklanjuti dengan pengajuan permohonan penghapusan NPWP
dan penghapusan NPPKP (Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak). Hal ini disebabkan karena penghapusan NPWP atau pencabutan
NPPKP tidak dapat terjadi secara otomatis karena alasan perusahaan
tidak beroperasi lagi.
Mengansur Atau Menunda
Pembayaran Pajak

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak terutang bertambah, serta Pajak Penghasilan Pasal 29, kepada
Direktur Jendral Pajak (Peraturan Mentri Keuangan No. 184/PMK.03/2010).
Tata cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran
Pajak:
Permohonan harus diajukan paling Apabila batas waktu 9 (sembilan) hari

01 lama 9 (sembilan) hari kerja


sebelum saat jatuh tempo 02 kerja tidak dapat dipenuhi oleh wajib
pajak karena keadaan diluar
pembayaran utang pajak terakhir. kekuasaannya, permohonan wajib pajak
masih dapat dipertimbangkan oleh
Direktur Jenderal Pajak, sepanjang wajib
pajak dapat membuktikan kebenaran
Apabila jangka waktu tersebut keadaan diluar kekuasaannya tersebut.
03 telah lewat dan Dirjen Pajak
tidak memberi suatu
04 Surat Keputusan yang menerima
seluruhnya atau sebagian, dengan jangka
waktu masa angsuran atau penundaan
keputusan, maka permohonan tidak melebihi 12 (dua belas) bulan
wajib pajak dianggap diterima. dengan mempertimbangkan kesulitan
likuiditas atau keadaan di luar kekuasaan
wajib pajak.
Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak
(NPWP) 1. Diajukan permohonan penghapusan NPWP antara lain
oleh:

a. Wajib pajak dan atau ahli warisnya karena wajib


pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan atau objektif sesuai dengan ketentuan undang-
undang perpajakan.

b. Wajib pajak badan dalam rangka likuid pembubaran


karena penghentian atau penggabungan usaha.

c. Wajib pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan


kegiatan usahanya di Indonesia.
Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak
(NPWP)

2. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk


menghapuskan NPWP dari wajib pajak yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan atau objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Keputusan Dirjen Pajak Atas Permohonan Penghapusan
NPWP
01 02
Diajukan permohonan penghapusan NPWP : Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal
Pajak untuk menghapuskan NPWP dari
a. Wajib pajak dan atau ahli warisnya karena wajib pajak wajib pajak yang sudah tidak memenuhi
sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan atau persyaratan subjektif dan atau objektif
objektif sesuai dengan ketentuan undang-undang sesuai dengan ketentuan peraturan
perpajakan. perundang-undangan perpajakan.

b. Wajib pajak badan dalam rangka likuid pembubaran


karena penghentian atau penggabungan usaha.

c. Wajib pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan


kegiatan usahanya di Indonesia.
Keputusan Dirjen Pajak Atas Permohonan
Penghapusan NPWP
1. Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, harus memberikan
keputusan atas permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan untuk wajib pajak orang pribadi dan 12 (dua belas) bulan untuk wajib pajak
badan, sejak tanggal permohonan wajib pajak diterima secara lengkap.

2. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak
memberikan suatu keputusan, permohonan penghapusan NPWP dianggap
dikabulkan.

3. Dalam permohonan wajib pajak dianggap dikabulkan, Direktur Jenderal Pajak


harus menerbitkan surat keputusan penghapusan NPWP dalam rangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan setelah itu.
Tata Cara Penghapusan NPWP
1. Wajib pajak mengajukan Permohonan Penghapusan NPWP secara tertulis dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan.
2. Permohonan tersebut harus dilampiri dengan dokumen pendukung penghapusan
NPWP.
3. Permohonan penghapusan NPWP yang telah dilengkapi dengan dokumen
pendukung yang telah ditentukan (antara lain Negara Likuidasi Perusahaan) akan
ditindaklanjuti dengan suatu pemeriksaan pajak.
4. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan dari wajib pajak orang
pribadi diterima dengan lengkap.
5. Dalam hal Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan, maka permohonan penghapusan NPWP dianggap dikabulkan.
Penghapusan NPWP dalam Keadaan Khusus

1. Utang pajak tidak dapat ditagih lagi kepada wajib pajak karena sudah tidak
adanya harta kekayaan.

2. Wajib pajak meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak
mempunyai ahli waris tidak dapat ditentukan.

3. Hak Negara untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa.


NPWP Tidak Dapat
Dihapuskan
NPWP tidak dapat dihapuskan jika hasil Pencabutan Nomor Pengukuhan
pemeriksaan menginformasikan bahwa Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)
wajib pajak masih memiliki utang pajak dan
negara masih berhak menagih. Terdapat 2 (dua) cara pencabutan NPPKP:

1. Pencabutan NPPKP berdasarkan permohonan wajib


pajak.
2. Pencabutan NPPKP dapat dilakukan secara jabatan
oleh Dirjen Pajak.
Tata cara pencabutan NPPKP :
1. Wajib pajak mengajukan permohonan pencabutan NPPKP secara tertulis dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan oleh KPP setempat, yang selanjutnya
akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan pajak.

2. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima secara
lengkap, Dirjen Pajak harus memberikan keputusan.

3. Bila jangka waktu untuk memberikan keputusan telah lewat, maka pencabutan NPPKP
dianggap dikabulkan.

4. Surat keputusan mengenai Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu
pemberian keputusan berakhir.
Keputusan Dirjen Pajak Atas Permohonan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak
1. Direktur Jenderal Pajak, karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat
melakukan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

2. Atas permohonan wajib pajak untuk melakukan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha


Kena Pajak, Direktut Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan
keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap.

3. Apabila jangka waktu telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak member
keputusan, maka permohonan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
dianggap dikabulkan dan surat keputusan mengenai Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan
setelah itu.
Penghentian Kegiatan Operasional dan
Status DORMANT

Cara lain pembubaran perusahaan adalah dengan tidak langsung


melikuidasinya, melainkan dengan tahapan penghentian kegiatan
operasional usaha dan menkondisikan perusahaan menjadi perusahaan yang
tidur dan tidak aktif (dormant). Dengan cara dormant, pemeriksaan pajak
terkait dengan permohonan penghapusan NPWP/NPPKP perusahaan
cenderung dapat dikelola dengan baik, mengingat dalam kondisi dormant,
tidak banyak kewajiban yang dilakukan oleh perusahaan sehingga tax
exposure dapat ditekan seminimal mungkin.
Aspek Akuntansi dan Perpajakan Lain Atas Pembayaran
Perusahaan
1. Pemutusan hubungan kerja (PHK) manajemen dan karyawan yang berakibat
pembayarannpesangon tetap merupakan obyek pemotongan PPh Pasal 21;
2. Pembubaran perusahaan mungkin berakibat terhapusnya piutang perusahaan kepada
pihak debitur (baik sebagian atau keseluruhan) dan sebaliknya mungkin sebagian atau
seluruh utang perusahaan kepada pihak kreditur juga terhapus;
3. Mungkin terjadi pengalihan kontrak (novasi) yang berpotensi menyebabkan
pengalihan utang-piutang; atau
4. Dimungkinkan pengembalian sejumlah dana kepada pemegang saham baik yang
besarannya lebih kecil, sama dengan, atau lebih besar dari nilai penyertaannya dulu
kepada perusahaan; dan
5. Kerumitan pelaksanaan kewajiban perpajakan khususnya atas pemotongan PPh dan
PPN atas pembayaran jasa professional terkait dengan asistensi pembubaran
perusahaan , seperti imbalan jasa untuk notaris, legal counsel, likuidator, konsultan
hukum dan pajak, sementara perusahaan telah dibubarkan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai