PENDAHULUAN
A. Latar belakang
hukum yang terpisah dari pemegang sahamnya, tanpa memperhatikan latar belakang
adalah perseroan yang merupakan kesatuan hukum yang terpisah dari subyek
hukum pribadi yang menjadi pendiri atau pemegang saham dari perseroan terbatas
RUPS memiliki kewenangan yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
pengurusan Sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar. (Pasal 92 UUPT)
3. Dewan komisaris
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. (Pasal
108 UUPT)
terbatas. Dari ketiga organ perseroan terbatas ini, sebetulnya yang memiliki fungsi
tanggung jawab Direksi. Fungsi utama dari direksi suatu perseroan yaitu sebagai
berikut:1
b. Tugas Representasi, dalam arti direksi mewakili perusahaan di dalam dan di luar
pengadilan.
1
Pudio, Bahan Kuliah Hukum Perusahaan Semester II “Slide Doktrin Hukum Asing dalam
UUPT”, Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, tahun 2011, diambil dari
http://pudio-announcement-news.blogspot.com/2011/04/slide-hukum-perusahaan-bahan-
kuliah.html, pada tanggal 18 Juli 2012, hal. 2
d. akan terikat dengan transaksi atau kontrak-kontak yang dibuat oleh direksi atas
bertanggung jawab kepada persero, dan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus
yaitu misalnya : pada hal merger dan akuisisi. Pemegang saham minoritas dapat
piercing the corporate veil. Tuntutan terhadap Direksi pada dasarnya berusaha untuk
menyibak tabir dari perseroan, yaitu Suatu proses untuk perbuatan hukum yang
dilakukan oleh suatu perusahaan, tanpa melihat kepada fakta bahwa perbuatan
tersebut sebenarnya dilakukan oleh perseroan pelaku tersebut. Dalam hal seperti ini
pengadilan akan mengabaikan status badan hukum dari perusahaan tersebut, dan
dengan mengabaikan prinsip tanggung jawab terbatas dari perseroan, yang biasanya
mereka nikmati.
maka penulis tertarik untuk mengangkat tema tersebut ke dalam paper yang berjudul
TERBATAS ”.
B. Perumusan masalah
Berdasar uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu perumusan masalah,
PEMBAHASAN
berlaku. Tugas (responsibility) adalah segala tindakan atau perbuatan direksi dalam
Semua tugas direksi didasarkan wewenang yang didapatnya baik atas Anggaran dasar
perseroan atau atas dasar fiduciary duty. Tugas direksi dapat dibagi menjadi tiga
sebagai berikut :
2
I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan, Mega Poin, Jakarta, 2002, hal 220-221.
c. Direktur harus menggunakan wewenang dan asset yang dipercayakan
kepadanya untuk maksud yang telah diberikan dan bukan untuk tujuan lain.
2. a. Tugas-tugas ini hanya merupakan aspek dari tugas direktur agar tidak lalai
b. Bahwa secara konsep “the duty to be skillfull” berbeda dengan “the duty to
tugas yang dijalankan oleh direktur dengan penuh rasa tanggung jawab dan
dengan itikad baik untuk kepentingan (benefit) orang atau pihak lain
(perseroan).3
ada di dalam diri direksi menjadi sangat penting terutama jika dengan konsekuensi
hukum apabila direksi melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga dalam
berlaku mengancam setiap perbuatan hukum yang tidak memenuhi syarat ini
3
I.G. Rai Widjaja, Op.Cit, hal 222.
paparan di atas maka direksi bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perseroan atas
tindakan, perbuatan, atau perikatan yang dibuat oleh direksi, dapat mengajukan
termasuk di dalamnya didasarkan pada prinsip fiduciary duty atau tidak, dan
tindakan tersebut didukung oleh keadaan yang seimbang antara tugas dan kewajiban
memenuhi syarat :4
tujuan yang patut. Direksi tidak boleh memperoleh keuntungan untuk dirinya
perseroan itu.
4
Moeljatno, Asas-asas Hukum Perdata, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal 165.
Hubungan berdasarkan kepercayaan (fiduciary duty) dapat diartikan sebagai
dengan kejujuran yang tinggi dan loyalitas kepada pemegang saham dan demi
kepentingan para pemegang saham. Direksi yang memperoleh gak dan dibebani
kewajiban untuk memutuskan apa yang penting untuk perseroan, dan bagaimana
itikad baik dan dengan tujuan yang benar, tidak terbuka bagi Pengadilan untuk
ditijau kembali.6
baik untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Pelanggaran terhadap prinsip ini
membawa konsekuensi yang berat bagi Direksi, seperti diatur dalam Pasal 97 ayat
pertanggung jawaban secara pribadi, atau dengan perkataan lain berlakunya dokrin
Pada pasal 97 ayat [3] ini terlihat, jika bertolak dari doktrin benificary duty,
5
Pudio,ibid. Hal. 4
6
Chatamarrasjid Ais, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil) , Kapita
Selekta Hukum Perusahaan, Bandung , Citra Aditya Bahti, 2000. Hal. 24
kepentingan perseroan. (Duty of Loyality), dapat berupa tindakan-tindakan yang
Self Dealing adalah Suatu transaksi yang dilakukan antara direktur perseroan
dengan perseroan itu sendiri, baik secara langsung oleh direktur itu sendiri
maupun yang tidak misalnya lewat istri atau saudara-saudaranya. Transaksi ini
perseroan.
perseroannya.
tersebut terlihat sebagai respon yang wajar terhadap situasi yang ada.
Ide sentral dari hubungan fiduciary adalah melayani kepentingan pihak lain.
Hubungan fiduciary timbul ketika salah satu pihak berhak mengharapkan pihak lain
berbuat bagi kepentingan pihak pertama itu atau sebagai kepentingan bersama,
7
Pudio,ibid. hal. 6
ini, untuk menempatkan dirinya dalam posisi yang mempertentangkan kepentingan
pemegang saham tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian perseroan melebihi
nilai saham yang dimilikinya. Tanggung jawab terbatas tersebut juga berlaku kepada
organ perseroan lainnya, yakni pada anggota direksi maupun komisaris perseroan.
Namun, konsep tersebut tidak tanpa kecuali, karena dalam keadaan tertentu
tidak tertutup kemungkinan dihapusnya tanggung jawab terbatas pada ketiga organ
perseroan tersebut. Dalam hal seperti itu, pengadilan akan mengesampingkan status
badan hukum dari suatu perseroan terbatas dan membebankan tanggung jawab
kepada organ perseroan dengan mengabaikan prinsip tanggung jawab terbatas yang
pemegang saham, direksi dan komisaris, yaitu tanggung jawab terbatas, dibuka dan
diterobos menjadi tanggung jawab tidak terbatas hingga kekayaan pribadi mereka
pengurusan perseroan atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwasanya dapat
(to pierce the corporate veil). Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), prinsip piercing the corporate veil tersebut
beyond the corporate from only for the defeat of fraud or wrong
badan terhadap tanggung jawab untuk kegiatan yang tidak untuk kepentingan
yang terbatas dari pemegang saham, pejabat dan direktur dalam kasus penipuan atau
mungkin melihat di luar perusahaan dari hanya untuk kekalahan penipuan atau salah
sebagai Direksi dalam perseroan. Menurut pasal 93 ayat [1] UUPT. Mengatur
mengenai syarat-syarat umum yang dapat diangkat menjadi Direksi, yaitu :orang
melalui RUPS kemudian dalam ayat-ayat berikutnya diatur mengenai : tata cara
pengangkatan dan batas waktu pengangkatan serta segala hal yang menjadi tugas
diamanatkan dalam undang-undang akan sulit tercapai. Pasal 3 ayat [1] UUPT yang
disetorkan akan mengalami kemacetan dalam hal pemegang saham adalah juga
d.pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara
menurut pasal tersebut. Pemegang saham yang juga kedudukannya sebagai direksi
Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat (1) UUPT dinyatakan bahwasanya dalam
hal persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi,
dalam berita negara, atau belum didaftarkan pada pengadilan negeri setempat,
dalam pendiriannya yang dapat terlihat dalam anggaran dasarnya. Maksud dan
tujuan tersebut memiliki peran ganda, yaitu di satu pihak merupakan sebab
keberadaan perseroan dan di pihak lain menjadi pembatasan bagi kecakapan
manakala perbuatan tersebut di luar cakupan maksud dan tujuan perseroan yang
disebut dengan ultra vires. Perbuatan ultra vires pada prinsipnya merupakan
Dalam hal anggota direksi melanggar prinsip ultra vires di atas, maka yang
bersangkutan demi hukum bertanggung jawah secara pribadi atas kerugian yang
diderita perseroan
Dalam hal direksi melanggar prinsip menjalankan tugasnya dengan itikad baik
dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha Perseroan (fiduciary
duty), maka sesuai dengan ketentuan Pasal 85 ayat (1) dan (2) UUPT, maka
pribadinya.
Prinsip fiduciary duty tersebut berlaku juga dalam hal terjadi kepailitan pada
perseroan. Hal ini diatur dalam Pasal 104 ayat (2) UUPT yang menyatakan
dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk menutupi kerugian akibat kepailitan
tersebut, maka anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.
Seperti diketahui, direksi memiliki kekuasaan yang amat besar dan hanya
dalam hal-hal tertentu yang amat terbatas dikendalikan oleh RUPS. Tugas dan
Direksi harus teliti atau hari-hati dalam melakukan pekerjaan untuk perseroan,
and care”
Sedangkan bagi direksi yang tidak membuat kontrak kerja dengan perseroan,
benficiary duty. Tugas yang harus dilakukan dengan ”care and diligence” yang
berlaku, serta anggaran dasar perseroan terbatas yang berlaku sebagai undang-
tindakan direksi antara lain terlihat dalam pasal 97 ayat [3] yang mengatur bahwa:
Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
sesuai dengan ketentuan. Selain itu dapat terlihat dalam Pasal 104 ayat [2] yang
mengatur bahwa : Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat terjadi
karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk
Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Corporate Veil, yang diadobsi ke dalam Pasal 3 ayat [2] Undnag-undnag nomor 40
tahun 2007. Dalam doktrin Piercing The Corporate Veil, ada 3 tugas direksi dan
pertanggung jawabannya yaitu :Fiduciary duty, Duty of Care dan Duty of Loyality
Direksi harus teliti atau hari-hati dalam melakukan pekerjaan untuk perseroan,
and care”
Sedangkan bagi direksi yang tidak membuat kontrak kerja dengan perseroan,
benficiary duty. Tugas yang harus dilakukan dengan ”care and diligence” yang
berlaku, serta anggaran dasar perseroan terbatas yang berlaku sebagai undang-
menganut ajaran duty of skill and care dalam pertanggungjwabannya, Seperti yang
diatur dalam pasal 97 ayat [3] dan pasal 104 ayat [2].
B. Saran
40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang mengatur secara khusus mengenai
hak dan kewenang pemegang saham yang kedudukannya sekaligus sebgai organ
perseroan. Agar menghindari adanya piercing the corporate veil serta memberkan
Chatamarrasjid Ais, Pengarus Piercing The Corporate Veil Dalam Perseroan Terbatas,
Hendry Cambell Black, Black Law Dictionary, ST. Paul. Minn West Publishing Co.
Pudio, Bahan Kuliah Hukum Perusahaan Semester II “Slide Doktrin Hukum Asing
news.blogspot.com/2011/04/slide-hukum-perusahaan-bahan-