Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP FIDUCIARY DUTY DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN

BERDASARKAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

RAFIF NABIL ARMADA


2017010462019
KELAS-Q

NASKAH JAWABAN UTS HUKUM PERUSAHAAN

MKN-UNIVERSITAS JAYABAYA
2018
PRINSIP FIDUCIARY DUTY DALAM PENGELOLAAN PERSEROAN

TERBATAS BERDASARKAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum merupakan bunyi dari Pasal 1 ayat 3 UUD

1945. Sebagai negara hukum, segala hal diatur oleh undang-undang dan berbagai

macam peraturan dibawahnya, termasuk dalam hal aktivtas seseorang dalam

menjalankan kegiatan usaha. Dalam menjalankan kegiatan usaha, setiap orang

dapat mendirikan badan usaha.

Badan usaha di Indonesia terdiri dari badan usaha yang merupakan badan

hukum dan badan usaha non badan hukum. Badan usaha yang termasuk badan

hukum yaitu Perseroan Terbatas. Sedangkan badan usaha yang tidak berbadan

hukum yaitu Commanditer Vennoschaap (Perseroan Komanditer) dan Firma.

Perseroan Terbatas sebagai badan usaha yang berbadan hukum diatur dalam

ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

dan dapat disingkat menjadi UUPT. Perseroan Terbatas berdasarkan UUPT adalah

badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal yang seluruhnya terbagi oleh

saham dan mememenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini

serta peraturan pelaksanaanya. Sedangankan pengertian lain dari Perseroan


Terbatas1 adalah subjek hukum yang berhak menjadi pemegang hak dan

kewajiban, termasuk menjadi pemilik dari suatu benda dan harta kekayaan

tertentu.

Perseroan Terbatas sebagai badan hukum mempunyai organ perseroan, yang

berdasarkan Pasal 2 angka 1 yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),

Direksi dan Komisaris. Rapat Umum Pemegang Saham adalah adalah organ

perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi dan

komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini atau dalam

Anggaran Dasar. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung

jawab atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun

diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Komisaris adalah

organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara dan/secara khusus

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Didalam menjalankan Perseroan Terbatas, RUPS menunjuk direksi dan

dewan komisaris. Direksi dan dewan komisaris diberikan kepercayaan penuh

dalam pengelolaan perseroan supaya maksud dan tujuan perseroan serta laba

keuntungan bagi perseroan. Tetapi dalam praktek kepercayaan penuh atau bisa

dikatakan sebagai fiduciary duty sering diabaikan oleh direksi dan dewan

komisaris demi mengejar keuntungan bagi perusahaan.

1
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris Perseroan
Terbatas, (Malang, Visimedia, 2009), halaman 2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penulisan tugas ini,

yaitu:

1. Bagaimana prinsip fiduciary duty dapat diterapkan dalam pengeloaan

perseroan terbatas di Indonesia?

2. Bagaimana kasus hukum di Indonesia yang terkait dengan perseroan terbatas

yang mengabaikan prinsip fiduciary duty?


II. Pembahasan

1. Penerapan Prinsip Fiduciary Duty Dalam Pengelolaan Perseroan

Terbatas

Fiduciary duty adalah suatu doktrin yang berasal dari sistem hukum

common law yang mengajarkan bahwa antara direktur dengan perseroan

terdapat hubungan fiduciary. Sehingga pihak direktur hanya bertindak seperti

seorang trustee atau agen semata-mata, yang mempunyai kewajiban mengabdi

sepenuhnya dan dengan sebaik-baiknya kepada perseroan.2

Menurut Black’s Law Dictionary halaman 625, Fiduciary Duty is a

duty to act for someone else’s benefit, while subordinating one’s personal

interests to that of the other person. It is the highest standart of duty implied

by law.

Sepanjang sejarah penerapan teori fiduciary duty ini, muncul beberapa

pedoman dasar bagi direksi dalam menjalankan fiduciary duty terhadap

perseroan yang dipimpinnya. Pedoman dasar tersebut adalah sebagai berikut :3

1. Fiduciary duty merupakan unsur wajib (mandatory element) dalam

hukum perseroan.

2. Dalam menjalankan tugasnya, seorang direksi tidak hanya harus

memenuhi unsur itikad baik, tetapi juga harus memenuhi unsur tujuan

yang layak’ (proper purpose).

2
Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2002, Halaman 4
3
Ibid, Halaman 62-63
3. Pada prinsipnya direktur dibebani prinsip fiduciary duty terhadap

perseroan, bukan terhadap pemegang saham. Karena itu, hanya

perusahaanlah yang dapat memaksakan direksi untuk melaksanakan

tugas fiduciary duty.

4. Akan tetapi, dalam menjalankan fungsinya sebagai direktur, secara

umum dia juga harus memperhatikan kepentingan stake holders, seperti

pihak pemegang saham, dan buruh perusahaan.

5. Sungguhpun menyandang tugas sebagai direktur, direktur tetap bebas

dalam memberikan suara dan pendapat sesuai dengan keyakinan dan

kepentingannya dalam setiap rapat yang dihadirinya.

6. Direksi tetap bebas dalam mengambil Keputusan sesuai pertimbangan

bisnis dan sense of business yang dimilikinya. Bahkan, pihak pengadilan

tidak boleh ikut campur mempertimbangkan sense of business dari pihak

direksi.

7. Dalam hal-hal dimana terdapat conflict of interest, seorang direksi

dilarang atau setidak- tidaknya dibatasi atau diawasi dalam menjalankan

tugasnya. Pengawasan tersebut misalnya dengan memberlakukan prinsip

keterbukaan informasi (disclosure) terhadap setiap transaksi yang ada

conflict of interest.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Direksi harus bertolak

dari landasan bahwa tugas dan kedudukan yang diperolehnya berdasarkan dua

prinsip dasar, yaitu pertama kepercayaan yang diberikan perseroan kepadanya


(fiduciary duty), dan kedua prinsip yang merujuk pada kemampuan serta

kehati-hatian tindakan direksi (duty of skill and care). Kedua prinsip ini, di

samping "statutory duties " menuntut Direksi untuk bertindak dengan itikad

baik, berhati-hati, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan.

Pelanggaran terhadap kedua prinsip ini membawa konsekuensi yang berat

bagi Direksi.4

2. Kasus Hukum Di Indonesia Yang Terkait Dengan Perseroan Terbatas

Yang Mengabaikan Prinsip Fiduciary Duty

Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar sudah

ditetapkan sebagai tersangka penerima suap terkait pengadaan mesin Rolls-

Royce untuk pesawat Airbus milik Garuda Indonesia periode 2005-2014.

Emir diduga menerima suap berupa uang 2 juta dollar AS dan barang

yang tersebar di Singapura dan Indonesia. Total dugaan suap untuk Emir

diperkirakan lebih dari 4 juta dollar AS, atau setara Rp52 miliar.

Selain Emir, KPK juga menetapkan pihak swasta bernama Soetikno

Soedarjo sebagai tersangka. Soetikno yang merupakan beneficial owner

Connaught International Pte Ltd, diduga bertindak sebagai perantara

pemberian suap dari produsen mesin pesawat asal Inggris, Rolls-Royce.5

4
Chatamarrasjid Ais, "FIDUCIARY DUTY" SEBAGAI STANDAR PARA DIREKSI DALAM MELAKSANAKAN
TUGASNYA, Jurnal Hukum&Pembangunan Universitas Indonesia: Jakarta, Nomor 1 Tahun 2001,
Halaman 64
5
https://tirto.id/pejabat-garuda-jelaskan-pengadaan-pesawat-di-era-emirsyah-ke-kpk-cD6B, diakses
pada 8 Desember 2018
Secara konseptual, prinsip fiduciary duty ini mengandung 3 (tiga) faktor

penting, yaitu6 :

1. Prinsip yang merujuk kepada kemampuan serta kehati-hatian

tindakan direksi. Prinsip duty of skill and care ini dapat dilakukan dengan

berbagai cara, misalnya direksi harus memperhatikan hal-hal yang

berkaitan dengan kegiatan usaha dari perseroan, menjalankan dan

menghadiri rapat-rapat yang diperlukan, mengetahui syarat-syarat yang

ditentukan oleh peraturan-peraturan perundangan dan melaksanakannya,

menjalankan metode yang sewajarnya untuk dapat mengetahui kondisi yang

terjadi di masyarakat sehubungan dengan kegiatan usaha perseroan, dan

kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul.

2. Prinsip yang merujuk kepada itikad baik dari direksi untuk bertindak

semata- mata demi kepentingan dan tujuan perseroan. Direksi harus

bertindak semata-mata demi kepentingan perseroan, dan tidak

mempergunakan perseroan untuk kepentingannya dan berorientasi kepada

keuntungan pribadinya.

3. Sesuai dengan fungsi representasi direksi, maka direksi berkewajiban

untuk loyal kepada perseroan dan tidak terlibat dalam benturan

kepentingan. Termasuk kewenangan pengurusan dipercayakan

kepada direksi agar direksi dengan itikad baik senantiasa bertindak

6
Syarif Bastaman; Tanggung Jawab Direksi, Komisaris PT dan Beberapa Prinsip di Dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1995, Makalah disampaikan di Hotel Ibis, Jakarta, 19 Desember 1996,
halaman 3
semata-mata demi kepentingan dan tujuan perseroan.Prinsip untuk

tidak mengambil keuntungan pribadi atas suatu opportunity yang

sebenarnya menjadi milik atau diperuntukkan bagi perseroan.

Untuk menguji apakah direksi telah menjalankan prinsip duty of skill

and care ini, ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan , yaitu7:

1. Apakah tindakan direksi tersebut telah dilakukan dengan itikad baik;

2. Apakah dalam kondisi yang sama, setiap orang dengan keahlian

tertentu yang sama, yang memiliki posisi sebagai direksi, juga akan

melakukan tindakan tersebut, untuk kepentingan perseroan atau

untuk kepentingan pribadinya.

3. Apakah tindakan tersebut diambil dengan keyakinan bahwa hal

tersebut semata-mata untuk kepentingan yang terbaik bagi

perseroan.

Menurut penulis, kasus yang menimpa Mantan Direktur Utama

PT.Garuda Indonesia periode 2005-2014 jelas mengabaikan prinsip fiduciary

duty kepada perseroan Garuda Indonesia. Alasan penulis mengatakan

demikian karena disini direksi yaitu direktur utamanya tidak beritikad baik

dan tidak dapat dipercaya dalam menjalankan perseroan karena menerima

uang suap agar memenangkan tender pengadaan mesin pesawat terbang. Suap

adalah tindak pidana korupsi dimana keuntunganya tidak berpengaruh bagi

7
Ibid, Halaman 4
perseroan yang dijalankannya dan hanya menguntungkan kepentingan pribadi

direktur utama tersebut.

Dengan menerima suap, direksi sudah dikatakan tidak dapat dipercaya

dan jelas mengabaikan prinsip fiduciary duty karena sangat jelas tujuan

perseroan menjadi diabaikan dan mengutamakan tujuan pribadi untuk

memperoleh keuntungan bagi pribadi salah satu direksi tersebut yaitu direktur

utamanya.
BAB III

PENUTUP

III. Kesimpulan

1. Penerapan prinsip fiduciary duty dalam pengelolaan perseroan

terbatas, Direksi sebagai yang memimpin jalanya perseroan setelah

diberikan kepercayaan oleh RUPS wajib menjalankan jabatanya

dengan dapat dipercaya, beritikad baik, rasa hati-hati dan

memperhatikan tujuan perseroan yang dipimpinya. Sehingga

perseroan terbatas apabila menjalankan prinsip fiduciary Duty tujuan

perseroan dapat dicapai.

2. Contoh kasus pada mantan direktur utama PT.Garuda Indonesia

periode 2014-2015 yang menerima suap jelas mengabaikan prinsip

fiduciary duty karena direktur utama sebagai direksi mengutamakan

kepentingan pribadi dengan menerima uang suap tersebut dan

mengabaikan rasa kepercayaan, itikad baik dan tujuan perseroan. Suap

adalah tindak pidana korupsi dimana keuntunganya tidak berpengaruh

bagi perseroan yang dijalankannya.


IV.Tanda Tangan

Jakarta, 8 Desember 2018

RAFIF NABIL ARMADA, S.H.


Daftar Pustaka

Ais, Chatamarrasjid. "FIDUCIARY DUTY" SEBAGAI STANDAR PARA

DIREKSI DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA, Jurnal

Hukum&Pembangunan Universitas Indonesia: Jakarta, Nomor 1

Tahun 2001

Bastaman, Syarif. Tanggung Jawab Direksi, Kornisaris PT dan Beberapa

Prinsip di Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Makalah

disampaikan di Hotel Ibis, Jakarta, 19 Desember 1996

Satrio Wicaksono ,Frans.Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi dan

Komisaris Perseroan Terbatas, Malang: Visimedia. 2009.

Fuady, Munir. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis,

Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002

Internet

https://tirto.id/pejabat-garuda-jelaskan-pengadaan-pesawat-di-era-emirsyah-

ke-kpk-cD6B, diakses pada 8 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai