Anda di halaman 1dari 23

DOKTRIN DALAM HUKUM PERUSAHAAN

ERNA AMALIA, SH., MH.


Pengertian Doktrin dan Doktrin Hukum

Ada beberapa pengertian mengenai apa itu doktrin dan apa juga itu doktrin hukum. Sebagian
besar ahli berpendapat bahwa Doktrin merupakan pendapat atau pendirian ilmiah yang disusun
dan dikemukakan secara rasional dan dapat meyakinkan orang lain. Ada juga ahli yang
berpendapat bahwa Doktrin adalah sebuah ajaran dalam ilmu/bidang tertentu yang diterapkan
sedemikian rupa oleh seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain dengan sebuah
tujuan tertentu yang sangat spesifik.

Selanjutnya pengertian Doktrin Hukum juga ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh
para ahli hukum, yang antara lain mengemukakan bahwa Doktrin Hukum adalah ajaran para
kaum sarjana hukum yang dibuat dan dipertahankan oleh sistem peradilan yang merupakan
kebalikan dari yurisprudensi. Ada yang berpendapat serupa bahwa Doktrin Hukum adalah suatu
pernyataan yang dituangkan kedalam bahasa oleh semua ahli hukum dan hasil
pernyataannyapun disepakati oleh seluruh pihak. Doktrin Hukum ini memiliki peranan penting
karena bisa mempengaruhi yurisprudensi dan bisa menjadi kaedah hukum, karena itu Doktrin
Hukum dapat menjadi bagian dari sumber hukum positif.
Doktrin Dalam Hukum Perusahaan

● Fiduciary Duty

● Business Judgement Rule

● Ultra Vires

● Piercing The Corporate Veil

● Derivative Action
FIDUCIARY DUTY
Doktrin fiduciary duty merupakan salah satu areal terpenting (ring satu)
dalam hukum perseroan, berasal dan mempunyai akar-akarnya dalam
dalam hukum romawi, tetapi banyak dikembangkan oleh system hukum
Anglo Saxon, ini menyelusup ke dalam berbagai bidang hukum, termasuk
ke dalam hukum perusahaan dengan mengintrodusirnya sebagai tugas
fiduciary dari direksi.

Tugas fiduciary duty merupakan sebuah amanah di pundak


direksi. Berdasarkan arti dari kata fiduciary yang berarti
kerpercayaan, maka direksi memegang kepercayaan yang
diberikan kepadanya oleh perusahaan. Dengan amanah
fiduciary, direksi wajib dengan itikad baik menjalankan tugasnya
dan fungsinya yaitu dalam fungsi manajemen dan fungsi
representasi.
Dasar Hukum

● Tugas dan tanggung jawab Direksi sesuai Pasal 92 ayat (1) UU No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) adalah
menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan

● Sedangkan, Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk melakukan


pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan
memberi nasihat kepada Direksi (lihat Pasal 108 ayat [1] UUPT).
Dalam menjalankan tugas fiduciary duties, seorang Direksi harus
melakukan tugasnya sebagai berikut:

1. Dilakukan dengan itikad baik;

2. Dilakukan dengan proper purposes;

3. Dilakukan dengan kebebasan yang tidak bertanggungjawab (unfettered discretion);


dan

4. Tidak memiliki benturan kepentingan (conflict of duty and interest).

Dari uraian singkat di atas kiranya dapat kita simpulkan bahwa Direksi dan Dewan
Komisaris dari suatu PT yang mengemban fiduciary duties memiliki kewajiban untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam UUPT
dengan sebaik-baiknya, jujur, dengan itikad baik, dan demi kepentingan PT sesuai
dengan maksud dan tujuan PT.
BUSINESS JUDGEMENT RULE
● "Business Judgement Rule" merupakan salah satu doktrin dalam hukum
perusahaan yang menetapkan bahwa direksi suatu perusahaan tidak
bertanggungjawab atas kerugian yang timbul dari suatu indakan pengambilan
keputusan, apabila tindakan direksi tersebut didasari itikad baik dan sifat
hati-hati. Dengan prinsip ini, direksi mendapatkan perlindungan, sehingga
tidak perlu memperoleh justifikasi dari pemegang saham atau pengadilan
atas keputusan mereka dalam pengelolaan perusahaan.

● Menurut Munir Fuady,S.H.,M.H.,LL.M., doktrin Putusan Bisnis (Business


Judgement Rule) ini merupakan suatu ajaran bahwa suatu putusan direksi
mengenai aktivitas perseroan tidak boleh diganggu gugat oleh siapa pun,
meski nantinya keputusan direksi tersebut ternyata salah dan/atau merugikan
perseroan. Hal tersebut berlaku sepanjang keputusan yang diambil sesuai
dengan hukum yang berlaku dan berdasarkan itikad baik.
Doktrin ini dikenal sebagai doktrin perlindungan hukum bagi Direksi
dan Dewan Komisaris yang melaksanakan tugasnya dengan itikad
baik dan berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya untuk
kepentingan Perseroan Terbatas, tetapi tetap terjadi kerugian yang
besar bagi Perusahaan.
Persyaratan untuk memenuhi doktrin ini terdapat pada Pasal 97 ayat 5 UUPT
untuk Direksi dan Pasal 114 ayat 5 UUPT untuk Dewan Komisaris. Persyaratan
pada kedua pasal tersebut bersifat kumulatif dan bukan alternatif. Isi Pasal 97
ayat 5 UUPT tersebut adalah sebagai berikut : Anggota Direksi tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat 3,
apabila dapat membuktikan :

1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk


kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

3. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak


langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

4. Telah mengambil tindakan untuk timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.


Sedangkan Pasal 114 ayat 5 UUPT mengatur ketentuan sebagai
berikut :

Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan


kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat 3, apabila dapat
membuktikan :

1. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-


hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan;

2. Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun


tidak langsung atas tindakan Direksi yang mengakibatkan
kerugian; dan

3. Telah memberi nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul


atau berlanjutnya kerugian tersebut.
ULTRA VIRES
Ultra Vires berasal dari bahasa latin yang berarti melebihi kekuasaan atau
kewenangan yang diijinkan oleh hukum.

UUPT menentukan bahwa Direksi adalah organ yang bertanggungjawab


penuh terhadap kepengurusan sesuai dengan maksud dan tujuan dan
berwenang mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar sesuai
ketentuan anggaran dasar, artinya Direksi memiliki dua fungsi yaitu fungsi
Manajemen kedalam perseroan dan fungsi Representasi keluar dengan pihak
ketiga.

Direksi yang tidak sejalan dengan maksud dan tujuan sebagimana ditentukan
dalam anggaran dasar perseroan dikategorikan telah melampaui batas
kewenangan atau yang dikenal sebagai Doktrin Ultra Vires, sehingga Direksi
bertanggung jawab penuh secara pribadi terhadap tindakan tersebut.
Timbul pertanyaan, bagaimanakah transaksi dengan pihak ketiga
yang dilakukan secara ultra vires oleh Direksi?

Pada dasarnya, transaksi yang dilakukan secara ultra vires adalah :

1. Transaksi tadi batal demi hukum.

2. Perseroan tidak terikat untuk memenuhi perikatan yang terjadi


dan tidak dapat dipaksa untuk melaksanakannya.

3. RUPS tidak dapat mengesahkan atau menyetujui tindakan


Direksi yang mengandung ultra vires, hal ini karena tindakan
tersebut akan mengubah maksud dan tujuan perseroan.
Kalaupun terpaksa, maka memerlukan prosedur khusus dengan
melaksanakan RUPS Luar Biasa.
PIERCING THE CORPORATE VEIL
Piercing the Corporate Veil atau menyingkap tabir perusahaan
mengandung makna bahwa tanggung jawab hukum tidak hanya dapat
dimintakan kepada Perseroan, tetapi dapat juga dimintakan tanggung
jawabnya kepada pihak lain “yang bersembunyi” dibalik tabir Perseroan
tersebut. Beban tanggung jawab ini sesuai dengan tindakan hukum
yang dilanggar dalam UUPT dapat dipindahkan kepada :

1. Pemegang Saham, atau;

2. Direksi, atau;

3. Dewan Komisaris.
Tanggung Jawab Hukum Dipindahkan Kepada
Pemegang Saham :
Pemindahan tanggung jawab kepada Pemegang Saham terjadi apabila Pemegang Saham melakukan tindakan
hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat 2 UUPT, yaitu :

1. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum, belum atau tidak dipenuhi;

2. Pemegang Saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan
Perseroan untuk kepentingan pribadi;

3. Pemegang Saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan;
atau

4. Pemegang Saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum
menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk melunasi utang
Perseroan.

Dengan demikian apabila Pemegang Saham melakukan tindakan hukum yang masuk dalam salah satu dari empat
ketentuan diatas, maka Pemegang Saham akan kehilangan tanggung jawab terbatasnya dan menjadi bertanggung
jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Tanggung Jawab Hukum Dipindahkan Kepada
Direksi :
Direksi dalam menjalankan tugasnya mengurus Perseroan wajib mengikuti
ketentuan yang ditegaskan dalam Pasal 97 ayat 2 UUPT yang berbunyi : “ …
wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab”. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam menjalankan tindakannya
Direksi menjalankan Perseroan selalu memegang integritas, trust, comply ke
peraturan perundangan, loyal, menghindari benturan kepentingan, berhati-hati
dan penuh kejujuran.

Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi, apabila


bersalah atau lalai memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagaimana diatur dalam
Pasal 97 ayat 2 UUPT tersebut diatas. Apabila Direksi terdiri dari dua orang atau
lebih, maka tanggung jawab tersebut berlaku secara tanggung renteng.
Tanggung Jawab Hukum Dipindahkan Kepada
Komisaris
Tanggung jawab Dewan Komisaris dalam menjalankan tugasnya ditegaskan dalam
Pasal 108 ayat 1 yang berbunyi : “ … melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun
usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi”.

Pelaksanaan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi tersebut wajib
dilaksanakan sesuai Pasal 114 ayat 2 UUPT, yaitu dengan itikad baik, kehati-hatian dan
bertanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan. Pasal 114 ayat 3 UUPT menyatakan bahwa setiap anggota Dewan
Komisaris bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya sebagaimana tersebut
diatas. Tanggung jawab ini berlaku secara tanggung renteng apabila anggota Dewan
Komisaris terdiri dari dua orang atau lebih.
DERIVATIVE ACTION
Doktrin hukum modern berupa gugatan derivative yang merupakan
suatu penyimpangan dari hukum perseroan yang normal memberikan
hak untuk mewakili kepentingan perseroan kepada pihak pemegang
saham tanpa perlu perlu formalitas legalisasi korporasi, tetapi terjadi
demi hukum (by the operation of law).

Gugatan derivatif adalah suatu gugatan yang berdasarkan hak utama


(primary rights) dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang
untuk dan atas nama perseroan, gugatan mana dilakukan karena
adanya suatu keegagalan dalam perseroan.
“Demikian materi hari ini, semoga bermanfaat.”

–Erna Amalia

Anda mungkin juga menyukai