Anda di halaman 1dari 8

Nama : Natasha H.

Alhabsyi

NIM : 041911333140

Kelas : N

Hukum Korporasi

Perseroan Terbatas (PT)

A. RUPS
Organ kepengurusan PT yang mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dalam
rapat yang dihadiri oleh pemegang saham atau kuasanya. Dikatakan bahwa RUPS
mempunyai kekuasaan tertinggi dalam perseroan, RUPS menjalankan kekuasaan
perseroan secara De Facto, secara eksklusif kewenangan diatur dalam anggaran dasar dan
pembatasan tertentu bagi direksi yang memerlukan persetujuan RUPS.
B. Kewenangan RUPS
1. Pengangkatan dan pemberhentian dewan komisaris
2. Mengubah anggaran dasar termasuk nama dan tempat perseroan, kegiatan dan tujuan
perseroan, jangka waktu perseroan,besarnya jumlah modal dasar.
3. Pengangkatan dan pemberhentian direksi
C. Tanggung Jawab RUPS
1. Menerima dan mengesahkan Laporan Tahunan Perseroan
2. Menetapkan penggunaan laba Perseroan, termasuk pembagian dividen kepada
pemegang saham.
3. Menetapkan remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi.
4. Mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi.
5. Menyetujui tindakan-tindakan korporasi yang berkaitan dengan pengelolaan
Perseroan.
Arti kata terbatas dalam perseroan terbatas terletak pada tanggung jawab pemegang
saham yang terbatas, yakni hanaya sebatas saham yang ditanamkan. Keterbatasan
tanggung jawab pemegang saham tidak berlaku apabila keadaan sebagai berikut:
- Persyaratan sebagai badan hukum belum dipenuhi
- Pemegang saham yang bersangkutan memanfaatkan perseroan untuk kepentingan
pribadi
- Pemegang saham terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
perseroan
- Pemegang saham yang bersangkutan melakukan perbuatan melawan hukum
menggunakan kekayaan perseroan
Apabila keempat hal tersebut dipenuhi maka pemegang saham bertanggung jawab secara
pribadi atas segala perikatan dan kerugian yang terjadi. Hal ini sesuai dengan konsep
piercing the corporate veil.
D. Komisaris
- Organ kepengurusan PT yang berfungsi mengawasi pengurusan PT oleh direksi dan
memberikan nasihat kepada direksi untuk kepentingan dan tujuan PT.
- Kewajiban komisaris :
a. Membuat risalah rapat Dewan Komisarin dan menyimpan salinannya
b. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya
c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama
tahun buku yang baru lampau kepada RUPS
E. Tanggung Jawab Komisaris
Tanggung jawab dewan komisaris mirip dengan tanggung jawab direksi. Tanggung
jawab dewan komisaris terbagi atas tanggung jawab ke luar dan tanggung jawab ke
dalam.
Tanggung jawab ke dalam yaitu melakukan pengawasan, dimana dewan komisaris
bertanggung jawab atas pengawasan perseroan. Pertanggung jawaban tersebut diberikan
sekali setahun pada waktu RUPS tahunan.
Tanggung jawab keluar, berkaitan dengan kerugian yang diderita oleh pihak ketiga. Hal
tersebut ditegaskan dalam padal 115 UUPT. Apabila perseroan mengalami kepailitan
maka direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab renteng manakal asset perseroan
tidak bias melunasinya
F. Direksi
- Organ kepengurusan PT yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, serta mewakili perseroan baik di
dalam maupun diluar pengadilan.
- Pengurus PT yang sesuai dengan maksud dan tujuan anggaran dasar disebut model
intra vires, sedangkan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan anggaran disebut
model ultra vires.
G. Pengangkatan Direksi
- Pengangkatan direksi dalam Pasal 94 ayat (1) UU Perseroan Terbatas mengatur,
bahwa direksi diangkat oleh RUPS. Berdasarkan penjelasan pasal ini juga dikatakan
bahwa kewenangan RUPS dalam hal pengangkatan direksi tidak dapat dilimpahkan
ke organ perseroan lainnya.
- Pengangkatan direksi menurut Munir Fuady :
1. Diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan suara terbanyak
sebesar yang diatur dalam anggaran dasar perseroan.
2. Diangkat dengan cara mencantumkannya dalam anggaran dasar. dalam hal ini
dilakukan terhadap direksi yang pertama sekali diangkat.
3. Diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berdasarkan sistem
penjatahan asalkan cara tersebut ditentukan dalam rapat RUPS.
H. Kelalaian Direksi
Apabila direksi lalai dari tugasnya dan menyebabkan kerugian dalm perseroan maka
direksi bertanggung jawab secara pribadi dan renteng. Direksi tidak bertanggung jawab
secara renteng apabila dapat membuktikan bahwa:
- Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
- Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
dan sesuai maksud dan tujuan perseroan
- Tidak mempunyai benturan atas tindakan pengurusan yang menyebabkan kerugian
- Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut.
I. Pemberhentian Direksi
- Pemberhentian secara langsung (removal) oleh pemegang saham dalam forum RUPS
secara fisik adalah Pemberhentian Anggota Direksi langsung diambil pemegang
saham dalam forum RUPS secara fisik dalam bentuk keputusan RUPS, dengan
mekanisme :
1. Pemegang saham mengadakan RUPS dengan mata acara pemberhentian
Anggota Direksi
2. Keputusan Pemberhentian disertai dengan alasan
3. RUPS wajib memberi kesempatan kepada Anggota Direksi membela diri
- Pemberhentian secara langsung (removal) berdasar keputusan di luar forum RUPS
secara fisik adalah pemegang saham mengambil keputusan yang mengikat di luar
RUPS, atau dikenal dengan usul keputusan yang diedarkan (circular resolution)
dengan mekanisme :
1. Memberitahu terlebih dahulu Anggota Direksi yang bersangkutan tentang rencana
pemberhentian melalui circular resolution.
2. Pemberitahuan rencana pemberhentian dilakukan secara tertulis.
3. Anggota Direksi yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri
Alasan pemberhentian Anggota Direksi secara langsung (removal) adalah Anggota
Direksi melakukan tindakan yang merugikan Perseroan, atau karena alasan lain yang
dinilai tepat oleh RUPS. Hal ini di atur di dalam pasal 105 Undang – undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
J. Kewenangan Direksi
- Salah satu organ Persoran yang memiliki kewenangan penuh atas pengurusan dan
hal-hal terkait kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
- Mewakili Perseroan untuk melakukan perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan UUPT and anggaran dasar
K. Kewajiban Direksi
1. Direksi berkewajiban untuk melakukan pendaftaran akta pendirian ataupun perubahan
anggaran dasar perseroan secara lengkap.
2. Direksi wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham dan daftar khusus
yang memuat keterangan mengenai kememilikan saham dari para pemegang saham.
3. Direksi dengan itikad baik berkewajiban untuk menjalankan tugas pengurusan
perseroan untuk kepentingan Perseroan.
4. Direksi wajib membuat dan menyampaikan laporan tahunan terkait Perseroan.
5. Direksi wajib Menyusun rancangan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
untuk disampaikan kepada RUPS untuk mendapatkan sebuah keputusan.
L. Direktur
Direktur bertanggung jawab atas kerugian Perusahaan (PT) yang disebabkan karena
direktur tidak menjalankan kepengurusan perusahaan (PT) sesuai dengan maksud dan
tujuan perusahaan (PT), anggaran dasar, kebijakan yang tepat dalam menjalankan
perusahaan (PT) serta UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Atas kerugian
perusahaan (PT), direktur akan dimintakan pertanggungjawabannya baik secara perdata
maupun pidana.
M. Konsekuensi Direktur Atas Pelanggaran
Seorang direksi harus bertindak hati-hati dalam melakukan tugasnya (duty of care).
Selain itu dalam melakukan tugasnya tersebut seorang direksi tidak boleh mengambil
keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan (duty of loyalty). Pelanggaran terhadap
kedua prinsip tersebut dalam hubungannya dengan fiduciary duty dapat menyebabkan
direksi untuk dimintai pertanggungjawaban hukumnya secara pribadi terhadap perbuatan
yang dilakukannya, baik kepada pemegang saham maupun kepada pihak lainnya.
N. Pembubaran PT
UUPt dalam pasal 142 menentukan beberapa cara pembubaran PT diantaranya:
- Berdasarkan keputusan RUPS
- Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir
- Berdasarkan penetapan pengadilan
- Dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga
- Karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi.
- Karena dicabutnya izin usaha perseroan, sehingga perseroan harus melakukan
likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
O. Pemanfaatan Company Voluntary Arrangement (CVA)
- Meningkatkan arus kas , dengan cepat.
- Menghentikan tekanan dari pajak saat CVA sedang dipersiapkan.
- Menghentikan permohonan penutupan dan membuatnya ditunda.
- Dapat dengan cepat memotong biaya.
- Dapat memutuskan hubungan kerja, sewa dan kontrak pasokan yang sulit.
- Mengakhiri kewajiban sewa properti.
- Mengakhiri kontrak direktur dan / atau manajer.
- Menghapus karyawan tanpa pembayaran redundansi atau biaya pengganti
pemberitahuan.
- Mengakhiri kontrak pelanggan / pemasok yang berat.
- Dewan dan pemegang saham umumnya tetap mengendalikan perusahaan.
- Memiliki biaya yang jauh lebih rendah daripada administrasi dan tidak diumumkan
kepada publik seperti halnya administrasi.
- Merupakan kesepakatan yang bagus untuk para kreditor karena mereka
mempertahankan pelanggan
P. Administration Orders
Perintah Administrasi adalah pengaturan administrasi yang mengikat secara hukum,
yang dikeluarkan oleh Pengadilan Wilayah, yang memungkinkan Anda membayar hanya
apa yang Anda mampu setiap bulan (setelah pengeluaran penting Anda seperti utang
prioritas dan biaya hidup umum telah diperhitungkan) terhadap hutang kredit
Anda . Selama Anda mempertahankan pembayaran yang dianggap terjangkau oleh
pengadilan bagi Anda, semua bunga dibekukan dan Anda akan dilindungi secara hukum
dari kreditor Anda yang akan mengambil tindakan penegakan hukum lebih lanjut selama
Pesanan Administrasi.
Dalam praktiknya, pembayaran bulanan yang disetujui didistribusikan kepada kreditor
Anda oleh pengadilan, yang mengambil biaya administrasi 10% (misalnya untuk setiap £
10 pengadilan memutuskan Anda mampu membayar, £ 9 jatuh ke kreditor Anda dan £ 1
pergi ke pengadilan).
Q. Receivership atau curator
Dalam hukum , kurator adalah situasi di mana sebuah institusi atau perusahaan dipegang
oleh penerima — seseorang "ditempatkan dalam tanggung jawab kustodian
untuk properti orang lain, termasuk aset dan hak berwujud dan tidak berwujud " -
terutama dalam kasus di mana perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan
atau memasuki kebangkrutan.
Contoh Kasus :
1. Kasus GCG Oleh PT. Katarina Utama
PT Katarina Utama Tbk (RINA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa pemasangan, pengujian dan uji kelayakan produk dan peralatan telekomunikasi
dan tercatat di BEI sejak 14 Juli 2009. RINA menggelar penawaran saham perdana
kepada publik dengan melepas 210 juta saham atau 25,93% dari total saham, dengan
harga penawaran Rp 160,- per lembar saham. Dari hasil IPO, diperoleh dana segar
sebesar Rp 33,66 miliar. Rencananya 54,05% dari dana hasil IPO akan digunakan
untuk kebutuhan modal kerja dan 36,04% dana IPO akan direalisasikan untuk
membeli berbagai peralatan proyek
Kemudian pada Agustus tahun 2010 salah seorang dari pihak pemegang sahan PT
Katarina melaporkan bahwa telah terjadi tindakan pelanggaran GCG. Dimana dan
yang harusnya digunakan untuk membeli peralatan, modal kerja, serta menambah
kantorcabang, tidak digunakan sebagaimana mestinya. Hingga saat ini manajemen
perseroan belum melakukan realisasi sebagaimana mestinya. Dari dana hasil IPO
sebesar Rp 33,66 miliar, yang direalisasikan oleh manajemen ke dalam rencana kerja
perseroan hanya sebesar Rp 4,62 miliar, sehingga kemungkinan terbesar adalah
terjadi penyelewengan dana publik sebesar Rp 29,04 miliar untuk kepentingan
pribadi.
Selain itu, Katarina diduga telah memanipulasi laporan keuangan audit tahun 2009
dengan memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan.
Bahkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memutus aliran listrik ke kantor
cabang RINA di Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar tunggakan
listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3bulan berjalan. Akhirnya Cabang Di
Medan ditutup secara sepihak tanpa meyelesaikan hak hak karyawannya hingga
termasuk pada contoh pelanggaran demokrasi.

2. Pelanggaran Kontrak oleh PT IBU


Polri mendapat pengaduan dari retail Indomaret mengenai ketidaksesuaian isi kontrak
kerja dengan PT Indo Beras Unggu (IBU). Dalam pelaksanaannya kontrak yang
sudah dibuat antara perusahaan dengan PT IBU, dalam produksinya diselewengkan
atau ditentukan grade berbeda dari kontraknya. Dalam kontrak, disepakati bahwa
beras yang dipasok PT IBU untuk dijual di retail memiliki mutu, varietas, dan
kemasan tertentu.
Ditetapkan bahwa beras yang akan dijual memiliki mutu nomor dua. Selain itu,
varietas ditentukan untuk beras Rojolele. Namun, faktanya, kualitas beras berada jauh
di bawah kesepakatan dan varietasnya tidak sesuai. Selain itu, ditemukan juga
instruksi di internal untuk memproduksi beras yang tidak sesuai kontrak seperti juga
contoh kejahatan kemanusiaan, contoh kejahatan korporasi, maupun contoh kejahatan
kerah putih..
Penyelewengan kontrak tersebut dianggap merugikan retail yang memesan. Sejauh
ini, baru Indomaret yang melaporkan soal ketidaksesuaian kontrak itu ke polisi. PT
IBU tidak hanya memasok ke satu retail saja. Oleh karena itu, akan mendalami ke
beberapa retail apakah ada keluhan serupa. Dalam kasus kecurangan produksi beras
ini, penyidik menetapkan Direktur Utama PT IBU Trisnawan Widodo sebagai
tersangka. Dia dianggap bertanggung jawab atas sejumlah kecurangan PT IBU yang
dianggap menyesatkan konsumen.
Dia dianggap bertanggung jawab atas sejumlah kecurangan PT IBU yang dianggap
menyesatkan kosumen. Atas perbuatannya, Trisnawan dijerat Pasal 382 BIS tentang
Perbuatan Curang dan Pasal 144 jo pasal 100 ayat 2 Undang-undang Nomor 18
Tahun 2012 tentang Pangan. Kemudian Pasal 62 jo Pasal 8 ayat 1 huruf (e), (f), (g)
atau pasal 9 ayat (h) UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
sebagaimana penyebab konflik antar agama dan akibat konflik antar agama dalam
masyarakat majemuk, ataupun penyebab konflik sosial..

Anda mungkin juga menyukai