Anda di halaman 1dari 20

RESUME

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Etika Profesi Akuntansi

Oleh Kelompok III:


1. Anita Dewi Anggraeni (206020300011001)
2. Yulia Monica Ristanti (206020300011002)
3. Rini Adriani Auliana (206020300011004)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
A Universal Code of Ethics for Professional Accountants: Religious Restrictsions
Pengantar
Internasionalisasi profesi akuntansi membutuhkan konvergensi baik dalam aspek
teknis profesi maupun dalam aspek pelatihan dan etika. Dalam hal ini, proses harmonisasi
juga memusatkan perhatiannya pada pencapaian konsensus mengenai standar perilaku umum
tertentu bagi para profesional. Oleh karena itu, dalam lingkungan pasar global saat ini, kode
etik internasional mendapat perhatian yang cukup besar di kalangan peneliti. Kode etik
merupakan salah satu ciri khas suatu profesi. Masyarakat memberikan profesi status sosial
yang tinggi, otonomi, dan kekuasaan untuk mengatur aktivitas. Sebagai imbalan atas hak
istimewa yang diberikan, masyarakat memiliki legitimasi untuk menuntut para profesional
melakukan pekerjaan mereka secara bertanggung jawab (Sheldahl, 1980). IFAC telah muncul
sebagai organisasi di seluruh dunia untuk membantu mewujudkan konvergensi internasional
terkait dengan standar profesional, termasuk standar yang mengatur etika (IFAC, 2013).
IFAC, yang merupakan organisasi yang beranggotakan 167 anggota dan rekanan di 127
negara, mengeluarkan Kode Etik untuk Akuntan Profesional. Dalam hal ini, Kode Etik yang
dikeluarkan oleh IFAC, disusun di sekitar penetapan kewajiban moral atau tanggung jawab
anggotanya. Kode etik merupakan ekspresi penting dari nilai-nilai kemasyarakatan yang
dimiliki oleh individu-individu yang berkaitan dengan masyarakat yang sama, selain itu,
agama menawarkan nilai-nilai etika tertentu kepada masyarakat. Oleh karena itu, hambatan
harmonisasi kode etik dapat terlihat dari perbedaan nilai moral dan etika yang tercermin
dalam kode etik dan nilai agama yang dianut individu.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menguji apakah perbedaan agama dapat
membatasi penerapan kode etik universal untuk profesi akuntansi di seluruh dunia. Makalah
ini memberikan kontribusi untuk pengetahuan tentang keadaan harmonisasi etika saat ini
untuk profesi akuntansi. Selain itu, pemahaman tentang pembatasan agama memberikan
pedoman kepada organisasi akuntansi internasional untuk implementasi yang efektif dari
standar perilaku di seluruh dunia.
Tinjauan Literatur
Literatur akademis telah mencoba membangun pengaruh agama dalam hasil etis.
Ideologi agama mempengaruhi penilaian individu tentang benar dan salah (Rest, 1986).
Sebagai Brammer, Williams, dan Zinkin (2007, p. 229) menunjukkan, agama yang
terorganisir berusaha memainkan peran penting dalam membangun dan menyebarkan aturan
moral dan etika yang konsisten dengan doktrin agama dan yang menawarkan bimbingan
praktis kepada mereka yang terlibat dalam bisnis mengenai perilaku etis. Meskipun beberapa
ahli etika Barat telah mengabaikan tradisi agama etika bisnis (Calkins, 2000), literatur yang
berkembang telah berusaha untuk mengatasi pengaruh agama dalam etika bisnis (Epstein,
2002; Graafland, Kaptein, & Schouten, 2006). Bartels (1967, p. 23) mengamati bahwa
beberapa karakteristik budaya, seperti agama, adalah beberapa pengaruh pada keputusan
bisnis yang berada di luar ranah motivasi ekonomi murni. Hunt dan Vitell (1993)
mengusulkan model pengambilan keputusan etis di mana mereka memasukkan agama di
antara lingkungan budaya dan karakteristik pribadi, yang mempengaruhi masalah yang
dirasakan, serta alternatif dan konsekuensinya.
Di bidang etika akuntansi, Keller, KT Smith, dan MS Smith (2007) melakukan
survey pada mahasiswa akuntansi AS yang mengungkapkan bahwa agama merupakan
fondasi yang kuat untuk pengambilan keputusan etis. Dalam pengertian ini, agama adalah
elemen kunci dalam mendefinisikan kode etik. Sebagai Graafland et al. (2006, p. 55)
mengemukakan, ekspektasi orang terhadap orang lain akan dipengaruhi oleh keyakinan
agama mereka. Kode Etik IFAC untuk Akuntan Profesional telah dikembangkan dan
dikeluarkan oleh Dewan Standar Etika Internasional untuk Akuntan (IESBA). IESBA adalah
dewan pengaturan standar independen yang didukung oleh IFAC
Di negara-negara barat ini, agama yang dominan adalah Kristen. Kristen masih
menjadi agama utama di Barat dan berfungsi sebagai kerangka etika bagi banyak orang
dalam kehidupan pribadi mereka (Kim, Fisher, & McClaman, 2009, hal. 116). Sejalan dengan
McMahon (1986), Calkins (2000, p. 343) menyatakan bahwa Kristen, dan pada tingkat yang
lebih rendah Yahudi, ajaran dan narasi telah membentuk etika bisnis Barat melalui
pengaruhnya terhadap hukum dan budaya. Dengan demikian, pembuat standar etika dapat
dipengaruhi oleh perspektif moral Kristen dan ini, oleh karena itu, dapat tercermin dalam
Kode. Agama terbesar kedua di dunia adalah Islam. Lewis (2001) menjelaskan bahwa dalam
hukum Islam, syariah mengatur semua aspek kehidupan. Oleh karena itu akuntan harus
menjalankan tugasnya sesuai dengan ini dan mendasarkan tindakannya pada norma etika
Islam. Menurut IFAC, keragaman budaya dan etika harus dipertimbangkan ketika
mengevaluasi apakah kepentingan publik dilayani (IFAC, 2012a). Dalam pengertian ini,
sejauh mana kebiasaan agama membentuk sistem hukum dan komersial harus
diperhitungkan. Akuntan Muslim harus memastikan kepentingan publik sejalan dengan
prinsip-prinsip Islam (Al-Aidaros, Idris & Shamsudin, 2011). Dalam hal ini, Haniffa dan
Hudaib (2007) menunjukkan ketidakpuasan auditor Saudi dengan kode “pinjaman” yang
tidak mencerminkan nilai-nilai etika Islam. Menurut penulis ini, pengecualian prinsip-prinsip
Islam dalam peraturan dan kode adalah salah satu pendorong utama kesenjangan harapan
antara auditor dan pengguna. Demikian pula dalam sebuah penelitian yang dilakukan di
Yaman, Al-Aidaros et al. (2011) menyimpulkan bahwa pengguna informasi akuntansi
mengharapkan akuntan profesional tidak hanya berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip
umum American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) atau IFAC tetapi juga
mematuhi prinsip-prinsip Islam.
Perbedaan dalam sistem etika, serta fakta bahwa agama mengatur semua aspek
kehidupan di banyak negara, membuat kita berpendapat bahwa agama dapat mempengaruhi
pengadopsian kode etik universal di seluruh dunia. Dengan kata lain, organisasi di negara-
negara yang agama utamanya bukan Kristen mungkin memiliki nilai-nilai lain yang tidak
sejalan dengan Kode IFAC dan oleh karena itu, mungkin lebih mungkin untuk
mengembangkan kode etik mereka sendiri. Sebaliknya, masyarakat yang keyakinan
agamanya sesuai dengan yang tercantum dalam Kode Etik IFAC kemungkinan besar akan
menerima Kode ini
Data dan Metodologi
Sampel yang digunakan terdiri dari 165 badan akuntansi dari 125 negara. Data
tentang organisasi akuntansi nasional diperoleh dari situs IFAC (IFAC, 2012). Kuesioner
tentang penerapan Kode IFAC diselesaikan oleh badan akuntansi dari berbagai negara pada
tahun 2006 dan 2007 dan telah direvisi melalui rencana tindakan yang telah dilakukan selama
tahun 2011 dan 2012. Sehubungan dengan penerapan kode tersebut, badan profesional harus
memilih salah satu dari opsi berikut: (1) Organisasi kami mengadopsi Kode IFAC yang
dikeluarkan tanpa modifikasi; (2) Organisasi kami mengadopsi Kode IFAC tetapi dengan
modifikasi; (3) Organisasi kami belum mengadopsi Kode IFAC sebagai miliknya, tetapi
terlibat dalam proses yang bertujuan untuk membawa kodenya sejalan dengan Kode IFAC;
dan (4) Organisasi kita mengembangkan persyaratan etika kita sendiri dan menggunakan
pendekatan lain untuk memasukkan Kode IFAC.
Hasil
Perbandingan organisasi pengadopsi kode antara agama yang berbeda menunjukkan
bahwa organisasi akuntansi nasional milik negara di mana agama Kristen sebagai agama
utama adalah yang mengadopsi Kode IFAC dalam persentase yang lebih besar. Sedangkan
63,06% negara Kristen mengadopsi Kode IFAC; 48,48% dari negara Muslim yang
mengadopsinya. Sehubungan dengan agama lainnya, 42,86% dari badan akuntansi nasional
di negara-negara Buddhis dan 50% di negara-negara Hindu telah mengadopsi Kode IFAC.
Dalam kasus denominasi agama lain, 44,44% organisasi telah mengadopsi Kode.
Kesimpulan
Karena pasar terus berkembang di seluruh dunia, begitu pula internasionalisasi
profesi akuntansi dan rekonsiliasi dengan peraturan, termasuk standar etika, terbukti penting.
IFAC telah mengeluarkan Kode Etik untuk Akuntan Profesional, yang seharusnya dapat
diterima dan sesuai untuk semua profesional dari berbagai negara anggota IFAC. Namun,
penerimaan dan efektivitas kode etik universal ini dapat dipengaruhi oleh variabel yang
berbeda. Literatur akademik belum mengamati pengaruh agama dalam pengambilan
keputusan untuk mengadopsi Kode IFAC atau, sebaliknya, mengembangkan kode etik
sendiri. Sampai saat ini, tidak semua negara anggota IFAC telah mengadopsi Kode yang
diusulkan oleh IFAC. Dari total sampel (165 organisasi akuntansi nasional dari 125 negara)
hampir 60% telah mengadopsi Kode Etik IFAC. Hasil penelitian kami mengkonfirmasi
hipotesis kami bahwa organisasi akuntansi nasional anggota IFAC milik negara-negara di
mana agama Kristen adalah agama dominan lebih mungkin untuk mengadopsi Kode Etik
IFAC. Hasil ini dapat memperkuat tesis bahwa keyakinan agama mempengaruhi Kode Etik.
Dalam pengertian ini, pembuat standar etika IFAC mungkin dipengaruhi oleh perspektif
moral Kristen dan ini, oleh karena itu, dapat direfleksikan dalam Kode
Kode Etik Akuntan Profesional
(IAI, 2016) Kode Etik Akuntan Profesional merupakan adopsi dari
Handbook of the Code of Ethics for Professional Accountants 2016
Edition yang dikeluarkan oleh International Ethics Standards Board for
Accountants of The International Federation of Accountants (IESBA-
IFAC). Dalam proses penyusunannya, IAI melakukan koordinasi dengan
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Institut Akuntan
Manajemen Indonesia (IAMI) sesuai Nota Kesepahaman antara IAI,
IAPI dan IAMI tentang Kerjasama Pengembangan Profesi Akuntan di
Indonesia. Tujuannya supaya terjadi sinergi antar organisasi profesi
akuntan dan menciptakan keseragaman ketentuan etika bagi seluruh
akuntan di Indonesia.

Kode Etik Akuntan Profesional ini terdiri atas tiga bagian yaitu:
1. Bagian A: Prinsip Dasar Etika;
2. Bagian B: Akuntan Profesional di Praktik Publik;
3. Bagian C: Akuntan Profesional di Bisnis.

Bagian A berisi prinsip dasar etika yaitu integritas, objektivitas,


kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku
profesional. Bagian A juga memberikan suatu kerangka konseptual
dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman terhadap prinsip
dasar etika, serta menerapkan perlindungan untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima.

Bagian B menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika di


Bagian A bagi Akuntan Profesional yang memberikan jasa profesional
kepada publik (praktik publik).

Bagian C menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika di


Bagian A bagi Akuntan Profesional di organisasi tempatnya bekerja
(bisnis).

Kode Etik Akuntan Profesional telah disetujui dalam Rapat Komite Etika
pada 30 November 2016 dan telah disahkan oleh Dewan Pengurus
Nasional Ikatan Akuntan Indonesia pada 5 Desember 2016. mulai
berlaku efektif pada 1 Januari 2017.
BAGIAN A : PRINSIP DASAR ETIKA

SEKSI 100 PENDAHULUAN DAN PRINSIP DASAR (100.1- 100.25)


Perbedaan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya adalah
bertanggung jawab dan bertindak untuk melindungi kepentingan publik.
Oleh karena itu, tanggung jawab akuntan publik tidak terbatas untuk
memenuhi kepentingan klien maupun pihak lain. Saat bertanggung
jawab atas kepentingan klien, seorang akuntan publik harus mematuhi
dan memenuhi semua kode etik maupun hukum atau peraturan yang
terdapat di dalam kode etik ini ( 100.1)

Seorang akuntan harus mematuhi profesi , yaitu : prinsip dasar etika


a. Integritas -- harus tegas dan jujur di dalam semua hubungan
profesional dan hubungan bisnis.
b. Objektivitas -- menghindari bias, konflik kepentingan, dan pihak lain
untuk memengaruhi pertimbangan akuntan publik .
c. Kompetensi dan kehati-hatian profesional – menjaga pengetahuan dan
keahlian untuk menjamin bahwa klien atau penerima jasanya menerima
jasa profesional berdasarkan pengembangan tekhnik, hukum, dan metode
pelaksanaan hukum. Setiap tindakan akuntan publik harus berdasarkan
standar kode etika profesional akuntan
d. Kerahasiaan --- menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
hasil hubungan professional dan bisnis, tidak diperbolehkan
mengungkapkan segala bentuk informasi kepada pihak ketiga tanpa izin
atau otoritas, kecuali terdapat izin atau tugas untuk mengungkapkan
informasi tersebut. Informasi tersebut tidak boleh digunakan oleh
akuntan publik untuk keuntungan pribadinya. e. Perilaku Profesional ---
untuk mematuhi hukum dan peraturan- peraturan serta menghindari
segala tindakan yang merugikan profesi akuntan publik.
Pendekatan Kerangka Konseptual (100.6 – 100.11)
Pada Kerangka konseptual dibahas tentang Mengidentifikasi ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar , Meliputi :
- Mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar ;
- Mengevaluasi secara signifikan atas penemuan ancaman tersebut;
- Pencegahan yang tepat harus dilakukan atau mengurangi ancaman
agar mencapai tingkat yang dapat diterima.

Ancaman dan Perlindungan (100.12 s/d 100.16)


Ancaman bisa muncul disebabkan oleh hubungan dan kejadian
atau peristiwa. Sebuah peristiwa atau hubungan mampu
menciptakan lebih dari satu ancaman dan bisa mempengaruhi
kepatuhan terhadap banyaknya prinsip fundamental. Ancaman tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. ancaman kepentingan pribadi, Ancaman yang disebabkan oleh
keuangan atau kepentingan lainnya seorang akuntan publik.
b. ancaman telaah pribadi, ancaman yang disebabkan oleh
ketidaktepatan akuntan dalam mengevaluasi hasil pertimbangan.
c. ancaman advokasi, ancaman yang disebabkan oleh akuntan
melakukan hal yang bisa mengurangi keobjektifitas akuntan.
d. ancaman kedekatan, ancaman yang terjadi ketika terdapat hubungan
yang dekat dengan klien, aeorang akuntan publik akan sangat peduli
terhadap kepentingan mereka.
e. ancaman intimidasi, ancamn yang disebabkan oleh akuntan dihalangi
untuk bersifat objektif.
Pencegahan tertentu akan meningkatkan pengidentifikasian atau
penghalangan terhadap hal yang melanggar kode etik. Pencegahan
tersebut dapat dibuat oleh profesi akuntan, perundang-undangan,
peraturan, atau pekerja organisasi, berikut yang mencakup antara lain :
a. sistem pengaduang publik yang efektif dioperasikan oleh organisasi,
profesi akuntan atau regulator, yang memungkinkan kolega, pekerja, dan
masyarakat untuk melaporkan tindakan akuntan publik yang tidak sesuai
dengan kode etik. b. suatu pernyataan yang tertulis untuk melaporkan
pelanggaran kode etik.
Benturan Kepentingan (100.17 – 100.18)
Benturan Kepentingan Memunculkan Ancaman Terhadap Prinsip
Objektivitas Dan Prinsip Dasar Etika Yang Lain

100.17 seorang akuntan profesional harus menyelesaikan masalah dalam


penerapan prinsip dasar.
100.18 Ketika memulai proses penyelesaian masalah dalam penerapan
etika profesi baik formal maupun informal, faktor-faktor berikut patut
untuk dipertimbangkan : a. fakta yang relevan b. Masalah etika c. Prinsip
dasar etika profesi yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi d.
Prosedur internal yang berlaku e. Tindakan alternatif yang terbaik

Penyelesaian Konflik Etika (100.19- 100.24)


100.19 ketika masalah melibatkan konflik dengan, atau dalam sebuah
organisasi, seorang akuntan harus mempertimbangkan apakah hal ini
harus dibicarakan dengan tata kelola perusahaan seperti kepala komite
audit.
100.20 Menjadi kepentingan akuntan publik untuk mendokumentasikan
setiap permasalah yang tejadi dan rincian pembahsaan masalah tersebut
atau keputusan yang diambil terkait permasalahan tersebut.
100.21 Ketika suatu permasalahan melibatkan benturan dengan, atau di
dalam, organisasi, maka Akuntan Profesional menentukan perlunya
berkonsultasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
organisasi, seperti direktur, komisaris, atau komite audit.
100.22 Akuntan Profesional sebaiknya mendokumentasikan hakekat
persoalan, rincian setiap pembahasan, dan keputusan terkait persoalan
tersebut.
100.23 Jika suatu benturan yang signifikan tidak dapat diselesaikan,
Akuntan Profesional dapat mempertimbangkan untuk memperoleh saran
profesional dari Ikatan Akuntan Indonesia atau penasehat hukum.
Akuntan Profesional umumnya dapat memperoleh panduan atas
persoalan etika tanpa melanggar.

INTEGRITAS ( 110.1 s/d 110.3)


Prinsip integritas mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk bersikap
lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan hubungan
bisnisnya.Integritas juga berarti berterus terang dan selalu mengatakan
yang sebenarnya.
Akuntan Profesional tidak boleh terkait dengan laporan, pernyataan
resmi, komunikasi, atau informasi lain ketika Akuntan Profesional
meyakini bahwa informasi tersebut terdapat:
(a) kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan;
(b) pernyataan atau informasi yang dilengkapi secara sembarangan; atau
(c) penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya
diungkapkan sehingga akan menyesatkan.
Ketika menyadari bahwa dirinya telah dikaitkan dengan informasi
semacam itu, maka Akuntan Profesional mengambil langkah-langkah
yang diperlukan agar tidak dikaitkan dengan informasi tersebut.

SEKSI 120
OBJEKTIVITAS (120.1 s/d 120.2)
Prinsip objektivitas mewajibkan semua Akuntan Profesional untuk tidak
membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh tidak
sepantasnya dari pihak lain, yang dapat yang dapat mengurangi
pertimbangan profesional atau bisnisnya.

SEKSI 130
KOMPETENSI DAN KEHATI-HATIAN PROFESIONAL
Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional
mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk:
a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional pada tingkat yang
dibutuhkan untuk menjamin klien atau pemberi kerja akan menerima
layanan profesional yang kompeten; dan
b) Bertindak cermat dan tekun sesuai dengan standar teknis dan
professional yang berlaku ketika memberikan jasa profesional.\

Jasa profesional yang kompeten mensyaratkan pertimbangan yang


cermat dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional untuk
jasa yang diberikan. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua
tahap yang terpisah yaitu:
a) Pencapaian kompetensi profesional; dan
b) Pemeliharaan kompetensi profesional.
SEKSI 140
KERAHASIAAN
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk tidak
melakukan hal berikut:
a) Mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
professional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar Kantor
Akuntan atau organisasi tempatnya bekerja tanpa diberikan
kewenangan yang memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak
atau kewajiban secara hukum atau profesional untuk
mengungkapkannya; dan
b) Menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
professional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau
pihak ketiga.

Namun demikian, berikut ini adalah keadaan di mana Akuntan


Profesional disyaratkan atau mungkin disyaratkan untuk mengungkapkan
informasi rahasia atau ketika pengungkapan tersebut mungkin
diperlukan:
(a) Pengungkapan yang diizinkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi
kerja;
(b) Pengungkapan yang disyaratkan oleh hukum, misalnya:
i. Produksi dokumen atau ketentuan lainnya dari bukti dalam proses hukum; atau
ii. Pengungkapan kepada otoritas publik sesuai pelanggaran hukum yang
terungkap; dan
(c) Terdapat tugas atau hak profesional untuk mengungkapkan, jika
tidak dilarang oleh hukum:
i. Untuk mematuhi reviu mutu oleh Ikatan Akuntan Indonesia;
ii. Untuk merespons pertanyaan atau investigasi oleh Ikatan Akuntan
Indonesia atau badan regulator;
iii. Untuk melindungi kepentingan profesional dari Akuntan
Profesional dalam proses hukum; atau
iv. (Untuk mematuhi standar teknis dan profesional, termasuk persyaratan etika.
140.8 Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi
rahasia, Akuntan Profesional mempertimbangkan faktor yang
relevan termasuk:
• Dapat tidaknya kepentingan semua pihak dirugikan, termasuk pihak
ketiga yang kepentingannya terpengaruh, jika klien atau pemberi kerja
menyetujui pengungkapan informasi oleh Akuntan Profesional.
• Diketahui tidaknya dan dibuktikan tidaknya semua informasi yang
relevan, sepanjang praktis; ketika menghadapi situasi bahwa fakta
tidak didukung bukti yang kuat, informasi
yang tidak lengkap, atau kesimpulan yang tidak didukung bukti yang
kuat, maka digunakan pertimbangan professional dalam menentukan jenis
pengungkapan yang akan diberikan.
• Jenis komunikasi yang digunakan dan pihak yang
dituju dalam komunikasi tersebut.
• Pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut adalah penerima yang tepat.

SEKSI 150
PERILAKU PROFESIONAL
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Akuntan Profesional
untuk mematuhi ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta
menghindari setiap perilaku yang Akuntan Profesional tahu atau
seharusnya tahu yang dapat mengurangi kepercayaan pada profesi. Hal
ini termasuk perilaku, yang menurut pihak ketiga yang rasional dan
memiliki informasi yang cukup, setelah menimbang semua fakta dan
keadaan tertentu yang tersedia bagi Akuntan Profesional pada waktu itu,
akan menyimpulkan, yang mengakibatkan pengaruh negatif terhadap
reputasi baik dari profesi.

Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya,


Akuntan Profesional dilarang mencemarkan nama baik profesi. Akuntan
Profesional bersikap jujur dan dapat dipercaya, serta tidak:
(a) Mengakui secara berlebihan mengenai jasa yang ditawarkan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang diperoleh; atau
(b) Membuat referensi yang meremehkan atau membuat perbandingan
tanpa bukti terhadap pekerjaan pihak lain.
Bagian C: Akuntan Profesional di Bisnis.
Seksi 300 – Pendahuluan
Situasi bisnis yang dapat terjadi pada seorang akuntan profesinal,
pada bagian A sudah dijelaskan untuk penerapan kerangka konseptual di
Bagian A oleh Akuntan Profesional di Bisnis dalam situasi tertentu.
Pada bagian C ini menjelaskan terkait dengan pengelompokan ancaman
atas kepatuhan, pemberian anjuran untuk mewaspadai keadaan dan
hubungan tersebut. Investor, kreditur, pemberi kerja, dan komunitas
bisnis lain, sebagaimana juga pemerintah dan masyarakat umum
menjadikan hasil pekerjaan dari akuntan professional bisnis sebagai
acuan. Karyawan, rekan, direktur, komisaris, manajer sekaligus pemilik,
relawan, atau lainnya, yang bekerja pada satu atau lebih organisasi
mempunya peran sebagai akuntan professional bisnis. Selain peran yang
dimiliki tetapi juga memiliki tanggung jawab pada untuk mendukung
organisasi tempatnya bekerja mencapai tujuannya. Kode Etik ini tidak
dimaksudkan untuk menghalangi Akuntan Profesional di Bisnis
memenuhi tanggung jawab tersebut, namun lebih bertujuan untuk
menjelaskan keadaan yang dapat mengurangi kepatuhan pada prinsip
dasar etika.
Semakin tinggi jabatan, maka semakin besar kesempatan dan
kemampuannya untuk memengaruhi peristiwa, praktik, dan perilaku.
Akuntan Profesional di Bisnis didorong untuk mendukung budaya
organisasi yang berbasis etika yang menekankan pentingnya manajemen
senior untuk berperilaku etis. Pengelompokan ancaman atas atas
kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terancam oleh beragam keadaan
dan hubungan, dikelompokan menjadi: (a) Ancaman kepentingan
pribadi; (b) Ancaman telaah pribadi; (c) Ancaman advokasi; (d)
Ancaman kedekatan; dan (e) Ancaman intimidasi.
- Contoh keadaan yang dapat memunculkan ancaman
kepentingan pribadi yaitu Penggunaan asset perusahaan
secara tidak pantas untuk kepentingan pribadi, Keterlibatan
dalam perancangan insentif kompensasi yang ditawarkan oleh
organisasi tempatnya bekerja;
- Contoh keadaan yang memunculkan ancaman telaah pribadi
yaitu penentuan perlakuan akuntansi yang tepat atas
kombinasi bisnis setelah yang bersangkutan melakukan studi
kelayakan yang mendukung keputusan akuisisi bisnis
tersebut;
- Contoh keadaan yang dapat memunculkan ancaman advokasi
yaitu mempromosikan organisasi tempatnya bekerja dengan
membuat pernyataan yang salah atau menyesatkan;
- Contoh keadaan yang dapat memunculkan ancaman
kedekatan yaitu Memiliki hubungan yang lama dengan rekan
bisnis yang berpengaruh terhadap keputusan bisnis,
Menerima hadiah atau perlakuan istimewa dari pihak ketiga;
- Contoh keadaan yang dapat memunculkan ancaman
intimidasi yaitu penghentian atau penggantian akibat dari
ketidaksepakatan mengenai penerapan prinsip akuntansi atau
cara pelaporan informasi keuangan.
Menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut sampai ke
tingkat yang dapat diterima terbagi menjadi dua kelompok besar
perlindungan yaitu Perlindungan oleh ikatan profesional, perundang-
undangan, atau peraturan; dan lingkungan kerja. Contoh untuk
perlindungan pada ikatan professional pada bagian A. Pada keadaan
untuk menyakini bahwa perilaku atau tindakan tidak beretika akan terus
terjadi di dalam organisasi tempatnya bekerja, maka perlu
mempertimbangkan untuk memperoleh nasihat hukum. Dalam situasi
ekstrem tersebut ketika seluruh perlindungan yang tersedia telah
diterapkan dan tidak mungkin lagi mengurangi ancaman sampai ke
tingkat yang dapat diterima, maka dapat memutuskan untuk berhenti dari
organisasi tempatnya bekerja.
Seksi 310 – Benturan Kepentingan
Benturan kepentingan dapat memunculkan ancaman terhadap
prinsip objektivitas dan prinsip dasar etika yang lain. Ancaman tersebut
dapat muncul ketika melakukan suatu kegiatan p
permasalahan tertentu bagi dua pihak atau lebih yang memiliki
kepentingan yang berbenturan; atau melakukan suatu kegiata
professional terkait
dengan permasalahan tertentu entu bagi dua pihak atau lebih
yang memiliki kepentingan yang berbenturan; atau permasalahan tertent
berbenturan dengan berkepentingan pihak yang menerima jasa dari
Akuntan Profesional yang bersangkutan. Pihak yang mungkin terlibat
dalam benturan kepentingan mencakup organisasi tempatnya bekerja,
pemasok, pelanggan, pemberi pinjaman, pemegang saham, atau pihak
lain. Contoh situasi yang memunculkan benturan kepentingan termasuk:
- Berposisi sebagai manajemen di dua organisasi dan
memperoleh informasi rahasia dari satu organisasi yang dapat
digunakan untuk menguntungkan atau merugikan organisasi
yang lain.
- Melakukan kegiatan professional untuk dua pihak dalam
suatu persekutuan untuk membantu mereka secara terpisah
dalam proses pembubaran persekutuan
- Menyusun informasi keuangan bagi anggota manajemen
tertentu dari entitas tempatnya bekerja yang sedang berupaya
untuk melakukan pembelian atas entitas tersebut
(management buy-out).
- Bertanggung jawab memilih pemasok bagi organisasi
tempatnya bekerja ketika terdapat anggota keluarga batih dari
Akuntan Profesional yang akan memperoleh keuntungan
keuangan dari transaksi tersebut.
Terdapat 3 ketika yaitu ketika melakukan identifikasi dan evaluasi, ketika
menghadapi benturan kepentingan, dan ketika muncul ancaman.
Identifikasi keberadaan atau kemungkinan munculnya benturan
kepentingan, untuk mengambil langkah-langkah yang rasional untuk
menentukan sifat dalam kepentingan dan hubungan maupun kegiatan dan
dampaknya. Jika terdapat benturan kepentingan teridentifikasi perlu ada
nya evaluasi signifikan baik kepentingan atau hubungan yang terkait dan
ancaman yang muncul dari pelaksanaan kegiatan profesional.
menerapkan perlindungan ketika diperlukan untuk menghilangkan
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika atau
menguranginya sampai ke tingkat yang dapat diterima. Bergantung pada
keadaan yang memunculkan benturan kepentingan, tindakan berikut
merupakan perlindungan yang mungkin tepat :
- Merestrukturisasi atau memisahkan tanggung jawab dan tugas tertentu.
- Mendapat pengawasan yang tepat.
- Menarik diri dari proses pembuatan keputusan terkait dengan
permasalahan yang memunculkan benturan kepentingan.
- Berkonsultasi
dengan pihak ketiga. Seksi
320 – Penyusunan dan
Pelaporan Informasi
Akuntan Profesional di Bisnis seringkali terlibat dalam proses
penyusunan dan pelaporan informasi, baik untuk kepentingan publik
maupun yang digunakan oleh pihak lain di dalam maupun di luar
organisasi tempatnya bekerja. Informasi tersebut dapat mencakup
informasi keuangan atau informasi manajemen, seperti proyeksi dan
anggaran, laporan keuangan, diskusi dan analisis manajemen, dan surat
representasi manajemen yang disediakan bagi auditor selama proses
audit laporan keuangan. Menyusun atau menyajikan informasi tersebut
secara wajar, jujur, dan sesuai dengan standar profesional yang berlaku,
sehingga dapat dimengerti dalam konteks pelaporannya. Laporan
keuangan untuk tujuan umum dari organisasi, meyakini bahwa laporan
keuangan tersebut disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
yang berlaku yang memiliki tanggung jawab dalam menyusun
dan meyetujui adalah akuntan professional. Langkah-langkah rasional
untuk memelihara informasi yang menjadi tanggung jawabnya dengan
cara :
- Menjelaskan dengan gamblang mengenai sifat sebenarnya
dari transaksi bisnis, aset, atau liabilitas;
- Mengklasifikasikan dan mencatat informasi secara tepat
waktu dan dengan cara yang tepat; dan;
- Menyajikan fakta secara akurat dan lengkap dalam semua hal
yang material Kepatuhan pada prinsip dasar etika mempunyai
ancaman seperti kepentingan pribadi
atau ancaman intimidasi terhadap prinsip integritas, objektivitas, atau
kompetensi dan kehati- hatian profesional, dapat muncul ketika Akuntan
Profesional di Bisnis mendapat tekanan (baik dari luar atau dari
kemungkinan perolehan keuntungan pribadi) untuk menyusun atau
melaporkan informasi yang menyesatkan atau dikaitkan dengan
informasi yang menyesatkan melalui tindakan pihak lain. Pada
penyusunan dan pelaporan informasi terdapat hal yang signifikan yaitu
pertama signifikansi dari ancaman tersebut akan bergantung pada faktor
seperti sumber tekanan dan budaya organisasi di dalam organisasi
tempatnya bekerja dan kedua signifikansi dari semua ancaman dievaluasi
dan perlindungan diterapkan ketika diperlukan untuk menghilangkan
atau mengurangi ancaman sampai ke tingkat yang dapat diterima.
Seksi 330 – Bertindak dengan Keahlian yang Memadai.
Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mensyaratkan
Akuntan Profesional di Bisnis hanya melaksanakan tugas signifikan
ketika memiliki, atau dapat memperoleh, pelatihan atau pengalaman
tertentu yang memadai. Hal tidak boleh dengan sengaja menyesatkan
pemberi kerja mengenai tingkat keahlian atau pengalaman yang
dimilikinya, ataupun gagal memperoleh nasihat dan bantuan ahli ketika
diperlukan. Keadaan berikut dapat memunculkan ancaman :
- Waktu yang tidak mencukupi dalam melaksanakan atau menyelesaikan
tugas;
- Informasi yang tidak lengkap dan terbatas, atau tidak
cukupnya informasi dalam melaksanakan tugas;
- Pengalaman, pelatihan, dan atau pendidikan yang tidak memadai
- Sumber daya yang tidak cukup dalam melaksanakan tugas
dengan tepat Signifikansi ancaman dievaluasi dan perlindungan
diterapkan ketika diperlukan untuk
menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut sampai ke tingkat
yang dapat diterima. Contoh perlindungan tersebut termasuk:
- Diperolehnya nasihat atau pelatihan tambahan
- Dipastikannya kecukupan waktu dalam melaksanakan tugas
- Diperolehnya bantuan dari seseorang dengan keahlian yang dibutuhkan
- Dilakukan konsultasi dengan, ketika diperlukan
- Atasan di dalam organisasi tempat kerja
- Ahli independen
Seksi 340 – Kepentingan Keuangan, Kompensasi, Dan Insentif Terkait
Dengan Pelaporan Keuangan Dan Pengambilan Keputusan
Akuntan Profesional di Bisnis mungkin mempunyai kepentingan
keuangan termasuk kepentingan keuangan yang timbul dari program
kompensasi atau insentif, atau mungkin mengetahui kepentingan
keuangan dari anggota keluarga batih atau keluarga sedarah dan
semenda, yang dalam keadaan tertentu dapat memunculkan ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika. Misalnya, ancaman
kepentingan pribadi terhadap prinsip objektivitas atau kerahasiaan dapat
muncul dari motif dan kesempatan untuk memanipulasi informasi yang
berpengaruh terhadap harga saham untuk memperoleh keuntungan
keuangan. Contoh keadaan yang dapat memunculkan ancaman
kepentingan pribadi termasuk situasi ketika Akuntan Profesional di
Bisnis atau anggota keluarga batih atau keluarga sedarah dan semenda :
- Memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung
di organisasi tempatnya bekerja dan nilainya dapat
dipengaruhi secara langsung oleh keputusan yang dibuat oleh
Akuntan Profesional di Bisnis;
- Berhak untuk mendapatkan bonus yang dikaitkan dengan
laba, dan nilainya dapat dipengaruhi secara langsung oleh
keputusan yang dibuat oleh Akuntan Profesional di Bisnis;
- Memiliki hak secara langsung atau tidak langsung atas bonus
kepemilikan saham yang ditangguhkan atau opsi saham
organisasi tempatnya bekerja, yang nilainya dapat
dipengaruhi secara langsung oleh keputusan yang dibuat oleh
Akuntan Profesional di Bisnis;
- Ikut serta dalam program kompensasi yang member insentif
atas pencapaian target kinerja atau upaya untuk
memaksimalkan nilai saham organisasi tempatnya bekerja,
misalnya, melalui program insentif jangkapanjang yang
dikaitkan dengan pencapaian kinerja tertentu.
Signifikansi setiap ancaman dievaluasi dan perlindungan diterapkan
ketika diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman
tersebut sampai ke tingkat yang dapat diterima. Dalam mengevaluasi
signifikansi setiap ancaman dan menentukan perlindungan yang tepat
untuk diterapkan dalam rangka menghilangkan atau mengurangi
ancaman sampai ke tingkat yang dapat diterima, Akuntan Profesional di
Bisnis mengevaluasi sifat dari kepentingan keuangan, termasuk
signifikansinya. Hal yang menyebabkan kepentingan keuangan menjadi
signifikan akan bergantung pada keadaan masing-masing orang. Contoh
perlindungan termasuk:
- Kebijakan dan prosedur bagi komite manajemen yang
independen dalam menentukan tingkat atau bentuk
remunerasi manajemen senior.
- Mengungkapkan semua kepentingan yang relevan dari setiap
program pemberian atau perdagangan saham yang dimiliki
oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola organisasi
ditempatnya bekerja, sesuai dengan kebijakan internal
organisasi.
- Berkonsultasi, ketika tepat, dengan atasan di dalam organisasi tempatnya
bekerja.

Seksi 340 – Bujukan


Menerima Penawaran
Akuntan Profesional di Bisnis, anggota keluarga batih, atau
anggota keluarga sedarah dan semenda mungkin ditawari bujukan dalam
berbagai bentuk termasuk hadiah, layanan, perlakuan istimewa, dan
tawaran yang tidak sepantasnya berdasarkan pertemanan atau loyalitas.
Bujukan dapat memunculkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika. Ketika Akuntan Profesional di Bisnis atau anggota keluarga
batih atau keluarga sedarah dan semenda ditawari bujukan, maka
dilakukan evaluasi atas situasi tersebut. Ancaman kepentingan pribadi
terhadap prinsip kerahasiaan atau objektivitas muncul ketika bujukan
diberikan dalam upaya untuk memengaruhi tindakan atau keputusan,
mendorong perilaku ilegal atau tidak jujur, atau memperoleh informasi
rahasia. Ancaman intimidasi terhadap prinsip objektivitas atau
kerahasiaan muncul jika bujukan tersebut diterima dan diikuti dengan
ancaman untuk mempublikasi dan merusak reputasi, baik Akuntan
Profesional di Bisnis maupun anggota keluarga batih atau keluarga
sedarah dan semenda.
Memberi Penawaran
Akuntan Profesional di Bisnis mungkin berada dalam situasi
yang mana Akuntan Profesional di Bisnis diharapkan, atau di bawah
tekanan lainnya, untuk menawarkan bujukan
untuk memengaruhi pertimbangan atau proses pengambilan keputusan
dari individu atau organisasi, atau untuk memperoleh informasi rahasia.
Akuntan Profesional di Bisnis mungkin berada dalam situasi yang mana
Akuntan Profesional di Bisnis diharapkan, atau di bawah tekanan
lainnya, untuk menawarkan bujukan untuk memengaruhi pertimbangan
atau proses pengambilan keputusan dari individu atau organisasi, atau
untuk memperoleh informasi rahasia.

Anda mungkin juga menyukai