Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALYTIC ETNOGRAFI

Matakuliah Metodologi Penelitian Non Positif


Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Dr. Dra. Lilik Purwanti, M.Si., Ak.

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Rini Adriani Auliana (206020300011004)
2. Reza Ronny Hermawan (206020300011006)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 3
DEFINISI ETNOGRAFI................................................................................................................4
PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ETNOGRAFI..................................................5
KARAKTERISTIK PENELITIAN ETNOGRAFI.............................................................................6
ANALISIS ETNOGRAFI...............................................................................................................6
DATA DAN SUMBER DATA........................................................................................................7
ANALISIS DATA.......................................................................................................................... 7
JENIS PENELITIAN ETNOGRAFI...............................................................................................7
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ETNOGRAFI......................................................................9
CONTOH PENELITIAN ETNOGRAFI........................................................................................11
KELEBIHAN.............................................................................................................................. 12
KELEMAHAN............................................................................................................................ 13
KESIMPULAN........................................................................................................................... 13
REFERENSI.............................................................................................................................. 14

2
PENDAHULUAN

Pergeseran metodologi penelitian dari kuantitatif ke arah kualitatif menjadi


pembicaraan yang cukup hangat. Denzin & Lincon (2009) mencatat lebih dari dua dekade ini,
perkembangan metodologi penelitian mengalami revolusi yang sangat pesat terutama di
lingkungan ilmu sosial dan humaniora atau yang dikenal dengan the qualitative revolution.
Statistika, desain eksperimental dan penelitian survey yang memiliki peran penting pada
penelitian ilmu sosial dan humaniora pada waktu itu bergeser ke arah deep interview, observasi
, analisis tekstual dan kajian kajian sejarah. Salah satu pendekatan penelitian kualitatif yang
banyak dipilih peneliti dewasa ini adalah etnografi.

Salah satu alasan tingginya peneliti memilih etnografi karena etnografi dipahami
sebagai sesuatu yang secara given dimiliki peneliti. Peneliti dibayangkan dengan sangat mudah
hanya dapat melukiskan suatu kelompok etnik. Padahal, tidak semudah itu, karena etnografi
juga mempunyai kaidahnya yang harus diikuti, mempunyai beberapa tataran akademik yang
harus dipilih, dan pada gilirannya dapat menggunakan dalam penelitian dengan penuh
bertanggung jawab. Dari gambaran situasi tersebut di atas, pengetahuan tentang pendekatan
penelitian kualitatif dalam hal ini etnografi menjadi penting untuk dipahami (Windiani & Nurul,
2016).

Karena cakupan penelitian etnografi yang bersumber pada budaya dan observasi serta
melakukan wawancara merupakan standar dasar pada penelitan etnografi maka perlu kiranya
dikembangkan beberapa asumsi yang menjadi dasar utama peneliti sebelum melakukan
penelitian. Beberapa asumsi dasar penelitian etnografi yang dikemukakan oleh Emzir (2011)
adalah sebagai berikut:

1. Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip utamanya dipengaruhi


oleh pemahaman kultural masyarakat.
2. Penelitian etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat
yang relevan dengan kepentingannya.
3. Dengan penelitian etnografi peneliti diasumsikan mampu memahami kelebihan kultural
dari masyarakat yang diteliti, menguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan
tersebut dan memiliki temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif dari
budaya tersebut.

3
Lebih lanjut, Gall, Gall and Borg dalam bukunya “Educational Research an
Introductional” menyatakan peneliti etnografi setidaknya memiliki beberapa pandangan tentang
lintas budaya yang menjadi objek penelitiannya diantaranya:
1. Ethnology: mencakup teori-teori dasar budaya yang merupakan data pembanding dari
beberapa budaya yang berbeda.
2. Pemerolehan budaya: yang memfokuskan diri pada konsep, nilai-nilai budaya,
kemampuan dan tingkah lakuyang merupakan budaya umum yang terjadi pada masing-
masing kebudayaan.
3. Pergeseran budaya: yang fokus pada penelitian tentang seberapa besar struktur sosial
mengintervensi kehidupan seseorang dalam suatu kasus tertentu.
Perlu dicatat bahwa penelitian etnografi ini juga dapat didekati dari titik pandang preservasi
seni dan kebudayaan, dan lebih sebagai suatu usaha deskriptif daripada usaha analitis.
Biasanya para peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat, namun
tidak selalu secara geografis saja, melainkan dapat juga memerhatikan pekerjaan,
pangangguran, dan aspek masyarakat lainnya. Beserta pemilihan informan yang mengetahui
dan memiliki suatu pandangan  atau pendapat tentang berbagai kegiatan masyarakat.

DEFINISI ETNOGRAFI

Etnografi merupakan suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini sangat percaya
pada ketertutupan, pengalaman pribadi, dan partisipasi yang mungkin, tidak hanya
pengamatan, oleh para peneliti yang terlatih dalam seni etnografi. Para etnografer ini sering
bekerja dalam tim yang multidisipliner. Di mana titik fokus penelitiannya dapat meliputi studi
intensif budaya dan bahasa, bidang atau domain tunggal, ataupun gabungan metode historis,
observasi, dan wawancara.
Pada awalnya etnografi berakar pada bidang antropologi dan sosiologi. Namun para
praktisi dewasa ini melaksanakan penelitian etnografi dalam segala bentuk. Ahli etnografi
melakukan studi persekolahan, kesehatan masyarakat, perkembangan pedesaan dan
perkotaan, konsumen dan barang konsumsi, serta arena manusia manapun.
Beberapa definisi lain tentang penelitian etnografi :
1. “When used as a method, ethnography typically refers to field work (alternatively,
participant-observation) conducted by a single investigator who ‘lives with and lives like’
those who are studied, ussually for a year or more”. (John Van Maanen, 1996). Dalam
hal ini, penelitian etnografi dilakukan ketika digunakan sebagai metode, etnografi
biasanya mengacu kepada kerja lapangan (alternative-partisipan-pengamatan)

4
dilakukan oleh seorang peneliti tunggal yang hidup dengan dan hidup seperti orang-
orang yang diteliti, biasanya dilakukan kurang lebih satu tahun atau lebih.
2. “Ethnography literally means ‘a portrait of a people’. An ethnography is a written
description of particular culture – the customs, beliefs, and behavior – based on
information collected through fieldwork.” (Marvin Harris and Orna Johnson,
2000).Secara harfiah penelitian etnografi berarti gambaran sebuah masyarakat. Yang
berarti etnografo adalah gambaran umum suatu budaya atau kebiasaan, keyakinan, dan
perlikau yang berdasarkan atas informasi yang telah dikumpulkan melalui penelitian
lapangan.
3. “Ethnography is the art and science of describing a group or culture. The description
may be small tribal group in an exotic land or a classroom in middle-class suburbia.”
(David M. Fetterman, 1998), (Genzuk, 2005:1). Etnografi adalah seni dan ilmu yang
menggambarkan tentang sebuah kelompok atau budaya. Penggambaran mungkin
mengenai tentang kelompok suku kecil dalam sebuah daerah yang menarik atau sebuah
kelas menengah maupun pinggiran kota.

PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ETNOGRAFI

Penelitian etnografi merupakan penelitian terperinci yang dapat menggambarkan suatu


kegiatan, kejadian yang biasa terjadi sehari-hari pada suatu komunitas tertentu. Ini merupakan
dasar kekuatan penelitian etnografi yang memberikan gambaran utuh tentang apa yang terjadi
di lapangan. Berbeda halnya dengan penelitian kuantitatif yang menangkap kebenaran hakikat
perilaku sosial di masyarakat dengan sandaran studi latar artifisial atau pada apa yang
dikatakan orang bukan melihat dan terjun secara langsung mempelajari apa yang dilakukan
oleh obyek penelitian tersebut.
a. Naturalisme : ini menggambarkan bahwa penelitian etnografi yang dijalankan bertujuan
untuk menangkap suatu karakter yang muncul secara alami dan didapatkan melalui
kontak langsung, bukan melalui interfensi atau rekayasa eksperimen.
b. Pemahaman: yang menjadi landasan utama disini adalah bahwa tindakan manusia
berbeda dari perilaku objek fisik. Tindakan tersebut tidak hanya tanggapan stimulus
namun juga interpretasi terhadap suatu stimulus. Untuk itu meneliti latar budaya yang
lebih dikenal lebih baik dari pada meneliti yang masih asing agar terhindar dari resiko
kesalahpahaman budaya.
c. Penemuan: Penelitian etnografi merupakan penelitian yang didasari oleh penemuan
sang peneliti. Ini merupakan bentuk otentik sebuah penelitian dimana suatu fenomena

5
dikaji tidak hanya berdasar pada serangkaian hipotesis yang mungkin bisa saja terjadi
kegagalan namun menjadi nyata setelah dibutakan oleh asumsi yang dibangun ke
dalam hipotesis tersebut.

KARAKTERISTIK PENELITIAN ETNOGRAFI

Creswell dalam bukunya “Educational Research, planning, conducting and evaluating


quantitative and qualitative research” menyebutkan beberapa karakter penelitian etnografi
diantaranya:
a. Cultural theme: Merupakan suatu budaya yang terimplementasikan atau tergambarkan
pada suatu grup atau komunitas tertentu (Spradley:1980b.)
b. A Culture –sharing group: merupakan penelitian yang dapat dilaksanakan pada 2 orang
atau lebih yang memiliki kesamaan sikap, perilaku dan bahasa. 
c. Fieldwork: Dalam penelitian etnografi Fieldwork  bermakna tempat dimana peneliti dapat
menggabungkan data pada seting tempat dan lokasi yang dapat dipelajari .
d. Description in etnography: Merupakan gambaran terperinci dari obyek yang dilakukan
penelitian.
e. A Context: merupakan seting tempat, situasi atau lingkungan yang melingkupi kelompok
budaya yang dipelajari.
f. Researcher Reflexivity: Mengacu pada sebuah kondisi dimana seorang peneliti dalam
kondisi yang sadar dan terbuka atas perannya sebagai peneliti yang dengannya dapat
timbul rasa saling mempercayai antara peneliti dan obyek yang ditelitinya.

ANALISIS ETNOGRAFI

Yang dimaksud analisis isi etnografi adalah pendekatan dalam analisis dokumen
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang dijelaskan oleh David L. Altheide: An
ethnographic approach to document analysis is offered based on principles of qualitative data
collection and analysis.
Yakni pendekatan etnografi yang diterapkan dalam analisis dokumen didasarkan pada
prinsip-prinsip dasar pengumpulan dan analisis data kualitatif. Adapun kegunaan Ethnograpic
Content Analysis (ECA) ialah untuk memahami komunikasi makna dalam dokumen. David L.
Altheide: Ethnographic content analysis is used to document and understand the
communication of meaning,as well as to verify theoretical relationship. Its distinctive

6
characteristic is the reflexive and highly interactive nature of the investigator, concepts, data
collection and analysis.
Analisis etnografis digunakan untuk dokumen dan memahami komunikasi makna, serta
untuk memverifikasi hubungan teoritis. Karakteristik khas dari tipe ini adalah refleksif dan
interaktif dan penyidik, pemahanan konsep, pengumpulan data dan analisis.
Analisa yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah Ethnograpic content analysis.
Merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis
atau tercetak dalam media massa. Dalam analisis isi terdapat dua metode, yakni metode
kualitatif dan metode kuantitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah, (lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti
merupakan instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi.

DATA DAN SUMBER DATA

1. Data adalah kegiatan untuk mencari kebenaran suatu masalah. Upaya mencari
kebenaran ini melalui kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, menganalisisnya,
menginterpretasikan dan menarik kesimpulan. Data dalam penelitian ini adalah data
kualitatif yaitu data yang berbentuk katakata, kalimat-kalimat, narasi-narasi. Data ini
berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa
katakata.seringkali data kualitatif ini bersifat subjektif sebab data itu ditafsiran oleh orang
yang berbeda.Data yang peneliti maksud ialah data berupa pesan-pesan dakwah yang
mengandung unsur-unsur aqidah, syariah, dan akhlak.
2. Sumber data Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini ialah subjek darimana
data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini ialah karya sastra novel
yang berjudul Di Antara Dua Sujud karya Muhammad Irata terbitan tahun 2014 cetakan
pertama oleh penerbit Mutiara Media.

ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam


suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Taylor mendefinisikan analisis data sebagai
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis
seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada
hipotesis.

7
Analisis yang digunakan ialah analisis isi kualitatif atau disebut juga sebagai Ethnograpic
Content Ananlysis (ECA), yakni perpaduan analisis isi objektif dengan observasi partisipan.

JENIS PENELITIAN ETNOGRAFI

Menurut Creswell yang dikutip oleh (Windiani & Nurul, 2016) penelitian etnografi dibagi
menjadi 2 yaitu sebagai berikut:

1. Etnografi realis. Etnografi realis adalah pendekatan yang populer digunakan oleh para
antropolog budaya. Dijelaskan Creswell (2012: 464) etnografi merefleksikan sikap
tertentu yang diambil oleh peneliti terhadap individu yang sedang dipelajari. Etnografi
realis adalah pandangan obyektif terhadap situasi, biasanya ditulis dalam sudut
pandang orang ketiga, melaporkan secara obyektif mengenai informasi yang dipelajari
dari para obyek penelitian di lokasi (Creswell, 2012:464). Dalam etnografi realis ini:
a. Etnografer menceritakan penelitian dari sudut pandang orang ketiga, laporan
pengamatan partisipan, dan pandangan mereka. Etnografer tidak menuliskan
pendapat pribadinya dalam laporan penelitian dan tetap berada di belakang layar
sebagai reporter yang meliput tentang fakta-fakta yang ada.
b. Peneliti melaporkan data objektif dalam sebuah bentuk informasi yangterukur, tidak
terkontaminasi oleh bias, tujuan politik, dan penilaian pribadi. Peneliti dapat
menggambarkan kehidupan sehari-hari secara detail antara orang-orang yang
diteliti. Etnografer juga menggunakan kategori standar untuk deskripsi budaya
(misalnya kehidupan keluarga, kehidupan kerja, jaringan sosial, dan sistem status).
c. Etnografer menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang diedit tanpa
merubah makna dan memiliki kesimpulan berupa interpretasi dan penyajian budaya
(Creswell, 2012: 464).
2. Etnografi kritis. Dewasa ini populer juga etnografi kritis. Etnografi kritis adalah jenis
penelitian etnografi di mana penulis tertarik memperjuangkan emansipasi kelompok
yang terpinggirkan dalam masyarakat (Creswell, 2012: 467). Peneliti kritis biasanya
berfikir dan mencari melalui penelitian mereka, melakukan advokasi terhadap
ketimpangan dan dominasi (Creswell, 2012: 467). Sebagai contoh, ahli etnografi kritis
meneliti sekolah yang menyediakan fasilitas untuk siswa tertentu, menciptakan situasi
yang tidak adil di antara anggota kelas sosial yang berbeda, dan membiarkan
diskriminasi gender.
Komponen utama dari etnografi kritis adalah factor-faktor seperti nilai sarat orientasi,
memberdayakan masyarakat dengan memberikan kewenangan yang lebih, menantang

8
status quo, dan kekhawatiran tentang kekuasaan dan kontrol (Creswell, 2012: 467).
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Menyelidiki tentang masalah sosial kekuasaan, pemberdayaan, ketidaksetaraan,
ketidakadilan, dominasi, represi, hegemoni, dan korban.
b. Para peneliti melakukan etnografi kritis sehingga penelitian mereka tidak semakin
meminggirkan individu yang sedang dipelajari. Dengan demikian, para penanya
berkolaborasi, aktif berpartisipasi, dan bekerjasama dalam penulisan laporan akhir.
Para peneliti etnografi kritis diharapkan untuk berhati-hati dalam memasuki dan
meninggalkantempat penelitian, serta memberikan feedback.
c. Para peneliti etnografi memberikan pemahaman secara sadar, mengakui bahwa
interpretasi mencerminkan sejarah dan budaya kita sendiri. Interpretasi dapat hanya
bersifat sementara dan tergantung bagaimana partisipan akan melihatnya.
d. Peneliti kritis memposisikan diri dan sadar akan peran mereka dalampenulisan
laporan penelitian.
e. Posisi ini tidak netral bagi peneliti kritis, hal ini berarti bahwa etnografi kritis akan
menjadi pembela perubahan untuk membantu mengubah masyarakat kita sehingga
tidak ada lagi yang tertindas dan terpinggirkan.
f. Pada akhirnya, laporan etnografi kritis akan menjadi multilevel, multimetode
pendekatan untuk penyelidikan, penuh kontradiksi, tak terpikirkan, dan ketegangan
(Creswell, 2012: 467)

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ETNOGRAFI

Langkah-langkah penelitian etnografi yang dikemukakan Spradley (1997) dalam buku


Metode Etnografi, sebagai berikut:

1. menetapkan informan. Ada lima syarat minimal untuk memilih informan, yaitu:
a. enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik,
b. keterlibatan langsung
c. suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak
budaya sebagaimana adanya
d. memiliki waktu yang cukup
e. non-analitis

Tentu saja, lima syarat ini merupakan idealisme, sehingga kalau peneliti kebetulan hanya
mampu memenuhi dua sampai tiga syarat pun juga sah-sah saja. Apalagi, ketika memasuki

9
lapangan, peneliti juga masih menduga-duga siapa yang pantas menjadi informan yang tepat
sesuai penelitiannya.

2. melakukan wawancara kepada informan. Sebaiknya dilakukan dengan wawancara yang


penuh persahabatan. Pada saat awal wawancara perlu menginformasikan tujuan,
penjelasan etnografis (meliputi perekaman, model wawancara, waktu dan dalam
suasana bahasa asli), penjelasan pertanyaan (meliputi pertanyaan deskriptif, struktural,
dan kontras). Wawancara hendaknya jangan sampai menimbulkan kecurigaan yang
berarti pada informan.
3. membuat catatan etnografis. Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang
diperluas, jurnal lapangan, dan perlu diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga
sangat fleksibel, tidak harus menggunakan kertas ini itu atau buku ini itu, melainkan
cukup sederhana saja. Yang penting, peneliti bisa mencatat jelas tentang identitas
informan.
4. mengajukan pertanyaan deskriptif. Pertanyaan ini digunakan untuk merefleksikan
setempat. Pada saat mengajukan pertanyaan, bisa dimulai dari keprihatinan,
penjajagan, kerja sama, dan partispasi. Penjajagan bisa dilakukan dengan prinsip:
membuat penjelasan berulang, menegaskan kembali yang dikatakan informan, dan
jangan mencari makna melainkan kegunaannya.
5. melakukan analisis wawancara etnografis. Analisis dikaitkan dengan simbol dan makna
yang disampaikan informan. Tugas peneliti adalah memberi sandi simbol-simbol budaya
serta mengidentifikasikan aturan-aturan penyandian dan mendasari.
6. membuat analisis domain. Peneliti membuat istilah pencakup dari apa yang dinyatakan
informan. Istilah tersebut seharusnya memiliki hubungan semantis yang jelas. Contoh
domain, cara-cara untuk melakukan pendekatan yang berasal dari pertanyaan: “apa
saja cara untuk melakukan pendekatan”.
7. mengajukan pertanyaan struktural. Yakni, pertanyaan untuk melengkapi pertanyaan
deskriptif. Misalkan, orang tuli menggunakan beberapa cara berkomunikasi, apa saja
itu?
8. membuat analisis taksonomik. Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan yang
telah diajukan. Ada lima langkah penting membuat taksonomi, yaitu:
a. pilih sebuah domain analisis taksonomi, misalkan jenis penghuni penjara (tukang
peluru, tukang sapu, pemabuk, petugas elevator dll.),
b. identifikasi kerangka substitusi yang tepat untuk analisis,

10
c. cari subset di antara beberapa istilah tercakup, misalkan kepala tukang kunci: tukang
kunci,
d. cari domain yang lebih besar,
e. buatlah taksonomi sementara.
9. mengajukan pertanyaan kontras. Kita bisa mengajukan pertanyaan yang kontras untuk
mencari makna yang berbeda, seperti wanita, gadis, perempuan, orang dewasa, dan
sebagainya.
10. membuat analisis komponen. Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan
setelah di lapangan. Hal ini untuk menghindari manakala ada hal-hal yang masih perlu
ditambah, segera dilakukan wawancara ulang kepada informan.
11. menemukan tema-tema budaya. Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan
merupakan puncak analisis etnografi. Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan
tema budaya, berarti keberhasilan dalam penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru
peneliti mampu mengungkap tema-tema yang orisinal, dan bukan tema-tema yang telah
banyak dikemukakan peneliti sebelumnya.
12. menulis etnografi. Menulis etnografi sebaiknya dilakukan secara deskriftif, dengan
bahasa yang cair dan lancar. Jika kemungkinan harus berceritera tentang suatu
fenomena, sebaikrnya dilukiskan yang enak dan tidak membosankan pembaca.

Penentuan informan kunci juga penting dalam penelitian etnografi. Informan kunci
dapat ditentukan menurut konsep Benard (1994:166) yaitu orang yang dapat berceritera secara
mudah, paham terhadap informasi yang dibutuhkan, dan dengan gembira memberikan
informasi kepada peneliti. Informan kunci adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat
dengan terhormat dan berpengetahuan dalam langkah awal penelitian. Orang semacam ini
sangat dibutuhkan bagi peneliti etnografi. Orang tersebut diperlukan untuk membukan jalan
(gate keeper) peneliti berhubungan dengan responden, dapat juga berfungsi sebagai pemberi
ijin, pemberi data, penyebar ide, dan perantara. Bahkan akan lebih baik apabila informan kunci
mau memperkenalkan peneliti kepada responden agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Bagi peneliti memang tidak mudah menentukan informan kunci. Karena itu, berbagai
hal perlu dipertimbangkan agar jendela dan pintu masuk peneliti semakin terbuka dan peneliti
mudah dipercaya oleli responden. Pertimbangan yang harus dilakukan dalam menentukan
informan kunci, antara lain: (a) orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi tentang
masalah yang diteliti; (b) usia telah dewasa; (c) sehat jasmani rohani; (d) bersikap netral, tidak
memiliki kepentingan pribadi; dan (e) berpengetahuan luas. Pada saat etnografer ke lapangan,

11
mengambil data, mereka akan mendengarkan dan mengamati langsung maupun berperan
serta, lalu mengambil keksimpulan.

CONTOH PENELITIAN ETNOGRAFI

Artikel jurnal “Accounting Practices and The Use of Money in The Reign of King
Udayana in Bali: An Ethnoarcheological Approach” oleh (Budiasih & Sukoharsono, 2012). Latar
belakang penelitian ini karena pada masa pemerintahan Raja Udayana, penggunaan mata
uang lokal berupa emas, perak, dan kepeng Cina menggambarkan bahwa pada masa itu telah
terjadi interaksi keuangan yang tidak hanya meliputi hubungan lokal tetapi juga hubungan
internasional. Melihat hubungan perdagangan tersebut, mungkin saja ada praktik akuntansi
yang perlu dieksplorasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi keberadaan praktek akuntansi
dan penggunaan uang pada masa pemerintahan Raja Udayana. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan etnoarcheologi dalam menganalisis masalah yang
diajukan. Pendekatan tersebut digunakan untuk memberikan pemahaman tentang konstruksi
praktik akuntansi dalam penggunaan mata uang yang diterapkan di masa lalu.

Semua data berasal dari penelitian arkeologi dan etnografi yang dilakukan di situs
Candi Samuan Tiga, Desa Bedahulu sebagai situs kerajaan Singhamandawa dan Candi
Gunung Kawi sebagai situs peninggalan Raja Udayana. Informan dalam penelitian ini adalah
mereka yang benar-benar mengetahui apa yang terjadi di masa lalu seperti ahli sejarah. Teknik
Pengumpulan Data pada penelitian ini adalah Wawancara mendalam dengan The Ancient
Historians, Pengempon Pura Heritage, Archaeologists and Epigrapher. Wawancara mendalam
dilakukan dengan sejarawan kuno yang mengetahui dan memahami berbagai sejarah
kehidupan, Pengempon Kuil Warisan Raja, dan para arkeolog. Selain itu Epigrapher juga
diwawancarai karena mereka bisa membaca prasasti yang menggunakan bahasa dan huruf
yang tidak dikenal. Wawancara juga dilakukan dengan tokoh adat dan warga masyarakat
setempat dilakukan. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap fenomena yang diamati,
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipatif. Teknik pengumpulan data ini
digunakan untuk menggali lebih dalam fenomena yang diamati dengan ikut serta dalam
penggalian situs. Berbaur dengan masyarakat juga dilakukan di situs kerajaan Singhamandawa
dan desa Sukawana sebagai situs desa Bali Aga.

12
KELEBIHAN

Kelebihan dari penelitian etnografi sebagai berikut:

1. Memberikan wawasan tentang aspek kehidupan sosial, termasuk persepsi dan nilai-
nilai, yang tidak dapat ditangkap oleh metode penelitian lain.
2. Etnografi juga memungkinkan peneliti untuk mengembangkan pemahaman yang kaya
dan berharga tentang makna budaya dari praktik dan interaksi.
3. Pengamatan terperinci yang dilakukan dalam penelitian etnografi juga dapat
membuktikan bias negatif atau stereotip tentang populasi yang dipertanyakan.

KELEMAHAN

Kelemahan dari penelitian etnografi sebagai berikut:

1. Memerlukan waktu dan dana yang cukup banyak


2. Sulit untuk menginterpretasikan data

KESIMPULAN

Etnografi merupakan suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini sangat percaya
pada ketertutupan, pengalaman pribadi, dan partisipasi yang mungkin, tidak hanya
pengamatan, oleh para peneliti yang terlatih dalam seni etnografi. Para etnografer ini sering
bekerja dalam tim yang multidisipliner. Di mana titik fokus penelitiannya dapat meliputi studi
intensif budaya dan bahasa, bidang atau domain tunggal, ataupun gabungan metode historis,
observasi, dan wawancara. Dalam hal ini, penelitian etnografi dilakukan ketika digunakan
sebagai metode, etnografi biasanya mengacu kepada kerja lapangan (alternative-partisipan-
pengamatan) dilakukan oleh seorang peneliti tunggal yang hidup dengan dan hidup seperti
orang-orang yang diteliti, biasanya dilakukan kurang lebih satu tahun atau lebih.
Pendekatan etnografis dalam penelitian social yang digunakan dalam aneka disiplin
keilmuan dan bidang terapan. Model etnografi adalah studi kualitatif terhadap diri individu atau
sekelompok dengan tujuan mendeskripsikan karakteristik kultural lebih mendalam secara
sistematis dalam ruang dan waktu mereka sendiri. Tujuan penelitian etnografi adalah untuk
memahami rumpun masyarakat sehingga dengan adanya kajian etnografi ini dapat memberikan
teori-teori ikatan budaya, memahami masyarakat yang kompleks, serta memahami perilaku
manusia. Selain itu kajian etnografi dapat berkontribusi dalam menyelesaikan masalah praktis
yang dihadapi dari subjek masyarkat yang sedang diteliti tersebut.

13
14
REFERENSI

Budiasih, I. G. A. N., & Sukoharsono, E. G. (2012). Accounting Practices and The Use of
Money in The Reign of King Udayana in Bali : An Ethnoarcheological Approach.
September, 1–18.

David L Atheide. 1987. Ethnographic Content Analysis. Arizona State University


Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komuniksai, h. 37
Mawardi, Rizal. 2019. Penelitian Kuantitatif: Pendekatan Etnografi.

Windiani, & Nurul, F. (2016). Menggunakan metode etnografi dalam penelitian sosial. Dimensi,
9(2), 87–92.

15

Anda mungkin juga menyukai