Anda di halaman 1dari 59

RESUME

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Teori Akuntansi Keuangan

Oleh Kelompok II:


1. Rini Adriani Auliana (206020300011004)
2. Irmasari H (206020300011009)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
STANDARD SETTING: ECONOMIC ISSUES
A. OVERVIEW
Teori regulasi disampaikan oleh Stigler (1971), mengatakan bahwa aktivitas seputar
peraturan menggambarkan hubungan antara kekuatan politik dari kelompok berkepentingan
(eksekutif/industri) sebagai sisi demand dan legislatif sebagai supply. Teori ini berpendapat
bahwa dibutuhkan aturan-aturan atau ketentuan dalam akuntansi. Pemerintah dibutuhkan
peranannya untuk mengatur ketentuan-ketentuan terhadap apa yang harus dilakukan perusahaan
untuk menentukan informasi. Ketentuan diperlukan agar semua pihak mendapatkan informasi
yang sama dan seimbang. Penyusun standar merupakan mediator atau penengah antara konflik
kepentingan investor dan manajer. Masalah fundamental teori akuntansi keuangan adalah
bagaimana merekonsiliasi (mensejalankan) pelaporan keuangan dan peran informasi akuntansi,
terkait dengan pengadaan kontrak yang efisien atau sama dengan bagaimana menentukan jumlah
informasi yang benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tingkat Pengaturan standar adalah
tantangan bagi akuntan.
Banyak aspek produksi informasi perusahaan yang dapat diatur, dan aturan ini dibuat
oleh badan penyusun standar dalam bentuk GAAP. Jumlah aturan terus meningkat seiring
dengan semakin banyaknya standar akuntansi yang diumumkan sehingga banyak industi
membuat aturan dalam pola kerjanya. Penerbangan, pengangkutan, jasa keuangan, dan
telekomunikasi adalah contoh dari industrialisasi yang telah diatur secara formal. Kemudian
apakah aturan yang akan dibuat ini menimbulkan banyaknya kompetensi dan inovasi atau
bahkan penciptaan aturan baru ini akan menimbulkan kakacauan?.Pembahasan mengenai pro
dan kontra pada penyusunan standar akan membantu untu melihat trade off yang telibat dalam
mengekspresikan peran penting informasi dalam lingkungan.
B. REGULATION OF ECONOMIC ACTIVITY
Terdapat banyak contoh regulasi ekonomi perusahaan yang melakukan monopoli seperti
perusahaan listrik, telpon, dan transportasi. Dalam hal ini, regulasi biasanya berbentuk regulasi
tingkat tarif, regulasi tingkat pengembalian modal yang diinginkan atau bahkan keduanya.
Adapun alasan utama dalam hal regulasi adalah untuk melindungi individu yang mengalami
kerugian informasi. Misalnya jika tidak terdapat adanya asimetri informasi dalam suatu keadaan
yang mengakibatkan seluruh tindakan manajer dan informasi dapat diobservasi oleh semua
pihak, sehingga akibatnya yaitu tidak ada kebutuhan untuk melindungi individu dari konsekuensi
pada kerugian informasi. Informasi akuntansi juga sering digunakan dalam membenarkan
regulasi untuk melindungi diri dari kerugian informasi. Akuntansi juga dipengaruhi oleh regulasi
yang dirancang untuk melakukan antisipasi terhadap asimetri informasi. Peran penting akuntansi
dan audit adalah untuk melaporkan informasi yang relevan dan dapat diandalkan, sehingga akan
mengurangi asimetri informasi di antara pihak perusahaan, dan pengguna lainnya. Namun perlu
diingat bahwa peran ini membutuhkan auditor yang kredibel dan kompeten untuk menciptakan
suatu standar pelaporan yang tinggi. Dalam mempertimbangkan masalah informasi, terdapat dua
hal yang akan digunakan sebagai acuan dalam membantu untuk membedakan jenis informasi
yang mungkin dimiliki oleh manajer yaitu:
1. Kepemilikan/proprietary informasi
Proprietary informasi diartikan sebagai informasi yang jika dikeluarkan maka akan sangat
mempengaruhi arus kas masa depan perusahaan. Contohnya adalah informasi mengenai
rencana strategis perusahaan seperti melakukan pengambilalihan atau merger. Biaya
manajer dan perusahaan dalam mengeluarkan informasi hak kepemilikan dapat cukup
tinggi.
2. Non proprietary informasi
Nonproprietary informasi adalah informasi yang tidak secara langsung mempengaruhi
arus kas perusahan. ini mencakup informasi laporan keuangan, peramalan pendapatan,
perinciaan pendanaan baru dan sebagainya. Informasi hasil audit juga termasuk salah satu
dari nonproprietary informasi
C. WAYS TO CHARACTERIZE INFORMATION PRODUCTION
Pengelolaan informasi mungkin perlu beberapa hal untuk membiasakan diri untuk
menerima dua alasan. Pertama, bahwa informasi dapat menjadi komoditas, dapat dikelola dan
dapat dijual. Kemudian, untuk mempertimbangkan secara terpisah biaya dan manfaat dari
informasi dan apakah secara sosial benar diproduksi. Kedua, kita menginginkan cara berpikir
yang terpadu tentang berbagai caramengelola informasi agar dapat terlaksana. Informasi adalah
komoditi yangkomplek. Apa yang kita maksud ketika kita berbicara tentang kuantitas informasi?
Ada beberapa cara untuk menjawab pertanyaan ini:
1. Dapat memikirkan informasi yang bagus. Dalam konteks akuntansi,sistem pelaporan
yang baik akan menambah lebih banyak rincian yang ada pada laporan keuangan. Contoh
laporan keuangan yang baik termasukpengungkapan catatan yang diperluas, penambahan
item baris pada laporan keuangan.Dalam konteks mengenai teori keputusan, produksi
informasi yanglebih baik berarti kemampuan yang lebih baik untuk membedakan
antararealisasi dan keadaan. Dalam akuntansi, konsep pengungkapan penuhmenunjukkan
produksi informasi yang lebih baik, pengungkapan penuh meningkatkan keakuratan
sistem informasi.
2. Dapat memikirkan tentang tambahan informasi. Dalam konteks informasi, maksud dari
penambahan informasi adalah melaporkan hal-hal yang saat ini tidak disertakan. Contoh
yang termasuk adalah ekstensi informasi dari akuntansi nilai sekarang untuk penambahan
asset dan liabilitas, informsi keuangan berorientasi masa depan, dan perluasan penutupan
risiko perusahaan. Dalam akuntansi, melaporkan risiko perusahaan menyiratkan keadaan
perusahaan yang relevan, menambahkan, apakah berisiko atau tidak, berisiko tinggi dan
rendahnya kondisi kinerja termasuk di dalamnya. Akuntansi nilai wajar meningkatkan
kemampuan laba bersih untukmelaporkan pengelolaan manajer. Jika demikian, ini berarti
menambahkan laporan megenai kinerja manajer kinerja yang baik atau buruk.
3. Cara untuk berpikir mengenai pengelolaan informasi dikenal dengan istilah kredibilitas.
Esensi dari kredibilitas adalah bahwa penerima tahubahwa pemilik informasi memiliki
keinginan untuk mengungkapkan yangsesungguhnya. Contoh pembeli tahu
bahwaprodusen harus menghasilkan produk yang akurat agar dapat bertahan dalam
bisnis. Dalam konteks akuntansi, dikatakan bahwa audit dari "Big Four" lebih dapat
dipercaya daripada audit dari "non-Big Four". Semakin tinggi hukuman bagi manajer
yang membocorkan informasi palsu, semakinkredibilitas pengungkapan yang
dilampirkan oleh manajer untuk investor.
D. FIRST BEST INFORMATION PRODUCTION
Dari sudut pandang masyarakat, secara kebenaran sosial, atau first-best,jumlah
pengelolaan informasi adalah jumlah untuk menyamakan manfaat social marginal dari
pengelolaan informasi dengan biaya sosial marginal dari pengelolaaninformasi. Banyak sekali
keuntungan dan biaya dari produksi informasi. Keuntunganmencakup keputusan investasi yang
lebih baik, kemungkinan biayamodal yang lebih rendah untuk perusahaan yang memproduksi
informasi dan pasar kerja yang lebih baik karena kepercayaan investor yang lebih besar,
pengurangan daya monopoli, identifikasi perusahaan gagal secara tepat waktu. Biaya produksi
informasi mencakupkemungkinan kenaikan biaya kontrak yang dihasilkan, misalnya
darivolatilitas pendapatan yang lebih besar yang dihasilkan oleh akuntansi nilai wajar.
E. MARKET FAILURES IN THE PRODUCTION OF INFORMATION
Ada empat hal yang menyebabkan kegagalan pasar dijelaskan sebagai berikut:
1. Eksternalitas dan Freeriding
Eksternalitas adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan atau individu yang
membebankan biaya atau manfaat pada perusahaan lain atau individu yang entitas eksternalitas
mereka tidak dikenakan biaya atau tidak menerima pendapatan. Free-riding adalah penerimaan
oleh perusahaan atau individu manfaat dari eksternalitas. Informasi yang dikeluarkan oleh satu
perusahaan maka akan dapat juga menyampaikan informasi tentang perusahaan lain. Misalnya,
perusahaan A menunjukkan peningkatan tajam dalam keuntungan penjualan, hal ini dapat
mempengaruhi ekspektasi pasar untuk perusahaan-perusahaan lain seperti perusahaan B,C,D
dalam industry tersebut. Jika perusahaan melepaskan informasi hak milik (misalnya, rincian
tentang paten berharga) ini dapat mempengaruhi ekspektasi pasar dari laba masa depan
perusahaan yang bersaing. Efek interaktif seperti ini disebut eksternalitas. Efek eksternalitas
menyebabkan nilai-nilai pribadi dan informasi sosial menyimpang.
2. Masalah adverse selection
Orang yang memiliki akses ke informasi orang dalam mungkin memanfaatkan keuntungan
mereka dengan mengorbankan investor luar. Ada dua masalah adverse selection. Pertama
masalah mengenai insider trading. Jika kesempatan itu ada untuk pihak dalam untuk
mendapatkan keuntungan, maka kesempatan tersebut akan digunakan oleh orang yang
menginginkannya, dan investor luar tetap akan mengangap bahwa pasar sekuritas berjalan
sebagaimana mestinya. Kedua adalah ketika manajer mengetahui berita buruk tentang masa
depan perusahaan dan perusahaan tidak mengeluarkan informasi tersebut, dengan demikian hal
ini akan menunda atau menghindari kehancuran reputasi manajer, dan sebagai konsekuensinya
yaitu akan mengakibatkan adanya pengurangan nilai pada pasar tenaga kerja majerial.
3. Resiko Moral
Manajer dapat menyembunyikan kelalaian yang telah dilakukan dengan menggunakan
oportunistik manajemen laba. DeFond dan Park (1997), mendokumentasikan kecenderungan
manajer untuk menutupi periode profitabilitas rendah dengan meminjam pendapatan dari periode
lainnya. Salah satu alasan untuk profitabilitas rendah adalah kelalaian manajer.
4. Unanimity
Karakteristik ekonomi dengan pasar yang tidak bekerja dengan baik adalah kurangnya kebulatan
suara, karena efek adverse selection dan moral hazard. Pemegang saham perusahaan akan
sepenuhnya mendukung manajer memaksimalkan nilai pasar perusahaan. Eckern dan Wilson
(1974) mempelajari masalah ini sehubungan dengan produksi fisik perusahaan, yaitu jenis dan
jumlah produk yang akan diproduksi dan memperlihatkan bahwa pilihan manajer dari rencana
produksi untuk memaksimalkan nilai pasar perusahaan tidak akan secara umum disetujui oleh
seluruh pemegang saham dalam kondisi pasar tertentu.
F. CONTRACTUAL INCENTIVIES FOR INFORMATION PRODUCTION
1. Examples Of Contractual Incentives
Dorongan untuk memproduksi informasi privat muncul dari kontrak yang diikuti oleh
perusahaan. informasi diperlukan untuk memonitor ketaatan terhadap kontrak, misalnya, untuk
mengamati kinerja manajer yang didasarkan atas hasil operasi perusahaan. Juga, suatuaudit akan
menambah kredibilitas terhadap net income yang dilaporkan, sehingga baik pemilik dan manajer
perusahaan bersedia menerima net income yang dilaporkan sebagai ukuran atas kinerja
manajemen.Alasan kontraktual lainnya atas penyampaian informasi privat muncul saat
perusahaan akan go publik. Menurut Jensen dan Meckling (1976). Manajer-pemilik perusahaan
go publik, setelah menjual semua atau sebagian kepentingannya, memiliki motivasi untuk
meningkatkan kelalaian. Sebelum IPO, masalah kelalaianmerupakan urusan internal perusahaan
(pemilik sekaligus manajer menanggung semua biaya). Biaya kelalaian merupakan pengurang
profit yang terjadi. Akibat go public, pemilik sekaligus manajer tidak memikul semua biaya itu
(pemilik yang baru akan ikut menanggung bagiannya secara proporsional). Jadi, biaya kelalaian
pemilik sekaligus manajer tidak sebanyak setelah go publik, sehingga ia akan lalai melebihi
sebelumnya. Ini merupakan biaya agensi bagi pemilik baru perusahaan. Motivasi untuk
mengadopsi tindakan oportunistik muncul karena perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham.
2. The Coase Theorem
Mekanisme kunci untuk produksi informasi untuk kontrak dikembangkan dari sebuah paper oleh
Ronald Coase (1960). Coase menunjukkan kondisi dimana masalah eksternalitas dapat
diinternalisasi, sehingga mengurangi kebutuhan akan regulasi. Investor yang berbeda pada
umumnya menginginkan banyak informasi tentang perusahaan. Seorang investor, yang mahir
dalam analisis keuangan, mungkin menuntut proyeksi yang sangattajam dari operasi masa depan,
untuk mempersiapkan perkiraan arus kas masa depan yang akan di kembalikan pada investasi.
Investor lain mungkin hanya ingin informasi tentang kebijakan dividen perusahaan. Investor
yang
menghindari risiko mungkin menuntut audit yang sangat kredibel dan tinggi, sementara investor
lain lebih memilih audit yang paling murah. Investor lain mungkin tidak menuntut informasi
sama sekali, terutama jika portofolio investasi mereka terdiversifikasi dengan baik. Sebagai
gantinya, dia mungkin mengandalkan efisiensi pasar untuk melindungi harga sahamnya. Jika
manajer berusaha menegosiasikan kontrak untuk produksi informasi dengan setiap calon
investor, biaya negosiasi sendiri akan menjadi halangan. Selain itu, sejauh investor yang berbeda
menginginkan Informasi yang berbeda, biaya produksi informasi perusahaan juga akan sangat
mahal. Jadi, sebagai alternatif, manajer berusaha untuk menegosiasikan satu kontrak dengan
semua investor, para investor ini harus menyetujui informasi apa yang mereka inginkan.
G. MARKET-BASED INCENTIVES FOR INFORMATION PRODUCTION
Pasar kerja manajerial terus mengevaluasi kinerjamanajer. Akibatnya, manajer yang melepaskan
informasi palsu, tidak lengkap,atau bias akanmerusak reputasi mereka. Meskipunpertimbangan
reputasi tidak sepenuhnya menghilangkan kebutuhan akan kontrakinsentif, namun itu
mengurangi jumlahinsentif yang dibutuhkan. Kerugian yang diharapkan dari risiko seleksi dan
estimasi yang merugikan, meningkatkan kepercayaan investor terhadapperusahaan. Jika
demikian, harga pasar dari sekuritisasi bank dapat naik ataubiaya modalnya akan turun. Ini akan
meningkatkankeuntungan dan nilai perusahaan. Pasar lain yang mendisiplinkan manajer
adalahpasar pengambilalihan, yang juga disebut pasar untuk pengendalian perusahaan.Jika
manajer tidak meningkatkan nilai firma, firma dapat dikenai pengambilalihan, yang jika berhasil,
sering mengakibatkan penggantian manajer.Semakin tidak puas para pemegang saham, semakin
besar kemungkinan pengambilalihan tersebut akan berhasil. Akibatnya, pasar pengambilalihan
juga memotivasi para manajer untuk meningkatkan nilai perusahaan.
H. A CLOSER LOOK AT MARKET BASED INCENTIVES
1. Prinsip Pengungkapan
Sebuah argumen sederhana dapat dibuat yang menunjukkan bahwa seorangmanajer akan
melepaskan semua informasi, baik atau buruk. Ini dikenal sebagaiprinsip pengungkapan. Jika
investor rasional tahu bahwa manajer memilikibeberapa informasi yang berguna untuk
keputusan, namun tidak tahu apa itu,mereka akan berasumsi bahwa jika menguntungkan manajer
akan melepaskannya.Jadi, jika manajer tidak melepaskannya, mereka akanmenganggap yang
terburuk dan menurunkan nilai pasar dari saham perusahaan.Argumen ini diperkuat oleh insentif
manajer untuk menjaga agar hargasaham perusahaan tidak turun. Seperti disebutkan sebelumnya,
penurunan hargasaham akan merugikan manajer melalui remunerasi yang lebih rendah dan/atau
melalui nilai yang lebih rendah di pasar tenaga kerja bagi para manajer. Karenapasar akan
menganggap yang terburuk jika informasinya tidak dilepaskan,pelepasan informasi yang kredibel
akan mencegah harga saham dan nilai pasarturun serendah mungkin.
2. Prinsip Penelitian Keterbukaan Empiris
Sesuai dengan prinsip pengungkapan, Verrecchiaberasumsi bahwa pasar tahu bahwa manajer
memiliki informasinya. Bagaimanajika pasar tidak yakin dengan hal ini? Apakah masih ada
insentif bagi manajeruntuk secara sukarela merilis informasi? Selain itu, perusahaan memiliki
lebihdari satu item informasi? Dalam kondisi apa manajer akan mengungkapkan semua
informasi, beberapa di antaranya, atau tidak? Bagaimana jika informasinya tidakberpemilik? Pae
(2005)menunjukkan bahwa manajer yang ingin memaksimalkan nilai perusahaan
akanmengungkapkannya jika keduanya cukup menguntungkan melebihi ambangpengungkapan,
terutama jika item cenderung saling mengkonfirmasi (perkiraanpendapatan tinggi dan arus kas
yang tinggi. Namun, jika satu perkiraan di bawah ambang batas dan yang lainnya diatas, hanya
yang di atas yang akan diungkapkan. Jika keduanya berada di bawahambang batas, tidak akan
diungkapkan.Jika perusahaan telah mengembangkan satu perkiraan, perusahaan
akanmengungkapkannya jika melebihi ambang batas. Jika tidak, itu tidakmengungkapkan
apapun.
Jika perusahaan belum mengembangkan perkiraan, perusahaan tersebutjelas tidak akan
mengungkapkan apapun. Perhatikan bahwa jika perusahaan tidakmengungkapkan apapun,
investor tidak tahu apakah perusahaan telahmengembangkan kedua prakiraan tersebut namun
keduanya berada di bawahambang batas mereka, mengembangkannya namun berada di bawah
ambangbatasnya, atau tidak mengembangkan keduanya. Inilah yang mencegah
prinsippengungkapan dari operasi untuk memaksakan pengungkapan penuh. Mengingat bahwa
prinsip ini mewajibkan investor mengetahui perusahaan memilikiinformasinya.
3. Signaling
Pengungkapan sukarela mengenai rincian proyek dan teknologi berkualitas tinggi dapat
mengungkapkan informasi kepemilikan yang berharga. Selanjutnya, bahkan jika manajer
mengungkapkan detailnya, dia mungkin tidak dipercayai oleh pasar yang skeptis. Bagaimana
manajer dapat dengan mudah mengungkapkan jenis perusahaannya, karena perbedaan kualitas
ini akan menimbulkan biaya yang berlebihan? Masalah ini telah dipertimbangkan dengan
menggunakan model pensinyalan. Sinyal adalah tindakan yang diambil oleh manajer high type
yang tidak rasional jika manajernya tipe rendah. Persyaratan yang diperlukan untuk sebuah
sinyal adalah lebih murah bagi manajer tipe tinggi dengan tipe rendah. Inilah yang memberi
sinyal kredibilitasnya, karena saat itu irasional untuk tipe rendah meniru tipe tinggi, dan  pasar
tahu ini.
4. Penelusuran Informasi Pribadi
Sampai saat ini, penyelidikan kami tentang insentif berbasis pasar untuk  pelepasan informasi
berpusat pada manajer. Argumennya adalah bahwa tingkat  pelepasan informasi yang tinggi
dapat memperbaiki reputasi manajer, menurunkan estimasi investor, dan mengurangi biaya
modal perusahaan terhadap keuntungan perusahaan dan manajer. Dengan demikian, tanggung
jawab ada pada manajer untuk melepaskan informasi. Tersirat dalam garis penalaran ini adalah
investor bersikap pasif. Mereka hanya bereaksi terhadap informasi apa pun yang dilepaskan
manajer dalam menentukan permintaan mereka terhadap sekuritas perusahaan. Akibatnya,
harganya terjangkau oleh pasar. Akan tetapi, mungkin banyak investor akan aktif mencari
informasi, terutama dengan adanya pedagang kebisingan atau inefisiensi pasar sekuritas.
Misalnya, mereka mungkin melakukan penyelidikan dan analisis sendiri mengenai nilai
perusahaan yang mendasar, atau mempekerjakan analis keuangan, manajer reksa dana, dan pakar
lainnya untuk membantu mereka. Mereka mungkin memperhatikan orang-orang yang mereka
curigai memiliki informasi dari dalam dan meniru tindakan mereka. Dengan demikian, ada
beragam cara agar investor atau perwakilan mereka dapat melakukan pencarian informasi
pribadi.
I. ARE FIRM REWARDED FOR SUPERIOR DISCLOSURE?
1. Theory
Jika pasar dipaksa untuk memotivasi pengungkapan superior, perusahaan seharusnya
mendapatkan keuntungan berupa harga saham yang lebih tinggi (higher share price) dan biaya
modal yang lebih rendah (lower cost of capital). Terdapat beberapa cara untuk mencapainya:
a. meningkatkan kemampuan investor untuk diversifikasi. Merton (1987) menampilkan
sebuah model dimana asimetri informasi dimodelkan sebagai sebagian pengetahuan
investor tentang perusahaan. Hasilnya investor dapat tidak sepenuhnya diversity untuk
menghilangkan risiko idiosyncratic dimana dengan adanya risiko ini menghasilkan cost
perusahaan yang lebih besar dari model CAPM. Jika perusahaan dapat meningkatkan
pengetahuan investor dengan pengungkapan superior, maka cost of capital akan turun dan
harga pasar akan naik dan factor lain tetap. Efek tambahannya idiosyncratic risk
berkurang.
b. meningkatkan likuiditas. Diamond and Verrecchia (1991) mengungkapkan model
pengungkapan sukarela yang kredibel mengurangi asimetri informasi antara perusahaan
dan pasar, sehingga meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Ini menarik investor
institusi besar yang dapat menjual sebagian besar saham perusahaan tanpa risiko
menurunkan harga.Harga saham perusahaan naik sebagai hasil dari permintaan yang
besar.
c. mengurangi risiko estimasi investor. Easley and O’hara (EO, 2004) mengungkapkan
model dengan informasi kedalam (inside information) dan keluar (outside information).
Model ini menunjukkan semakin tinggi estimasi pengembalian yang diinginkan investor,
semakin besar informasi ke dalam daripada informasi keluar.Alasannya adalah insiders
(manajemen) dapat membuat investasi yang lebih baik dibandingkan outsiders (investor)
karena keuntungan informasinya. Perusahaan dapat mengurangi cost of capital dan
meningkatkan harga pasar dengan cara mengurangi informasi kedalam melalui
pengungkapan superior.
2. Empirical Test Of Measures Of Reporting Quality
Meskipun model teoritis telah dijelaskan sebelumnya, sejauh mana perusahaan memperoleh
manfaat dari pengungkapan kualitas tinggi merupakan pertanyaan empiris. Banyak penelitian
terkait hal tersebut, diantaranya: 1) Botosan (1997), 2) Francis, Nanda, and Olson (2008),3)
Lehavy and sloan (2008), 4) Hail and Leuz (2009), 5) Healy, Hutton, and Palepu (1999) dan lain-
lain
3. Is Estimation Risk Diversifiable?
Teori dan bukti empiris yang dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan mendapat
manfaat dari pengungkapan superior.Namun, beberapa investor merasa tidak pasti terkait sejauh
mana informasi di dalam perusahaan dan kemungkinan kelalaian manajer sehingga muncul
pertanyaan “apakah sumber dari risiko estimasi dapat dibedakan”.Jika dapat, investor fokus
tentang risiko estimasi, dimana dampakmenguntungkan dari pengungkapan superior adalah
berkurangnya cost of capital.
J. DECENTRALIZED REGULATION
Informasi tentang segmen perusahaan (segmentasi peta berada di dasar lini produk, anak
perusahaan, pengungkapan geografi) telah menjadi pengungkapan yang disyaratkan dalam
laporan tahunan perusahaan untuk beberapa waktu. Informasi segmen harus berguna bagi
investor dalam mengevaluasi kinerja yang diharapkan dan risiko perusahaan besar dan kompleks.
Dengan pengungkapan segmen, lebih sulit untuk menyamarkan kinerja yang buruk dalam satu
segmen melalui kinerja yang baik di tempat lain. Dasar dari segmentasinya mengharuskan
informasi segmen laporan perusahaan atas dasar yang sama seperti mengatur segmen yang secara
internal untuk pengambilan keputusan manajemen puncak dan evaluasi kinerja. Pertama, dari
berbagai basis segmentasi melaporkan secara konsisten dengan organisasi internal harus
kegunaan terbesar untuk investor, karena manajemen yang tahu tentang bagaimana mengatur
bisnis. Dengan demikian, pelaporan eksternal atas dasar yang sama akan memberikan investor
wawasan yang terbaik dalam operasi perusahaan. Kedua biaya untuk perusahaan mematuhi
standar baru harus rendah karena, perusahaan sudah menyiapkan informasi internal yang
diperlukan. Contoh diatas menunjukkan decentralized regulation dimana pelaksanaannya
memberikan kebebasan kepada manajer, ini meningkatkan relevansi laporan keuangan dan biaya
yang lebih sedikit, tetapi tidak mempengaruhi kemampuan manajer untuk signaling.
K. HOW MUCH INFORMATION IS ENOUGH?
Meskipun pasar gagal dalam menghasilkan informasi, kita tidak harus berasumsi bahwa
peningkatan regulasi benar-benar dibutuhkan. Hal itu dikarenakan regulasi disertai dengan cost
yang sangat besar.
1. Direct cost. Digunakan untuk menyusun dan mengelola regulasi, serta compliance cost
(biaya kepatuhan) yang diterapkan pada perusahaan.
2. Indirect cost. Digunakan untuk menerapkan standar akuntansi dan pelaporan yang sama
akan mengurangi kesempatan manajer untuk melakukan signal. Standar audit yang
seragam untuk semua perusahaan dan perkiraan yang ketat merupakan contoh standar
yang mungkin dilakukan untuk mengurangi signal. Pembuat regulasi tidak dapat
menghitung jumlah optimal informasi yang dibutuhkan secara sosial. Informasi dianggap
sebagai komoditi yang sangat kompleks karena regulasi pembentukan informasi sangat
kompleks karena ada konflik antara kegunaan keputusan dan kebutuhan informasi
kontraktual, dan karena investor yang berbeda memiliki kebutuhan keputusan yang
berbeda. Berdasarkan pertimbangan cost-benefit yang sangat kompleks, kita tidak tahu
seberapa banyak regulasi bisa mencukupi. Saat ini aman dikatakan bahwa deregulation
tidak benar-benar dibutuhkan secara sosial. Dampak yang tidak terkontrol dari asimetri
informasi, eksternality, dan moral hazard akan cukup serius yang mungkin menyebabkan
pasar berhenti berfungsi sebagaimana mestinya. Tidak juga terhadap regulasi lengkap
yang diinginkan, karena cost untuk menghilangkan kebijakan akuntansi dan pilihan
pengungkapan akan sangat besar sehingga meninggalkan pertanyaan yang cukup untuk
memperdebatkan sejauh mana regulasi dibutuhkan.
L. CONCLUSION
Pertanyaan terkait sejauh mana standar dalam menghasilkan informasi harus diterapkan
merupakan hal yang kompleks dan penting bagi akuntan karena sangat menentukan lingkungan
dimana akuntan bekerja. Penerapan standar juga sangat penting bagi ekonomi pasar, dicontohkan
regulasi tentang keputusan pembuatan informasi perusahaan. Teori menyarankan sejumlah
alasan mengapa perusahaan harus menghasilkan informasi, diantaranya kebutuhan informasi
secara kontraktual dan kekuatan pasar. Pihak terkait menginginkan informasi untuk memotivasi
usahanya dan mendapat prestasi/reward. Kekuatan pihak swasta tidak diragukan menghasilkan
banyak informasi. Secara teori, jumlah informasi yang dihasilkan dari kekuatan swasta itu sendiri
mungkin jatuh seiring dengan permintaan masyarakat. Ada 2 alasan, yaitu:
1. Kontrak dalam menghasilkan informasi akan terpecah ketika banyak orang yang terlibat
sehingga kita tidak bisa mengandalkan kontrak untuk semua kebutuhan informasi.
2. Ketika kontrak terpecah, harga pasar harus mengambil alih sebagai motivator dalam
pembuatan informasi. Bagaimanapun juga, penting disadari bahwa kekuatan swasta tidak
perlu sepenuhnya menghilangkan kegagalan pasar untuk mencegah regulasi. Hal ini
karena regulasi memiliki cost,terdiri dari direct cost dan indirect cost. Mengingat dampak
dari pembuatan informasi perusahaan, pembiayaan, dan keputusan investasi, dan
permasalahan ekonomi, cost dapat menjadi signifikan
STANDARD SETTINGS:POLITICAL ISSUES
A. OVERVIEW
Tujuan pertama dalam bab ini yaitu untuk mereview dua teori regulasi. Yang pertama mengenai
peraturan ketertarikan publik yang mengambil pandangan bahwa aturan harus dapat
memaksimalkan kesejahteraan sosial, yang kedua adalah teori aturan kelompok yang
menyatakan bahwa individu-individu seharusnya membentuk koalisi atau pengguna untuk
melindungi dan mempromosikan ketertarikan mereka dengan cara melakukan loby kepada
pemerintahan. Koalisi-koalisi ini dipandang sedang berada dalam konflik antara satu sama lain
untuk menghasilkan keuntungan masing-masing. Tujuan kedua dalam hal ini adalah untuk
mempelajari proses pembentukan standar. Selain itu juga akan dibahas bahwa proses-proses ini
sebagian besar konsisten dengan teori regulasi kelompok. Tujuan ketiga yaitu untuk
mempertimbangkan kriteria yang dibutuhkan oleh para pembentuk standar sehingga standar yang
mereka buat bisa diterima dengan baik.
B. TWO THEORIES OF REGULATION
1. Teori Regulasi Ketertarikan Publik
Teori ini menyatakan bahwa regulasi merupakan respon terhadap tuntutan publik terhadap
koreksi atas kegagalan pasar. Dalam teori ini, pembuat regulasi diasumsikan paling
mengutamakan kepentingan publik. Mereka diasumsikan akan berusaha sebaik mungkin untuk
memaksimalkan kesejahteraan sosial, yaitu dengan mencapai jumlah produksi informasi yang
terbaik/paling optimal. Akibatnya, regulasi dipandang sebagai suatu tradeoff antara biaya (cost)
dan manfaat sosial (social benefit) dalam bentuk operasi pasar yang meningkat. Hal tersebut
merepresentasikan kondisi ideal di mana suatu regulasi seharusnya dilaksanakan. Meskipun
demikian, terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaannya. Masalah tersebut di antaranya
adalah tidak mungkin untuk memenuhi keinginan semua orang. Masalah selanjutnya yaitu
bagaimana menentukan seberapa banyak regulasi yang harus dibuat. Selain itu, masalah yang
tidak kalah penting yaitu mengenai motivasi para pembuat regulasi. Sulit bagi pemerintah untuk
mengawasi kerja para pembuat regulasi,meskipun mereka merupakan bagian dari pemerintah.
Hal tersebut dapat memunculkan masalah moral hazard, yaitu kemungkinan bahwa para pembuat
regulasi akan bekerja demi kepentingannya sendiri dan bukan demi kepentingan publik.
2. Teori Ketertarikan Kelompok
Interest group theory dalam regulasi pertama kali diperkenalkan oleh Stigler (1971). Selanjutnya,
Posner (1974), Peltzman (1976), dan Becker (1983) juga memberikan kontribusi kepada teori
tersebut, yang mempunyai pandangan bahwa sebuah industri beroperasi dengan adanya sejumlah
kelompok kepentingan (interest groups), atau konstituensi, di dalamnya. Berbagai macam
kelompok kepentingan tersebut akan berusaha melobi para pembuat regulasi untuk menyusun
regulasi dalam berbagai macam ukuran dan jenis. Berbagai macam kelompok kepentingan
tersebut dapat dianggap sebagai pihak yang menuntut adanya regulasi. Konstituen tersebut juga
mungkin akan melobi para pembuat regulasi karena tidak setuju dengan regulasi yang dibuat.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Becker, kelompok kepentingan dipandang sebagai pihak-
pihak yang akan berkompetisi untuk memperjuangkan atau menentang suatu regulasi. Hasilnya
tergantung pada kelompok mana yang secara relative lebih efektif dalam memberikan tekanan
pada para pembuat regulasi. Interest group theory membuat beberapa perkiraan/prediksi berikut:
a. Creation of standard-setting bodies Dibutuhkan biaya yang tinggi untuk membuat
kelompok besar dan untuk melobi manajemen. Selain itu, akan ada kecendengungan
beberapa investor menjadi free rider. Oleh karena itu, para investor akan mendukung
pembentukan badan penyusun standar, dengan perwakilan di dalamnya yang akan
bekerja untuk kepentingan mereka.
b. Activities subject to market failure Dalam teori Becker, kegagalan pasar akan
meningkatkan potensi keuntungan atas regulasi untuk para investor. Sejauh manajemen
merupakan sumber dari kegagalan pasar tersebut, diharapkan untuk mengamati regulasi
yang dapat dipertimbangkan mengenai pengungkapan informasi oleh manajemen.
c. Due process Diharapkan manajemen dapat terlibat dalam pengembangan standar melalui,
misalnya, reaksi atas exposure draft dan representasi dalam standars board. Interst group
theory kemudian diperluas oleh Bertomeu dan Magee (2011). BM mempertimbangkan
bagaimana seberapa jauh suatu regulasi dapat berbeda-beda dalam siklus bisnis. Selain
itu, kualitas pelaporan seperti apa yang ditetapkan oleh penyusun standar? Model ini
kemudian menyatakan bahwa penyusunan standar merupakan sebuah proses yang
dinamis, dipengaruhi oleh tuntutan dari manajer, bankir, dan pemerintah. Tuntutan-
tuntutan tersebut dapat berubah seiring waktu, tergantung pada kondisi (state) ekonomi.
3. Teori Regulasi Mana yang Dapat Diterapkan dalam Penyusunan Standar?
Sudah jelas bahwa public interest theory sulit untuk diimplementasikan. Kita tidak tahu
bagaimana cara menghitung tradeoff dalam penggunaan informasi antara investor dan
manajemen yang dibutuhkan dalam teori tersebut. Oleh karena itu, dipertimbangkan bahwa
interest group theory dalam regulasi sebagai teori yang dapat
memprediksi/memperkirakanstandar baru yang lebih baik daripada public interest theory, karena
interest group theory secara formal mengakui adanya konstituen-konstituen yang bertentangan
kepentingannya
C. CONFLICT AND COMPROMISE: AN EXAMPLE OF CONSTITUENCY CONFLICT
Pada bulan November 2009, selama perdebatan di U.S. Congress of the Financial Stability
Improvement Act, dua anggota DPR memperkenalkan amandemen berjudul "Prudential
Oversight of Accounting Principles and Standards that Pose Systemic Risk". Perubahan tersebut
akan menggeser pengawasan FASB dari SEC ke Financial Services Oversight Council, yang
terdiri dari perwakilan dari U.S. Treasury, regulator perbankan AS, SEC, dan beberapa lembaga
regulator lainnya. Jika ada anggota Dewan merasa bahwa prinsip akuntansi atau standar
mengancam stabilitas sistem keuangan AS, Dewan akan menyelidiki dan, jika disetuji dengan
suara terbanyak, memaksa SEC untuk mengambil "tindakan korektif" yang bisa mencakup
modifikasi atau pembatalan standar tersebut.
The American Bankers' Association (Asosiasi Bankir Amerika), sebuah konstituen penting dan
kuat yang memikirkan tentang akuntansi perbankan, mendukung amandemen tersebut, mungkin
karena kekhawatiran atas efek dari nilai wajar akuntansi untuk instrumen keuangan pada rasio
modal legal selama kegagalan pasar (market meltdowns) pada tahun 2007- 2008, dan
kekhawatiran atas standar FASB baru yang mencakup persyaratan yang diperluas untuk
konsolidasi kegiatan di luar neraca (off balance sheet). Mengikuti keberatan yang kuat dari
konstituen lainnya (termasuk kelompok perlindungan investor, U.S. Chamber of Commerce, dan
American Accounting Association), amandemen tersebut ditarik dan diganti oleh satu
amandemen yang menuntut anggota Financial Services Oversight Council untuk "mereviu dan
berkomentar" pada standar akuntansi. Karena SEC sudah memiliki kekuatan ini, amandemen
baru tersebut secara substansial melemahkan proposal awal. Inti dari konflik antara penyusun
standar dan konstituen yang terkena dampak seperti ini adalah bahwa standar tidak dapat
ditetapkan dalam kondisi ”vacuum”. Jika konstituen penting tidak dapat memperoleh apa yang
mereka inginkan, mereka akan mengajukan banding ke proses politik.
D. DISTRIBUTION OF THE BENEFITS OF INFORMATION, REGULATION FD
Seperti sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya, komplikasi dalam masalah penyusunan
standar adalah mengenai distribusi manfaat produksi informasi antara kelompokkelompok
kepentingan. Bagaimana distribusi/pembagian tersebut diputuskan? Regulasi dimaksudkan untuk
meningkatkan keadilan dalam distribusi informasi. Sebagai contoh, SEC Regulation FD, yang
diadopsi pada tahun 2000, melarang perusahaan untuk mengungkapkan informasinya secara
pilih-pilih (selective disclosure), misalnya kepada analis. Regulation FD muncul dari pemikiran
bahwa para “big guy” mungkin mempunyai sumber yang lebih banyak, baik secara langsung
maupun pengutamaan akses kepada analis dan untuk menemukan serta menganalisis informasi.
Selain itu, mereka mungkin juga mempunyai bargaining power yang cukup untuk memperoleh
pengutamaan dalam memperoleh informasi dalam perusahaan langsung dari manajemen.
Pengenalan Regulation FD diliputi oleh konflik konstituensi. Satu prediksi menyebutkan bahwa
abnormal share return antara tanggal-tanggal pengumuman laba akan menjadi lebih cenderung
mudah berubah (volatile), karena informasi baru akan dikeluarkan oleh perusahaan langsung ke
pasar, bukannya disaring melalui analis. Perlu diperhatikan bahwa volatilitas (kecenderungan
untuk mudah berubah) atas share returns merupakan ukuran bagiinformasi baru yang masuk ke
pasar. Dengan demikian, semakin tinggi volatilitas antara pengumuman laba berarti bahwa pasar
menerima informasi lebih banyak secara lebih cepat. Dari sudut pandang investor kecil, hal ini
merupakan hal yang diinginkan, karena berarti bahwa waktu yang dimiliki oleh orang-orang
dalam dan para big guy untuk memperoleh keuntungan dari informasi dalam akan menjadi lebih
sedikit. Namun dari pihak FD, yang merepresentasikan kelompok dengan para investor besar,
menyatakan bahwa untuk menurunkan volatilitas harga saham tersebut, perusahaan harus
menurunkan jumlah informasi yang mereka keluarkan antara pengumuman laba.
Francis, Nanda, dan Wang (2006) dalam penelitiannya tidak menemukan adanya peningkatan
dalam abnormal share returns, baik antara tanggal pengumuman laba ataupun pada tanggal-
tanggal di sekitar tanggal pengumuman laba, yang menunjukkan bahwa Regulation FD hanya
sedikit berpengaruh dalam meningkatkan jumlah maupun timing dari pengumuman informasi ke
pasar. Meskipun demikian, mereka menemukan bahwa, setelah adanya FD, adanya abnormal
share returns yang lebih rendah di sekitar tanggal analis mengumumkan prakiraan laba. Hal
tersebut menunjukkan bahwa prakiraan yang dibuat oleh analis menjadi kurang informatif.
Dalam bab ini, disimpulkan bahwa tidak jelas sejauh mana Regulation FD telah memberikan
keuntungan bagi para investor kecil. Hanya satu tujuannya saja yang nampaknya terpenuhi, yaitu
penurunan manfaat atas informasi yang diperoleh dari analis.
E. CRITERIA FOR STANDARD SETTING
1. Decision usefulness (keputusan yang bermanfaat)
Kriteria kebermanfaatan keputusan didasarkan pada informasi dan pespektif pengukuran
terhadap laporan finansial dan kajian pasar modal secara empiris. Informasi yang lebih yaitu
kurangnya keributan system informasi, reaksi investor yang lebih kuat akan menjadikan
informasi yang dihasilkan oleh system, dalam hal lainnya adalah sama. Bukti empiris
menyatakan bahwa faktor keamanan merespon informasi akuntansi dan menjadikan persepsi
para investor terhadap informasi menjadi sangat bermanfaat. Pentingnya kondisi yang
menyatakan bahwa penentuan standar baru merupakan keputusan yang sangat bermanfaat.
Kebermanfaatan keputusan menjadi kriteria yang penting untuk berhasilnya suatu standar, dan
ini tidak cukup untuk menjamin kebarhasilan. Hal lain yang perlu di pertimbangkan adalah
sumber-sumber biaya. Implikasi lain dari masalah fundamental dari teori akuntansi keuangan
adalah para penentu standar harus mempertimbangkan kriteria lain dibandingkan dengan
kebermanfaatan keputusan.
2. Mengurangi Asymetri Informasi
Para penyusun standar seharusnya menggunakan pengurangan asimetri informasi dalam pasar
modal dan tenaga kerja manajerial sebagai kriteria untuk standar yang baru. Pengurangan
tersebut akan meningkatkan operasi pasar, karena investor akan memandang investasi sebagai
lahan bermain dengan tingkatan yang lebih tinggi. Hal tersebut akan menurangi kekhawatiran
investor mengenai asimetri informasi dan menghasilkan risiko estimasi, mengurangi bid-ask
spread dan memperluas likuiditas pasar, serta menghasilkan manfaat sosial secara umum dari
pasar yang bekerja dengan lebih baik. Meskipun demikian, pengurangan asimetri informasi ini
memakan biaya. Oleh karena itu, sulit untuk mengetahui kapan pengurangan asimetri informasi
ini akan efektif secara biaya (cost effective).
3. Konsekuensi Ekonomis Standar Baru
Konsekuensi ekonomi atas standar baru lebih banyak berhubungan dengan cost yang
ditimbulkan oleh adanya standar baru tersebut. Salah satu cost yang muncul adalah cost yang
memaksa perusahaan dan manajer untuk mematuhi atau memenuhi standar baru tersebut. Selain
itu cost juga tercipta oleh kekakuan kontrak, seperti meningkatnya probabilitas pelanggaran
perjanjian utang dan pengaruh tingkat dan volatitlitas aliran bonus manajer di masa depan. Cost
ini dapat mempengaruhi kebijakan operasi dan keuangan manajer. Pengurangan kebebasan
manajer untuk memilih dari kebijakan akuntansi berbeda yang seringkali dihasilkan ketika
sebuah standar baru diterapkan juga merupakan sebuah sumber konsekuensi ekonomi. Model
Darrough dan Stoughton menyatakan dalam industri yang kompetitif mungkin lebih sedikit
kebutuhan standar akuntansi dalam industri tersebut dibanding dengan industri lain. Pernyataan
tersebut menyatakan bahwa penyusun standar harus mempertimbangkan kemungkinan
konsekuensi ekonomi atas standar baru sebagai sumber biaya penting yang akan mempengaruhi
kebutuhan akan standar dan keinginan konstituen untuk menerima standar tersebut.
4. Consensus
Karena adanya aspek politis dalam penyusunan standar, penyusun standar harus membangun
konsensus yang cukup kuat meskipun konstituen tidak menyukai suatu standar baru. Struktur dan
proses hukum badan penyusunan standar dibentuk untuk mendorong semacam suatu konsensus.
Kita menyimpulkan sebelumnya bahwa proses penyusunan standar terlihat paling konsisten
dengan the interest group theory of regulation. Sementara perhatian terhadap proses hukum
mungkin menghabiskan waktu, perhatian seperti terlihat penting jika kemahalan dan pencabutan
diminimalisasi.
F. THE REGULATOR’S INFORMATION ASYMMETRY
Theory of Regulation mengakui bahwa regulator menghadapi asimetri informasi, banyak
informasi yang dibutuhkan oleh regulator seperti informasi keuangan, dipegang oleh manajer
perusahaan yang secara monopoli memproduksi informasi tentang perusahaan. Selanjutnya
investor tidak bisa mengamati usaha manajer. Sehingga regulator menghadapai permasalahan
adverse selection dan moral hazard. Model Laffont dan Tirole (LT;1993) Model yang
dikembangkan Laffont dan Tirole (LT;1993) secara umum menunjukkan pengaruh asimetri
terhadap regulasi yang dibuat oleh regulator. Informasi diminta oleh investor dan dipenuhi oleh
manajer. Jika tidak diatur, manajer akan memilih-milih informasi yang dikeluarkan. Kualitas
informasi yang tinggi diharapkan oleh investor yang akan menghargai perusahaan dengan cost of
capital yang lebih rendah.
Manajer diasumsikan rasional, risiko netral, dan enggan usaha. Manajer harus diberi kompensasi
atas usaha mereka menerbitkan informasi. Manajer memiliki informasi privat yang digunakan
oleh manajer untuk memperoleh kompensasi tambahan melalui perilaku opportunis. Tanpa
regulasi, manajer akan memilih kualitas informasi yang akan dikeluarkan, dan mengambil
manfaat informasi internal untuk mendapatkan kompensasi lebih. Asumsi pertama adalah bahwa
tidak ada asimetri informasi, antara manajer dengan regulator, sehingga regulator memiliki
informasi yang cukup untuk menentukan kualitasinformasi yang harus dikeluarkan oleh
manajemen. Dengan demikian manajemen tidak mendapatkan kompensasi lebih. Asumsi kedua
adalah bahwa terdapat asimetri informasi, sehingga regulator tidak bisa mengetahui informasi
internal perusahaan/manjer. Oleh karena itu, regulator tidak dapat mencegah manajer
mengeksploitasi informasi internal untuk memperoleh kompensasi lebih. Regulator menyusun
regulasi yang optimal yaitu kualitas informasi yang memaksimalkan perkiraan informasi internal
atas manfaat sosial informasi di bawah kondisi tersebut. Di bawah kondisi asimetri informasi,
kualitas informasi yang diatur lebih rendah. Di bawah model asimetri informasi, regulasi yang
optimal membatasi kompensasi berlebih pada manajer. Dari sudut pandang akuntansi, ditarik
tiga kesimpulan dari model tersebut:
1. Jika penyusun standar mengikuti publik interest theory, yang secara optimal penyusunan
standar mengijinkan beberapa pengurangan kualitas pendapatan sehingga membatasi
kemampuan manajer untuk menerima lebih banyak kompensasi dibanding yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan utility.
2. Untuk akuntan dapat mengurangi jumlah informasi internal, masalah kompensasi lebih
manajer menjadi berkurang. Tentu pengurangan tersebut tidak lengkap karena biaya
untuk penghilangan semua informasi internal perusahaan dilarang.
3. Regulasi optimal merupakan hal spesifik perusahaan, karena karakteristik perusahaan dan
manajer berbeda. Hal ini juga menyarankan selain meletakkan standar yang meliputi
banyak hal untuk diterapkan ke semua perusahaan, regulator harus mengijinkan
fleksibilitas kualitas pelaporan. Hal ini mendukung principles-based approach untuk
penyusunan standar, di mana keandalan ditempatkan pada pertimbangan akuntan dan
auditor untuk menyusun standar umum untuk situasi spesifik.
G. INTERNATIONAL INTEGRATION CAPITAL MARKET
1. Convergence of Accounting Standard
Akuntansi berlangsung dalam institusi sosial, politik, legal, dan ekonomik di berbagai negara.
Pasar modal menjadi lebih terintegrasi di seluruh dunia, investor menginvetasikan secara
meningkat dalam perusahaan di negara asing, dimana custom, intitusi, dan standar akuntansi
mungkin berbeda dari negara asal investor. Oleh karena itu, evaluasi aspek politik penyusunan
standar harus diintegrasikan secara internasional. Salah satu respon atas integrasi pasar modal
adalah untuk mengikuti seperangkat standar akuntansi internasional untuk menggantikan
PABU/GAAP lokal. Hal ini akan menurunkan beberapa biaya atas pertukaran saham, seperti
biaya persiapan laporan keuangan perusahaan, cost of capital. Meningkatnya keterbandingan
laporan keuangan menurunkan biaya untuk analist dan pengguna laporan keuangan yang lain.
2. Effects of Customs and Institutions on Financial Reporting
Pelaporan keuangan dipengaruhi oleh institusi dan custom lokal. Ball, Kothari, and Robin (BKR;
2000), dalam sebuah penelitian selama 1986-1995 membandingkan laporan keuangan di
beberapa negara common law (Australia, UK, AS,) dengan kualitas pelaporan di negara code law
(Perancis, Jerman dan Jepang). Di negara common law, standar akuntansi ditetapkan, pada
berbagai tingkat, pada sektor privat, dan khususnya berorientasi kepada investor. Standar di
negara code law ditetapkan secara khusus oleh pemerintah, karenanya menjadi subjek dari lebih
banyak pengaruh politik dibandingkan common law. BKR menegaskan, lebih sedikit asimetri
informasi di negara code law, karena konstituen penting adalah pihak dalam selain dari pada
pihak luar. BKR memprediksi bahwa pelaporan keuangan memiliki lag recognition lebih besar
dalam negara code law daripada negara common law. BKR juga memprediksi bahwa pelaporan
keuangan konservatif lebih sedikit di negara code law. Karena pengaruh pihak dalam akan benar-
benar waspada atas kerugian, mereka dapat secara cepat menekan dan menanggungkan
manajemen untuk mencegah dan memperbaikinya. Konsekuensinya, lebih sedikit kebutuhan
untuk standar konservatif, seperti impairment test, dibandingkan negara common law. Efeknya
biaya agensi atas kontrak antara manajer dan pemilik lebih rendah di negara code law.
Recognition lag yang tinggi dan kurangnya akuntansi konservatif menyarankan bahwa pelaporan
keuangan di negara code law adalah lebih rendah kualitasnya dibandingkan di bawah common
law. Ini tidak berarti bahwa pelaporan keuangan di bawah code law lebih opportunistic
dibanding di bawah common law. Sebaliknya perbedaan ini merefleksikan mendasari perbedaan
dalam struktur institusi, biaya agensi, dan corporate governance.
Pada umumnya, negara dalam penelitian tersebut tidak menggunakan standar akuntansi
internasional. Jika seluruh negara mangadopsi standar internasional, biaya yang lebih tinggi bagi
investor dalam menginterpretasi dan menganalisis laporan keuangan perusahaan asing dalam
mengahadapi perbedaan seperti timeliness dan konservatime akan menghilang. Standar akuntansi
berkualitas tinggi adalah fleksibel, mereka mengijinkan pertimbangan penilaian dan
kebijaksanaan dalam penerapan kebijakan akuntansi. Ball, Robin, dan Wu (BRW;2003) meneliti
sampel perusahaan antara 1984-1996 dari Hong Kong, Singapore, Malaysia, dan Thailand yang
mengadopsi standar berkualitas tinggi, seperti IASB, yang berasal dari negara common law.
Karakteristik institusi di keempat negara seperti code law. Hal ini mengurangi biaya agensi atas
manajerial dan kontrak utang, karena kebutuhan informasi untuk tindakan pengawasan dan
perbaikan dapat dikomunikasikan di antara pihak internal daripada melalui pengungkapan
keuangan. Hal ini mengurangi kebutuhan untuk pelaporan konservatif dan timely, sesuai dengan
penelitian BKR. BRW menemukan bahwa pelaporan keuangan di negara tersebut, diukur dengan
recognition lag dan konservatisme, sama dengan negara code law berkualitas rendah.
Menyarankan bahwa kita tidak bisa menerima dengan yakin bahwa standar berkualitas tinggi
dengan sendirinya akan meningkatkan pelaporan keuangan. Bushman dan Piotroski (2006), yang
meniliti sebuah sampel 38 negara selama periode 1992-2001. Mereka menemukan bahwa negara
dengan keterlibatan besar dalam ekonomi, recognition untuk good news perusahaan relatif
rendah, sementara lag untuk badnews relatif tinggi. Kecenderungan ini untuk memaksimalkan
pelaporan pendapatan melalui pengakuan good news lebih cepat dan smoothing kerugian
menunjukkan bahwa untuk mengurangi posibilitas keterlibatan negara lebih jauh mendominasi
berbagai perhatian perusahaan mungkin memiliki pelaporan keuangan berkualitas rendah dan
mungkin tekanan rasial.
3. Enforcement Accounting Standards
Standar akuntansi harus ditegakkan jika ingin memberikan kontribusi untuk pelaporan keuangan
yang berkualitas tinggi.Penegakan standar terkait dengan perlindungan terhadap investor kecil.
Investor akan menghadapi resiko yang serius bila tidak adanya penegakan standar untuk
terpenuhinya laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Investor kecil ini akan sangat tertekan
dengan kepentingan dari pemegang kuasa / kendali. Hal ini tentu membuat suatu permasalahan
baru selain permasalahan “agency theory” yaitu antara pemilik saham mayoritas dengan pemilik
saham minoritas. Semakin kuat kepemilikan maka semakin besar mereka memegang
kebijakan.juga semakin kuat mereka melindungi kepentingan mereka sendiri. Audit adalah
mekanisme penegakan yang penting. Menggunakan jasa auditor berkualitas tinggi merupakan
salah satu jalan keluarnya. Dengan laporan keuangan yang telah di audit menguatkan investor
dan manajemen membuat kontrak yang efisien yang nantinya dapat menghindarkan dari
kelebihan kompensasi, pembayaran di luar gaji pihak yang terkait.
4. Benefits of Adopting High-Quality Accounting Standards
Mengadopsi salah satu Standar Akuntansi yang diakui memiliki kualitas yang baik merupakan
salah satu cara untuk membuat kebijakan akuntansi Beberapa pihak mengatakan bahwa
penentuan standar akuntansi internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah
yang rumit. Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan
“standar yang berlebihan”. Perusahaan harus merespon terhadap susunan tekanan nasional,
politik, sosial, dan ekonomi yang semakin meningkat dan semakin dibuat untuk memenuhi
ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar. Harapan pembuat kebijakan
dengan mengadopsi standar akuntansi berkualitas tinggi tentunya untuk menghasilkan laporan
keuangan yang andal dan daya banding internasional. Kebijakan akuntansi berhubungan erat
dengan kebijakan perpajakan. Mengadopsi standar akuntansi memungkinkan berubahnya sitem /
kebijakan perpajakan suatu negara.Standar akuntansi adalah akuntansi kebijakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan politik dan ekonomi nasional yang berbeda-beda di setiap negara Dunia
akuntansi saat ini masih disibukkan dengan adanya standar akuntansi yang baru yaitu Standar
Akuntansi Keuangan Internasional IFRS. Tentang tujuan penerapan IFRS adalah memastikan
bahwa penyusunan laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimasukkan
dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang terdiri dari :
a. Memastikan bahwa laporan keuangan internal perusahaan mengandung infomasi
berkualitas tinggi
b. Tranparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang
disajikan
c. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna
d. Meningkatkan investasi
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh adanya suatu perubahan sistem IFRS sebagai standar
global yatitu :
a. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara
konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local
b. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
c. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai
merger dan akuisisi
d. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan dalam
mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi. Demikian peran regulator
dalam mensosialisasikan betapa besar tujuan dan manfaat yang diperoleh menuju ke
IFRS . "Perusahaan juga akan menikmati biaya modal yang lebih rendah, konsolidasi
yang lebih mudah, dan sistem teknologi informasi yang terpadu,"
5. The Relative Quality of IASB and FASB
Bahwa kesenjangan komparatif tidak dengan sendirinya berarti bahwa satu set standar lebih baik
daripada standar yang lain. Seiring berjalannya waktu komparabilitas dan kualitas masing-
masing standar bergerak dinamis
6. Should Standard Setters Compete
“No size fits all”. Tidak ada ukuran yang cocok untuk semua pihak. Persaingan akan terus terjadi
dari waktu ke waktu dengan permasalahan yang kompleks. Ada potensi keuntungan persaingan
ketika ekonomi skala rendah. Akan ada kenaikan biaya subtansial dalam penyusunan standar bila
FASB dan IASB bersaing dalam menyusun standar. Perusahaan mempunyai informasi yang
lebih memadai dibandingkan penyusun standar, terutama kondidi di lapangan. Walaupun kita
ketahui penyusun standar mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih perihal masalah
akuntansi.Maka dari itu penyusun standar melakukan audiensi dengan pihak yang berkait yang
akan terpengaruh oleh kebijakan yang akan ditetapkan. Dari setiap daerah / wilayah mempunyai
masalah tersendiri, setiap penyusun standar berusaha mememecahkan masalah-masalah tersebut,
namun tidak semua terangkum dalam standar yang dibuat.
7. Should US Adopt IASB Standard
US bisa mengadopsi standar dari IASB dilakukan secara bertahap dan konvergen
Political aspects of financial accounting standard setting in the USA
Fogarty, T.J., Hussein, M.E.A., & Ketz, J.E. (1994)

Standar akuntansi keuangan di Amerika Serikat ditetapkan oleh Dewan Standar


Akuntansi Keuangan (FASB). Organisasi sektor swasta ini diberdayakan oleh Komisi Sekuritas
dan Bursa (SEC) melalui pendelegasian wewenangnya yang dibuat berdasarkan Undang-Undang
Sekuritas tahun 1934 yang diubah dan ditugaskan untuk menentukan konten Prinsip Akuntansi
yang Diterima Secara Umum (GAAP).Artikel ini berkaitan dengan proses pengaturan ini pada
titik fokusnya dari FASB [1]. Artikel ini mengusulkan agar proses penetapan standar dapat lebih
dipahami dengan mengenali sifat politiknya. . Pemahaman baru tentang dimensi politik
membutuhkan landasan intelektual yang peka terhadap sifat kekuasaan, retorika, dan ideologi
pihak yang berkepentingan. Banyaknya makna yang dikaitkan dengan “politik” membutuhkan
beberapa ketentuan awal. Ranah politik tidak dapat dipisahkan secara artifisial dari sosial dan
bahwa tingkat integrasi tertentu antara berbagai tingkat analisis (misalnya individu, kelompok,
organisasi) diperlukan. “Politik” juga mengacu pada proses pengembangan konsensus.“politik”
juga menggambarkan hasil atau konsekuensi dari tindakan sosial.
Politik dalam Pengaturan Standar Akuntansi: Pendekatan Sebelumnya
Para pemimpin FASB telah dengan bebas mengakui potensi politik dari pengaturan standar (lihat
Armstrong, 1977; Kirk, 1978; Wyatt, 1986). Namun, pengakuan bahwa akuntansi bersifat politis
tidak selalu menghasilkan penerimaan situasi itu (Solomons, 1978; 1991). Banyak pemimpin
profesional percaya bahwa pengaturan standar harus diisolasi dari politik (misalnya Armstrong,
1977; Kirk, 1978; 1986; dan Wyatt, 1990). Preferensi ini sangat kontras dengan banyak
perlakuan akademis terhadap politik. Dalam kasus di mana pengaturan standar dipengaruhi oleh,
dan pada gilirannya mempengaruhi, perbatasan kekacauan teknis dan sosial [2] terputusnya
kepercayaan ini mungkin menjadi konsekuensial. Konsekuensi ekonomi [3] adalah hasil dari
hasil realokatif dari aturan akuntansi, dan karenanya membentuk hasil politik pusat. Zeff (1978)
mengaitkan pengakuan konsekuensi ekonomi oleh FASB dengan berbagai tren sosial, dan
menegaskan bahwa berurusan dengan mereka secara tepat akan tetap ada sebagai tantangan
utama bagi pembuat standar.Keengganan terhadap politik dalam proses pengaturan standar
mungkin disebabkan oleh hubungan historis politik dengan intervensi pemerintah dalam
pengaturan standar AS [4]. Definisi kasual dari politik seperti yang terjadi dalam pemerintahan
cenderung mengaburkan arti yang lebih kuat dari istilah tersebut. Selanjutnya, mengingat oposisi
yang kuat dan gigih terhadap akuntansi yang ditetapkan pemerintah (Ronen dan Schiff, 1978),
tumpang tindih konseptual ini cenderung melemparkan aspirasi yang tidak beralasan pada proses
politik dalam konteks ini.
Klasifikasi Sastra
Literatur yang menantang kecukupan kategori konseptual dan proses FASB terlalu luas untuk
diringkas secara adil. Saran bahwa teori akuntansi tidak kritis atau definitif untuk hasil regulasi
akhir mendahului organisasi badan itu (misalnya Gerboth, 1973). Sejak saat itu, proyek
Kerangka Konseptual telah menarik banyak kritik karena mewakili puncak harapan untuk
pengaturan standar yang didorong teori deduktif. Sementara banyak yang menantang ketepatan
perbedaannya (misalnya Joyce dkk. 1982), yang lain melontarkan argumen yang lebih sedikit
teknis.Tujuan dari bagian literatur ini adalah untuk menyatakan bahwa pengaturan standar
akuntansi keuangan oleh FASB adalah politis. Perbedaannya dengan banyak pengakuan yang
dilakukan oleh anggota dewan FASB terletak pada literatur ini yang menyarankan bahwa
pengaturan standar harus politis [5]. Klasifikasi kedua dari literatur tentang politik dalam
pengaturan standar mengidentifikasi pihak-pihak yang tertarik secara khusus dalam proses
tersebut.
Subkelompok terbesar dari klasifikasi ini diwakili oleh studi yang meneliti proses lobi.
Pengaturan standar FASB mengundang berbagai bentuk partisipasi konstituen dan oleh karena
itu sangat sedikit yang bisa dikatakan selain melaporkan upaya eksplisit dan sah untuk
mempengaruhi hasil (lihat Hope dan Gray, 1982). Untuk tujuan ini, kecenderungan untuk
menggunakan episode pengaturan standar sebagai unit analisis yang terpisah cenderung
memproyeksikan gagasan bahwa koalisi cepat berlalu dan hasilnya sulit untuk digeneralisasikan.
Beberapa studi menjauhkan diri mereka dari tindakan politik dengan berusaha untuk
memprediksi partisipasi melalui kondisi ekonomi dan insentif (misalnya Watts dan Zimmerman,
1978). Akuntan publik baru-baru ini diakui sebagai kelompok pengaruh yang ditempatkan secara
khusus untuk tujuan ini.Cabang studi kedua dalam tradisi kelompok kepentingan khusus
mempelajari kemampuan FASB untuk mengelola penggunaan pengaruh politik. Dalam istilah
ekonomi, ini telah digambarkan sebagai "penawaran" standar yang sesuai dengan permintaan
yang disebutkan di atas (misalnya Johnson dan Messier, 1982; Watts dan Zimmerman, 1979).
Proses manajemen politik itu sendiri diimbangi oleh kebutuhan akan penampilan yang
independen dan obyektif untuk kepentingan publik, serta oleh disiplin intelektual dan kendala
yang bonafide dari perjanjian interpersonal tentang "akuntansi yang baik" (Gerboth, 1987).
Sementara Hussein dan Ketz (1991) berpendapat bahwa FASB bukanlah peserta sebanyak
fasilitator resolusi, Fogarty (1992) menyarankan bahwa agenda legitimasi FASB menghilangkan
advokasi kepentingan pribadi ke peran sekunder. Ketidaksepakatan ini mencerminkan
keterbatasan semua studi dalam klasifikasi ini. Meskipun mereka mengakui pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik pengaturan standar, pasal-pasal ini gagal menentukan elemen prosesi dari
tindakan politik ini. Klasifikasi ketiga studi yang berkaitan dengan politik dalam pengaturan
standar mencoba memperluas batasan konseptual penelitian ini. Dengan membentuk struktur
teoritis yang lebih luas, studi ini memasukkan pekerjaan dalam dua kategori pertama dan
meletakkan dasar untuk pemahaman yang lebih baik tentang politik. Beberapa studi memperluas
logika bahwa matinya teori konvensional akan menawarkan perspektif baru tentang pengaturan
standar. Hines (1989b) menunjukkan bahwa kepercayaan oleh pembuat standar dalam realitas
ekonomi yang tidak bermasalah menciptakan suatu aparatus kekuasaan yang menyediakan
proses pengaturan standar dengan fleksibilitas untuk mencapai banyak tujuan implisit. O'Leary
(1985) lebih fokus pada underdetermination teori akuntansi dan pengendalian agenda untuk
menyajikan lingkungan politik berdasarkan suspensi dan pemalsuan periodik dan strategis.
Studi-studi ini juga dapat dianggap berakumulasi ke dalam wawasan yang lucu tapi jitu dalam
Hines (1988).Studi-studi ini paling mendekati spesifikasi politik. Meskipun mereka menunjuk
pada aspek dan hasil yang berbeda dari proses tersebut, mereka secara kolektif menyediakan
bahan untuk dikembangkan. Namun, tidak ada studi di bagian ini yang secara khusus membahas
FASB dan pengaturan kelembagaannya yang unik. Meskipun demikian, mereka
menawarkanpermulaan perlakuan yang kurang mengarah pada gagasan bahwa pengaturan
standar politik adalah kejahatan yang transparan atau kotak hitam yang tidak dapat diketahui.
Politik dalam Pengaturan Standar: Beberapa Ide Awal
Mengakui bahwa akuntansi adalah politis sama saja dengan mengakui kepentingan yang berbeda
dan bertentangan di antara para peserta. Langkah selanjutnya yang diperlukan adalah
mengantisipasi bahwa kepentingan tersebut akan berdampak pada keluaran dari proses penetapan
standar. Pengakuan preferensi yang berbeda di antara peserta cenderung mengaburkan masalah
yang lebih penting tentang siapa yang menang dan siapa yang tidak, tentang bagaimana
kemenangan dicapai dan tentang bagaimana pecundang mengakomodasi diri mereka sendiri
untuk kalah. Schattschneider (1975, hlm. 1-19) menawarkan satu jalan untuk studi yang lebih
langsung dengan menggambarkan bagaimana "pemenang" cenderung memperbarui dukungan
mereka untuk proses solusi, sedangkan "pecundang" menganjurkan reformasi dan pemulihannya.
Dalam konteks saat ini, entitas menang dan kalah terkadang sulit untuk diidentifikasi, sebagian
karena keragaman peserta dan penggunaan informasi akuntansi yang heterogen. Namun,
kesulitan ini tidak berarti bahwa perhatian lebih harus diberikan pada konsekuensi alokasi,
hubungan antara advokasi dan hasil, dan proses pembangunan konsensus. Perselisihan tentang
"akuntansi yang baik" dan kemajuan akuntansi agak tidak mampu menawarkan kemajuan ke
arah itu. Selama konstruksi lain ini menarik sebagian besar perhatian, politik dimarjinalkan dan
diperlakukan sebagai penyimpangan. Dalam pandangan yang sama kredibelnya, "politik" adalah
lingkungan yang sesuai dan perlu untuk penyelesaian masalah, seperti akuntansi, yang tidak
dicirikan oleh fakta yang tidak dapat disangkal dan preferensi yang bulat.
Dimensi Baru untuk Memahami FASB dan Tindakannya
Jika pengaturan standar akuntansi bersifat politis, dalam arti penuh dari istilah yang diuraikan di
atas, kekuasaan harus dihargai sebagai sarana untuk memberikan beberapa prediktabilitas
kemungkinan hasil ketika preferensi bersifat antagonis. Namun pertimbangan kekuasaan tidak
hanya terbatas pada kekuatan kelompok konstituen untuk mempengaruhi FASB. Sebagai
gantinya, penyelidikan tentang luas dan sumber kekuatan FASB juga diperlukan. Konsep penting
kedua dalam memahami proses politik adalah ideologi. Ideologi adalah konstruksi yang mencoba
menyelidiki aspek yang kurang jelas tentang mengapa ada preferensi yang berbeda. Ini mungkin
berguna ketika calon pemenang dan pecundang tidak dapat langsung diidentifikasi. Tetapi agar
ideologi memiliki peran dalam pengaturan standar, itu harus diwujudkan melalui bahasa
persuasi.
Kekuasaan: Konsep Bermasalah
Parsons (1963, p. 237) mendefinisikan kekuasaan sebagai "kapasitas umum untuk mengamankan
kinerja kewajiban yang mengikat". Weber (1968) menambahkan konsep perlunya mengatasi
perlawanan orang lain. Betapapun intuitifnya pernyataan ini, kekuatan sebagai konsep sosial-
psikologis melibatkan kurangnya konsensus pada beberapa isu sentral (lihat Mooney, 1984).
Kekuatan itu adalah hubungan daripada karakteristik, kekuatan itu dapat mengambil berbagai
bentuk, dan kekuatan itu tidak identik dengan kontrol, adalah di antara beberapa pernyataan yang
dapat disepakat.
Pertukaran dan Ketergantungan
Beberapa orang menganggap ketergantungan sebagai ciri utama kekuasaan. Mereka yang
bergantung pada orang lain cenderung menerima pengaruh orang lain sebagai prasyarat untuk
perolehan objek yang kurang (Pfeffer, 1981, Bab 4). Emerson (1962) memprediksi bahwa upaya
satu pihak untuk mendapatkan kekuasaan atas yang lain akan sebanding dengan nilai yang
dirasakan dari sumber daya yang dikendalikan, dan kelangkaan relatif dari sumber alternatif.
FASB bergantung pada konstituen kolektifnya untuk legitimasi serta dukungan finansial.
Kekuasaan dalam proses penetapan standar mungkin berguna untuk dipahami sebagai bagian
dari proses pertukaran antar-organisasi yang lebih luas. Dalam perspektif ini, pengaruh atas
orang lain diperoleh dengan memberikan imbalan atas persetujuan semacam itu. Baldwin (1978)
mengemukakan bahwa pandangan seperti itu menguntungkan untuk mengatasi kesalahpahaman
bahwa kekuasaan selalu asimetris, sepihak, menghukum dan jahat.
A Foucauldian Conception
Power, seperti yang diteorikan oleh Foucault (1979), merupakan salah satu konsepsi tentang
bagaimana kekuasaan mungkin relevan dengan pengaturan standar akuntansi. Karena interpretasi
Foucault menempatkan kekuatan di jantung bagaimana masyarakat dibangun, contoh tertentu
dari penerapannya tidak dilihat sebagai peristiwa luar biasa. Penerapan analisis semacam itu
akan berpusat pada bagaimana pengaturan standar FASB diterima sebagai definisi normatif dari
akuntansi yang tepat dan konsekuensi persetujuan ini terhadap definisi dan sanksi
penyimpangan. Bagaimana kekuatan yang pernah menyusun FASB kemudian tunduk padanya
mewakili kekuatan Foucauldian. Analisis Foucauldian juga akan memfokuskan profesi akuntansi
dan perannya dalam pengembangan berbagai wacana yang muncul untuk mendefinisikan subjek
yang menjadi target pencarian pengetahuan. FASB tidak dapat dipahami terlepas dari kekuatan
yang tersirat dalam akumulasi data dan identifikasi ketidakteraturan yang berasal dari teknologi
akuntansi. Inti dari analisis ini adalah dualitas pengetahuan dan kekuasaan.
Konsepsi Libertarian
Perspektif alternatif tentang kekuasaan dimulai dengan pemeriksaan terhadap kondisi sosial
politik yang mengarah pada pembentukan kolektif sosial di AS. Karena individu secara historis
dipandang sebagai unit dasar masyarakat itu, hak "alami" dan "tidak dapat dicabut" yang diklaim
untuk mereka harus diakui. Badan kolektif, seperti pemerintah, dibentuk untuk menegakkan
inihak melalui supremasi hukum dan pemeliharaan kondisi yang diperlukan untuk
menghilangkan hambatan kebebasan (Hayek, 1960, Bab 15; Hobbes, 1947, hlm 92-105; Locke,
1960, Bab 3). Namun, kekuasaan tetap berada di tangan orang-orang untuk membentuk tujuan
dan rencana, seperti halnya tanggung jawab untuk bertindak berdasarkan pengetahuan pribadi
dan prinsip-prinsip moral (Hayek, 1960, Bab 13; Ostrom, 1987, Bab 1; Siegan, 1980, Bab 11).
Peran Ideologi
Peran ideologi dalam regulasi akuntansi sebagian besar telah diabaikan meskipun potensinya
untuk memberikan apresiasi yang lebih sistematis terhadap proses penetapan standar. Secara
umum didefinisikan sebagai seperangkat keyakinan fundamental yang terorganisir yang
bervariasi antar kelompok, ideologi akan mencakup kecenderungan untuk menganjurkan solusi
regulasi yang berbeda pada dasar yang agak dapat diprediksi. Adanya perbedaan ideologis antar
kelompok membayangkan mobilisasi pengaruh politik untuk mereproduksi atau mengubah sifat
akuntansi sesuai dengan berbagai persepsi tentang bagaimana hal-hal seharusnya bekerja.
Ideologi adalah versi realitas yang didasarkan pada praduga tak tergoyahkan yang tidak dipegang
secara seragam, sehingga melibatkan mereka yang menahannya dalam konflik.
Klaim Retorika dan Validitas
Sedangkan ideologi didasarkan pada struktur dan asal usul keyakinan, retorika memprioritaskan
wacana yang digunakan dalam proses persuasi. Pendekatan iniuntuk sifat politik melibatkan
studi yang cermat tentang bahasa sebagai media untuk komunikasi klaim validitas. "Wacana",
yang didefinisikan sebagai sarana disiplin yang membentuk subjek dan hubungan (McGee dan
Lyne, 1987), adalah elemen yang meresap dari semua praktik penalaran ilmiah karena
berhubungan dengan apa yang harus dipercayai orang (McCloskey, 1983). Studi retorika
menyiratkan tantangan terhadap supremasi ahli. Dengan menuntut untuk mengotentikasi klaim
atas pengetahuan, ketidakpastian tuntutan ini dibuat lebih terlihat dengan menumbangkan
hegemoni teks. Hal ini memungkinkan persyaratan pertukaran antara kebebasan default dan
penyerahan kepada kekuasaan ahli menjadi lebih jelas.
Skenario Alternatif untuk Masa Depan
Penetapan Standar Penetapan standar akuntansi dapat diatur kembali sedemikian rupa sehingga
memperhatikan sifat politiknya yang tidak dapat diubah. Perubahan seperti itu akan mengenali
ketidakpastian "akuntansi yang baik", konsekuensi distributif akuntansi dan kurangnya
korespondensi antara pengaturan standar yang diinginkan dan realitas ekonomi yang tak
terbantahkan. Dengan mengurangi kebesaran klaimnya, pengaturan standar akuntansi mungkin
lebih baik melindungi dirinya dari kritik yang menghancurkan dan apa yang White (1991) sebut
sebagai spiral negatif dari otoritas dan efektivitas yang berkurang. Dengan membuat secara
eksplisit tekanan dan kendala yang sekarang ada dalam bentuk tersirat dan terselubung,
pengaturan standar akuntansi dapat meningkatkan legitimasi dengan lebih menyesuaikan dengan
ajaran pengambilan keputusan demokratis [8]. Perubahan seperti itu mungkin harus mengatasi
krisis jangka pendek karena itu memerlukan pengabaian kepura-puraan bahwa akuntansi itu
netral (Tinker, 1991). Namun, kekuatan yang melekat dalam "tampilan ketidakberdayaan yang
mencolok" (Meyer, 1983) tidak boleh dibuang begitu saja

THE REGULATION OF FINANCIAL ACCOUNTING (deegan)

Terdapat berbagai macam-macam argument, baik iru argument yang mendukung regulasi
maupun yang menentang regulasi akuntansi keuangan. Beberapa Negara cukup sering
melakukan regulasi akuntansi keuangan.

1. The “free market” perspective


 Asumsi fundamental pada “free market” perspective terhadap regulasi akuntansi
adalah bahwa informasi akuntansi harus diperlakukan seperti barang lainnya,
kekuatan permintaan dan penawaran membolehkan untuk mengoprasikan sehingga
menghasilkan penawaran optimal dari informasi tentang entitas.
 Setiap ketiadaan regulasi ada  private economic incentive bagi organisasi untuk 
menyediakan informasi yang credible tentang operasi dan performa organisasi untuk
menjelaskan kepada pihak luar organisasi, sebaliknya biaya operasi organisasi akan
meningkat.
 Market-related incentives
a) Argument market for manager: bergantung ada asumsi pasar yang efisien
untuk manajer bahwa kinerja sebelumnya akan berdamoak pada berapa
banyak upah yang mereka perintahkan dalam periode masa depan, baik dari
majikan merekayang sekarang, atau tempat lain.
b) Argument market for corporate takeover: bekerja pada sumsi bahwa dibawah
kinerja organisasi akan diambil alih oleh entitas lain yang kemudian akan
menggantikan tim manajemen yang sudah ada. Dengan ancaman yang
dirasakan, manajer akan termotivasi untuk memaksimalkan nilai perusahaan
untuk meminimalkan likelihood yang luar biasa menguasai organisasi dengan
biaya rendah.
2. The “pro regulation” perspective
 Salah satu argument paling sederhana adalah jika seseorang benar-benar 
menginginkan informasi pengenai organisasi, mereka akan siap untuk  membayarnya
(mungkin dalam bentuk menguransi ROR yang mereka butuhkan) dan kekuatan
permintaan dan penawaran seharusnya beroperasi untuk  memastikan jumlah optimal
atas informasi yang telah dihasilkan.
 Perspektif lain adalah jika informasi tidak dihasilkan, akan ada ketidakpastian yang
lebih besar atas kinerja perusahaan dan hal ini berarti tambahan biaya untuk 
organisasi.
 Informasi akuntansi adalah barang public-sekali tersedia. Masyarakat dapat
menggunaknnya tanpa membayar dan menyerahkannya kepada orang lain.
3. Public interest theory
 Menurut posner (1974.p355) teori kepentingan public menekankan bahwa  peraturan
disediakan sebagai jawaban atas permintaan dari public untuk  mengoreksi
ketidakefisienan dan ketidakadilan dalam menjalankan praktek pasar.
 Perspektif sederhana tentang mengapa peraturan diperkenalkan. Posner (1974)
pertanyaan-pertanyaan asumsi-asumsi bahwa pasar-pasar ekonomi sangat rapuh dan
cenderung untuk beroperasisecara tidak efisien (atau tidak sama) jika dibiarkan tanpa
ada yang mengelola, peraturan pemerintah yang lain adalah hampir tanpa biaya.
 Posner juga mengkritik argumentasi-argumentasi bahwa perundang-undangan  pada
umunya digunakan untuk “public good” tetapi hanya kegagalan-kegagalan untuk
mencapai tujuan-tujuannya karena kecerobohan pemerintah, salah manjemen, atau
ketiadaan dana.
4. Capture theory
 Berdasarkan persepsi ini bagian regulasi kelihatan untuk saling mengisi regulasi
dengan inens bahwa runtutan peraturan menyatakan akan menguntungkan  beberapa
subjek dalam beberapa persyaratan.
5. Lobbying and the economic interst group theory of regulation
 Teori kepentingan kelompok dalam peraturan ekonomi berasumsi bahwa kelompok
akan membentuk untuk melindungi keinginan ekonomi tertentu. Kelompok yang
berbeda dipandang tidak sesuai dengan yang lain dan kelompok  yang berbeda akan
melobi pemerintah untuk ditempatkan di badan legislatif yang secara ekonomis
bermanfaat bagi mereka.
 Hubungannya dengan akuntansi keuangan yaitu kelompok industry tertentu dapat
mengatur untuk menerima atau menolak standard akuntansi tertentu.
6. Accounting regulation as an output of political process
 Jika kita menganggap bahwa proses penerapan standar akuntansi adalah sebuah
proses politik, maka pandangan bahwa akuntansi keuangan haruslah objektif, netral,
dan tidak mengandung unsure politik adalah sesuatu tantangan yang dipenuhi dengan
mudah.
 Karena akuntansi keuangan mempengaruhi pendistribusian kesejahteraan dalam
masyarakat maka dengan otomatis berbau hal politik.
 Sementara kerangka kerja konseptual biasanya menyatakan bahwa laporan keuangan
haruslah objektif, netral, dan benar-benar jujur, mereka juga menyatakan bahwa
resiko social dan ekonomi dari standar akuntansi harus diperhitungkan melalui
penerapan standar sebelum aturan tersebut dikeluarkan

RERANGKA KONSEPTUAL – SUATU MODEL gaffikin

1. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Tujuan adalah kearah mana segala upaya, tindakan, dan pertimbangan dicurahkan.
Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan langkah paling krusial dalam
perekayasaan  perekayasaan akuntansi akuntansi karena menentukan menentukan konsep dan
prinsip prinsip yang relevan relevan yang akhirnya menentukan isi, jenis dan susunan laporan
keuangan
A. Pemakai dan Kepentingannya

Menurut ! pemakai potensial laporan keuangan antara lain Pemilik, kreditor, supplier,
investor, pegawai, manajemen, analist keuangan, broker, bursa efek, kantor   pajak,
pemerintah, mahasiswa, peneliti, masyarakat. Pendekatan penentuan tujuan penyediaan
informasi (laporan keuangan )

Menyediakan informasi untuk sekumpulan pemakai umum yang mempunyai macam macam
kepentingan keputusan yang menghasilkan statement keuangan umum dan general purpose
financial statement .  b. Menyediakan Menyediakan in#ormasi in#ormasi untuk kelompok
kelompok pemekai pemekai tertentu tertentu yang mempunyai mempunyai kepentingan yang
teridenti#ikasi maka seperangkat statement keuangan akan berisi  berbagai  berbagai jenis
statement statement secara rinci sesuai pihak pemakai pemakai atau model  pengambilan
keputusan.

B. Aspek sosial Tujuan Pelaporan Menurut bloom dan Elgers (1995) mendeskripsikan tiga
tujuan
 Tujuan fungsional adalah tujuan masya uan masyarakat atau organisasi secar sasi
secara keseluruhan tanpa memperhatikan motivasi masing masing individu.
 Tujuan bersamaadalah bersamaadalah satu atau beberapa beberapa tujuan individual
individual yang sama dengan tujuan individua tujuan individual lainnya. Tujuan
bersama ditentukan dengan mengidentifikasi dahulu tujuan masing masing dahulu
tujuan masing masing individual.
 Tujuan kelompok domin ok dominan yaitu bila tujuan semu an yaitu bila tujuan
semua individu dapat diide du dapat diidentifikasi maka tujuan beberapa individu
yang dominan dapat maka tujuan beberapa individu yang dominan dapat menjadi
tujuan.

C. Perkembangan tujuan Pelaporan Keuangan


 Tujuan versi ASOBAT (A Statement Statement of Basic Accounting Accounting
Theory) dari Komite  Eksekutif American Accounting A   Eksekutif American
Accounting Association walaupun berorientasi pada kebutuhan pemakai, ini tidak
secara spesifik  mengidentifikasi pihak Pemakai laporan keuangan. mendefinisi
tujuan pelaporan atas dasar tujuan fungsional.
 Tujuan versi Tujuan versi APB no 4 Memuat & tujuan pelaporan yaitu tujuan
umum( genera ( general objective ) dan tujuan kualitatif ( qualitative objective )
 Tujuan fersi troublood committee
Secara umum tujuannya adalah menyediakan informas yang berguna untuk
pembuatan keputusan ekonomi bisnis
D. Teori dibalik tujuan pelaporan FASB
E. Tujuan pelaporan entitas non bisnis mencakup tujuan utama dan spesifik terkait unit
pemerintah organisasi amal keagamaan, social, swasta nonprofit.
F. Tujuan pelaporan keuangan IFRS
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards
(IFRS) adalah Standar dasar, Pengertian dan Kerangka Kerja yang diadaptasi oleh Badan
standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards Board (IASB)).

2. KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI MENURUT FASB


a) Nilai Informasi
b) Keterpahaman (Understanbility)
c) Keterpautan (Relevance)
d) Nilai Prediktif
e) Nilai Balikan
f) Ketepatwaktuan
g) Keterandalan
h) Ketepatan
i) Keterujian
j) Kenetralan
k) Keterbandingan
l) Materialitas
m) Bobot Keterpautan Dan Keterandalan
3. KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI MENURUT IFRS
Menurut IFRS kerangka konseptual dibagi menjadi 3 level
 Firs level = basic objective
 Second level = karakteristik keuangan dan unsure laporan keuangan
 Third level = recognition, measurement, and disclosure concept

Karakteristik kualitatif berada pada second level

1) IASB mengidentifikasikan karakteristik kualitatif informasi akuntansi untuk


membedakan informasi yang lebih baik (lebih berguna) dan informasi yang
interior (kurang bermanfaat) untuk keperluan pembuatan keputusan.
2) Fundamental qualities:
 Relevance
 Convirmatori value
3) Enhancing qualities
 Compararability
 Variability
 Timeliness
 Understanbility

4. ELEMEN ELEMEN STATEMEN KEUANGAN


1) Definisi elemen mengacu pada gacu pada kelas objek luas misal asset atau biaya atau
biaya. 8incian elemen berupa objek atau elemen berupa objek atau kejadian ekonomik
tertentu misal kas atau penjualan yang memenuhi definisi elemen tidak disebut
elemen tetapi sebagai pos (item)
2) Perubahan posisi keuangan

5. PENGUKURAN DAN PENGAKUAN


1) Pelaporan statemen keuangan
2) Seperangkat statemen keuangan
3) Pengukuran
4) Pengakuan
6. NILAI SEKARANG DALAM PENGUKURAN AKUNTANSI
Pengukuran sering dibedakan dengan penilaian karena perbedaan saat pengukuran.
Penilaian sering digunakan pula untuk menunjuk pengukuran yang jumlah rupiahnya
tidak dapat diamati melalui transaksi atau pasar (marketplace-determined amount).
1) Pengertian dasar
2) Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran

7. MANFAAT DAN KETERBATASAN MODEL


1) Transfer teknologi
2) Pengaruh rk fasb
3) Dokumen kebijakan

The Institutional Environment of Financial Reporting Regulation in ASEAN

Shahrokh M. Saudagaran* and Joselito G. Diga

Pendahuluan

Sebagian besar penelitian yang ada yang berhubungan dengan lembaga pelaporan
keuangan berfokus pada negara-negara industri di Amerika Utara dan Eropa Barat. Penelitian di
wilayah geografis lain masih jarang. Artikel ini mempelajari lingkungan kelembagaan regulasi
pelaporan keuangan (penetapan dan penegakan standar akuntansi) di ASEAN. Dibentuk pada
tahun 1967, salah satu tujuan utama grup ini adalah untuk menciptakan aliansi ekonomi yang
kuat di kawasan Asia Tenggara. Artikel ini berfokus pada lima anggota piagam ASEAN-
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand-karena negara-negara ini memiliki
lembaga akuntansi dan peraturan yang lebih maju yang dapat melakukan pemeriksaan. Brunei,
Vietnam, Laos, dan Burma, negara-negara yang diterima di ASEAN pada 1980-an dan 1990-an,
belum membangun kerangka kerja kelembagaan dan peraturan untuk pasar modal mereka.
Artikel ini membahas konteks regulasi pelaporan keuangan domestik dan internasional di
ASEAN karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga di negara-negara
tersebut.
Pembahasan

STRUKTUR PERATURAN PELAPORAN KEUANGAN DI ASEAN

Peraturan pelaporan keuangan di ASEAN mencakup undang-undang dan persyaratan yang


ada yang ditetapkan oleh berbagai badan pengatur. Menurut Choi dan Mueller (1992), tujuan
luas akuntansi di setiap negara dapat dilihat, sebagian besar, dari undang-undang yang ada yang
berhubungan dengan perusahaan swasta, pasar sekuritas, perpajakan, dan masalah perencanaan
ekonomi nasional. Namun, tujuan luas pelaporan keuangan yang dinyatakan dalam undang-
undang perlu diterjemahkan ke dalam persyaratan khusus untuk implementasi praktis.
Perundang-undangan memainkan dua peran penting dalam membentuk lingkungan
kelembagaan.

 Pertama, undang-undang sering menetapkan kriteria utama untuk menyiapkan laporan


keuangan (misalnya, untuk memberikan pandangan yang benar dan adil).
 Kedua, mereka menunjuk tanggung jawab untuk menjalankan hukum kepada lembaga
pemerintah yang diberi wewenang untuk merumuskan aturan yang dianggap perlu untuk
mencapai tujuan undang-undang.

Peserta Dalam Proses Pengaturan

Agensi pemerintahan

Regulator pasar sekuritas di ASEAN memiliki kewenangan hukum yang luas untuk
menentukan aturan pelaporan keuangan. Di Malaysia dan Singapura, registrar perusahaan
memastikan bahwa perusahaan mematuhi persyaratan pengungkapan spesifik yang terdapat
dalam undang-undang perusahaan. Secara umum, registrar perusahaan tidak menetapkan
persyaratan pelaporan keuangan tambahan selain yang sudah ditemukan dalam undang-undang
perusahaan.

Fungsi yang setara dengan pencatatan perusahaan dijalankan oleh berbagai lembaga di
Indonesia, Thailand, dan Filipina. Namun, dibandingkan dengan registrar perusahaan di
Malaysia dan Singapura, lembaga pemerintah di ketiga negara tersebut secara aktif
berpartisipasi, biasanya bekerja sama dengan badan sektor swasta, dalam merumuskan
persyaratan pelaporan keuangan. Otoritas pajak menentukan persyaratan akuntansi untuk tujuan
perpajakan dan, dalam kasus Thailand, untuk tujuan pelaporan keuangan juga. Selain regulator
sekuritas, registrar perusahaan, dan otoritas perpajakan, badan pemerintah yang membidangi
perizinan akuntan profesional juga berperan penting dalam menegakkan regulasi pelaporan
keuangan.

Variasi dalam administrasi hukum perusahaan terlihat di antara lima negara ASEAN:

 Hukum perusahaan Indonesia diatur oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
yang mandat utamanya adalah mengatur semua bentuk kegiatan investasi di negara ini.
Fungsi pendaftaran bersifat insidental dengan tujuan utamanya, meskipun BKPM
menggunakan kewenangan hukumnya atas pelaporan keuangan untuk memantau sifat
dan tingkat kepemilikan asing atas perusahaan yang berbasis di Indonesia.
 Di Malaysia dan Singapura, tugas utama registrar perusahaan adalah menyimpan catatan
perusahaan domestik, sebagaimana diatur oleh undang-undang perusahaan.
 Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Filipina memantau pasar sekuritas dan menyimpan
catatan perusahaan sesuai dengan undang-undang korporasi.
 Di Thailand, Kementerian Perdagangan bertanggung jawab atas berbagai fungsi,
termasuk pendaftaran perusahaan. Secara keseluruhan, administrasi undang-undang
perusahaan digabungkan dengan tugas-tugas lain di negara-negara ASEAN, kecuali di
Malaysia dan Singapura, di mana administrasi perusahaan ditangani secara eksklusif oleh
pencatat perusahaan yang ditunjuk.

Organisasi Sektor Swasta

Tabel 2 mencantumkan organisasi sektor swasta yang terlibat dalam regulasi pelaporan
keuangan di ASEAN. Organisasi yang disajikan adalah yang bertanggung jawab atas: (1)
penetapan standar akuntansi, (2) bursa efek, (3) akuntan terdaftar, (4) pengguna / penyusun
(dalam kaitannya dengan masalah pelaporan keuangan perusahaan), (5) standar audit -setting.

 Standar akuntansi diumumkan oleh badan akuntansi profesional di Indonesia, Malaysia,


Singapura, dan Thailand. Namun, di Filipina, standar akuntansi ditetapkan oleh badan
sektor swasta dengan perwakilan dari luar profesi akuntansi (misalnya, dari Financial
Executives Institute of the Philippines) dan oleh karena itu dapat dijelaskan sebagai
mengikuti `` sektor swasta campuran '' pendekatan.
 Bursa saham juga berpartisipasi dalam mengatur praktik pelaporan keuangan. Mereka
mengumumkan persyaratan pencatatan bagi perusahaan yang ingin sekuritas mereka
diperdagangkan di bursa.
 Penetapan standar akuntansi di ASEAN ditandai dengan peran yang terlihat, seringkali
dominan, yang dimainkan oleh badan akuntansi profesional. Karakteristik ini
mencerminkan tingkat profesionalisasi yang relatif tinggi yang konsisten dengan sistem
akuntansi berorientasi mikro-pengguna (Gray, 1988). Artinya, di mana standar akuntansi
diturunkan secara profesional, standar tersebut menawarkan ruang gerak yang lebih luas
dalam pelaksanaan penilaian individu dibandingkan dengan rezim regulasi yang dicirikan
oleh aturan yang diamanatkan oleh pemerintah.

Sumber Standar Akuntansi Domestik

Standar akuntansi kontemporer di ASEAN banyak diambil dari sumber asing, terutama
standar Inggris, AS, dan IASC. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) paling awal didasarkan pada
Grady (1965) Inventaris GAAP untuk Badan Usaha. Pada tahun 1984, PAI sedikit direvisi untuk
memasukkan beberapa konsep bisnis Indonesia. Selain itu, antara tahun 1987 hingga 1991,
beberapa pernyataan prinsip akuntansi yang mengacu pada perlakuan akuntansi AS telah
diterbitkan di Indonesia. Akhirnya, pada bulan September 1994, Indonesia mengadopsi 21
Standar Akuntansi Internasional (IAS), berganti nama menjadi `` Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia '' dan mewajibkan semua perusahaan terbuka.

Standar akuntansi di Filipina dan Thailand juga banyak diambil dari sumber akuntansi AS.
Standar akuntansi Filipina mengikuti perlakuan yang direkomendasikan oleh badan pengaturan
standar AS (SGV dan Andersen, 1983).

Malaysia dan Singapura secara historis memandang Inggris dalam menetapkan standar akuntansi
domestik mereka. Setelah pembentukan IASC pada tahun 1973, Malaysia dan Singapura menjadi
dua negara paling awal di ASEAN yang mengadopsi standar IASC. Keduanya mengumumkan
dukungan mereka untuk upaya IASC pada pertengahan 1970-an, tidak seperti ICAAT Thailand,
yang mengadopsi kandungan dari beberapa standar internasional tetapi tidak secara eksplisit
mengumumkan dukungannya untuk IASC.

Struktur Badan Penetapan Standar


Badan-badan pembuat standar di ASEAN umumnya didominasi oleh akuntan
profesional. Di Indonesia, Komisi Prinsip Akuntansi IAI, yang mempersiapkan standar akuntansi
yang direkomendasikan untuk dipertimbangkan oleh Dewan IAI, beranggotakan tujuh orang dari
praktik publik, pemerintahan, perdagangan dan industri, dan pendidikan, yang semuanya harus
menjadi anggota IAI.

Kepatuhan pada Proses Tuntas

Ciri umum lain dari penetapan standar akuntansi di negara-negara ASEAN adalah
ketaatan pada beberapa gagasan tentang proses yang seharusnya, misalnya, dalam kebutuhan
untuk merilis standar yang diusulkan untuk komentar publik dan untuk berkonsultasi dengan
berbagai konstituen di pemerintah dan sektor swasta. Proses hukum ditujukan untuk mendorong
penerimaan standar profesional, meskipun langkah-langkah yang diikuti di setiap negara
bervariasi dalam tingkat formalitas dan sejauh mana lembaga pemerintah berpartisipasi dalam
proses tersebut.

Di Indonesia, Komisi Prinsip Akuntansi (CAP) IAI mengedarkan draf standar akuntansi di antara
anggota IAI, lembaga pemerintah terpilih (mis., Bapepam, Bank Indonesia, Badan Koordinasi
Penanaman Modal, Kementerian Keuangan, Direktorat Perpajakan), dan perwakilan perusahaan
(Kamar Dagang Indonesia) untuk memberikan komentar.

Proses penetapan standar di Singapura juga sangat mudah. Komite Standar Akuntansi
ICPAS, yang anggotanya ditunjuk oleh Dewan Institut, memeriksa IAS saat ini untuk
menentukan relevansinya dengan Singapura. Penetapan standar di Malaysia sedikit lebih
kompleks karena konsensus dari dua badan akuntansi diperlukan. Komite gabungan MIA dan
MACPA menentukan apakah IAS tertentu cocok dan perubahan apa, jika ada, yang dijamin.
Penetapan standar di Thailand secara umum mirip dengan yang diadopsi di Indonesia,
Malaysia, dan Singapura, dengan satu perbedaan penting: persetujuan formal diperlukan dari
BSAP Kementerian Perdagangan untuk semua standar akuntansi. Dalam proses penyusunan
standar, draf dikirim ke anggota ICAAT dan dipresentasikan dalam seminar atau audiensi publik.
Di Filipina, pemerintah juga secara resmi menyetujui standar baru. Namun, proses
persetujuannya lebih rumit. ASC pertama-tama membentuk komite proyek untuk menentukan
apakah standar akuntansi di bidang tertentu diperlukan.
Secara keseluruhan, pengaturan di ASEAN tampaknya belum sempurna dan jauh lebih
kompleks daripada yang ditemukan di negara-negara industri Barat. Standar akuntansi, secara
umum, diadopsi berdasarkan kekuatan rekomendasi badan profesional. Lobi dan perselisihan
yang intens atas standar yang diusulkan, yang semakin dialami di AS dan negara industri
lainnya, jarang terjadi di ASEAN.

BATASAN DAN PROSPEK LINGKUNGAN KELEMBAGAAN PERATURAN


PELAPORAN KEUANGAN DI ASEAN

Setelah memaparkan karakteristik utama dan proses regulasi pelaporan keuangan di


ASEAN, bagian ini membahas dampak lembaga pemerintah dan badan sektor swasta, di dalam
dan di luar ASEAN, terhadap perkembangan pelaporan keuangan di negara-negara tersebut.
Beberapa implikasi kebijakan dari interaksi antara pemerintah dan sektor swasta disoroti.

Faktor Pembatas Partisipasi Sektor Swasta

Tingkat pengaruh relatif dari lembaga pemerintah dan badan sektor swasta pada lingkungan
kelembagaan pelaporan keuangan suatu negara dapat diringkas dalam salah satu dari empat
pendekatan utama untuk regulasi: (1) legalistik; (2) hibrida; (3) profesional; dan (4) pasar (Puxty
et al., 1987).

Ada dua faktor yang tampaknya signifikan dalam mendorong partisipasi aktif lembaga sektor
swasta dalam regulasi akuntansi. Pertama adalah kebijakan pemerintah yang mendukung inovasi
dalam pelaporan keuangan dan ditandai dengan tidak adanya aturan pengukuran dan
pengungkapan yang kaku. Kedua, adanya badan-badan sektor swasta yang terorganisir dengan
baik yang mampu merumuskan dan melaksanakan aturan pelaporan keuangan. Namun, bukti
yang mendukung kondisi ini beragam di antara lima negara ASEAN yang diteliti.

Di Malaysia, lembaga pemerintah umumnya mendukung upaya profesi tersebut. Komite


Permodalan Pemerintah (CIC), yang mengatur penawaran sekuritas sebelum tahun 1992, secara
umum mensyaratkan perusahaan untuk mematuhi standar akuntansi MIA / MACPA.

Tingkat dukungan umum dari inisiatif sektor swasta juga tinggi di Filipina di mana
pengesahan resmi diberikan kepada SFAS oleh Dewan Akuntansi dan RRT. SEC dan Bank
Sentral juga mengharuskan perusahaan untuk mematuhi PSAK dan menjalani audit oleh CPA
berlisensi. Philippine SEC, meniru mitranya di AS, memainkan peran yang kuat dalam
menentukan regulasi pelaporan keuangan.

Di Singapura, pengaruh pemerintah pada pelaporan keuangan dan dukungan inisiatif akuntansi
profesional secara langsung terbukti dalam undang-undang dan, secara tidak langsung, melalui
persyaratan audit.

Dari lima negara ASEAN, pemerintah Thailand menjalankan peran yang lebih
intervensionis secara signifikan dalam mengatur pelaporan keuangan. Thailand adalah satu-
satunya negara ASEAN yang telah diundangkan Tindakan Akuntansi untuk mengatur praktik
pelaporan keuangan. Pada tahun 1976, Kementerian Perdagangan mengeluarkan peraturan, yang
memberikan format seragam dan daftar rinci pengungkapan untuk perusahaan. Departemen
Pendapatan Internal Thailand juga memberikan pengaruh kuat pada praktik akuntansi dengan
mengharuskan perusahaan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk tujuan pelaporan
keuangan dan pajak.

Sebagian besar badan profesional di ASEAN (selain di Thailand) didirikan selama era
pasca-perang, pasca-kolonial di masing-masing negara. Pengecualiannya adalah PICPA di
Filipina, sebuah badan yang didirikan pada masa penjajahan AS dan terus beroperasi dengan
baik hingga era pasca-kolonial. Umur panjang organisasi ini menunjukkan keberhasilan mereka
dalam mencapai legitimasi kelembagaan (Johnson dan Solomons, 1984; Gorelik, 1994).

Di Thailand, akuntan hanya perlu mendapatkan lisensi dari BSAP untuk menjalankan
profesinya. Khususnya, status profesi akuntansi di Thailand sejajar dengan beberapa negara di
Eropa Kontinental (misalnya, Jerman, Belgia) dan Asia Timur Laut (misalnya, Jepang, Korea
Selatan), di mana badan profesional memainkan peran yang relatif kecil dalam pelaporan
keuangan. peraturan. Terlepas dari keterbatasan kekuatan badan-badan sektor swasta di ASEAN,
konsultasi antara badan-badan sektor swasta dan badan-badan pemerintah, baik resmi maupun
tidak resmi, masih sering dilakukan. Di Thailand, sementara ICAAT menetapkan standar
akuntansi, pejabat pemerintah membentuk blok komite yang signifikan, yang mempelajari dan
mengusulkan standar akuntansi baru.

Peran kelompok sektor swasta lainnya dalam penetapan standar akuntansi, terutama
penyusun laporan keuangan dan kelompok pengguna, tampak minimal. Namun, tidak benar
untuk menyimpulkan bahwa kelompok ini tidak mempengaruhi kegiatan penetapan standar.
Proses konsultasi yang diadopsi oleh badan profesional dirancang, sebagian, untuk
mengakomodasi kepentingan komunitas bisnis.

Untuk secara formal memasukkan berbagai konstituen yang dipengaruhi oleh rezim pelaporan
keuangan, langkah selanjutnya yang mungkin dalam pengembangan mekanisme kelembagaan
yang berkaitan dengan pelaporan keuangan di ASEAN mungkin mengadopsi pendekatan hibrida
di mana badan pengatur independen termasuk anggota swasta. sektor dan pemerintah di
dalamnya. Hanya Filipina yang mengambil langkah ke arah ini, di mana ASC mencakup
perwakilan dari lembaga pemerintah utama, profesi akuntan, dan perusahaan.

Efektivitas Penegakan dan Kualitas Pelaporan Keuangan

Masalah kebijakan utama lainnya dalam lingkungan pelaporan keuangan ASEAN adalah
tingkat penegakan hukum yang efektif di negara-negara ini. Kredibilitas badan akuntansi
profesional sebagai pembuat standar dapat ternoda dan tidak dapat diperbaiki jika perusahaan
menolak atau tidak mematuhi standar yang ditetapkan oleh profesinya (Johnson dan Solomons,
1984; Gorelik, 1994). Namun, bukti yang mendukung keefektifan penegakan hukum di ASEAN
menunjukkan kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan tingkat kepatuhan saat ini di
sebagian besar negara anggota.

Perbedaan terlihat jelas dalam tinjauan pemerintah independen atas kinerja auditor hanya
diadopsi di Singapura dan Thailand. Di Singapura, PAB meninjau kepatuhan auditor terhadap
ketentuan Akuntan Act. Di Thailand, BSAP secara berkala mengevaluasi kinerja auditor. Dalam
hal struktur tata kelola perusahaan, Indonesia membutuhkan dewan pengawas non-eksekutif
untuk mengawasi dewan direksi. Insiden tindakan hukuman yang diterapkan di ASEAN jarang
terjadi. Selain Singapura, belum ada kasus penindakan terhadap auditor. Di Singapura, Pan
Electric yang terdaftar secara publik runtuh pada pertengahan 1980-an dan auditor dituntut oleh
penerimanya. Contoh hukuman yang dijatuhkan kepada perusahaan karena melanggar undang-
undang kadang terjadi di ASEAN.

Tabel 5 merangkum temuan studi yang dilakukan oleh International Finance Corporation
(1994), badan pembiayaan sektor swasta dari Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Asia (1995)
tentang persepsi kualitas regulasi akuntansi di ASEAN. Penilaian IFC tidak mendefinisikan
kategori `` baik, '' `` memadai, '' dan `` buruk. '' Namun, hanya Malaysia yang dinilai baik dalam
hal standar akuntansi, perlindungan investor, dan efektivitas regulator sekuritas. Indonesia dinilai
buruk dalam hal standar akuntansi, sebagian karena belum mengadopsi seperangkat standar
akuntansi yang komprehensif pada tahun 1993 ketika survei dilakukan.

standar akuntansi yang memadai, meskipun dasar penentuannya tidak jelas. Studi tersebut
menyiratkan perlunya perbaikan substansial di Indonesia, Thailand, dan Filipina dalam
menerapkan standar akuntansi. Pandangan ini diperkuat oleh studi ADB (1995), yang
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kecukupan dan keandalan pengungkapan di
Indonesia dan Filipina.

Di Filipina, tercatat itu

Pengamatan yang dilakukan terkait dengan Filipina juga berlaku untuk Indonesia,
Malaysia, dan Thailand, di mana sikap budaya menjadi hambatan untuk pengungkapan penuh
urusan entitas pelapor. Di Singapura, tingkat kepatuhan secara keseluruhan dianggap tinggi
meskipun ICPAS menolak untuk mengungkapkan rincian tingkat kepatuhan. Kecuali jika
diselesaikan melalui langkah-langkah regulasi yang lebih efektif, perbedaan dalam efektivitas
penegakan hukum ini akan terus menghambat kualitas pelaporan keuangan di antara lima negara.

Dimensi Internasional Peraturan Akuntansi di ASEAN

Aspek kebijakan ketiga dari lingkungan kelembagaan untuk pelaporan keuangan di


ASEAN adalah dampak yang semakin terlihat dari perkembangan eksternal pada masalah
domestik. Salah satu masalah utama adalah apakah setiap negara harus diselaraskan dengan
model pelaporan keuangan regional atau global. AFA telah menjadi pendukung utama
harmonisasi akuntansi regional di ASEAN. Dampak perkembangan global di ASEAN disorot
oleh partisipasi badan akuntansi ASEAN dalam kegiatan IASC. Kedua dimensi regulasi
internasional di ASEAN dibahas di bawah ini.

AFA dibentuk oleh badan akuntansi profesional dari lima anggota asli ASEAN pada
bulan Maret 1977 (Federasi Akuntan ASEAN (AFA), 1977). Keanggotaan AFA terbuka untuk
badan akuntansi profesional yang diakui dari setiap negara ASEAN, kecuali Malaysia, yang
diwakili oleh MIA dan MACPA. Perwakilan dari badan anggota membentuk dewan pengatur
AFA, yang menetapkan agenda dan arah kebijakan secara keseluruhan. Akan tetapi, AFA hanya
mencapai sedikit keberhasilan dalam upayanya untuk mengejar harmonisasi regional.

Setelah survei prinsip dan praktik akuntansi di ASEAN, CAPS mengeluarkan draf eksposur yang
disebut Standar Akuntansi ASEAN (AAS) No.1 Prinsip Akuntansi Fundamental ( Federasi Akun
ASEAN, 1978a, b). Aturan pengungkapan dan pengukuran dalam AAS 1 memberikan
tolok ukur untuk membandingkan standar dan praktik akuntansi di wilayah tersebut. Dalam
kebanyakan kasus, tidak ada perbedaan substansial yang diharapkan antara AAS dan standar
domestik.

gional `` telah nol '' (Donleavy, 1991, hlm.306). Harmonisasi regional mengalami kemunduran
lebih lanjut setelah publikasi survei komprehensif pada tahun 1984, yang menganalisis berbagai
standar dan praktik akuntansi di ASEAN (SGV, 1984).

Dukungan untuk IASC di antara lima negara ASEAN secara umum cukup kuat. Dalam
berbagai tingkatan, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia telah mendukung IAS untuk
tujuan pelaporan domestik dan badan akuntansi profesional mereka juga telah berpartisipasi
dalam Komite Pengarah IASC. Dukungan kuat untuk inisiatif IASC di ASEAN signifikan karena
menunjukkan bahwa mayoritas badan akuntansi profesional ASEAN menyukai model
harmonisasi global. Namun, tidak berarti bahwa setiap negara ASEAN tanpa ragu menerima
IAS. Di Malaysia dan Singapura, sementara IAS memberikan dasar utama untuk standar
domestik, badan akuntansi profesional mereka meninjau penerapan IAS untuk penggunaan lokal.

Secara keseluruhan, dukungan kuat yang diberikan kepada IAS sebagian disebabkan oleh
fitur sistem regulasi pelaporan keuangan di ASEAN. Pertama, lembaga penetapan standar di
ASEAN secara historis kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk meneliti masalah
akuntansi. IAS menarik bagi negara-negara ASEAN karena ketersediaannya yang siap, persepsi
bahwa standar tersebut didasarkan pada penelitian substansial, dan fakta bahwa IAS adalah
produk dari badan supranasional. Kedua, IAS memungkinkan perlakuan akuntansi alternatif,
yang sebagian besar diterima di negara-negara yang sangat mempengaruhi praktik akuntansi di
ASEAN (Inggris dan AS). Dengan demikian, IAS sangat sesuai dengan orientasi akuntansi
pengguna mikro di ASEAN.
Tingkat dukungan yang diberikan kepada IAS di ASEAN mungkin dipengaruhi oleh
Proyek Keterbandingan IASC. Tujuan dari proyek ini adalah untuk merekomendasikan standar
akuntansi yang mengurangi jumlah opsi dalam IAS saat ini (Komite Standar Akuntansi
Internasional, 1989, 1990; Chandler, 1992). Tidak jelas sejauh mana Indonesia, Malaysia,
Singapura, dan Thailand akan mendukung perubahan yang diusulkan dalam Proyek
Perbandingan IASC. Sejauh ini, badan penyusun standar akuntansi Malaysia, Singapura, dan
Thailand belum merevisi atau mengumumkan niat mereka untuk merevisi standar akuntansi yang
ada agar sesuai dengan standar yang lebih ketat.

KESIMPULAN

Artikel ini menganalisis dan membandingkan persamaan dan perbedaan lingkungan


kelembagaan untuk regulasi akuntansi di ASEAN. Apakah fitur kelembagaan ini menunjukkan
bahwa harmonisasi akuntansi layak di ASEAN tergantung pada konsep harmonisasi akuntansi
yang diadopsi.

Institusi saat ini struktur nasional regulasi akuntansi di ASEAN tampaknya menghambat
kemajuan menuju harmonisasi kawasan.

 Pertama, ada perbedaan signifikan dalam kepentingan relatif undang-undang perusahaan,


peraturan sekuritas, dan undang-undang perpajakan yang mempengaruhi standar dan
praktik akuntansi. Misalnya, perbedaan material terdapat pada tingkat detail yang
diberikan dalam undang-undang perusahaan di negara-negara yang dipengaruhi Inggris
(Malaysia dan Singapura) dan kelompok yang tidak dipengaruhi Inggris (Indonesia,
Filipina, dan Thailand).
 Kedua, terdapat perbedaan mencolok dalam komposisi badan pembuat standar dan
tingkat dukungan hukum yang diterimanya dari pemerintah. Indonesia, Malaysia,
Singapura, dan Thailand memiliki standar akuntansi berbasis profesional yang
menggabungkan sebagian besar standar IASC. Sebaliknya, Filipina memiliki badan
pemerintah-sektor swasta campuran, yang kebanyakan mengambil standar dari AS.
Selain itu, hanya di Indonesia undang-undang perusahaan dan undang-undang sekuritas
secara khusus menyebutkan standar akuntansi profesional.
 Ketiga, AFA selama ini belum berhasil mendorong agenda harmonisasi kawasan.
Organisasi tersebut tampak terhambat oleh kendala sumber daya dan kesadaran bahwa
mencapai harmoni kawasan itu sulit, mengingat perbedaan mendasar dalam sistem
akuntansi keuangan negara-negara anggotanya.

Bukti menunjukkan bahwa struktur kelembagaan di ASEAN, hingga saat ini, mendukung
penyelarasan sepihak standar domestik masing-masing negara terhadap beberapa tolok ukur
global, baik standar IASC atau AS ini. Secara umum, lima negara dapat dibagi menjadi dua
kelompok yang terdiri dari mereka yang telah mengadopsi IAS (Indonesia, Malaysia, Singapura,
dan Thailand) dan satu-satunya non-adopter (Filipina).

Upaya berkelanjutan IASC untuk membatasi jumlah opsi akuntansi dalam standarnya dapat
mempengaruhi tingkat dukungan untuk IAS di antara negara-negara ASEAN berdasarkan
bagaimana regulator dan badan profesional di negara maju menanggapi standar IASC yang lebih
ketat. Penerimaan internasional yang luas atas standar-standar ini mungkin akan menghasilkan
regulator pemerintah dan badan profesional di ASEAN yang mendukung IAS yang direvisi,
meskipun ada kemungkinan reaksi negatif dari kelompok bisnis.

Differences between domestic accounting standards and IAS: Measurement, determinants


and implications

Yuan Ding

1. PENDAHULUAN

Meskipun standar akuntansi merupakan penentu penting dari kualitas pelaporan keuangan,
mereka berbeda antar negara. Keyakinan umum yang dianut adalah bahwa perbedaan tersebut
mengurangi kualitas dan relevansi informasi akuntansi. Para pendukung standar internasional
yang diselaraskan mengklaim bahwa jika semua perusahaan mengikuti standar akuntansi yang
sama, laporan keuangan eksternal dari perusahaan akan memberikan pengungkapan yang lebih
seragam dan informasi akuntansi yang lebih berguna bagi investor (misalnya, Purvis et al.,
1991 ).
Adopsi IAS telah menjadi kontroversial dan sangat diperdebatkan ( Bunga, 1997; Ze ff, 1998
). Meskipun demikian, adopsi wajib IAS / IFRS oleh Uni Eropa 3 dan komitmen formal oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan AS (FASB) dan Dewan Standar Akuntansi Internasional
(IASB) untuk menyatukan US GAAP dengan IAS, jelas berkontribusi pada penerimaan IAS di
banyak bagian dunia. Studi dan survei sebelumnya (misalnya, Harga Waterhouse International,
1973, 1975, 1979; Ordelheide dan Semler, 1995 ) sering menafsirkan perbedaan akuntansi
internasional sebagai pilihan yang berbeda yang diadopsi oleh negara yang berbeda untuk
mengatasi masalah akuntansi yang sama.

Tujuan kami adalah untuk menganalisis perbedaan akuntansi internasional dengan


mengembangkan ukuran perbedaan yang lebih halus antara DAS dan IAS. Sumber utama kami
untuk perbedaan akuntansi adalah '' GAAP 2001: Survei Aturan Akuntansi Nasional
Dibandingkan dengan Standar Akuntansi Internasional '' ( Nobes, 2001 ). Berdasarkan survei ini,
kami menyusun daftar lengkap item untuk mengembangkan ukuran yang digunakan dalam
makalah ini - ketiadaan dan perbedaan. Ketiadaan mengukur perbedaan antara DAS dan IAS
sebagai sejauh mana aturan mengenai masalah akuntansi tertentu hilang dalam DAS sementara
tercakup dalam IAS.

Menggunakan sampel dari 30 negara untuk tahun 2001, kami menyelidiki peran lima
faktor kelembagaan (asal hukum, konsentrasi kepemilikan yang mewakili struktur pemerintahan,
perkembangan ekonomi, pentingnya profesi akuntansi, dan pentingnya pasar ekuitas) sebagai
penentu potensial dari perbedaan antara DAS dan IAS. Bukti kami menunjukkan bahwa
pentingnya pasar ekuitas berhubungan negatif dengan ketiadaan dari DAS. Ada hubungan positif
antara konsentrasi kepemilikan dan ketiadaan.

Makalah kami memberikan tiga kontribusi untuk literatur akuntansi.

 Pertama, berdasarkan survei yang diterbitkan oleh perusahaan akuntansi utama, kami
membangun dua ukuran perbedaan akuntansi internasional yang mengukur perbedaan
dalam dua dimensi - ketiadaan dan perbedaan.
 Kedua, penelitian kami menyelidiki hubungan kompleks antara faktor kelembagaan dan
perbedaan antara DAS dan IAS (sedangkan Ding dkk. (2005) mempelajari perbedaan
yang sama dalam kaitannya dengan budaya).
 Ketiga, dengan mengeksplorasi implikasi variasi ketiadaan dan perbedaan pada kualitas
pelaporan keuangan, penelitian kami secara tidak langsung menyoroti keuntungan dan
kerugian dari mengadopsi satu set IAS yang seragam di seluruh dunia.

2. PENGUKURAN PERBEDAAN ANTARA IAS DAN DAS

Literatur tentang perbedaan akuntansi internasional

Berbagai sumber data telah digunakan untuk mengukur perbedaan akuntansi


internasional dalam literatur sebelumnya. Sebagian besar studi sebelumnya menafsirkan
perbedaan akuntansi internasional sebagai pilihan yang berbeda yang diadopsi oleh negara yang
berbeda untuk masalah akuntansi yang sama, yang sesuai dengan kami perbedaan konsep.

Setelah meringkas informasi tentang praktik akuntansi di 15 negara (negara-negara


Eropa, AS, Kanada, Australia dan Jepang) ditambah IAS, Ordelheide dan Semler (1995)
mengusulkan Matriks Referensi TRANSACC. Mereka memberikan pemeriksaan komprehensif
dari metode akuntansi yang berbeda. Namun, analisis mereka terbatas pada negara-negara paling
maju di dunia. Beberapa penelitian selanjutnya telah menggunakan matriks ini untuk
mengklasifikasikan negara menurut perbedaan akuntansi mereka (misalnya, d'Arcy, 2001 ).

Ashbaugh dan Pincus (2001) berusaha untuk menentukan apakah variasi dalam standar
akuntansi melintasi batas-batas nasional relatif terhadap IAS berdampak pada kemampuan analis
keuangan untuk meramalkan laba perusahaan non-AS secara akurat. Mereka menganalisis
praktik akuntansi di 13 negara untuk mengidentifikasi perbedaan dalam standar akuntansi negara
relatif terhadap IAS, yang mencakup baik perbedaan dalam persyaratan pengungkapan dan
metode pengukuran untuk IAS versus GAAP domestik perusahaan sampel pada tahun 1993.

Kerangka analisis

Studi sebelumnya telah menetapkan beberapa hubungan antara perbedaan dalam standar
akuntansi di seluruh negara dan kualitas pelaporan keuangan (misalnya, Alford dkk., 1993; Joos
dan Lang, 1994; Auer, 1996 ) (Lihat Gambar 1 ). Dalam studi yang dikutip secara luas, Alford
dkk. (1993) menemukan bahwa perbedaan dalam standar akuntansi negara memengaruhi
keinformatifan informasi keuangan yang dilaporkan. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap
kualitas pelaporan keuangan juga telah dipelajari (lihat Gambar 1 ).
Ball dkk. (2003) mengoperasionalkan kualitas pelaporan keuangan sebagai
penggabungan tepat waktu kerugian ekonomi dan menemukan bahwa itu menyesatkan untuk
mengklasifikasikan negara dengan standar akuntansi, mengabaikan insentif pelaporan, seperti
yang umum di beberapa buku teks akuntansi internasional, indeks transparansi, dan advokasi
IAS. Mereka berpendapat bahwa kualitas pelaporan keuangan sensitif terhadap insentif dari
manajer dan auditor. Insentif tersebut pada gilirannya sangat dipengaruhi oleh interaksi antara
kekuatan pasar dan politik di yurisdiksi pelaporan.

Gambar 2 mengilustrasikan perluasan yang kami buat pada kerangka umum dalam
literatur yang ada. Pertama, kami memisahkan perbedaan antara DAS dan IAS sebagai ketiadaan
dan perbedaan. Lampiran A memberikan penjelasan rinci tentang konstruksi ini. Kedua, kami
memeriksa determinan institusional yang mempengaruhi masing-masing konstruksi perbedaan
akuntansi ini. 5 Ketiga, kami memeriksa bagaimana ketidakhadiran dan perbedaan dampak
proksi kualitas pelaporan keuangan oleh manajemen laba dan sinkronisitas harga saham.

Pengukuran ketidakhadiran dan divergensi

Seperti dijelaskan di atas, dalam studi ini kami menguji perbedaan antara GAAP lokal
dan IAS. IAS adalah tolok ukur logis untuk digunakan karena semakin pentingnya di seluruh
dunia. Mirip dengan US GAAP, kerangka IAS memiliki fokus investor (di mana '' investor ''
didefinisikan secara luas), dan akibatnya ukuran kami - ketiadaan dan perbedaan - harus
ditafsirkan dengan pemikiran ini. Salah satu kontribusi dari penelitian ini adalah bahwa kami
membangun ukuran perbedaan antara GAAP nasional dan IAS berdasarkan survei '' GAAP
2001: Survei Aturan Akuntansi Nasional Benchmarked terhadap Standar Akuntansi Internasional
''. Survei ini diterbitkan bersama oleh tujuh perusahaan audit besar: Andersen, BDO, Deloitte
Touche Tohmatsu, Ernst & Young, Grant Thornton, KPMG dan PricewaterhouseCoopers.

Dalam survei, ringkasan tingkat tinggi yang dihasilkan disiapkan dengan mengidentifikasi, untuk
ukuran akuntansi yang dipilih, contoh-contoh di mana suatu negara tidak akan mengizinkan
(karena persyaratan yang tidak konsisten) atau tidak akan memerlukan (karena persyaratan yang
hilang atau permisif) IAS pengobatan ( Nobes, 2001 ). Untuk setiap negara, perbedaan akuntansi
dengan IAS terdaftar dalam empat kategori:
 Akuntansi mungkin berbeda dari apa yang disyaratkan oleh IAS karena ketiadaan aturan
khusus tentang pengenalan dan pengukuran.
 Tidak ada aturan khusus yang membutuhkan pengungkapan.
 Inkonsistensi antara aturan nasional dan IAS yang dapat menyebabkan perbedaan bagi
banyak perusahaan di area tertentu; dan
 Di perusahaan tertentu, masalah lain ini dapat menyebabkan perbedaan dari IAS.

Sampel

Kami memiliki informasi tentang perbedaan akuntansi untuk 62 negara. Namun, ukuran
sampel kami dibatasi oleh ketersediaan data dan bervariasi antara 31 dan 39 negara, bergantung
pada regresi. Untuk memungkinkan pembaca membandingkan dengan lebih mudah di seluruh
tabel, kami telah mengidentifikasi sampel umum di semua pengujian ( N = 30) dan laporkan
hasil utama berdasarkan sampel umum. Hasil berdasarkan sampel yang diperluas tidak
ditampilkan demi kesederhanaan, tetapi hasil yang menggunakan ukuran sampel maksimum
konsisten dengan yang dilaporkan dan umumnya lebih kuat.

Validitas dan kepentingan ukuran ketidakhadiran dan divergensi

Di Tabel 1 , Panel B, kami menghitung korelasi Pearson antara ketidakhadiran,


perbedaan, dan ukuran yang ada digunakan dalam literatur. Pertama, kami menemukan ada
korelasi yang rendah dan tidak signifikan antara kedua ukuran ini dalam sampel 30 negara kami.
Kami juga menemukan korelasi yang tidak signifikan antara ketiadaan dan perbedaan dalam
sampel 62 dan 39 negara kami. Akibatnya, tidak adanya korelasi antara ketiadaan dan perbedaan
bukan sampel yang spesifik. Penemuan ini menegaskan bahwa konstruksi kita mengukur dua
dimensi yang berbeda fenomena yang sama (perbedaan antara DAS dan IAS). Sebagai
konsekuensi, ketiadaan dan perbedaan tidak dapat dianggap sebagai pengganti atau pelengkap.

Kedua, kami menghitung koefisien korelasi antara dua ukuran kami dan ukuran lain yang
digunakan dalam literatur sebelumnya:

 Indeks Pengungkapan CIFAR: mengukur kuantitas informasi keuangan dalam laporan


keuangan, indeks yang dibuat dengan memeriksa dan menilai laporan tahunan
perusahaan tentang penyertaan atau penghilangan 85 item ( Pusat Penelitian & Analisis
Keuangan Internasional - CIFAR, 1995 ). Indeks ini telah digunakan secara luas dalam
penelitian akuntansi dan keuangan sebelumnya ( La Porta dkk., 1998; Morck dkk., 2000;
Harapan, 2003a ). 10
 ndeks Pengungkapan dikembangkan oleh Ashbaugh dan Pincus (2001) untuk menangkap
perbedaan dalam standar pelaporan keuangan di seluruh negara relatif terhadap IAS
karena perbedaan dalam persyaratan pengungkapan.
 Indeks Metode dikembangkan oleh Ashbaugh dan Pincus (2001) untuk menangkap
perbedaan dalam standar pelaporan keuangan di seluruh negara relatif terhadap IAS
karena perbedaan dalam metode pengukuran.
 Indeks akrual yang digunakan oleh Hung (2001) dan dibangun dengan pembobotan yang
sama 11 standar akuntansi terkait akrual untuk setiap negara. Indeks ini mengukur
penggunaan akuntansi akrual.

Kami menemukan itu ketiadaan berkorelasi negatif dan signifikan dengan indeks
pengungkapan CIFAR dan indeks akrual. Penemuan ini intuitif. IAS membutuhkan banyak
pengungkapan. Jika pengungkapan ini tidak disyaratkan dalam DAS, ini akan meningkatkan
ketiadaan mengindeks dan menjelaskan korelasi negatif antara ketiadaan dan indeks CIFAR.

3. DETERMINAN PERBEDAAN ANTARA DAS DAN IAS

Penelitian ini bersifat eksploratif karena hanya ada sedikit teori yang ada tentang
kegunaan atau pentingnya penelitian tersebut ketiadaan dan perbedaan mengukur perbedaan
standar akuntansi. Jadi, kami mengandalkan literatur yang ada dan menggunakan alasan ekonomi
dan kelembagaan untuk mengidentifikasi lima kemungkinan penentu ketiadaan dan perbedaan:
asal hukum, konsentrasi kepemilikan, perkembangan ekonomi, pentingnya profesi akuntansi, dan
pentingnya pasar ekuitas. Akibatnya, alih-alih merumuskan hipotesis sendiri untuk faktor
kelembagaan kami, kami memberikan analisis tentang kemungkinan dampak dari faktor-faktor
tersebut ketiadaan dan perbedaan.

Faktor Yang Berpotensi Terkait Dengan Ketidakhadiran

Asal hokum Negara hukum umum cenderung menunjukkan perlindungan pemegang saham
yang lebih besar daripada negara hukum kode karena pemegang saham publik mereka lebih
bersedia memberikan pendanaan kepada perusahaan. Common Law berasal dari Inggris dan
ditetapkan oleh hakim yang menyelesaikan perselisihan faktual tertentu. Hukum kode atau
hukum perdata berasal dari Roma kuno dan dilembagakan sebagai aturan perilaku yang terkait
dengan konsep keadilan dan moralitas ( Hung, 2001 ).

Perbedaan mendasar dalam asal hukum tersebut berdampak pada peran yang dimainkan oleh
informasi akuntansi. Di negara hukum umum, perusahaan berurusan dengan pihak lain seperti
investor secara wajar, yang menimbulkan permintaan akan informasi tentang kinerja perusahaan.
Di negara-negara hukum kode, terdapat pemilik orang dalam yang lebih besar, seperti bank, yang
mendapatkan informasinya langsung dari manajemen (atau bahkan dapat berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan perusahaan melalui keanggotaan dewan) ( Harapan, 2003b ).

Konsentrasi kepemilikan Dengan pasar maju dan lembaga keuangan, struktur kepemilikan
biasanya sangat beragam, sehingga menciptakan permintaan yang besar untuk informasi
akuntansi berkualitas tinggi oleh kepemilikan yang terdiversifikasi. Demikian pula, pembuat
standar dan regulator di negara-negara tersebut menanggapi permintaan untuk kualitas pelaporan
keuangan yang lebih tinggi dengan menyebarkan standar akuntansi yang canggih.

Pertumbuhan ekonomi Di negara berkembang, karena perekonomian yang relatif lebih


sederhana, mungkin tidak diperlukan standar akuntansi untuk transaksi ekonomi kompleks
tertentu. Oleh karena itu, meskipun negara-negara ini mungkin telah mengadopsi IAS, mereka
mungkin hanya melakukannya secara selektif untuk area yang relevan dengan mereka. Selain itu,
negara maju tentunya memiliki standar yang komprehensif di semua bidang meskipun mungkin
berbeda dengan IAS. Jadi, ketiadaan harus dikaitkan secara negatif dengan pembangunan
ekonomi.

Pentingnya profesi akuntansiKita bisa berharap bahwa profesi akuntansi yang kurang
berkembang dengan pengalaman dan pengetahuan yang kurang tentang masalah akuntansi yang
kompleks akan dikaitkan dengan standar akuntansi yang kurang canggih.

Pentingnya pasar ekuitas Karena peraturan akuntansi diberlakukan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna informasi, kami mengharapkan hubungan negatif antara ketiadaan dan pentingnya
pasar ekuitas negara. Dengan pasar ekuitas yang sangat berkembang, kebutuhan akan sistem
akuntansi yang canggih juga tinggi, yang mengarah ke tingkat yang rendah ketiadaan, mengingat
IAS berorientasi pada pengguna pasar.
Faktor yang berpotensi terkait dengan divergensi

Asal hukum Seperti disebutkan di atas, literatur sebelumnya menunjukkan bahwa negara hukum
umum menawarkan perlindungan pemegang saham yang lebih besar dan tingkat transparansi
lebih tinggi daripada di negara hukum kode. Kerangka IASC ( IASC, 1989, hal. 10 )
menyatakan: "karena investor adalah penyedia modal risiko bagi perusahaan, penyediaan laporan
keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan
pengguna lain yang dapat dipenuhi oleh laporan keuangan".

Konsentrasi kepemilikan Ada dua cara berlawanan untuk menafsirkan hubungan antara
konsentrasi kepemilikan dan perbedaan. Pertama, seperti disebutkan di atas, IAS dielaborasi
untuk memenuhi kebutuhan informasi pemegang saham dalam rangka meningkatkan
transparansi pengungkapan dan mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pengguna
eksternal. Kedua, agar bisa tinggi perbedaan skor, DAS harus mencakup tema yang dicakup oleh
IAS tetapi dengan solusi yang berbeda.

Pertumbuhan ekonomi Literatur yang ada memberikan bukti bahwa negara maju cenderung
lebih yakin dengan standar akuntansi mereka sendiri dan lebih enggan untuk mengadopsi praktik
akuntansi dari orang lain.

Cooke dan Wallace (1990) menunjukkan bahwa tingkat regulasi pengungkapan keuangan
perusahaan di banyak negara maju lebih cenderung ditentukan oleh faktor internal, sedangkan di
banyak negara berkembang lebih cenderung ditentukan oleh faktor eksternal. Variabel internal
meliputi (1) tahapan pembangunan ekonomi; (2) tujuan implisit dan eksplisit masyarakat, seperti
apakah akuntansi dimaksudkan untuk melayani tujuan mikro atau makro.

Pentingnya profesi akuntansi Kaitan antara pentingnya profesi akuntansi dan perbedaan tidak
jelas. Di satu sisi, ada kemungkinan bahwa negara dengan profesi akuntansi yang sangat
berkembang memiliki kepercayaan dan kapasitas untuk mengembangkan standar akuntansi
secara mandiri tanpa bergantung pada referensi eksternal (seperti IAS), yang akan menunjukkan
hubungan positif antara perbedaan dan pentingnya profesi akuntansi.

Pentingnya pasar ekuitas Filosofi IAS adalah untuk membangun sistem akuntansi yang
sepenuhnya transparan dan ramah pasar ekuitas ( Ball dkk., 2000 ). Dengan demikian tampaknya
wajar untuk mengharapkan bahwa negara-negara dengan pasar ekuitas penting akan memiliki
standar akuntansi serupa yang mirip dengan IAS.

Desain penelitian

Seperti ditekankan sebelumnya, makalah ini bersifat eksplorasi sebagai penentu indeks
perbedaan akuntansi terbuka untuk penjelasan alternatif. Dalam konteks ini, kami menganggap
pendekatan regresi bertahap sesuai. 14 Metodologi ini telah digunakan dalam literatur akuntansi
yang ada dalam pengaturan serupa di mana ada sejumlah variabel independen yang mungkin dan
tidak ada teori yang koheren untuk memandu pengujian empiris (misalnya, Ra ournier, 1995;
Beaver dkk., 1997; Street dan Bryant, 2000; Ittner et al., 2003 ). Dengan demikian, kami
menggunakan dua regresi bertahap OLS berikut

Temuan dan interpretasi determinan variasi ketidakhadiran dan divergensi

Statistik deskriptif Tabel 3 , Panel A, memberikan statistik deskriptif untuk dependen dan
independen. variabel independen dari negara sampel kami. Pada panel A, variabel dependen dan
independen menunjukkan variasi di sekitar nilai rata-ratanya. Ini menunjukkan bahwa sampel 30
negara kami mencakup berbagai macam pengaturan kelembagaan, ekonomi, dan akuntansi.

Korelasi Tabel 3 , Panel B, melaporkan koefisien korelasi Pearson antara kami dua ukuran,
ketiadaan dan perbedaan, dan variabel negara berikut: tradisi hukum, konsentrasi kepemilikan,
perkembangan ekonomi, pentingnya profesi akuntansi, dan pentingnya pasar ekuitas di suatu
negara. Ketiadaan dan perbedaan keduanya berkorelasi negatif secara signifikan dengan tradisi
hukum common law (pada tingkat 0,05). Tambahan, ketiadaan secara signifikan berkorelasi
positif dengan konsentrasi kepemilikan, dan secara signifikan berkorelasi negatif dengan
pentingnya profesi akuntansi dan pentingnya pasar ekuitas. Perbedaan secara positif dan
signifikan berkorelasi dengan tingkat pembangunan ekonomi suatu negara.

Hasil multivarian Tabel 3 , Panel C, melaporkan hasil analisis regresi bertahap di faktor
penentu ketidakhadiran ( Model 1) dan divergensi ( Model 2). Kami yang pertama regresi
ketiadaan pada lima faktor kelembagaan yang sebelumnya diidentifikasi.

4. IMPLIKASI PERBEDAAN ANTARA DAS DAN IAS

Pengembangan hipotesis
Manajemen laba Sejak ketiadaan indeks mengukur perkembangan standar akuntansi suatu
negara, kami mengharapkan tingkat yang lebih tinggi ketiadaan item IAS untuk menghasilkan
fleksibilitas dan opasitas yang lebih besar dalam praktik akuntansi dan tingkat pengungkapan
perusahaan. Akibatnya, kami berharap untuk mengamati tingkat yang lebih tinggi dari
manajemen laba dan dengan demikian menurunkan kualitas pelaporan keuangan ketiadaan
tinggi.

Sinkronisasi Sinkronisasi harga saham menunjukkan sejauh mana harga saham di suatu negara
bergerak bersama ( Morck dkk., 2000 ). Sinkronisasi muncul ketika informasi spesifik
perusahaan tidak dirasakan dan dihargai dengan benar oleh pasar. Seperti yang ditunjukkan oleh
Roll (1988) , sejauh mana saham bergerak bersama bergantung pada jumlah relatif informasi
tingkat perusahaan dan tingkat pasar yang dikapitalisasi ke dalam harga saham.

Desain penelitian

Implikasi ketidakhadiran dan divergensi pada manajemen laba Kami menggunakan ukuran
manajemen laba yang dikembangkan oleh Leuz dkk. (2003) . Mereka mengembangkan empat
ukuran manajemen laba tingkat negara yang berbeda yang mencakup berbagai dimensi di mana
manajer dapat menggunakan kebijaksanaan mereka untuk mengelola pendapatan

Implikasi ketiadaan dan divergensi pada sinkronisitas Sebagai variabel kontrol untuk uji
sinkronisitas harga saham kami menggunakan variabel independen di Morck dkk. (2000) :
pembangunan ekonomi (dijelaskan di atas), logaritma ukuran geografis, varians dalam
pertumbuhan PDB, logaritma jumlah saham yang terdaftar, indeks Herfin industri dan indeks
Herfin negara, dan indeks pemerintahan yang baik.

Temuan empiris

Manajemen laba

Statistik deskriptif. Tabel 5 , Panel A, memberikan statistik deskriptif untuk variabel dependen
dan independen dari negara sampel kami.

Korelasi. Tabel 5 , Panel B, melaporkan koefisien korelasi Pearson antara manajemen laba dan
dua ukuran kami ketiadaan dan perbedaan ditambah dua variabel kontrol perlindungan investor
dan penegakan hukum.
Hasil multivarian. Di Tabel 5 , Panel C, kami menggunakan indikator manajemen laba yang
dikembangkan oleh Leuz dkk. (2003) sebagai proxy untuk kualitas pelaporan keuangan. Model 1
mencakup ketiadaan dan dua investor variabel kontrol kami perlindungan dan penegakan hukum.

Sinkronisasi

Statistik deskriptif. Tabel 6 , Panel A, memberikan statistik deskriptif untuk variabel dependen
dan independen dari negara sampel kami.

Korelasi. Tabel 6 , Panel B, menampilkan koefisien korelasi antara sinkronisitas harga saham
dan ketiadaan dan perbedaan. Kami menemukan korelasi positif antara ketiadaan dan
sinkronisitas; namun, korelasi ini tidak signifikan pada tingkat konvensional. Hasil yang tidak
tertabulasi, bagaimanapun, menunjukkan bahwa korelasi itu signifikan (pada tingkat 0,05) ketika
menggunakan sampel maksimum yang tersedia dari 34 negara.

Hasil multivarian. Di Tabel 6 , Panel C, kami mengukur kualitas pelaporan keuangan dengan
ukuran sinkronisitas yang dikembangkan oleh Morck dkk. (2000) . Kami mengadopsi spesifikasi
regresi mereka dan menambahkan dua indikator perbedaan akuntansi kami. Kami menyajikan
tiga spesifikasi model:

 Model 1 yang hanya mencakup pengukuran kami ketiadaan dan perbedaan;


 Model 2 yang menambahkan variabel kontrol berikut (berdasarkan Morck dkk. (2000) ):
perkembangan ekonomi, logaritma ukuran geografis, varians dalam pertumbuhan PDB,
logaritma jumlah saham yang terdaftar, indeks Herfin industri dan indeks Herfin negara;
 Model 3 yang selanjutnya menambah indeks good government.

5. KESIMPULAN

Studi kami memberikan bukti empiris tentang hubungan antara standar pelaporan
keuangan dan lembaga ekonomi, keuangan, dan pemerintahan di suatu negara. Kontribusi
penting dari penelitian ini adalah bahwa kami membangun ukuran yang menarik dari perbedaan
akuntansi internasional yang belum digunakan dalam literatur sebelumnya. Ukuran kami adalah
dua dimensi - ketiadaan dan perbedaan. Aturan khusus tentang pengakuan, pengukuran dan
pengungkapan mungkin tidak ada dalam standar akuntansi domestik (DAS) dibandingkan
dengan IAS. Perbedaan merupakan inkonsistensi dalam aturan akuntansi nasional mengenai
masalah akuntansi tertentu dengan IAS.

Kami menunjukkan bahwa tingkat ketiadaan lebih tinggi di negara-negara dengan pasar
ekuitas yang kurang berkembang dan dengan konsentrasi kepemilikan yang lebih tinggi.
Perbedaan antara DAS dan IAS secara positif terkait dengan perkembangan ekonomi dan
kekuatan profesi akuntansi tetapi dibatasi oleh pentingnya pasar ekuitas. Hasil kami menguatkan
dan melengkapi penelitian yang masih ada (mis., Ball dkk., 2003; Harapan, 2003a ) dan memiliki
implikasi penting untuk harmonisasi standar akuntansi. Artinya, lembaga akuntansi tidak berada
dalam isolasi tetapi dalam mosaik kumpulan lembaga yang kompleks. Hanya mengubah satu
tautan (yaitu, standar akuntansi) mungkin tidak cukup untuk secara substansial meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan kecuali perubahan pada perkembangan pasar modal dan lingkungan
hukum dilakukan secara bersamaan.

Sementara itu, perbedaan DAS dari IAS dikaitkan dengan sinkronisitas rendah tetapi
tidak secara signifikan terkait dengan manajemen laba. Penemuan ini sesuai dengan
kemungkinan interpretasi pertama dari hipotesis terakhir kami, perbedaan dari IAS dapat berarti
standar yang lebih baik disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hukum dan bisnis lokal.

Batasan dari penelitian kami adalah bahwa, mengingat sampel observasi tingkat negara
kami yang relatif kecil, kami tidak dapat bersama-sama mempertimbangkan faktor penentu dan
konsekuensi ekonomi dari perbedaan dalam standar akuntansi keuangan. Tes semacam itu akan
memiliki potensi untuk memperkuat kesimpulan kami mengenai apakah hasil yang kami amati
untuk manajemen laba dan sinkronisitas sebenarnya karena efek yang dihipotesiskan, atau
apakah mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membantu menjelaskan variasi dalam
standar akuntansi di tempat pertama.

Anda mungkin juga menyukai