Anda di halaman 1dari 6

PENTINGNYA PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN UNTUK

MEMINIMALISASI ASIMETRI INFORMASI DAN MENCAPAI GOOD


COORPORATE GOVERNANCE

Oleh:
Vivi Anggiya Murni
20130420424
Kelas: C

Pelaporan keuangan merupakan informasi yang menghubungkan komunikasi entitas


bisnis dengan investor, kreditor dan pihak lain yang berkepentingan terhadap informasi
tersebut. Pelaporan keuangan di samping sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen
kepada pemilik juga berfungsi sebagai informasi yang akan digunakan oleh investor, kreditor
dan pihak lain untuk mengambil keputusan ekonomi. Keputusan yang dibuat para investor
pada dasarnya adalah keputusan beli-jual-tahan (buy-sel-hold decisions). Para kreditor
berurusan dengan keputusan memberikan kredit. Pemegang saham mungkin juga membuat
keputusan mengenai pengangkatan, pemberhentian dan penentuan kompensasi/gaji dan
persetujuan atau penolakan terhadap perubahan-perubahan besar kebijakan perusahaan. Atas
dasar informasi keuangan suatu perusahaan, investor dan kreditor menanamkan kekayaan
dalam perusahaan yang memproduksi barang atau jasa. Dana tersebut oleh perusahaan akan
dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan keuntungan yang diharapkan oleh
stakeholder. Harapan investor adalah bahwa dana yang ditanamkan akan berkembang yang
berarti bahwa investasinya memberikan kembalian yang memadai. Untuk meyakinkan bahwa
investor memperoleh kembalian yang dikehendaki dengan risiko tertentu, investor
memerlukan informasi sebagai landasan keputusannya.
Namun dalam praktiknya, manajemen sebagai pihak yang melaksanakan operasional
perusahaan mempunyai kewajiban untuk memenuhi kepentingan pemegang saham, namun
disisi lain pihak manajemen juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan
kesejahteraan mereka. Adanya perbedaan kepentingan antara pihak yang mengendalikan
perusahaan (agen) dengan pihak pemegang saham (prinsipal) akan menyebabkan konflik
kepentingan (agent conflic). Sebagaima yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976)
bahwa konflik keagenan muncul akibat karena adanya kepentingan yang berbeda antara

manajer sebagai agen dengan pemilik modal sebagai prinsipal. Masalah yang tirnbul dari
hubungan keagenan ini sebenarnya berrnula dari adanya hasrat pihak agen
untuk tidak bertindak demi kepentingan terbaik prinsipal. Pihak agen
mungkin

membuat

suatu

keputusan

yang

lebih

memaksimalkan

kemakmurannya daripada kemakmuran principal. Agen sebagai pihak


yang mempunyai informasi tentang kondisi perusahaan pada saat
sekarang dan mendatang tidak akan memberikan semua informasi yang
dimilikinya kepada prinsipal dengan berbagai alasan seperti kendala biaya
penyajian informasi, waktu penyajian laporan dan keinginan untuk
menghindari risiko akan terlihat kelemahannya. Di sisi lain principal
memerlukan semua informasi yang relevan tentang kondisi menyeluruh
perusahaan, tetapi tidak rnempunyai akses terhadap informasi internal
perusahaan,

padahal

informasi

tersebut

sangat

berguna

untuk

pengambilan keputusan ekonomis, dan hal itu menimbulkan asimetri


informasi.
Asimetri

informasi

sangat

terasa

pengaruhnya

dalam

dunia

akuntansi. Kompleksitas lingkungan akuntansi disebabkan karena produk


dari akuntansi adalah informasi yang merupakan komoditas yang sangat
kuat

dan

penting.

Kuatnya

posisi

informasi

tidak

terlepas

dari

kemampuanya yang tidak hanya rnempengaruhi keputusan individu,


tetapi juga turut mempengaruhi operasional pasar, seperti pasar sekuritas
dan pasar tenaga kerja manajerial (Scott:2003). Perwujudan akuntabilitas
sangat penting bagi pemegang saham (principal) dan para stakeholder
lainnya untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat waktu
mengenai semua informasi potensial yang harus diungkapkan oleh
perusahaan (Emerzon, 2007:97). Pandangan ini menunjukkan luasnya
pengungkapan perusahaan yang erat kaitannya dengan mekanisme untuk
mengurangi asimetri informasi guna menekan konflik kepentingan yang
muncul akibat adanya pemisahan kepemiikan dan pengelolaan.
Sejumlah

penelitian

empiris

telah

memberikan

bukti

bahwa

pengungkapan mempunyai hubungan yang signifikan dengan asimetri


informasi dalam hal kemampuannya untuk mengurangi asimetri informasi.

Seperti yang disampaikan dalam penelitiannya Healy dan Palepu (1993)


yang menyatakan bahwa pengungkapan rnerupakan salah satu cara
untuk mengurangi asimetri informasi dan dijelaskan pula bahwa proses
pelaporan keuangan yang seharusnya merupakan mekanisme yang
berguna bagi manajer untuk berkomunikasi dengan investor temyata
tidak efektif. Ketidaksempurnaan proses tersebut diantaranya disebabkan
oleh keunggulan informasi yang dimiliki oleh manajer dan hal ini dapat
menimbulkan asimetri informasi.
Asimetri informasi merupakan salah satu kondisi dalam transaksi bisnis dimana salah
satu pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut memiliki keunggulan dan kelebihan
informasi

dibandingkan

dengan

pihak

lain.

Dalam

asimetri

informasi

terdapat

ketidakseimbangan penerimaan informasi karena satu pihak memiliki informasi yang lebih
baik. Mengingat pentingnya informasi bagi principal untuk pengambilan keputusan yang
optimal, maka untuk mengatasi asimetri informasi tersebut diperlukan adanya pengungkapan
pengungkapan terhadap laporan keuangan perusahaan. Hal ini telah dibuktikan secara
empiris oleh sejumlah peneliti, yakni bahwa pengungkapan dapat mengatasi atau
meminimalisasi asimetri informasi. Ketidakseimbangan informasi formasi tersebut
menyebabkan munculnnya perilaku adverse selection dan moral hazard dan ini akan
menimbulkan ketimpangan informasi. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas secara sederhana
dapat dikatakan bahwa disclosur mempunyai hubungan dengan asimetri informasi, yakni
disclosure dapat digunakan untuk mengatasi atau meminimalisasi asimetri informasi. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut: Melalui publikasi laporan keuangan yang didalamnya
termasuk pengungkapan, pasar dapat menilai sejauh mana perusahaan telah mengungkapkan
semua informasi relevan. Jika semua informasi relevan telah diungkap, berarti asimetri
informasi seharusnya berkurang. Ketika perusahaan sudah terhindar dari asimetri informasi,
maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki hubungan yang baik antara
principal dengan agen. Informasi yang diungkapkan tersebut juga dapat menciptakan tata
kelola perusahaan yang baik atau good coporate governance.
Penelitian yang dilakukan Khomsiyah (2003) menunjukkan terdapat hubungan antara
pengungkapan informasi dengan praktik good corporate governance dalam laporan
perusahaan. Semakin banyak informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan
tahunan semakin bagus praktik good corporate governance. Hal ini sesuai dengan keinginan

regulator, dalam hal ini adalah BAPEPAM, yang mendorong diterapkannya prinsip-prinsip
Good Corporate Governance yang akan meningkatkan perlindungan bagi pihak investor
dengan adanya informasi yang diberikan oleh perusahaan.
Corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan
dan mengelola usaha dan kegiatan perusahaan keaarah peningkatan pertumbuhan usaha dan
akuntabilitas perusahaan. Penerapan corporate governance (pengelolaan perusahaan) yang baik akan
menciptakan intensif internal bagi manajemen perusahaan dan penggunaan sumber daya yang efisien,
sehingga mendorong kepercayaan investor, dan masuknya arus modal yang dapat mendorong
pulihnya perekonomian baik secara makro maupun mikro.
Menurut Susanto, 1992, hal ini sejalan dengan prinsip transparansi dalam penerapan
Corporate Governance, karena seharusnya perusahaan dengan struktur kepemilikan masyarakat yang
tinggi memiliki tekanan yang lebih tinggi untuk pengungkapan informasi yang lebih baik jika
perusahaan dengan kepemilikan masyarakat lebih besar akan memberikan pengungkapan informasi
yang lebih banyak dengan alasan untuk memasarkan sahamnya.
Menurut Suwardjono, 2005, asumsi dasar yang menghubungkan faktor ukuran perusahaan
dan pengungkapan informasi adalah pengungkapan memerlukan cost yang tinggi, sehingga
perusahaan besar seharusnya lebih mampu menyediakan pengungkapan informasi yang lebih baik.
Alasan lainnya adalah perusahaan besar memiliki hubungan eksternal yang lebih luas dan
berkepentingan dengan banyak pihak, baik itu pemerintah, investor asing, bank internasional dan
sebagainya. Hal ini yang menekan perusahaan besar untuk meningkatkan kualitas transparansi dalam
pemberian informasi.
Menurut Khomsiyah (2003) menunjukkan bahwa :
Terdapat hubungan antara penerapan Corporate Governance dengan pengungkapan informasi
perusahaan. Semakin baik praktik Good Corporate Governance, semakin banyak informasi yang
diungkapkan oleh perusahaan
Porter yang dialih bahasakan oleh Ratna Wardani (1991) menyatakan bahwa alasan mengapa
perusahaan sukses atau gagal mungkin lebih disebakan oleh strategi yang diterapkan oleh perusahaan.
Kesuksesan perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis dan manajerial perusahaan
tersebut. Strategi tersebut di antaranya juga mencakup strategi sistem penerapan Good Corporate
Governance (GCG) dalam perusahaan.

Untuk lebih jelasnya akan digambarkan dalam skema kerangka berpikir sebagai berikut :

Meningkatkan keberhasilan usaha


pada perusahaan BUMN

Kep.117/M-MBU/2002 tentang
penerapan praktik GCG pada
BUMN

Pengungkapan Informasi

Pengungkapan penuh
Pengungkapan cukup
Pengungkapan wajar

Praktik Good Corporate


Governance

a
b
c
d
e

Pengungkapan Informasi berperan


Dalam mewujudkan Praktik Good
Corporate Governance

Transparansi
Kemandirian
Akuntabilitas
Pertanggungjawaban
Kewajaran

DAFTAR PUSTAKA

Hidayanti, Ery dan Sunyoto. 2012. Pentingnya Pengungkapan (disclosure) Laporan


Keuangan dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi. Jurnal WIGA Vol. 2 No. 2.
Nuswandari, Cahyani, S.E, Ak. 2009. Pengungkapan Pelaporan Keuangan dalam Perspektif
Signalling Theory. Kajian Akuntansi Vol. 1 No.1.
Andriya, Eva. 2008. Pengungkapan Informasi Berperan dalam Meningkatkan praktik Good
Corporate Governance. Elib Unikom.

Anda mungkin juga menyukai