Kahneman dan Tversky (1979) dan Tversky dan Kahneman (1981)3. Dalam
pengantar tentang prospect theory (PT), Kahneman dan Tversky (1979)
menyatakan bahwa framing atas sejumlah alternatif pilihan keputusan dapat
mempengaruhi riskiness dari outcome keputusan. Tversky an Kahneman
(1981) menyatakan bahwa orang mengandalkan sejumlah heuristik dan bias
yang terbatas dalam pembuatan keputusan yang kompleks, dan masing-
masing bias dan heuristik yang diidentifikasi tersebut agaknya tergantung
pada formulasi ide awal.
3. impression management. Esensi dari bias ini adalah para manajer/individu-
individu tetap komitmen untuk melanjutkan suatu proyek investsai yang
tidak menguntungkan karena takut jika proyek investasi tersebut dihentikan
maka investor, pemilik, klien atau publik akan menilai penghentian tersebut
sebagai suatu indikasi (signaling) kesalahan manajemen dalam membuat
keputusan awal dan juga sebagai kegagalan manajemen dalam melaksanakan
proyek tersebut. Dengan kata lain, bias ini terjadi karena manajemen
berusaha untuk “menyelamatkan mukanya” (save face). Hasil studi Caldwell
dan O’Reilly (1982) memperkuat argumentasi ini. Caldwell dan O’Reilly
menemukan bahwa para individu secara selektif tidak hanya menerima
informasi, tapi juga secara selektif menyajikan kepada yang lainnya. Secara
khusus, para individu yang membuat suatu komitmen awal untuk suatu
tindakan atau keputusan tertentu lebih mungkin menyajikan konfirmasi
daripada diskonfirmasi informasi kepada yang lainnya.
4. Keempat, competitive irrationality. Faktor keempat ini merujuk pada suatu
situasi dimana dua pihak diikutsertakan dalam suatu aktivitas yang secara
jelas tidak rasional berkenaan dengan outcomes yang diharapkan dari dua
belah pihak, namun secara jelas dapat mengidentifikasi tindakan-tindakan
irasional spesifik oleh pihak lain. Contohnya adalah tender atau lelang
proyek. Sejumlah orang menyatakan bahwa tender/lelang suatu proyek
investasi adalah irasional, sementara yang lain menyatakan bahwa hal
tersebut adalah masuk akal. Dengan kata lain, dorongan untuk melakukan
escalation commitment terhadap suatu proyek investasi disebabkan oleh
persaingan yang tidak rasional antar manajer investasi yang selalu berusaha
untuk melanjutkan dan memperluas proyek investasi mereka masing- masing
meskipun proyek dari salah satu pihak sudah tidak menguntungkan lagi.
Skema berkenaan dengan empat faktor psikologis penyebab terjadinya
perilaku escalation commitment keputusan yang irasional tersebut disajikan dalam
Gambar 1.
Gambar 1: Empat penyebab (Bazerman, 1994: 89)
perceptual
biases
Commitment Judgemental
to an initial biases
decision Nonrational
Impression escalation of
Management commitment
Competitive
Irrationality
Gambar 1
memperlihatkan bahwa kecenderungan manajer/individu-individu manajer
melakukan eskalasi komitmen yang irasional disebabkan oleh bias perseptual, bias
pertimbangan, impression management dan competitive irrasionality. Empat
faktor penyebab perilaku escalation commitment irasional tersebut disebabkan
oleh komitmen manajer/individu-individu perusahaan pada suatu keputusan awal
yang yang telah ditetapkan.
Selain empat faktor di atas, faktor-faktor psikologis dan sosial yang melekat pada
setiap individu manajer, seperti sikap atau attitude (beliefs, opinions, values dan
habits) dan perubahan sikap (yang diakibatkan oleh stimuli dari lingkungan dan
persepsi pribadi), motivasi, persepsi, pembelajaran dan personalitas (Siegel dan
Ramanauskas-Marconi, 1989), serta kreativitas, imajinasi dan pilihan (Hogarth,
1987),
juga berperan besar dalam mendorong perilaku escalation commitment yang tidak
rasional. Sejumlah hasil studi empiris menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mendorong terjadinya perilaku escalation commitment manajer/individu-individu
sangat beragam. Fox dan Staw (1979) melapoka bahwa job insecurity dan policy
resistance dari pihak lain menyebabkan para pembuat keputusan melakukan
escalation commitment. Ross dan Staw (1986) melaporkan ada empat faktor
pemicu terjadinya eskalasi komitmen, yaitu:
1. program forces (analisis tentang kemungkinan sukses),
2. psychological forces (kebutuhan untuk membenarkan keputusan-
keputusan awal seseorang dalam menghadapi feedback yang gagal),
3. social forces (hastrat agar tampak desesif atau tegas atau untuk menjaga
image sukses dalam menghadapi oposisi potensial)
4. structural forces (membangun dukungan organisasional, politis dan
institusional untuk sejumlah kebijakan/tindakan yang dilakukan).
Hasil studi Schaubroeck dan William (1993a, 1993b) menemukan bahwa
faktor-faktor personalitas, seperti control orientation dan Type A personality,
memoderasi pengaruh eskalasi komitmen.