Anda di halaman 1dari 9

1.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bisnis online sekarang ini sudah menjamur di masyarakat mulai dai remaja hingga
dewasa. Menjual prosuk online kini jauh lebih mudah dan memiliki banyak sisi positif
bagi anda yang berjiwa wirausaha. Penghasilan besar bisa anda dapatkan melalui
bisnis online ini. Selain itu, bisnis online bisa dilakukan di mana saja tanpa harus
menetap di waktu dan tempat yang sama. Melalui media sosial misalnya facebook,
twitter, dan instagram serta media sosial lainnya. Melalui jasa periklanan yang
ditawarkan pada beberapa situs internet dan aplikasi onlie. Bisnis.online ini dapat
berupa barang atau jasa.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi


tertinggi di dunia dengan pertumbuhan kelas menengah terbesar di Asia
Tenggara. Kondisi ini menjadi lahan subur bagi pemain bisnis seperti bisnis
online. Jumlah penduduk yang banyak dan kondisi lalu lintas hampir di semua
kota besar di indonesia yang menjadikan pasar indonesia primadona bagi
pelaku bisnis e-commerce asing. E-commerce merupakan transaksi bisnis yang
dilakukan secara elektronik berupa barang/jasa. Dalam bentuk transaksi e-
commerce terdapat potensi pajak yang seharusnya disetorkan kepada negara.
Berdasarkan SE-62. Apabila dapat mengawasi transaksi e-commere maka
penerumaan dari sektor ini akan dapat memberikan kontribusi ng tidak sedikit
terhadap penerimaan pajak.

B. TUJUAN :

1. Menerapkan keadilan bagi semua wajib pajak baik konvensional / e-


commerce.
2. Meningkatkan ratio kepatuhan pajak.
3. Meningkatkan kekuatan finansial negara.
4. Memberikan media kemudahan bagi pengusaha memasarkan
produk/jasa.

C. MANFAAT :

1. Masyarakat lebih sadar dan taat pajak.


2. Masyarakat menerima manfaat pajak.
3. Masyarakat mengembangkan usahanya dengan adanya e-commerce.

2. GAGASAN

a. Kondisi kekinian pencetus gagasan


Maraknya bisnis online yang memberikan kesempatan besar bagi para
wirausaha atau perusahaan startup (perusahaan rintisan), perlu untuk
dipertegas pelaksanaan e-commerce/pajak bisnis online. Tingkat kepatuhan
dan kesadaran yang rendah dari masyarakat dengan berlakunya jenis-jenis
pajak yang semestinya dibayarkan merupakan salah satu penyebab belum
meratanya pelaksanaan e-commerce.

Jika dianalisa lebih lanjut, adanya transaksi yang menghasilkan keuntungan


maka disitulah ada yang dikenakan Pajak Penghasilan. Pajak penghasilan (PPh)
objek pajak yang menghasilkan itu sendiri didapat dari transaksi online / offline
dengan ketentuan, bahwa setiap wajib pajak yang dapat menambah kekayaan
wajib pajak bersangkutan maka harus dikenakan PPh. Saat itu belum ada
aturan khusus mengenai perlakuan PPh atas pengusaha e-commerce sehingga
masih mengikuti ketentuan pajak penghasilan secara umym. Khusus untuk
pelaku pengusaha e-commerce orang pribadi. Pengenaan pajak pada dasarnya
disamakan dengan toko konvensional. Berdasarkan PP nomor 46 th 2013,
perlakuan pajak pengusaha e-commerce dengan penghasilan /omzet brutto
tidak lebih dari 4,8 milyar dikenakan pajak sama dengan pajak umum, yaitu 1%
dari omzet.

Tak hanya pengenaan PPh dalam transaksi online, para pengusaha e-commerce
juga wajib dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sejak 1 januari 2014,
pemerintah telah menetapkan aturan mengenai batasan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yaitu pengusaha yang omzetnya mencapai Rp 4,8 milyar per tahun.
Dengan demikian semua pelaku usaha termasuk pebisnis online yang mencapai
jumlah tersebut wajib memungut PPN atas setiap transaksinya. Namun belum
ada kepastian bahwa apakah setiap transaksi online yang dilaksanakan
pengusaha e-commerce badan usaha atau orang pribadi yang sudah tergolong
PKP selama ini telah memungut PPN di dalamnya dan menyetorkan ke kas
negara. Hal inilah yang cukup sulit dideteksi, dikarenakan transaksi e-commerce
sangat berbeda dengan transaksi konvensional.

b. Solusi yang pernah ditawarkan

Sebelumnya proses pelaporan pajak yang diberlakukan pemerintah pada para


pemilik usaha badan atau perorangan adalah dengan metode self assesment.
Self assesment adalah metode pemgutan pajak dengan memberikan
kepercayaan pada wajib pajak untuk menghitung membayar dan melaporkan
sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan
perundang - undangan perpajakan.

Disini Pengusaha ataupun pebisnis online menghitung sendiri,


penghasilan/keuntungan yang di dapat dalam satu tahun. Seperti yang
paparkan pada halaman sebelumnya, bahwa setiap pengusaha yang
memperoleh keuntungan lebih dari Rp 4,8 milyar dalam setahun makan akan
dikenakan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar
1% dari omzet.

Jika sepertu itu, maka setiap pengusaha harus mendaftarkan sebagai wajib
pajak dan memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Tujuannya agar si pemilik
/pebisnis dapat melaporkan keuntungannya dan menyetorkan pajak yang harus
di bayar kepada kas negara.

c. Gagasan baru yang ditawarkan

Canggihnya teknologi jaman sekarang maka pemerintah menawarkan selain


dengan metode self assesment atay wajib pajak melapor sendiri tanggungan
pajaknya, maka pemerintah menawarkan program terbaru yaitu API (Aplication
Program Interface) untuk kebutuhan integrasi dalam hutang, setor dan lapor
pajak secara online dan mudah dalam satu aplikasi.

Salah satu bentuk dari perwujudan API adalah pajak online yang merupakan
mitra resmi Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk membantu perusahaan/bisnis,
konsultan pajak dan keuangan dalam menghitung, setor dan laporan online
pajak badan secara lebih mudah, cepat, terintegrasi dan gratis.

Terciptanya pemerataan dari ketidakseimbangan dalam persaingan antar usaha


karena beban pajak yang tidak merata di antara wajib pajak tersebut serta
memaksimalkan penerimaan negara dari pajak yang masih minimal.

d. Pihak-pihak terkait.

Terselenggaranya program - program pelaksanaan pajak bisnis online, tidak


akan berjalan lancar dan kondusif tanpa partisipasi dan respon balik dari para
penjual sebagai pelaku bisnis, pembeli sebagai objek dalam bisnis, pemerintah
seperti menteri keuangan, menteri komunikasi, menteri perdagangan serta
bank indonesia. Peran-perannya sebagai berikut :

1. Penjual (merchant) yaitu perusahaan /produsen yang menawarkan


produknya melalui internet. Untuk menjadi seorang merchant, maka
seseorang harus mendaftarkan diri sebagai merchant account pada
sebuah bank, tentunya dimaksudkan agar merchant dapat menerima
pembayaran dan customer dalam bentuk credit card.
2. Konsumen (card holder) yaitu orang yang ingin memperoleh produk
(barang atau jasa) melalui pembelian secara online. Konsumen yang
berbelanja di internet dapat berstatus perorangan atau perusahaan.
3. Acquirer yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan penerbit
dan perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit).
4. Pemerintah, pihak ke tiga yang ditunjuk dan bertugas memungut
/memotong pajak PPh dan PPN dari pelaku usaha online.

e. Langkah - langkah strategis implementasi.

Beberapa langkah yang dapat menjadi pendukung terlaksananya pajak bisnis


online (e-commerce), yaitu :

1. Mempertegas regulasi yang perangkat - perangkatnya terkait penerapan


dan pemanfaatan e-commerce dan transaksi elektronik.
2. Menerapkan proses transformasi masyarakat khususnya UKM menuju e-
UKM secara terencana dan bertahap hingga ke daerah melalui pusat
komunitas kreatif. Bangunan yang berfasilitas media teknologi informatika
dan komunikasi (TIK) yang dikhususkan bagi para usaha kecil menengah
(UKM) dalam mentransformasikan manual businessnke elektronik business.
Memfasilitasi membina dan memberi bimbingan teknis bagi masyarakat
dakam rangka penerapan e-commerce di seluruh wilayah indonesia.
3. Program kemkominfo dalam penyiapan dan fasilitasi proses e-commerce
dan transaksi elektronik internasional secara cross - border. Tehnology
neutral dan mengedepankan perlindungan data pribadi atau identitas
pribadi.
4. Mencoba program yang pernah diterapkan di jepang pada saat jepang
mengalami defisit anggaran. Program tersebut adalah Professional team
for e-commerce taxation (PROTEX) untuk mengatasi cross border, dan
pelaku bisnis yang mudah keluar masuk dan sulit teridentifkasi dalam
sektor ini

3. Kesimpulan

Adanya penerapan pemungutan pajak bisnis online yang semestinya bukan hal
baru lagi. Karena, setiap terjadi transaksi yang menghasilkan laba/omzet dari
suatu usaha maka akan dikenakan PPH dan PPN sesuai ketentuan yang berlaku.

Pemerataan untuk sadar dan taat pajak yang berlaku bagi seluruh masyarakat
terutama pelaku bisnis dan pembeli dalam hal ini. Agar tercipta kestabilan
ekonomi, peningkatan kekuatan finansial negara melalui sektor pajak bisnis
online. Serta, agar manfaat pajak dirasakan merata oleh seluruh masyarakat.

Menjadi pengusaha yang sukses dan berdedikasi untuk negaranya. Penjual


cerdas dan pembeli yang cermat serta pemerintah yang transparan dan tegas.
4. DAFTAR PUSTAKA

Http://online-pajak.com/id/pajak-e-commerce-online-retail

Http://kppu.go.id/blog/2011/04/kpp-dan-investasi-untuk-kesejahteraan/

Http://maulanarebeblog.wordpress.com/2013/12/05/perkembangan-e-
commerce

Http://cermati.com/artikel/mengenal-macam-macam-pajak-untuk-bisnis-online

Http://thidiweb.com/pengertian-pajak-e-commerce

Http://ekonomi-kompas.com/read/2017/07/19/21595612/ditjen-pajak-kas-
formula-pajak-bisnis-digital

Http://gadjian.com/blog/2017/09/19/aduh-usaha-online-kena-pajak
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

PAJAK BISNIS ONLINE (E-COMMERCE) DI INDONESIA


DIUSULKAN OLEH

RUAIDA NUR KHIKMA/201712050/ANGKATAN 2017

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

KUDUS

2017

Anda mungkin juga menyukai