Anda di halaman 1dari 8

GOVERNANCE DAN SUDUT PANDANG INSTITUSIONAL

Salah satu pendekatan terbaru dalam memahami penerapan governance


dalam organisasi sebagai suatu institusi adalah menggunakan pendekatan
institusional (institusional approach). Pendekatan institusional yang dimaksud
merupakan New Institusional Economics (NIE) analysis yang telah terbukti
bermanfaat positif dalam memfasilitasi pelaksanaan penelitian sosial yang bersifat
lintas negara (cross national social science research). Pendekatan NIE
menggunakan organisasi sebagai dasar unit analisis di dalam meneliti bagaimana
berbagai institusi dibentuk, berinteraksi dan berjalan dan didasarkan pada premis
tersebut dengan konsep bahwa “keberadaan institusi secara formal maupun
informal merupakan batasan dari perilaku manusia.”

Fokus pembahasan governance menggunakan pendekatan institusional


tentunya menjadi terfokus kepada aturan formal (law and regulations) serta aturan
informal (norms, practices and shared beliefs). Interaksi antara kedua aturan
tersebut akan menentukan dan memberi warna praktik CG, regulasi keuangan
serta mekanisme pasar.dalam kaitan ini pola interaksi dan perkembangan antara
kedua aturan perlu mendapat perhatian, karena mempunyai karakteristik dan pola
perkembangan yang relative berbeda. Menurut Milhaupt dan West (2004), aturan
formal mengalami perubahan secara cepat dan tidak terduga yang akan
diwujudkan dalam bentuk aturan hokum yang baru, struktur regulasi baru dan
berbagai tambahan atau amandemen terhadap aturan perundang-undangan yang
telah ada. Sementara aturan yang bersifat informal juga mengalami perubahan,
namun bersifat lebih lambat dan cenderung incremental bila dibandingkan dengan
aturan formal, seperti sulitnya perubahan pola pikir serta norma yang berlaku.

Peranan aturan informal sering diabaikan di dalam implementasi


governance, karena penekanan yang diberikan di dalam praktik dan penilaian
terhadap implementasi governance cenderung menggunakan aturan formal yang
memang tertulis dan baku. Namun demikian, Milhaupt dan West (2004)
berpendapat bahwa norma merupakan aturan informal yang sangat penting di
dalam membatasi perilaku manusia, sehingga pada beberapa kasus menjadi lebih
penting dan efektif dibandingkan dengan keberadaan aturan formal berupa hukum
dan perundang-undangan. Namun demikian, kepatuhan terhadap norma tersebut
lebih banyak ditemukan pada kelompok kecil masyarakat, serta dapat mengalami
perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Kondisi demikian berpengaruh
terhadap efektivitas implementasi aturan formal, jika tidak didukung oleh
seperangkat norma yang sesuai yang ada di masyarakat.

GOVERNANCE DAN PERANAN INSTITUSI


Menurut Fukuyama (2004, p.28), penguatan fungsi Negara diantaranya
dinyatakan dalam berbagi bentuk penamaan yang beragam seperti governance,
state capacity atau institutional quality didalam kerangka pembangunan ekonomi
suatu Negara. Good governance dan demokrasi merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan. A good state institution bercirikan lembaga yang mampu melayani
kebutuhan pelanggannya yang terdiri dari warga Negara berdasarkan pada prinsip
transparansi dengan cara yang paling efisien.
Contoh dari konsep diatas adalah aplikasi pada institusi bank Indonesia.
Konsepsi a good state institution jika dikaitkan dengan institusi bank Indonesia
berhubungan dengan peranan lembaga dalam penetapan kebijakan moneter di
Indonesia. Sebuah bank sentral harus dibangun dan diposisikan dengan cara
sedemikian rupa sehingga tidak dipengaruhi oleh tekanan demokratis politik
jangka pendek. Konsepsi ini sejalan dengan prinsip independensi sebagai pilar
penyangga untuk diterapkannya governance pada bank sentral secara baik dan
sehat.
Hal paling utama didalam menjamin terlaksananya good governance untuk
bank sentral adalah melalui pemenuhan aspek independensi didalam menjalankan
fungsi dan tanggung jawabnya. Independensi sebuah bank sentral tergambar
dalam struktur institusi. Kerangka ini diperlukan dengan tujuan menjamin
terlaksananya kebijakan moneter yang efektif. Dengan terjaminnya independensi
BI sebagai bank sentral diharapkan aspek akuntabilitas atas kinerja BI sebagai
sebuah institusi dapat dievaluasi secara lebih efektif.
PENERAPAN GOVERNANCE PADA INSTITUSI BANK INDONESIA

Bank Indonesia merupakan suatu organisasi yang sangat berperan dalam


negeri ini. Organisasi ini harus mampu menjalankan fungsi dan tanggungjawab
agar mampu mencapai tujuannya, sehingga BI menerapkan konsep perencanaan
strategis melalui model SPAMK ( Sistem Perencanaan Anggaran dan Manajemen
Kerja ) yang akan memberikan dampak yang optimal bagi organisasi ini, dengan
catatan sistem yang dimaksud harus kompatibel dan sesuai dengan peran sistem
lainnya yang terdapat di dalam organisasi BI.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan SPAMK merupakan bagian dari
reformasi organisasi BI melalui program transformasi melalui inisiasi
kelembagaan saat tahun 2001.Organisasi BI ini merupakan organisasi yang sangat
terintegrasi sehingga penerapan model SPAMK diharapkan mampu mendukung
tercapainya tujuan secara transparan, akuntabilitas melalui kerangka governance
sebagai penguat di institusi BI. Maksud transparansi dalam hal ini berarti apa yang
dijalankan untuk mencapai tujuan harus memberikan informasi keuangan yang
terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan
sedangkan akuntabilitas dalam hal ini artinya adalah dapat
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik .

Jika semua telah dilakukan dengan baik maka kemungkinan akan ada 4
manfaat yang didaptkan yaitu :

1. To enhance Stakeholder’s orientation


2. To increase transparency and accountability toward better governance
3. To create strategy focused organization
4. To build performance based culture
Demi tercapainya strategi yang diharapkan oleh BI maka organisasi ini
menyusun strategi map. Strategi ini merupakan derivasi dari visi, misi, dan nilai-
nilai organisasi yang mencakup delapan strategy governance. Manfaat bagi
perusahaan (Kaplan 2004) yang merancang strategy map adalah:

1. Strategi map dapat digunakan untuk menyelaraskan aktifitas unit bisnis


dan focus kepada proses manajemennya
2. Strategy map memberikan gambaran hubungan antara formulasi strategi
dan pelaksanaannya
3. Strategy map adalah alat untuk mendukung pengukuran kinerja dalam
organisasi dengan menyoroti hal-hal yang penting bagi perusahaan, yaitu
hal-hal yang perlu dijadikan ukuran kinerja perusahaan

Harapan dari penerapan strategi map adalah agar BI mampu meningkatkan


efektivitas dari implementasi Governance pada Bank Indonesia yang selalu
menjadi isu sentral dan dasar bagi terlaksananya implementasi strategi yang telah
disusun secara menyeluruh.

Dalam penerapan dan penegakan tata kelola di Bank Indonesia, diperlukan


kerangka konseptual yang mengintegrasikan seluruh elemen governance yang
mencakup pondasi awal hingga tujuan akhir yang akan dicapai. Untuk itu telah
disusun kerangka kerja tata kelola (governance framework) Bank Indonesia yang
menggambarkan elemen pokok yang diperlukan untuk mengimplementasikan tata
kelola yang baik.

Kerangka kerja tata kelola Bank Indonesia memuat lima elemen pokok sebagai
berikut:

1. Prinsip Tata Kelola (Governance Principle) Bank Indonesia yakni prinsip-


prinsip yang melandasi pelaksanaan tata kelola di Bank Indonesia
2. Komitmen Tata Kelola (Governance Committment) Bank Indonesia yakni
wujud komitmen Dewan Gubernur dan satuan kerja untuk menerapkan dan
menegakkan Tata Kelola Bank Indonesia
3. Struktur Tata Kelola (Governance Structure) Bank Indonesia yakni organ
internal dan eksternal Bank Indonesia yang berwenang menjalankan
mandat pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan pengawasan terhadap Bank
Indonesia
4. Proses Tata Kelola (Governance Process) Bank Indonesia yakni
serangkaian standard an prosedur yang digunakan oleh Dewan Gubernur
dan satuan kerja untuk memastikan penerapan dan penegakan Tata Kelola
Bank Indonesia dilaksanakan secara terencana, konsekuen, dan
berkelanjutan
5. Hasil Tata Kelola (Governance Outcome) Bank Indonesia yakni
manifestasi dari penerapan dan penegakan Tata Kelola Bank Indonesia
yang berdampak positif terhadap penciptaan nilai (value creation) dan
keberlansungan mandat Bank Indonesia (sustainability)

Dengan adanya kerangka kerja secara utuh dan menyeluruh tersebut, diharapkan
akan mempermudah komunikasi dengan pemangku kepentingan internal dan
eksternal dalam menjelaskan mengenai tata kelola Bank Indonesia.

KERANGKA KERJA GOVERNANCE BANK INDONESIA

Secara organisasi, model governance yang dimiliki oleh BI diatur oleh undang-
undang UU Nomer 23 Tahun 1999; UU Nomer 3 Tahun 2004. Berdasarkan UU
tersebut Dewan Gubernur BI diusulkan dan diangkat oleh presiden dengaN
persetujuan DPR. Dengan demikian, peranan dewan gubernur di dalam hal ini
adalah sebagi tim manajemen puncak ( top management team) yang akan
melaksanakan aktivitas BI dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
menjalankan tugasnya, dewan gubernur dibantu oleh perangkat organisasi lainnya,
bertanggungjawab di dalam penyusunan dan penetapan sasaran strategis
organisasi agar sejalan dengan visi dan misi BI.

BANK INDONESIA, GOVERNANCE DAN MANAJEMEN KERJA

Gubernur Bank Indonesia menyatakan bahwa SPAMK merupakan upaya untuk


menjadikan Bank Indonesia sebagai institusi yang memiliki kinerja baik (sound),
dan akuntabel di dalam kerangka untuk mencapai good governance.

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas organisasi di Bank Indonesia


merupakan upaya untuk mencapai governance yang lebih baik lagi, dan hal
tersebut merupakan agenda dari reformasi dalam SPAMK. Peningkatan kinerja
organisasi mutlak diperlukan dengan dukungan dari sistem informasi pelaporan
kinerja yang akurat dan tepat waktu. Tujuan dari reformasi SPAMK ini adalah
untuk mengakomodasi kebutuhan strategis organisasi.

Model yang diadopsi untuk menjalankan SPAMK ini adalah model Balance
Scorecard (BSC), karena model ini dianggap sebagai model yang dapat
terintegrasi dengan SPAMK.

Organisasi Bank Indonesia menganut pola stakeholding governance. Hal ini


dikarenakan pola tersebut sejalan dengan tujuan Bank Indonesia yang telah
diamanatkan oleh Undang – Undang serta konsepsi lingkup tugas dan tanggung
jawab Bank Indonesia di dalam NKRI.

Prespektif Pengukuran Kinerja yang diadopsi Bank Indonesia melalui BSC :

1. Prespektif Internal Financial


Mengacu pada kemampuan internal Bank Indonesia dalam mengelola sumber
daya organisasi, terutama sumber daya keuangan. Alokasi sumber daya yang
dimiliki organisasi akan menentukan outcomes (baik itu risk maupun
rewards).
2. Prespektif Business Process
Menunjukkan proses dalam organisasi Bank Indonesia yang berhubungan
dengan ruang lingkup tugas Bank Indonesia (proses stratejik di dalam
organisasi BI). Proses stratejik yang dimaksud harus mampu dijabarkan ke
dalam 4 level, antara lain : outcomes with the future; strategy execution
melalui outcomes that are, or should be, knowable; bentuk operasionalisasi
strategi; organization, process, and information
3. Prespektif People and Change Management
Berhubungan dengan kerangka pertumbuhan dan pembelajaran organisasi.
Prespektif ini berhubungan dengan pemikiran jangka panjang, upaya
peningkatan governance, transparansi, dan akuntabilitas.

Dalam hal perubahan yang diharapkan memberikan dampak positif di dalam


governance organisasi Bank Indonesia dalam jangka panjang adalah
terjadinya perubahan pola pikir untuk mengarahkan Bank Indonesia sebagai
organisasi pembelajaran. Dan disesuaikan dengan konsep dinamisme
governance dalam rangka open system hal ini mengisyaratkan perlunya
perubahan dan peningkatan dalam governance organisasi secara
berkesinambungan berdasarkan feedback dan implementasi strategi yang
telah dilaksanakan.

KOMENTAR PENUTUP

Bank Indonesia mengadopsi (BSC) Balance Scorecard sebagai acuan dalam


menerapkan konsep perencanaan strategis yang diambil oleh BI dalam
menjalankan fungsi dan tanggung jawab untuk mencapai tujuannya. BSC yang
diadopsi oleh BI ini dioperasionalkan melalui penggunaan seperangkat Key
Performance Indicators (KPI). Secara eksternal, KPI yang digunakan diharapkan
mampu berfungsi sebagai media untuk meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi BI sebagai institusi publik. Dan secara internal, diharapkan KPI dapat
berfungsi sebagai pemicu dan penggerak kinerja individu yang ada dalam
organisasi BI. Kesimpulannya, dari sudut pandang internal maupun eksternal, KPI
diharapkan mampu menjadi sarana komunikasi dalam mendukung prinsip
transparansi dan akuntabilitas BI dari sudut pandang governance. Dan juga
diharapkan dapat memenuhi outcomes dari penerapan governance yaitu meredam
konflik kepentingan di dalam organisasi serta mampu meningkatkan kinerja
organisasi. SPAMK sebagi konsep dari penerapan BSC diharapkan dapat
digunakan sebagai performance driver bagi organisasi BI. Dimana diharapkan
agar di dalam organisasi BI dapat mencapai governance yang lebih baik.

Penerapan SPAMK juga diharapkan kompatible dengan berbagai elemen sistem


lainnya yang ada di dalam BI terutama Governance nya. Melalui kesesuaian
sistem governance yang dianut oleh BI merupakan kerangka yang logis di dalam
pengambilan keputusan organisasi untuk dapat berfungsi secara optimal. Empat
perspektif yang digunakan BI sebagai sistem perencanaan, penganggaran, dan
pengukuran kinerja telah memuat secara memadai berbagai prinsip dari
governance. Namun, dalam organisasi BI juga dituntut untuk selalu menyesuaikan
dengan perubahan lingkungan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai