Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI MENGENAI

IDEALISME, RELATIVISME, TINGKAT PENGETAHUAN DAN LOCUS OF


CONTROL TERHADAP PERILAKU TIDAK ETIS AKUNTAN
(Studi Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)

Umi Rizki Hidayati


Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
u.rizeki@gmail.com

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel idealisme,


relativisme, tingkat pengetahuan, dan locus of control yang berhubungan dengan
perilaku tidak etis akuntan.
Responden penelitian adalah 80 mahasiswa dengan jurusan akuntansi fakultas
ekonomi dan bisnis di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang digunakan
dalam pengolahan data. Metode penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda untuk analisis data, sedangkan pengujian hipotesis yang diusulkan dengan
menerapkan uji t dengan bantuan software SPSS statistics 23.0.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan untuk faktor idealisme, relativisme, dan
locus of control berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku tidak etis akuntan,
sedangkan tingkat pengetahuan mempunyai pengaruh signifikan yang negatif pada
perilaku yang tidak beretika pada akuntan.

Kata Kunci : idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, locus of control, perilaku


tidak etis akuntan.
ABSTRACT

This research purpose to find out the influence of idealism, relativism, level of
knowledge, and locus of control on accountants unethical behavior.
The respondent of this study are 80 Accounting Program Department students
Economic and Business Faculty Lambung Mangkurat University for calculate the data.
The methods used for to analyze is by using multiple linier regression and to examine
the hypothesis using t-test by software SPSS statistics 23.0.
Result of the research showed idealism, relativism, and locus of control
significantly positively affected the accountants unethical behaviors, whereas the level
of knowledge significantly negatively affected the accountants unethical behaviors.

Keywords : idealism, relativism, level of knowledge, locus of control, accountants


unethical behaviors

PENDAHULUAN

Manusia pada perkembangan zaman saat ini dipacu agar supaya lebih kreatif dan
juga cerdas di berbagai bidang. Hal tersebut menimbulkan dampak positif dan juga
dampak negatif. Profesi seorang akuntan mencakup etika dan aturan yang harus dipatuhi
dan dijalankan oleh profesi tersebut.Namun tidak menutup kemungkinan masih terjadi
pelanggaran etika yang menyebabkan skandal pada profesi seorang akuntan. Bertens, K
(2013) menyebutkan etika adalah nilai atau norma yang dapat digunakan sebagai
pegangan baik individu ataupun masyarakat untuk mengatur pola dan tingkah laku.
Etika profesi hanya berlaku dalam kelompok profesi yang berkaitan, pada penelitian ini
yang dimaksud adalah seorang akuntan. Akuntan harus dipersiapkan sejak di masa
perkuliahan untuk menghadapi skandal yang terjadi yang berkaitan dengan
penyimpangan akuntansi ataupun yang berhubungan dengan perilaku masing-masing
akuntan. Pembekalan pengetahuan diperlukan agar seorang akuntan siap menghadapi
bahkan menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan peraturan atau kode etik seorang
akuntan yang harus ditaati dan diterapkan.
Tujuan profesi seorang akuntan adalah terpenuhinya standar profesionalisme dengan
tanggung jawab untuk mencapai tingkat kinerja yang diharapkan dan berorientasi pada
kepentingan yang menyangkut kehidupan masyarakat pada umumnya. Tujuan tersebut
memrlukan empat pilar pokok yang harus diterapkan yang meliputi profesionalisme,
kualitas jasa, kredibilitas dan kepercayaan yang mendasar (Sukrisno, 2009:159).
Skandal yang menyangkut bidang akuntansi yang pernah terjadi dapat menyebabkan
dampak yang tidak baik bagi profesi seorang akuntan, persepsi maupun reaksi dari
mahasiswa (calon seorang akuntan) penting diketahui karena mereka adalah calon cikal
bakal seorang akuntan. Kasus - kasus yang terjadi di perusahaan swasta maupun
lembaga pemerintah yang terkait dengan skandal manipulasi keuangan tidak terlepas
dari profesi seorang akuntan. Sebagai contoh kasus yang memanipulasi laporan
keuangan yang menjadi sorotan dunia adalah jatuhnya perusahaan Enron, Corp.
Kerugian yang menimpa Enron melibatkan kerjasama antara orang dalam perusahaan
dengan KAP Arthur Anderson. CEO KAP Arthur Anderson menjelaskan bahwa
penilaian yang dilakukan adalah tidak benar dan menyalahi aturan yang ada dan
menyebutkan Enron mengalami kebangkrutan.
Indonesia pun mengalami kasus yang menyerupai kasus Enron. Diantaranya adalah
PT.KAI yang ternyata melakukan kecurangan terhadap pelaporan keuangan yang
disajikan. Kasus PT.KAI ini menyangkut kode etik profesi yang dilanggar, dengan
memanipulasi kerugian sebesar Rp 63 milyar menjadi keuntungan sebesar Rp 6,9
milyar. Hal tersebut menyebabkan ketidakpercayaan stakeholder dan investor terhadap
perusahaan.
Cikal bakal perilaku yang tidak etis sebenarnya sudah ada sebelum menjadi seorang
mahasiswa. Perilaku tersebut di keseharian secara sadar kasat mata atau tidak menjadi
suatu kebiasaan. Sebagai contoh di dalam aktivitas mahasiswa yang mencerminkan
perilaku tidak etis adalah mencontek di saat ujian, membuat salinan tugas dari
mahasiswa lain. Perilaku mencontek adalah bibit terjadinya perilaku yang tidak etis
pada jenjang profesi selanjutnya.
Skandal yang berkaitan dengan profesi seorang akuntan membuat mahasiswa untuk
mempertimbangkan dalam pemilihan profesi di masa depan, karena skandal tersebut
menimbulkan citra buruk seorang akuntan. Responden yang dituju dalam penelitian
mencakup mahasiswa jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis di Universitas
Lambung Mangkurat.
Perilaku yang tidak etis merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan tindakan
yang dianggap tepat untuk dilakukan. Arens et al. (2006:99) menyatakan bahwa
terdapat penyebab yang membuat seseorang berperilaku tidak etis yaitu ketika
seseorang beranggapan standar etika yang dimiliki berbeda dengan yang berlaku di
masyarakat, atau seseorang lebih memilih tindakan yang menguntungkan diri sendiri.
Biasanya kedua penyebab tersebut bisa timbul secara bersama-sama. Dilema etika
adalah keadaan yang dihadapi oleh seseorang yang mengharuskan untuk mengambil
keputusan tentang perilaku maupun tindakan yang tepat.
Penelitian yang akan dilakukan peneliti akan diketahui pengaruh dari masing-
masing faktor yaitu faktor idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, maupun locus of
control terhadap perilaku tidak beretika seorang akuntan. Pengaruh tersebut akan
menunjukkan seberapa besar prosentase masing-masing faktor di dalam perilaku
menyimpang yang terjadi. Selain tujuan yang akan dicapai di dalam penelitian ini,
manfaat yang diharapkan peneliti juga dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat tersebut antara lain manfaat teoritis dan juga manfaat praktis. Manfaat teoritis
yang dimaksud adalah hasil penelitian ini nantinya akan bermanfaat sebagai referensi
ataupun bacaan untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya, ataupun menjadi
wawasan baru dari penelitian yang pernah dilakukan sebelum penelitian ini. Untuk
manfaat praktis yang diharapkan adalah penelitian ini bisa dijadikan bahan untuk
penambahan materi etika di mata kuliah mahasiswa, selain itu juga dapat menjadi
tambahan wawasan mahasiswa di dalam menghadapi skandal di bidang akuntansi yang
melibatkan profesi seorang akuntan, sehingga mahasiswa bisa menyiapkan diri atau
individu dalam menghadapi penyimpangan yang terjadi.

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Idealisme merupakan sikap yang beranggapan untuk tindakan yang tepat dapat
menghasilkan atau hasil yang diharapkan (Falah,2006 dalam Ni Kadek Sumiyantini).
Individu dengan idealis tinggi berprinsip bahwa hal yang membuat rugi masyarakat
merupakan hal negatif yang bisa tidak dilakukan. Perilaku etis akan dijadikan acuan
oleh seorang yang memiliki idealism yang tinggi dan menjadi seseorang yang
mengungkapkan kejanggalan perilaku yang tidak etis. Hubungan idealisme dengan
perilaku yang tidak etis seorang akuntan mengacu pada penelitian yang telah diteliti
oleh Ni Kadek Sumiyantini (2017) menunjukkan bahwa idealisme berpengaruh
terhadap perilaku yang tidak beretika seorang akuntan. Berdasar penjabaran ini, peneliti
menyusun hipotesis pertama yaitu:
H1 = Idealisme berpengaruh pada perilaku tidak etis akuntan
Relativisme adalah tindakan dapat dikategorikan tindakan yang etis atau tidak
etis maupun benar ataupun tidak , menurut pemikiran masyarakat tersebut (Falah,
2006). Seseorang dengan relativisme tinggi cenderung menolak tindakan yang terkait
dengan moral, sedangkan seseorang dengan relativisme yang tidak tinggi akan membuat
tindakan yang sesuai prinsip maupun norma. Hubungan relativisme dengan perilaku
yang tidak etis seorang akuntan mengacu pada penelitian oleh Ni Kadek Sumiyantini
(2017) menunjukkan bahwa relativisme berpengaruh pada perilaku yang tidak beretika
seorang akuntan. Berdasar penjabaran ini, disusun hipotesis yang kedua sebagai berikut
:
H2 = Relativisme berpengaruh pada perilaku tidak etis akuntan
Pengetahuan adalah informasi yang diperoleh oleh seseorang secara sadar dan
untuk diketahui. Namun menurut ( Notoatmodjo, 2010) pengetahuan merupakan output
alat indera manusia dari suatu objek yang diamati melalui mata, hidung, telinga, dan
sebagainya. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku tidak etis akuntan mengacu
pada penelitian dari M.Khairul Dzakirin (2016) yang menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan berpengaruh pada perilaku tidak beretika seorang akuntan Berdasarkan
uraian yang tertera, peneliti menyusun hipotesis ketiga yaitu:
H3 = Tingkat Pengetahuan berpengaruh pada perilaku tidak etis akuntan
Locus of Control adalah apakah seorang individu mampu atau tidak mampu
mengontrol kejadian pada diri sendiri (Rotter, 1966). Locus of Control terdiri dari
Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal. Locus of Control internal
beranggapan hasil yang diperoleh berasal dari usaha pribadi sendiri, sedangkan Locus of
Control eksternal beranggapan hal yang didapat tergantung faktor yang berasal dari sisi
luar individu, sebagai contoh keberuntungan, kesempatan, nasib dan faktor lainnya.
Penelitian dari Jurica Lucyanda (2012) menyebutkan Locus of Control tidak
memengaruhi perilaku yang tidak beretika seorang akuntan. Berdasarkan hal ini,
disusun hipotesis keempat sebagai berikut :
H4 = Locus of Control tidak berpengaruh pada perilaku tidak etis akuntan

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dalam wilayah kota Banjarmasin Propinsi Kalimantan


Selatan. Lokasi sebagai tempat objek penelitian pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Jenis penelitian
menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data
kuantitatif. Variabel bebas yang digunakan meliputi idealisme, relativisme, tingkat
pengetahuan, dan locus of control. Sedangkan perilaku yang tidak etis seorang akuntan
sebagai variabel tidak bebas. Data primer adalah sumber data yang dipakai di dalam
penelitian yang berupa kuisioner dan diberikan kepada responden dengan menggunakan
skala Likert yang mencakup 5 (lima) alternatif jawaban dengan skala 1 sampai 5 (sangat
tidak setuju hingga sangat setuju).
Populasi yang diperlukan adalah seluruh mahasiswa jurusan akuntansi fakultas
ekonomi dan bisnis di Universitas Lambung Mangkurat sebanyak 1.281 orang.
Pertimbangan sampel yang diambil adalah mahasiswa semester 5 dan 7 sebanyak 405
orang. Sedangkan untuk perhitungan jumlah minimal sampel menerapkan rumus Slovin
sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 80 responden.
Analisis data meliputi uji kualitas data yaitu uji validitas dan uji reliabilitas,
sedangkan pada uji hipotesis menerapkan uji regresi linier berganda beserta uji asumsi
klasik yaitu meliputi normalitas, multikolonieritas, dan heteroskedastisitas.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Data
Uji normalitas penelitian ini memakai One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Uji
normalitas sebaran data dilakukan pada data Idealisme, Relativisme, Tingkat
Pengetahuan, Locus of Control, dan Perilaku Tidak Etis Akuntan dijabarkan tabel 1 :
Tabel 1 Uji Normalitas
Keterangan Hasil Kesimpulan
Kolmogorov-Smirnov Z 0.960 Terdistribusi Normal
Asymp.Sig (2-tailed) 0.315
Sumber : Data diolah kembali (2018)
Nilai Asymp.Sig (2-tailed) pada tabel 1 yaitu 0,315, lebih besar dari batas 0,05
untuk statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan distribusi yang
normal apabila angka Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari 0,05, sehingga dapat dikatakan
terdistribusi normal.
Uji multikolinieritas penelitian ini menerapkan Variance Inflation Factor (VIF).
Ringkasan uji multikolinieritas disajikan pada Tabel 2 :
Tabel 2 Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan


Idealisme (X1) 0,292 3,421 Nonmultikolonieritas
Relativisme (X2) 0,386 2,591 Nonmultikolonieritas
Tingkat Pengetahuan (X3) 0,287 3,487 Nonmultikolonieritas
Locus of Control (X4) 0,582 1,718 Nonmultikolonieritas
Sumber : Data diolah kembali (2018)
Nilai VIF dari tabel 2 setiap variabel bebas lebih kecil dari angka 10 sedangkan
nilai tolerance tidak lebih kecil dari 0,10. Kesimpulan yang didapat bahwa diantara
variabel bebas tidak terdapat korelasi atau tidak terjadi multikolinieriitas antar variabel
bebas (independent).
Uji heteroskedastisitas mempunyai tujuan untuk mengetahui ketidaksamaan
varian antara satu variabel dengan yang lainnya. Pengujian heteroskedastisitas
memakai uji Glejser. Hasil uji heteroskedastisitas ditampilkan pada Tabel 3 yaitu :
Tabel 3 Uji Heteroskedastisitas

Variabel Signifikan Keterangan


Idealisme (X1) 0,153 Tidak ada gejala heteroskedastisitas
Relativisme (X2) 0,061 Tidak ada gejala heteroskedastisitas
Tingkat Pengetahuan (X3) 0,399 Tidak ada gejala heteroskedastisitas
Locus of Control (X4) 0,712 Tidak ada gejala heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah kembali (2018)
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan nilai signifikansi diantara variabel bebas
menghasilkan lebih besar dari angka 0,05. Sehingga bisa didapatkan bahwa tidak
ditemukan item heteroskedastisitas.
Uji ini dipakai dalam menentukan analisis pengaruh Idealisme, Relativisme,
Locus of Control, dan Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku Tidak Etis Akuntan
secara parsial, dimana dapat diketahui dari besaran probabilitas uji t. Ringkasan uji t
ditunjukkan oleh Tabel 4 :
Tabel 4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Secara Parsial
Variabel Koefisien t Sig Hasil Analisis
Konstanta -1.272
Idealisme 0.169 4.270 0.000 Berpengaruh
Relativisme 0.281 9.556 0.000 Berpengaruh
Tingkat -0.102 -2.737 0.007 Berpengaruh
Pengetahuan
Locus of Control 0.071 2.204 0.029 Berpengaruh

Berdasarkan perhiungan regresi linier berganda dapat dinyatakan dengan :


Y =  + b1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 + b4 X 4 + e
Y = – 1,272 + 0,169.X1 + 0,281.X2 – 0,102.X3 + 0,071.X4 + e

Berdasarkan model regresi yang ada, dapat diberikan penjelasan yaitu:


1. Nilai sebuah konstanta yaitu -1,272 menunjukkan apabila item X1, X2, X3, dan
X4 tidak mengalami perubahan, maka Perilaku Tidak Etis Akuntansi (Y) adalah
sebesar 1,272.
2. Nilai koefisien pada faktor Idealisme (X1) adalah sebesar 0,169 yang berarti
bahwa apabila terdapat peningkatan pada faktor Idealisme (X1) sebesar
sepersatuan (100%), maka akan berdampak pada peningkatan Perilaku Tidak
Etis Akuntansi (Y) adalah sebesar 16,9%.
3. Nilai koefisien pada faktor Relativisme (X2) adalah sebesar 0,281 yang berarti
bahwa apabila terdapat peningkatan pada faktor Relativisme (X2) sebesar
sepersatuan (100%), maka akan berdampak pada peningkatan Perilaku Tidak
Etis Akuntansi (Y) adalah sebesar 28,1%.
4. Nilai koefisien faktor Tingkat Pengetahuan (X3) adalah sebesar -0,102 yang
menyimpulkan apabila terdapat peningkatan pada faktor Tingkat Pengetahuan
(X3) sebesar sepersatuan (100%), maka akan berdampak pada penurunan
Perilaku Tidak Etis Akuntansi (Y) adalah sebesar 10,2%.
5. Nilai koefisien pada faktor Locus of Control (X4) adalah sebesar 0,071 yang
berarti bahwa apabila terdapat peningkatan pada faktor Locus of Control (X4)
sebesar sepersatuan (100%), sehingga berdampak pada peningkatan Perilaku
Tidak Etis Akuntansi (Y) adalah sebesar 7,1%.
Berdasarkan hasil output SPSS tersebut dapat dilihat bahwa hubungan yang
saling memengaruhi antara variabel bebas dan terikat adalah :
1. Faktor Idealisme (X1) mempunyai hasil signifikan sebesar 0,000. Menunjukkan
bahwa Idealisme (X1) berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Tidak Etis
Akuntansi (Y). Pembuktian dari pernyataan tersebut adalah berdasarkan nilai
probability (ρ = sig) yang lebih kecil nilai standar alfa (α=0,05).
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian pertama (H1) yang menyatakan
bahwa: Idealisme berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Tidak Etis Akuntansi,
adalah diterima.
2. Faktor Relativisme (X2) mempunyai hasil signifikan sebesar 0,000. Menunjukkan
bahwa faktor Relativisme (X2) berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Tidak Etis
Akuntansi (Y). Pembuktian dari pernyataan tersebut adalah berdasarkan nilai
probability (ρ = sig) yang lebih kecil nilai standar alfa (α=0,05).
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis dari penelitian kedua (H2) yang menyebutkan:
Relativisme berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Tidak Etis Akuntansi adalah
diterima.
3. Faktor Tingkat Pengetahuan (X3) memiliki signifikan sebesar 0,007. Menunjukkan
bahwa faktor Tingkat Pengetahuan (X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Perilaku Tidak Etis Akuntansi (Y). Bukti tersebut berdasarkan nilai probability (ρ =
sig) lebih kecil nilai standar alfa (α=0,05).
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian ketiga (H3) yang menyebutkan :
Tingkat Pengetahuan mempunyai pengaruh signifikan terhadap Perilaku Tidak Etis
Akuntansi adalah diterima.
4. Faktor Locus of Control (X4) mempunyai hasil signifikan sebesar 0,029.
Menyebutkan faktor Locus of Control (X4) berpengaruh signifikan pada Perilaku
Tidak beretika Akuntan (Y). Bukti pernyataan tersebut berdasarkan nilai probability
(ρ = sig) lebih kecil nilai standar alfa (α=0,05).
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian keempat yang menyebutkan :
Locus of Control tidak berpengaruh signifikan pada Perilaku Tidak Etis Akuntansi
adalah ditolak.

Pembahasan

Pengaruh Idealisme Pada Perilaku Tidak Etis Akuntan


Penelitian menghasilkan bahwa persamaan regresi memiliki arah koefisien yang
positif. Pengaruh yang positif menjelaskan keterkaitan idealisme dengan perilaku tidak
etis akuntan adalah berbanding lurus atau searah. Jika idealisme seseorang dikatakan
tinggi, maka perilaku tidak etis akuntan semakin tinggi. Terdapat pengaruh yang
signifikan antara idealisme pada perilaku tidak etis akuntan dan ditunjukkan pada nilai
probabilitas pada uji-t faktor idealisme yaitu 0,000 yang tidak lebih dari angka 0,05.
Hasil dari analisis, disebutkan terdapat pengaruh yang signifikan positif antara
idealisme terhadap perilaku tidak etis akuntan. Pernyataan dihasilkan dengan
pertimbangan teori dan empiris. Secara teoritis, idealisme merupakan perilaku yang
beranggapan untuk tindakan benar dapat menghasilkan ataupun hasil yang diharapkan
( Falah dalam Ni Kadek Sumiyantini, 2017). Hasil penelitian tidak mendukung
penelitian Ni Kadek Sumiyantini (2017), yang menyatakan bahwa idealisme
berpengaruh positif dan signifikan pada perilaku tidak etis akuntan. Idealisme yang
berpengaruh positif ini dapat diartikan jika seseorang memiliki sikap idealis yang tinggi,
maka untuk terjadinya perilaku yang tidak beretika seorang akuntan juga tinggi atau
dalam kata lain akuntan tersebut cenderung setuju terhadap penyimpangan yang terjadi.
Marwanto dalam Ni Kadek Sumiyantini (2017) menjelaskan idealisme mengacu
pada keinginan dapat dihasilkan tanpa melanggara ketentuan yang berlaku.. Jadi,
seseorang yang cenderung mempunyai idealism tinggi akan mengacu pada aturan moral
yang berlaku umum. Idealisme beranggapan jika sesuatu dilakukan atau dilaksanakan
sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku maka hasil yang akan diperoleh akan
sesuai dengan yang diinginkan.

Pengaruh Relativisme Pada Perilaku Tidak Etis Akuntan


Hasil analisis yang ada telah menyebutkan bahwa persamaan regresi yang
dihasilkan mempunyai arah koefisien yang positif. Pengaruh yang positif menjelaskan
bahwa antara relativisme dengan perilaku tidak etis akuntan adalah berbanding lurus
atau searah. Jika relativisme seseorang dikatakan tinggi, maka perilaku tidak etis
akuntan semakin tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan antara relativisme pada
perilaku tidak etis akuntan, yang ditampilkan pada hasil probabilitas uji-t untuk
idealisme adalah 0,000 yang tidak lebih dari angka 0,05.
Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif
antara relativisme pada perilaku tidak etis akuntan. Secara teoritis, relativisme adalah
tindakan dapat dikategorikan tindakan yang etis ataupun tidak etis maupun benar
ataupun tidak ,berdasarkan pemikiran masyarakat (Falah dalam Ni Kadek Sumiyantini,
2017). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ni Kadek Sumiyantini (2017) dan
Revita Mardawati (2016), yang menyebutkan relativisme mempunyai pengaruh
signifikan positif pada perilaku tidak beretika akuntan. Relativisme dengan pengaruh
positif ini diartikan bahwa semakin tinggi tingkat relativisme yang dimiliki oleh seorang
akuntan akan menyebabkan perilaku yang tidak beretika pun semakin meningkat,
dengan kata lain akuntan mentolerir perbuatan yang menyimpang dari perilaku yang
seharusnya terjadi.

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pada Perilaku Tidak Etis Akuntan


Hasil analisis menunjukkan persamaan regresi menghasilkan arah koefisien yang
negatif. Pengaruh yang negatif menjelaskan bahwa hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku tidak etis akuntan adalah berbanding terbalik. Jika tingkat
pengetahuan seseorang dikatakan tinggi, maka perilaku tidak etis akuntan semakin
rendah. Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan pada perilaku
tidak etis akuntan, yaitu nilai probabilitas pada uji-t untuk idealisme adalah 0,007 yang
tidak lebih dari angka 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil signifikan negatif antara tingkat
pengetahuan pada perilaku tidak etis akuntan.. Secara teoritis, pengetahuan adalah
informasi yang diperoleh oleh seseorang secara sadar dan untuk diketahui. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2007). Hasil penelitian ini adalah mendukung penelitian oleh
Ni Kadek Sumiyantini (2017), yang mengungkapkan tingkat pengetahuan mempunyai
pengaruh signifikan negatif pada perilaku tidak beretika akuntan yaitu dengan tingginya
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seorang akuntan yang berkaitan dengan perilaku
tidak beretika akuntan menyebabkan seorang akuntan menghindari perilaku yang tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang akuntan
akan membuat perilaku tidak beretika seorang akuntan akan berkurang atau bisa
diminimalkan.

Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Tidak Etis Akuntan


Hasil analisis menyebutkan persamaan regresi mengarah pada koefisien yang
positif. Pengaruh yang positif menjelaskan bahwa hubungan locus of control dengan
perilaku tidak etis akuntan adalah berbanding lurus atau searah. Jika locus of control
seseorang dikatakan tinggi, sehingga perilaku tidak etis akuntan semakin tinggi.
Terdapat pengaruh signifikan antara locus of control pada perilaku tidak beretika
akuntan, yang ditunjukkan pada nilai probabilitas pada uji-t untuk idealisme yaitu 0,029
yang tidak lebih dari angka 0,05.
Analisis menyebutkan bahwa terdapat locus of control berpengaruh signifikan
positif pada perilaku tidak etis akuntan. Secara teoritis, locus of control adalah apakah
individu mampu atau tidak mampu mengontrol kejadian yang ada pada diri sendiri
(Strauser, 2002 dalam Jurica Lucyanda). Locus of control sendiri mencakup dua aspek
atau sisi, yaitu locus of control yang berasal dari dalam atau internal dan locus of
control dari luar atau eksternal. Locus of control yang berasal dari dalam individu atau
internal meyakini bahwa apa yang terjadi di dalam pribadi mendapatkan dorongan atau
peran dari kekuatan individu tersebut, sedangkan locus of control dari luar atau berasal
dari eksternal meyakini bahwa apa yang terjadi pada suatu individu merupakan
kekuatan dari luar individu. Kekuatan yang berasal dari dalam maupun dari luar dapat
memengaruhi seorang individu dalam menyikapi apa yang terjadi dalam dirinya. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Jurica Lucyanda (2013) yang menyebutkan locus
of control berpengaruh positif pada perilaku tidak etis akuntan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut adalah :
1. Idealisme memiliki hubungan yang signifikan positif pada perilaku tidak etis
akuntan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki idealisme
yang tinggi akan cenderung setuju atau mentolerir pada terjadinya perilaku tidak
etis, sehingga idealisme yang tinggi maka perilaku tidak etis juga semakin tinggi.
2. Relativisme memiliki hubungan yang signifikan positif pada perilaku tidak etis
akuntan. Hubungan yang signifikan positif tersebut adalah seseorang dengan
relativisme yang tinggi cenderung setuju pada perilaku yang tidak etis , sehingga
relativisme yang tinggi maka perilaku tidak etis semakin tinggi.
3. Tingkat pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan negatif pada perilaku
tidak etis akuntan. Hal tersebut dapat diartikan semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka orang tersebut cenderung akan menindak tegas perilaku tidak etis
akuntan dan tidak melakukan perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan aturan.
4. Locus of Control memiliki hubungan yang signfikan positif pada perilaku tidak etis
akuntan, dimana semakin tinggi tingkat Locus of Control individu akan
mempengaruhi perilaku tidak etis akuntan.

Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan diatas, maka dapat diberikan beberapa
saran :
1. Penambahan variabel yang dapat berpengaruh pada perilaku tidak etis akuntan
seperti : gender, lingkungan kerja, equity sensitivity.
2. Menggunakan sampel penelitian yang lebih luas dengan menggunakan lebih dari
satu universitas untuk selanjutnya , karena pada penelitian ini lingkup sampel
hanya di dalam satu universitas, yaitu Universitas Lambung Mangkurat.

DAFTAR PUSTAKA
Andita, Apriyani. (2014). Kasus-kasus dalam Etika Profesi. Diambil dari
www.academia.edu/8112014/Kasus-kasus dalam etika profesi pada
tanggal 21 Januari 2015.

Arens, Alvin A., Elder, Randal J. dan Beasley, Mark S. (2008). Auditing dan Jasa
Assurance. Jakarta : Erlangga

Bertens, K. (2013). Etika. Yogyakarta : Kanisius

Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2017).“Pedoman Panduan Penulisan Skripsi”. Banjarmasin


: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat.

Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23
Edisi 8. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gibson, James,L. 2010. “Organzations Behavior Structure Processes”. 10th edition,


Irwin, McGraw-Hill.

Gorda, I Gusti Ngurah. 2012. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Denpasar : Widya
Kriya Gematama

Ikhsan, Arfan dkk,(2014). “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan


Manajemen”,Edisi Pertama, Citapustaka Media- Bandung, Bandung.

Lucyanda, Jurica. (2013). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Etis Mahasiswa


Akuntansi Universitas Bakrie. E-Jurnal Akuntansi Universitas Bakrie
Vol.2 No.2 .

Notoatmodjo, S. (2010) Metode Penelitian Kesehatan, edidi revisi. Jakarta : Rineke


Cipta.

Sukrisno, Agoes. (2009). Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta : Salemba Empat.

Smith, B. (2009). “Ethical Ideology and Cultural Orientation : Understanding The


Individualized Ethical Inclinations of Marketing Student”. American
Journal of Business Education. Vol.2, No.8, hal 27-36.

Shantanu, Made Pasek Dwi. (2014). Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika
Penyusunan Laporan Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Yogyakarta Vol.13.1.April (2014) : 1-16.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Penekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D). Bandung : Alfabeta

--------(2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

--------(2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta


Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa, (2007), Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ed, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Balai Pustaka.

http://www.id.wikipedia.org. diakses 4 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai