Disusun Oleh:
C1C115467
Azalia Andina
C1C115404
C1C115455
Pendekatan
Kuantitatif
Dalam
Pemilihan
Metode
Penanganan Resiko
Pemilihan metode yang akan dipakai untuk menangani risiko berdasarkan
pendekatan ini dimulai dengan membuat sebuah table matrik kerugian yang
mungkin yang memperlihatkan berbagai kemungkinan atau biaya yang harus
dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin, dan bagi setiap outcome yang
mungkin. Kemudian harus dijelaskan secara persis tujuan yang hendak dicapai oleh
pengambil keputusan yang bersangkutan.
Penerapan pendekatan ini agak terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan
sebagai berikut :
1.
2.
Matrik Kerugian
Untuk menggambarkan konsep kerugian matrik kerugian anggaplah bahwa
sebuah gedung yang dimilki oleh suatu perusahaan dihadapkan pada suatu kerugian
karena kebakaran dan yang akan terjadi adalah kerugian total atau sama sekali tidak
ada kerugian. Selanjutnya anggaplah bahawa manajer risiko harus memutuskan
antara 3 perangkat tindakan yaitu :
1.
2.
3.
dari ketiga kemungkinan tindakan dalam contoh ini, Kerugian-kerugian itu jatuh ke
dalam dua kategori :
1.
Kerugian secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada suatu kebakaran.
2.
Biaya yang akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.
Kerugian secara kebetulan ini dapat dibagi lagi ke dalam :
1.
2.
merupakan paket yang luas yang melindungi perusahaan yang bersangkutan terhadap
sebagian besar kerugian kebetulan, seperti biaya mengganti bangunan, penggunaan
gedung yang bersangkutan, biaya memindahkan puing-puing dan tanggung jawab
terhadap orang lain, seandainya manejer memutuskan untuk menanggung sendiri
resiko seperti itu, yang diperkirakan meliputi total Rp. 200.000.000.Jika perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri resiko dan jika nanti
suatu kebakaran terjadi, maka perusahaan itu juga akan menderita kerugian
kebetulan, kerugian ini tidak akan ada bila perusahaan itu membeli asuransi.
Kerugian ekstra ini merupakan salah satu jenis kerugian kebetulan yang tidak
diasuransikan. Jenis lain kerugian yang tak diasuransikan merupakan kerugiankerugian yang terjadi baik perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri risiko
maupun membeli asuransi. Hanya jenis yang pertama sajalah yang dianggap akan
terjadi dalam contoh ini dan terbatas pada pertambahan biaya kredit. Pertambahan
biaya kredit ini disebabkan oleh tekanan lembaga pemberi pinjaman, bila perusahaan
ini akan menanggung kerugian kebakaran sebesar Rp. 200.000.000,-. Biaya
tambahan kredit ini diperkirakan akan menjadi Rp. 12.000.000,-.
Untuk menyederhanakan penyajian konstruksi matrik kerugian ini, cadangan
tidak diadakan karena dalam suatu program penanggungan sendiri sebagian kerugian
dan biaya tidak akan timbul dengan segera. Kegagalan untuk mengetahui adanya
oppurtunity cost dari pada asuransi, maka terlihat bahwa pembelian asuransi lebih
menguntungkan. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, disarankan manejer risiko
menggunakan nilai sekarang yang diharapkan baik untuk kerugian maupun untuk
biaya.
Akan tetapi hal itu mengaggap bahwa manejer resiko tidak menilai jasa-jasa
seperti asuransi, jika perusahaan memikul risiko yang bersangkutan, tetapi tidak
terjadi kebakaran. Maka perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian sama sekali.
TABEL 1.1
MATRIK KERUGIAN SEBELUM PAJAK
Outcome
Keputusan
1 Menanggung
risiko
Kebakaran
Kerugian yang
Rp. 200.000.000.-
Rp. 12.000.000.-
Rp 0.-
dapat
diasuransikan
kerugian
kebetulan yang
tidak dapat
diasuransikan.
2 Menanggung
Kerugian yang
risiko dan
diasuransikan.
menambah
kerugian yang
peralatan
tidak dapat
pengamanan.
diasuransikan
B.
Biaya peralatan
Rp.
pengamanan.
Membeli
Premi asuransi
Asuransi.
per tahun.
6.000.000.-
Biaya peralatan
Rp. 6.000.000.-
Rp.218.000.000.-
pengamana
Rp. 6.000.000.-
Rp. 10.000.000.-
Premi asuransi
Rp. 10.000.000,-
berikutnya dimisalkan tarif pajak rata-rata 50% x Rp. 200.000.000.- sesudah pajak
akan menjadi 50% x Rp. 200.000.000.- = Rp. 100.000.000.-, biaya kredit akan
menjadi 50% x Rp. 12.000.000.- = Rp. 6.000.000.-. maka total kerugian sesudah
pajak adalah Rp. 106.000.000.-
TABEL 1.2
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Outcome
Keputusan
1 Menanggung
risiko
2 Menanggung
Kebakaran
Rp.
6.000.000.-
diasuransikan.
Rp.110.000.000.-
Rp. 100.000.000.-
diasuransikan kerugian
menambah
diasuransikan.
Rp . 6.000.000.-
peralatan
Rp.
pengamanan.
Premi asuransi per tahun.
3.000.000.-
Rp.
3.000.000.-
Rp.106.000.000.-
Rp.
3.000.000.-
Rp.
Rp.
5.000.000.-
Rp.
5.000.000.-
5.000.000.-
Asuransi.
C.
kebakaran
Rp. 100.000.000.-
risiko dan
3 Membeli
Tidak terjadi
Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi menurut perasaan pribadi manajer
risiko yang bersangkutan.
2.
1 Menanggung
risiko
2 Menanggung
Tidak terjadi
Kebakaran
kebakaran
Rp. 100.000.000.-
diasuransikan kerugian
kebetulan yang tidak dapat
Rp.
6.000.000.-
diasuransikan.
Rp.
4.000.000.-
Rp
4.000.000.-
Kecemasan.
Rp.110.000.000.-
Rp
4.000.000.-
Rp. 100.000.000.-
risiko dan
menambah
diasuransikan.
Rp . 6.000.000.-
peralatan
kecemasan
Rp.
3.000.000,-
Rp.
3.000.000,-
pengamanan.
Rp.
3.000.000.-
Rp.
3.000.000.-
Rp.112.000.000.-
Rp.
6.000.000.-
Rp.
Rp.
5.000.000.-
Rp.
5.000.000.-
3 Membeli
Asuransi.
5.000.000.-
nilai kecemasan tersebut sama, baik pada Outcome kebakaran maupun pada outcome
tidak terjadi kebakaran, maka Rp. 4.000.000.- mesti ditambahkan pada kedua
outcome kebakaran dan tidak ada kebakaran. Kerugian total, termasuk nilai
kecemasan.
Pada keputusan (2), nilai kecemasan berkurang menjadi Rp. 3.000.000.-,
karena
dengan
anggapan
kecemasan
berkurang
karena
adanya
tambahan
pengamanan.
Akhirnya karena kerugian per tahun tidak berubah pada keputusan (3), maka
nilai kecemasan pada keputusan membeli asuransi adalah nol. Karena itu nilai
kerugian bagi keputusan membeli asuransi adalah sama dalam tabel 1.1 dan tabel 1.2
D.
mungkin yang akan dicapai manajer risiko dalam kasus ini, meskipun demikian
beberapa obyektif yang umum kiranya sudah mencukupi untuk dibahas. Obyektif itu
akan dibagi ke dalam kategori utama:
-
1.
pada keputusan No. 1 yaitu menanggung sendiri risiko, maka manejer cendrung tidak
membeli asuransi.
2.
bagi manejer risiko. Dengan menganut obyektif tersebut, manejer yang minimixer
cendrung memacu pada pembelian asuransi, sementara yang miniminer cendrung
tidak membeli asuransi. Mereka telah mengabaikan informasi tentang distribusi
probabilitas dari pada outcome.
Jika kita misalkan manejer risiko memperkirakan kans kerugian adalah 3/100
tanpa sesuatu tambahan pengamanan dan kans 1/100 dengan pengusulan tambahan
usaha pengamanan yang baru. Dengan tambahan informasi baru ini, maka timbul
pula tambahan dua obyektif sebagai berikut:
a. Meminimumkan kerugian yang berkenaan dengan out-come yang paling mungkin
Meskipun tidak terlalu berfaedah, obyektif ini memberi perigatan karena sebagian
orang mungkin mempertimbangkannya layak. Jika manejer risiko percaya bahwa
kebakaran lebih mungkin dari tidak terjadi kebakaran maka mereka seharusnya
membeli asuransi, namun di kehidupan nyata masih ada yang menentang asuransi
sebab dalam kasus seperti ini kemungkinan kerugian lebih kebanyakan yang
diasuransikan, kurang dari setengah, namun konsekuensinya bisa drastis jika
kerugian terjadi.
b. Meminimumkan kerugian-harapan selama periode kebijaksanaan itu
Menejer risiko yang meminimumkan kerugian harapan dalam jangka waktu yang
panjang akan mempunyai kerugian rata-rata yang terkecil.
Dalam kasus, kerugian harapan untuk masing-masing keputusan adalah sebagai
berikut:
1.
Menanggung risiko
Membeli asuransi
2.
3.
Perkiraan kerugian yang dihitung sendiri lebih besar dari perkiraan pihak
asuransi.
4.
Pendekatan
Kualitatif
Dalam
Pemilihan
Metode
Penanganan Resiko
Dalam praktek, disebabkan perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan
risiko, perlunya untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah yang mendesak, dan
keterbatasan-keterbatasan
baik
yang
bersifat
kelembagaan
maupun
yang
berhubungan dengan faktor manusia, maka seringkali manajer risiko pada suatu
waktu terperangkap mengurusi satu bagian saja dari total program manajemen
risikonya. Misalnya manajer mungkin hanya memusatkan perhatiannya pada
kecelakaan industri saja atau pada kerugian-kerugian terhadap pengiriman barang
dengan kapal laut saja. Dalam mencapai keputusan seperti ini, mereka cenderung
mengikuti alasan yang dikemukakan pada pembahasan sarana dasar manajemen
risiko.
Malahan secara periodik, manajer risiko harus memperluas peninjauannya.
Peninjauan ini bisa dilakukan sendiri bisa dengan bantuan konsultan atau perusahaan
asuransi. Dalam bidang lain dari tuan konsultan atau perusahaan asuransi. Dalan
bidang lain dari manajemen risiko pendekatan cara sistem mendorong perusahaan
untuk mempertimbangkan secara serentak aspek-aspek operasi; manajemen asuransi
hendaknya mengikuti cara itu. Alasan mengapa harus dilakukan peninjauan filosofi
total risiko dan prosedurnya adalah perlunya untuk membangun kebijaksanaan
manajemen risiko yang sejalan dengan tujuan perusahaan yang bersangkutan dan
mengetahui hubungan timbal balik antara berbagai bidang dan berbagai keputusan
bidang resiko.
Tanpa menggunakan kebijaksanaan seperti itu untuk menuntun pengambilan
keputusan untuk satu segi risiko tertentu, ada kemungkinan gagal untuk mengenal
hubungan timbal balik tersebut. Disamping itu juga keputusan-keputusan mungkin
tidak konsisten, mungkin pula menerapkan standar yang berbeda-beda untuk kasus
yang bersamaan.
Metode analisis kualitatif (qualitative analysis method), yaitu metode analisis
risiko yang menggunakan tabulasi berdasarkan penilaian deskriptif (tinggi, sedang
atau rendah). Pendekatan kualitatif melakukan analisis terhadap potensi dampak
yang dapat terjadi akibat ancaman dari gangguan dan kelemahan, yang akan dinilai
dengan skala tinggi, menengah dan rendah. Analisis kualitatif menggunakan bentuk
kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan
diukur.
Di sisi lain, penilaian risiko kualitatif lebih berkaitan dengan nilai-nilai
intangible, dan berfokus pada variabel dan bukan hanya pada kerugian moneter.
Penilaian risiko kualitatif jauh lebih mudah untuk dilakukan dan dapat
mengidentifikasi daerah berisiko tinggi. Misalnya, Anda perlu melakukan penilaian
risiko untuk menentukan dampak dari menginstal jalur akses LAN nirkabel dalam
organisasi Anda. Hal yang pertama adalah untuk menentukan kerentanan, ancaman,
dan juga risiko menggunakan LAN nirkabel. Kemudian Anda menentukan apakah
risiko tersebut berlaku untuk organisasi Anda dan menentukan kemungkinan bahwa
Anda beresiko. Salah satu risiko menggunakan LAN nirkabel adalah kemungkinan
seseorang mengendus lalu lintas jaringan nirkabel, dan jalur akses yang salah
konfigurasi dapat memungkinkan koneksi klien nakal. Ini adalah resiko yang nyata
yang perlu ditangani. Dapatkah Anda menempatkan nilai moneter terhadap risikorisiko ini? Jika seseorang terhubung ke jaringan Anda melalui jalur akses terbuka,
berapa banyak perusahaan anda akan kehilangan biaya dalam pendapatannya?
Seperti yang dapat Anda lihat dari contoh ini, analisis risiko kuantitatif dalam
situasi ini tidak cukup bekerja. Pendekatan kualitatif jauh lebih baik, karena kita bisa
sampai pada hasil yang lebih subjektif. Dalam penilaian risiko kualitatif, hasilnya
biasanya dikategorikan sebagai rendah, sedang, atau risiko tinggi kejadian.
Seseorang mengoperasikan jalur akses LAN nirkabel di rumah di pedesaan, di mana
tetangga terdekat berjarak 5 mil, maka risiko akan adanya seseorang yang mencoba
untuk masuk ke jaringannya sangat rendah. Sebuah perusahaan di tengah-tengah
taman berteknologi tinggi, dengan jalur akses yang memungkinkan koneksi nakal,
memiliki risiko tinggi.
2.
Pembentukan tim.
Pada proses ini akan dilakukan pembentukan tim yang bisa terdiri dari para
ahli, pihak managemen dan pengguna.
3.
Identifikasi ancaman
Pada proses ini akan dilakukan pendaftaran beberapa ancaman, berdasarkan
hasil observasi dan tanya jawab, sehingga dapat diketahui ancaman dan
kelemahan yang menyebabkannya.
4.
5.
Identifikasi dampak
Berdasarkan identifikasi dampak kehilangan, maka dapat dinilai level
dampaknya, yang dinilai dengan rendah, menengah dan tinggi.
6.
7.
8.
Analisis cost-benefit
Proses pada analisis risiko kualitatif memiliki fungsi yang sama seperti proses
pada analisis risiko, sebagai contoh
dilakukan pada analisis risiko kualitatif, sama dengan tahap analisis dampak
pada penilain risiko, tetapi tahap analisis cost-benefit tidak terdapat pada
analisis risiko, karena analisis tersebut ada pada tahapan risk mitigation.
9.
Level kontrol
10.
kontrak asuransi dalam setiap golongan untuk menetapkan yang mana di antara
kerugian-kerugian ini yang mungkin lebih memuaskan ditangani dengan cara-cara
lain dari asuransi.
METODE PENDAFTARAN SEMENTARA
Dalam langkah pertama, manajer risiko harus menetapkan: pertama, kombinasi
penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko
yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Dengan asumsi setiap perusahaan
lebih suka membeli pertanggungan asuransi sepanjang jasa asuransi yang diingini
tersedia. Untuk penetapan ini, pihak manajer risiko harus mengerti kontrak asuransi
dan penetapan harga asuransi. Tujuannya adalah untuk mengadakan perlindungan
yang paling lengkap dengan biaya yang paling murah. Oleh karena itu, tidak semua
risiko bisa diasuransikan maka dengan membuat daftar ini, manajer risiko akan lebih
waspada bahwa risiko seperti ini, manajer risiko akan lebih waspada bahwa risiko
seperti in harus ditangani dengan cara lain bukan dengan asuransi.
Manajer risiko harus memilih limit dari kebijaksanaan yang memberi
perlindungan, selengkap mungkin.
maksimun yang tersedia. Kerugian yang melebihi jumlah maksimun yang tersebut
yang tersedia akan ditangani dengan cara-cara lain.
Sesudah manajer risiko menetapkan kombinasi penutupan yang terbaik dan
limit kebijaksanaan, maka ia membagi kontrak asuransi ke dalam 3 golongan yaitu:
1.
3.
esensial
2.
3.
manfaat dari setiap metode (sarana) yang ada atau dapat menerapkan pendekatan
kuantitatif.
Pembahasan di atas semua berdasarkan jenis kerugian tetapi seperti yang telah
dikemukakan pada pembicaraan Pengukuran Risiko, mungkin pula membagi
sesuatu jenis kerugian tertentu kedalam dua (lebih) sub jenis, tergantung atas
besarnya kerugian potensial itu. Sebagai contoh, walaupun kerugian maksimum
yang mungkin (the maximum possible loss) yang ditetapkan dari pada suatu jenis
tertentu misalnya adalah Rp 1 milyar dank arena itu penutupan atas kerugian ini
merupakan penutupan esensial, maka kerugian Rp 500.000.- atau kurang dapat
diramalkan atau mungkin tidak penting, sehingga manajer risiko akan memandang
jenis asurans ini pada kerugian Rp 500.000,- yang pertama, sebagai asuransi terbaik
yang tersedia dengan hanya di atas jumlah itu yang dipandang sebagai esensial. Jenis
asuransi yang dapat dikurangi (deductible) dan excess insurance yang tersedia
pada perusahaan asuransi akan membatasi apa yang bisa dilakukan sepanjang lini ini.
Manajer risiko cenderung menginginkan jenis analisis yang sama pada
penutupan. Kasus bagi metode non insurance lebih kuat dengan penghargaan pada
penutupan-penutupan ini, sebab-akibat daripada tidak mengasuransikan tidak akan
parah.
Pembelian suatu asuransi, sebagian ada yang disebabkan oleh service tertentu
yang ditawarkan oleh pihak perusahaan asuransi, dimana service tersebut dipandang
oleh manajer risiko yang bersangkutan bernilai tinggi. Sebagai contohnya pada
asuransi kerugian yang melindungi dinding kaca suatu bangunan, merupakan
asuransi yang prioritasnya rendah, tetapi mungkin karena perusahaan asuransi yang
bersangkutan juga menyediakan jasa perbaikan pemasangan dinding kaca yang
ditanggung itu, manajer risiko tertarik untuk membeli asuransi tersebut. Asuransi
terhadap harta benda yang relative tidak penting, mungkin bisa menarik bagi manajer
risiko jika preminya, menurut pandangan manajer yang bersangkutan, merupakan
harga yang dapat ditawar. Dengan penghargaan terhadap banyak penutupan yang
tersedia, malahan metode penanganan risiko yang lain akan tampak lebih
menyeangkan, akan memakan biaya yang sedikit untuk penerapannya, atau akan
mempunyai manfaat lain.
Ketiga patokan klasifikasi ini tidak mengertikan pada manajer risiko suatu titik
dasar pada mana ia seharusnya menarik garis yang mengacu pada pembelian
asuransi, teristimewa jika garis itu harus ditarik di dalam salah satu dari ketiga kelas
itu; tetapi klasifikasi ini menyaranka beberapa prioritas dengan penghargaan pada
pengguanaan dana yang tersedia untuk premi asuransi. Klasifikasi ini juga
memfokuskan perhatian pada konsekuens tidak memakai jasa asuransi.
Kontrak-kontrak asuransi yang esensial dan di inginkan yang belum
dihapuskan dalam pendaftaran kedua ini seharusnya dibeli jikalau kebutuhan dari
dana premi tidak lebih penting. Asuransi apakah yang akan merupakan isi kedua
kelas ini, tergantung atas beberapa faktor pendukung seperti berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
harus dilakukan terhadap resiko-resiko yang tidak tertulis dalam daftar yang pertama,
disebabkan oleh tidak tersedianya jasa asuransi terhadap kerugian semacam itu.
Sebagai akibat dari pendaftaran sementara dari pada penutupan asuransi adanya
kerugian potensial yang tidak bisa diasuransikan itu, maka manajer resiko seharusnya
membuat daftar yang sudah direvisi yang memperlihatkan bagaimana masing-masing
peralatan (metode) manajemen resiko sebaiknya dipergunakan untuk menangani
setiap resiko yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Contoh daftar itu yang
sudah dipersingkat diberikan dibawah ini:
A.
B.
C.
2. Kerugian yang bersifat tanggung gugat (liability) yang melebihi batas yang
D.
E.
pendekatan perencanaan total resiko, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk program
manajemen resiko yang berkenaan dengan sesuatu resiko juga.
Misalnya jika
B.