Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

PENDEKATAN KUANTITATIF DAN


KUALITATIF DALAM PEMILIHAN METODE
PENGELOLAAN RISIKO

Disusun Oleh:

Eka Suci Ramadhan

C1C115467

Azalia Andina

C1C115404

Suzanna Lestari Handayani

C1C115455

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM AKUNTANSI REGULER B
BANJARMASIN

Pendekatan

Kuantitatif

Dalam

Pemilihan

Metode

Penanganan Resiko
Pemilihan metode yang akan dipakai untuk menangani risiko berdasarkan
pendekatan ini dimulai dengan membuat sebuah table matrik kerugian yang
mungkin yang memperlihatkan berbagai kemungkinan atau biaya yang harus
dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin, dan bagi setiap outcome yang
mungkin. Kemudian harus dijelaskan secara persis tujuan yang hendak dicapai oleh
pengambil keputusan yang bersangkutan.
Penerapan pendekatan ini agak terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan
sebagai berikut :
1.

Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi.

2.

Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini.


Walaupun adanya keterbatasan tersebut di atas, pendekatan ini sangat

bermanfaat dalam menetapkan sesuatu keputusan manajemen yang penting, sebagai


akan dilihat dalam uraian berikut ini.
A.

Matrik Kerugian
Untuk menggambarkan konsep kerugian matrik kerugian anggaplah bahwa

sebuah gedung yang dimilki oleh suatu perusahaan dihadapkan pada suatu kerugian
karena kebakaran dan yang akan terjadi adalah kerugian total atau sama sekali tidak
ada kerugian. Selanjutnya anggaplah bahawa manajer risiko harus memutuskan
antara 3 perangkat tindakan yaitu :
1.

Untuk menanggung risiko.

2.

Untuk menanggung risiko serta menambah beberapa usaha pengamanan


sehingga mengurangi kans suatu kebakaran.

3.

Untuk membeli perlindungan asuransi.


Matrik kerugian di bawah ini memperlihatkan kerugian bagi setiap keputusan

dari ketiga kemungkinan tindakan dalam contoh ini, Kerugian-kerugian itu jatuh ke
dalam dua kategori :

1.

Kerugian secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada suatu kebakaran.

2.

Biaya yang akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.
Kerugian secara kebetulan ini dapat dibagi lagi ke dalam :

1.

Yang dapat diasuransikan

2.

Yang tidak dapat diasuransikan.


Sebagai contoh, dianggap bahwa kontrak asuransi yang dipertimbangkan ini

merupakan paket yang luas yang melindungi perusahaan yang bersangkutan terhadap
sebagian besar kerugian kebetulan, seperti biaya mengganti bangunan, penggunaan
gedung yang bersangkutan, biaya memindahkan puing-puing dan tanggung jawab
terhadap orang lain, seandainya manejer memutuskan untuk menanggung sendiri
resiko seperti itu, yang diperkirakan meliputi total Rp. 200.000.000.Jika perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri resiko dan jika nanti
suatu kebakaran terjadi, maka perusahaan itu juga akan menderita kerugian
kebetulan, kerugian ini tidak akan ada bila perusahaan itu membeli asuransi.
Kerugian ekstra ini merupakan salah satu jenis kerugian kebetulan yang tidak
diasuransikan. Jenis lain kerugian yang tak diasuransikan merupakan kerugiankerugian yang terjadi baik perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri risiko
maupun membeli asuransi. Hanya jenis yang pertama sajalah yang dianggap akan
terjadi dalam contoh ini dan terbatas pada pertambahan biaya kredit. Pertambahan
biaya kredit ini disebabkan oleh tekanan lembaga pemberi pinjaman, bila perusahaan
ini akan menanggung kerugian kebakaran sebesar Rp. 200.000.000,-. Biaya
tambahan kredit ini diperkirakan akan menjadi Rp. 12.000.000,-.
Untuk menyederhanakan penyajian konstruksi matrik kerugian ini, cadangan
tidak diadakan karena dalam suatu program penanggungan sendiri sebagian kerugian
dan biaya tidak akan timbul dengan segera. Kegagalan untuk mengetahui adanya
oppurtunity cost dari pada asuransi, maka terlihat bahwa pembelian asuransi lebih
menguntungkan. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, disarankan manejer risiko
menggunakan nilai sekarang yang diharapkan baik untuk kerugian maupun untuk
biaya.
Akan tetapi hal itu mengaggap bahwa manejer resiko tidak menilai jasa-jasa
seperti asuransi, jika perusahaan memikul risiko yang bersangkutan, tetapi tidak
terjadi kebakaran. Maka perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian sama sekali.

Jika perusahaan tersebut memilih memikul risiko ditambah dengan pealatan


pengamanan yang baru, dan jika memang terjadi kebakaran, maka pengaruh atas
kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan maupun yang tidak dapat diasuransikan
tersebut tergantung sifat tindakan pengamanan tersebut. Dalam contoh ini dianggap
yang akan dikurangi hanya probabilitas kebakaran, bukan keparahannya. Akibat
kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan maupun yang tidak dapat diasuransikan
tersebut dalam matrik terlihat sama besarnya, tetapi yang membedakannya yaitu
biaya-biaya yang timbul dari tambahan pengamanan dianggap Rp. 6000.000,- per
tahun.
Jika usaha pengamanan dilakukan namun tidak terjadi kebakaran, maka
kerugian yang timbul hanya berupa biaya usaha pengamanan itu.
Namun jika perusahaan membeli asuransi dan ternyata kemudian terjadi
kebakaran, maka premi sejumlah Rp. 10.000.000,- disubtitusikan bagi kerugian yang
dapat diasuransikan dan dapat dikendalikan itu. Biasanya sebagian kerugian
kebetulan yang tidak dapat diasuransikan, sepperti berkurangnya kenyamanan atau
kerugian penggunaan harta milik pribadi, akan tetap ada. Dalam contoh ini kerugian
kebetulan yang tidak dapat diasuransikan yang diketahui hanya pertambahan biaya
kredit yang tidak akan terjadi bila perusahaan yang bersangkutan membeli asuransi.
Karena itu kerugian hanya berupa premi asuransi sebesar Rp. 10.000.000,-.
Jika asuransi dibeli dan tidak ada kebakaran terjadi, maka kerugian berupa
premi asuransi Rp. 10.000.000,-.

TABEL 1.1
MATRIK KERUGIAN SEBELUM PAJAK
Outcome

Keputusan
1 Menanggung
risiko

Kebakaran
Kerugian yang

Tidak ada kebakaran

Rp. 200.000.000.-

Rp. 12.000.000.-

Rp 0.-

dapat
diasuransikan
kerugian
kebetulan yang
tidak dapat
diasuransikan.

2 Menanggung

Kerugian yang

risiko dan

diasuransikan.

menambah

kerugian yang

peralatan

tidak dapat

pengamanan.

diasuransikan

B.

Rp. 200.000.000.Rp . 12.000.000.-

Biaya peralatan

Rp.

pengamanan.

Membeli

Premi asuransi

Asuransi.

per tahun.

6.000.000.-

Biaya peralatan

Rp. 6.000.000.-

Rp.218.000.000.-

pengamana

Rp. 6.000.000.-

Rp. 10.000.000.-

Premi asuransi

Rp. 10.000.000,-

Pengaruh pajak terhadap Keputusan


Sampai pada titik ini, uraian-uraian mengabaikan pengaruh pajak. Pada contoh

berikutnya dimisalkan tarif pajak rata-rata 50% x Rp. 200.000.000.- sesudah pajak
akan menjadi 50% x Rp. 200.000.000.- = Rp. 100.000.000.-, biaya kredit akan
menjadi 50% x Rp. 12.000.000.- = Rp. 6.000.000.-. maka total kerugian sesudah
pajak adalah Rp. 106.000.000.-

TABEL 1.2
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Outcome
Keputusan

1 Menanggung
risiko

2 Menanggung

Kebakaran

Kerugian yang dapat

kebetulan yang tidak dapat

Rp.

6.000.000.-

diasuransikan.

Rp.110.000.000.-

Kerugian yang diasuransikan.

Rp. 100.000.000.-

diasuransikan kerugian

kerugian yang tidak dapat

menambah

diasuransikan.

Rp . 6.000.000.-

peralatan

Biaya peralatan pengamanan.

Rp.

pengamanan.
Premi asuransi per tahun.

3.000.000.-

Rp.

3.000.000.-

Rp.106.000.000.-

Rp.

3.000.000.-

Rp.

Rp.

5.000.000.-

Rp.

5.000.000.-

5.000.000.-

Asuransi.

C.

kebakaran

Rp. 100.000.000.-

risiko dan

3 Membeli

Tidak terjadi

Pengaruh Kecemasan dalam Menetapkan Keputusan


Kecemasan tentang kemungkinan terjadinya kerugian, sebelumnya tidak

diperhitungkan sebagai biaya. Memang sangat sukar sekali menterjemahkannya ke


dalam nilai sejumlah uang tertentu, akan tetapi mengabaikan biaya ini akan menjurus
kepada keputusan yang kurang tepat. Nilai kecemasan tentu saja merupakan faktor
yang sangat subyektif. Nilai tergantung atas distribusi probabilitas dari pada :
-

Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi menurut perasaan pribadi manajer
risiko yang bersangkutan.

Risiko-risiko lain yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan.

Tujuan manajemen risiko perusahaan yang bersangkutan.

Tujuan manajemen risiko akan mempengaruhi faktor kecemasan tersebut sebab :


1.

Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa besar pentingnya kecemasan


itu seharusnya ditempatkan pada kerugian potensial.

2.

Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan yang bersangkutan


terhadap risiko.
Kuatnya keinginan untuk mencapai kedamaian pikiran, atau bebas dari rasa

cemas mencerminkan sikap sesuatu perusahaan terhadap risiko.


TABEL 1.3
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Outcome
Keputusan

1 Menanggung
risiko

2 Menanggung

Tidak terjadi

Kebakaran

Kerugian yang dapat

kebakaran

Rp. 100.000.000.-

diasuransikan kerugian
kebetulan yang tidak dapat

Rp.

6.000.000.-

diasuransikan.

Rp.

4.000.000.-

Rp

4.000.000.-

Kecemasan.

Rp.110.000.000.-

Rp

4.000.000.-

Kerugian yang diasuransikan.

Rp. 100.000.000.-

risiko dan

kerugian yang tidak dapat

menambah

diasuransikan.

Rp . 6.000.000.-

peralatan

kecemasan

Rp.

3.000.000,-

Rp.

3.000.000,-

pengamanan.

Biaya peralatan pengamanan.

Rp.

3.000.000.-

Rp.

3.000.000.-

Rp.112.000.000.-

Rp.

6.000.000.-

Rp.

Rp.

5.000.000.-

Rp.

5.000.000.-

3 Membeli
Asuransi.

Premi asuransi per tahun.

5.000.000.-

Contoh kecemasan yang timbul karena keputusan menanggung sendiri risiko,


misalnya dinilai Rp. 4.000.000.-, kerugian potensial adalah Rp. 106.000.000.-. karna

nilai kecemasan tersebut sama, baik pada Outcome kebakaran maupun pada outcome
tidak terjadi kebakaran, maka Rp. 4.000.000.- mesti ditambahkan pada kedua
outcome kebakaran dan tidak ada kebakaran. Kerugian total, termasuk nilai
kecemasan.
Pada keputusan (2), nilai kecemasan berkurang menjadi Rp. 3.000.000.-,
karena

dengan

anggapan

kecemasan

berkurang

karena

adanya

tambahan

pengamanan.
Akhirnya karena kerugian per tahun tidak berubah pada keputusan (3), maka
nilai kecemasan pada keputusan membeli asuransi adalah nol. Karena itu nilai
kerugian bagi keputusan membeli asuransi adalah sama dalam tabel 1.1 dan tabel 1.2
D.

Obyektif dan Aturan Pengambilan Keputusan


Tidak mungkin untuk mempertimbangkan masing-masing obyektif yang

mungkin yang akan dicapai manajer risiko dalam kasus ini, meskipun demikian
beberapa obyektif yang umum kiranya sudah mencukupi untuk dibahas. Obyektif itu
akan dibagi ke dalam kategori utama:
-

Obyektif yang menganggap manejer risiko tidak dapat memperkirakan


probablitas kerugian kebakaran.

Obyektif yang menganggap manejer risik dapat memperkirakan probablitas


kerugian tersebut.

1.

Jika probabilitas tidak dapat diperkirakan


Ada dua obyektif yang akan dipertimbangkan yang termasuk kedalam kategori

ini. Meminimumkan kerugian potensial yang maksimum selama periode yang


bersangkutan (Minimax)
Manejer risiko dengan obyektif mengambil keputusan untuk melindungi
perusahaan terhadap kerugian yang paling buruk yang mungkin terjadi yaitu dengan
membeli asuransi. Meminimumkan kerugian potensial yang minimum selama
periode yang bersangkutan (Minimin)
Dengan obyektif manejer risiko menginginkan kerugian yang paling rendah
yang mungkin terjadi tanpa memilih outcomenya. Kerugian paling kecil terjadi pada
outcome tidak terjadi kebakaran dan terlihat bahwa kerugian paling kecil itu adalah

pada keputusan No. 1 yaitu menanggung sendiri risiko, maka manejer cendrung tidak
membeli asuransi.
2.

Probabilitas dapat diperkirakan


Tujuan yang bersifat minimax dan minmin sebetulnya faedahnya hanya sedikit

bagi manejer risiko. Dengan menganut obyektif tersebut, manejer yang minimixer
cendrung memacu pada pembelian asuransi, sementara yang miniminer cendrung
tidak membeli asuransi. Mereka telah mengabaikan informasi tentang distribusi
probabilitas dari pada outcome.
Jika kita misalkan manejer risiko memperkirakan kans kerugian adalah 3/100
tanpa sesuatu tambahan pengamanan dan kans 1/100 dengan pengusulan tambahan
usaha pengamanan yang baru. Dengan tambahan informasi baru ini, maka timbul
pula tambahan dua obyektif sebagai berikut:
a. Meminimumkan kerugian yang berkenaan dengan out-come yang paling mungkin
Meskipun tidak terlalu berfaedah, obyektif ini memberi perigatan karena sebagian
orang mungkin mempertimbangkannya layak. Jika manejer risiko percaya bahwa
kebakaran lebih mungkin dari tidak terjadi kebakaran maka mereka seharusnya
membeli asuransi, namun di kehidupan nyata masih ada yang menentang asuransi
sebab dalam kasus seperti ini kemungkinan kerugian lebih kebanyakan yang
diasuransikan, kurang dari setengah, namun konsekuensinya bisa drastis jika
kerugian terjadi.
b. Meminimumkan kerugian-harapan selama periode kebijaksanaan itu
Menejer risiko yang meminimumkan kerugian harapan dalam jangka waktu yang
panjang akan mempunyai kerugian rata-rata yang terkecil.
Dalam kasus, kerugian harapan untuk masing-masing keputusan adalah sebagai
berikut:
1.

Menanggung risiko

3/100 (Rp. 110.000.-) + 97/100 (Rp. 4.000.-) = Rp. 7.180.2.

Menanggung risiko plus tambahan pengamanan

1/100 (Rp. 110.000.-) + 97/100 (Rp. 4.000.-) = Rp. 7.180.3.

Membeli asuransi

3/100 (Rp. 5.000.-) + 99/100 (Rp. 5.000.-) = Rp. 5.000.-

Dalam situasi ini manejer risiko sebaiknya membeli asuransi, karena


keputusan ini dalam jangka waktu yang lama akan menghasilkan kerugian harapan
yang paling rendah, hanya jika ia memperkirakan ditribusi probabilitas dan nilai
kecemasan secara tepat.
E.

Mengapa Seseorang membeli Asuransi


Sebagaimana sudah dijelaskan dalam menetapkan premi, pihak asuransi akan

membebankan biaya yang bersifat prospektif. Pertama, penanggung menghitung


kerugian harapan rata-rata dialami pihak tertanggung yang kualitas dan kuantitasnya
sama. Kepada perkiraan kerugian yang diharapkan itu penanggung menambah
sejumlah beban untuk biaya operasi, laba dan cadangan. Karena itu sebelum
seseorang membeli asuransi, mereka harus memahami, bahwa mereka akan
membayar jumlah premi yang lebih besar dari jumlah kerugian potensial yang
mereka alami. Kenapa mereka mau membeli perlindungan asuransi walau mereka
tahu biayanya lebih mahal.
Faktor yang mendorong orang membeli asuransi :
1.

Ingin membuang kecemasan akibat fluktuasi dalam kerugian kebetulan.

2.

Menanggung sendiri kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan mungkin


akan menimbulkan kerugian kebetulan yang tak dapat diasuransikan.

3.

Perkiraan kerugian yang dihitung sendiri lebih besar dari perkiraan pihak
asuransi.

4.

Nilai service yang disediakan pihak asuransi, seperti inspeksi keselamatan,


penyesuaian kerugian dan sebagainya

Pendekatan

Kualitatif

Dalam

Pemilihan

Metode

Penanganan Resiko
Dalam praktek, disebabkan perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan
risiko, perlunya untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah yang mendesak, dan
keterbatasan-keterbatasan

baik

yang

bersifat

kelembagaan

maupun

yang

berhubungan dengan faktor manusia, maka seringkali manajer risiko pada suatu
waktu terperangkap mengurusi satu bagian saja dari total program manajemen
risikonya. Misalnya manajer mungkin hanya memusatkan perhatiannya pada
kecelakaan industri saja atau pada kerugian-kerugian terhadap pengiriman barang
dengan kapal laut saja. Dalam mencapai keputusan seperti ini, mereka cenderung
mengikuti alasan yang dikemukakan pada pembahasan sarana dasar manajemen
risiko.
Malahan secara periodik, manajer risiko harus memperluas peninjauannya.
Peninjauan ini bisa dilakukan sendiri bisa dengan bantuan konsultan atau perusahaan
asuransi. Dalam bidang lain dari tuan konsultan atau perusahaan asuransi. Dalan
bidang lain dari manajemen risiko pendekatan cara sistem mendorong perusahaan
untuk mempertimbangkan secara serentak aspek-aspek operasi; manajemen asuransi
hendaknya mengikuti cara itu. Alasan mengapa harus dilakukan peninjauan filosofi
total risiko dan prosedurnya adalah perlunya untuk membangun kebijaksanaan
manajemen risiko yang sejalan dengan tujuan perusahaan yang bersangkutan dan
mengetahui hubungan timbal balik antara berbagai bidang dan berbagai keputusan
bidang resiko.
Tanpa menggunakan kebijaksanaan seperti itu untuk menuntun pengambilan
keputusan untuk satu segi risiko tertentu, ada kemungkinan gagal untuk mengenal
hubungan timbal balik tersebut. Disamping itu juga keputusan-keputusan mungkin
tidak konsisten, mungkin pula menerapkan standar yang berbeda-beda untuk kasus
yang bersamaan.
Metode analisis kualitatif (qualitative analysis method), yaitu metode analisis
risiko yang menggunakan tabulasi berdasarkan penilaian deskriptif (tinggi, sedang
atau rendah). Pendekatan kualitatif melakukan analisis terhadap potensi dampak

yang dapat terjadi akibat ancaman dari gangguan dan kelemahan, yang akan dinilai
dengan skala tinggi, menengah dan rendah. Analisis kualitatif menggunakan bentuk
kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan
diukur.
Di sisi lain, penilaian risiko kualitatif lebih berkaitan dengan nilai-nilai
intangible, dan berfokus pada variabel dan bukan hanya pada kerugian moneter.
Penilaian risiko kualitatif jauh lebih mudah untuk dilakukan dan dapat
mengidentifikasi daerah berisiko tinggi. Misalnya, Anda perlu melakukan penilaian
risiko untuk menentukan dampak dari menginstal jalur akses LAN nirkabel dalam
organisasi Anda. Hal yang pertama adalah untuk menentukan kerentanan, ancaman,
dan juga risiko menggunakan LAN nirkabel. Kemudian Anda menentukan apakah
risiko tersebut berlaku untuk organisasi Anda dan menentukan kemungkinan bahwa
Anda beresiko. Salah satu risiko menggunakan LAN nirkabel adalah kemungkinan
seseorang mengendus lalu lintas jaringan nirkabel, dan jalur akses yang salah
konfigurasi dapat memungkinkan koneksi klien nakal. Ini adalah resiko yang nyata
yang perlu ditangani. Dapatkah Anda menempatkan nilai moneter terhadap risikorisiko ini? Jika seseorang terhubung ke jaringan Anda melalui jalur akses terbuka,
berapa banyak perusahaan anda akan kehilangan biaya dalam pendapatannya?
Seperti yang dapat Anda lihat dari contoh ini, analisis risiko kuantitatif dalam
situasi ini tidak cukup bekerja. Pendekatan kualitatif jauh lebih baik, karena kita bisa
sampai pada hasil yang lebih subjektif. Dalam penilaian risiko kualitatif, hasilnya
biasanya dikategorikan sebagai rendah, sedang, atau risiko tinggi kejadian.
Seseorang mengoperasikan jalur akses LAN nirkabel di rumah di pedesaan, di mana
tetangga terdekat berjarak 5 mil, maka risiko akan adanya seseorang yang mencoba
untuk masuk ke jaringannya sangat rendah. Sebuah perusahaan di tengah-tengah
taman berteknologi tinggi, dengan jalur akses yang memungkinkan koneksi nakal,
memiliki risiko tinggi.

PROSES ANALISIS RISIKO KUALITATIF


Thomas R. Peltier (2001), dalam bukunya yang berjudul Information Security
Risk Anaysis, menjelaskan tahapan pada analisis risiko secara kualitatif, dalam
sepuluh proses, meliputi:
1.

Identifikasi batasan analisis (scope)


Proses ini akan dilakukan penentuan fokus masalah yang akan diselesaikan.

2.

Pembentukan tim.
Pada proses ini akan dilakukan pembentukan tim yang bisa terdiri dari para
ahli, pihak managemen dan pengguna.

3.

Identifikasi ancaman
Pada proses ini akan dilakukan pendaftaran beberapa ancaman, berdasarkan
hasil observasi dan tanya jawab, sehingga dapat diketahui ancaman dan
kelemahan yang menyebabkannya.

4.

Prioritas ancaman berdasarkan aset


Pada proses ini memperhatikan ancaman yang memiliki kecenderungan terjadi
dinilai rendah, menengah atau tinggi.

5.

Identifikasi dampak
Berdasarkan identifikasi dampak kehilangan, maka dapat dinilai level
dampaknya, yang dinilai dengan rendah, menengah dan tinggi.

6.

Identifikasi sumber resiko


Pada proses ini akan dilakukan rekapitulasi level ancaman, dampak dan faktor
risiko.

7.

Identifikasi kontrol keamanan


Pada proses ini akan dilakukan identifikasi kontrol dan alat pengamanan yang
akan dipilih berdasarkan ancaman.

8.

Analisis cost-benefit
Proses pada analisis risiko kualitatif memiliki fungsi yang sama seperti proses
pada analisis risiko, sebagai contoh

penilaian dampak kehilangan yang

dilakukan pada analisis risiko kualitatif, sama dengan tahap analisis dampak
pada penilain risiko, tetapi tahap analisis cost-benefit tidak terdapat pada
analisis risiko, karena analisis tersebut ada pada tahapan risk mitigation.
9.

Level kontrol

10.

Sosialisasi hasil analisis

Melakukan pembuatan executive summary, yang melaporkan keseluruhan hasil


analisis risiko yang dilakukan.
PENDEKATAN DUA LANGKAH
Salah satu pendekataan terhadap perencanaan total risiko adalah suatu prosedur
dua langkah yang sering pula disebut sebagai metode asuransi. Sesudah manajer
risiko mengidentifikasikan dan mengukur kerugian potensial, maka ia harus
menyiapkan

suatu daftar penutupan asuransi (insurance coverage) yang dirasa

paling jitu menutup kerugian ini.


Penutupan dalam daftar itu dibagi dalam 3 golongan utama atas dasar
keparahan

kerugian yang ditutup. Kemudian manajer risiko meninjau kembali

kontrak asuransi dalam setiap golongan untuk menetapkan yang mana di antara
kerugian-kerugian ini yang mungkin lebih memuaskan ditangani dengan cara-cara
lain dari asuransi.
METODE PENDAFTARAN SEMENTARA
Dalam langkah pertama, manajer risiko harus menetapkan: pertama, kombinasi
penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko
yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Dengan asumsi setiap perusahaan
lebih suka membeli pertanggungan asuransi sepanjang jasa asuransi yang diingini
tersedia. Untuk penetapan ini, pihak manajer risiko harus mengerti kontrak asuransi
dan penetapan harga asuransi. Tujuannya adalah untuk mengadakan perlindungan
yang paling lengkap dengan biaya yang paling murah. Oleh karena itu, tidak semua
risiko bisa diasuransikan maka dengan membuat daftar ini, manajer risiko akan lebih
waspada bahwa risiko seperti ini, manajer risiko akan lebih waspada bahwa risiko
seperti in harus ditangani dengan cara lain bukan dengan asuransi.
Manajer risiko harus memilih limit dari kebijaksanaan yang memberi
perlindungan, selengkap mungkin.

Umumnya limit kebijaksanaan dalam daftar

sementara ini seharusnya sama dengan kerugian maksimum yang mungkin


(maximum possible loss), tetapi kadang-kadang kerugian ini melebihi penutupan

maksimun yang tersedia. Kerugian yang melebihi jumlah maksimun yang tersebut
yang tersedia akan ditangani dengan cara-cara lain.
Sesudah manajer risiko menetapkan kombinasi penutupan yang terbaik dan
limit kebijaksanaan, maka ia membagi kontrak asuransi ke dalam 3 golongan yaitu:
1.

Penutupan yang esensial


Penutupan yang esensial ialah penutupan yang diwajibkan oleh undang-undang
(misalnya asuransi kompensasi tenaga kerja, ASTEK), atau yang diwajibkan
oleh perjanjian (seperti perjanjian dengan serikat buruh, perjanjian denga
pemberi hipotik, dan sebagainya).

Termasuk pula ke dalam golongan ini

adalah perlindungan asuransi terhadap kerugian perusahaan (misalnya kerugian


karena tanggung jawab pada pihak ketiga atau liability losses).
2.

Penutupan yang diinginkan


Kontrak yang diinginkan yang memberikan perlindungan terhadap kerugiankerugian yang menghalangi operasi perusahaan, tetapi barangkali tidaka kan

3.

sampai menyebabkan perusahaan ditutup.


Penutupan yang tersedia
Kontrak kedua golongan terdahulu.

Kontrak ini meliputi perlindungan

terhadap kerugian-kerugian ringan.yang tersedia meliputi semua jenis


perlindungan yang belum termasuk ke dalam
MEMBUAT DAFTAR YANG TELAH DIPERBAIKI
Setelah daftar sementara itu lengkap, manajer risiko lalu meninjau kontrakkontrak dalam masing-masing golongan untuk menetapkan yang mana di antara
kerugian itu yang mungkin bisa ditangani lebih memuaskan dengan cara-cara lain.
Sebagai contoh kontrak-kontrak yang dikeluarkan dari golongan yang

esensial

mungkin meliputi perlindungan terhadap:


1.

Kerugian yang bisa dipindahkan kepada pihak lain (bukan perusahaan

2.

asuransi) dengan biaya yang lebih murah dari premi asuransi.


Kerugian yang bisa dicegah atau dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak lagi
merupakan kerugian yang parah.

3.

Kerugian yang terjadi demikian seringnya sehingga kerugian itu dapat


diperkirakan dengan seksama. Dalam hal ini asuransi madiri lebih menarik
karena menghemat pengeluaran.
Dalam membuat keputusan-keputusan ini manajer risiko dapat menimbang

manfaat dari setiap metode (sarana) yang ada atau dapat menerapkan pendekatan
kuantitatif.
Pembahasan di atas semua berdasarkan jenis kerugian tetapi seperti yang telah
dikemukakan pada pembicaraan Pengukuran Risiko, mungkin pula membagi
sesuatu jenis kerugian tertentu kedalam dua (lebih) sub jenis, tergantung atas
besarnya kerugian potensial itu. Sebagai contoh, walaupun kerugian maksimum
yang mungkin (the maximum possible loss) yang ditetapkan dari pada suatu jenis
tertentu misalnya adalah Rp 1 milyar dank arena itu penutupan atas kerugian ini
merupakan penutupan esensial, maka kerugian Rp 500.000.- atau kurang dapat
diramalkan atau mungkin tidak penting, sehingga manajer risiko akan memandang
jenis asurans ini pada kerugian Rp 500.000,- yang pertama, sebagai asuransi terbaik
yang tersedia dengan hanya di atas jumlah itu yang dipandang sebagai esensial. Jenis
asuransi yang dapat dikurangi (deductible) dan excess insurance yang tersedia
pada perusahaan asuransi akan membatasi apa yang bisa dilakukan sepanjang lini ini.
Manajer risiko cenderung menginginkan jenis analisis yang sama pada
penutupan. Kasus bagi metode non insurance lebih kuat dengan penghargaan pada
penutupan-penutupan ini, sebab-akibat daripada tidak mengasuransikan tidak akan
parah.
Pembelian suatu asuransi, sebagian ada yang disebabkan oleh service tertentu
yang ditawarkan oleh pihak perusahaan asuransi, dimana service tersebut dipandang
oleh manajer risiko yang bersangkutan bernilai tinggi. Sebagai contohnya pada
asuransi kerugian yang melindungi dinding kaca suatu bangunan, merupakan
asuransi yang prioritasnya rendah, tetapi mungkin karena perusahaan asuransi yang
bersangkutan juga menyediakan jasa perbaikan pemasangan dinding kaca yang
ditanggung itu, manajer risiko tertarik untuk membeli asuransi tersebut. Asuransi
terhadap harta benda yang relative tidak penting, mungkin bisa menarik bagi manajer
risiko jika preminya, menurut pandangan manajer yang bersangkutan, merupakan
harga yang dapat ditawar. Dengan penghargaan terhadap banyak penutupan yang

tersedia, malahan metode penanganan risiko yang lain akan tampak lebih
menyeangkan, akan memakan biaya yang sedikit untuk penerapannya, atau akan
mempunyai manfaat lain.
Ketiga patokan klasifikasi ini tidak mengertikan pada manajer risiko suatu titik
dasar pada mana ia seharusnya menarik garis yang mengacu pada pembelian
asuransi, teristimewa jika garis itu harus ditarik di dalam salah satu dari ketiga kelas
itu; tetapi klasifikasi ini menyaranka beberapa prioritas dengan penghargaan pada
pengguanaan dana yang tersedia untuk premi asuransi. Klasifikasi ini juga
memfokuskan perhatian pada konsekuens tidak memakai jasa asuransi.
Kontrak-kontrak asuransi yang esensial dan di inginkan yang belum
dihapuskan dalam pendaftaran kedua ini seharusnya dibeli jikalau kebutuhan dari
dana premi tidak lebih penting. Asuransi apakah yang akan merupakan isi kedua
kelas ini, tergantung atas beberapa faktor pendukung seperti berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.

Status ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan


Objektif manajemen resiko perusahaan yang bersangkutan
Sifat daripada exposure
Sikap penolakannya terhadap resiko
Ketetapan pengukuran kerugian potensial
Selanjutnya manajer resiko mestinya mempertimbangkan tentang apa yang

harus dilakukan terhadap resiko-resiko yang tidak tertulis dalam daftar yang pertama,
disebabkan oleh tidak tersedianya jasa asuransi terhadap kerugian semacam itu.
Sebagai akibat dari pendaftaran sementara dari pada penutupan asuransi adanya
kerugian potensial yang tidak bisa diasuransikan itu, maka manajer resiko seharusnya
membuat daftar yang sudah direvisi yang memperlihatkan bagaimana masing-masing
peralatan (metode) manajemen resiko sebaiknya dipergunakan untuk menangani
setiap resiko yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Contoh daftar itu yang
sudah dipersingkat diberikan dibawah ini:
A.
B.
C.

Penghindaran (tidak mungkin)


Pencegahan dan pengurangan kerugian
1. Inspeksi keselamatan harta benda
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pegawai-pegawai yang penting.
Penanggungan sendiri
1. Kerugian-kerugian sampai Rp 1.000.000,- bagi jenis mana saja

2. Kerugian yang bersifat tanggung gugat (liability) yang melebihi batas yang
D.
E.

ditentukan, diperoleh dari asuransi.


Pemindahan resiko yang bukan kepada asuransi
1. Persetujuan leasing bagi peralatan dan gedung
Asuransi (dengan Rp 1.000.000,- yang bersifat deductible sepanjang jasa itu
tersedia)
1. Prioritas pertama (esensial)
a. Asuransi kompensasi pekerja
b. Asuransi tanggung gugat (liability) bagi pekerja
c. Asuransi harta milik atas gedung
2. Prioritas kedua (bersifat diinginkan)
a. Asuransi kerusakan kendaraan bermotor
b. Asuransi ketidakmampuan bagi personal penting
3. Prioritas ketiga (bila tersedia)
a. Asuransi kaca jendela dan dinding kaca
b. Asuransi leasing
Walaupun metode asuransi yang telah dijelaskan di atas ditujukan pada

pendekatan perencanaan total resiko, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk program
manajemen resiko yang berkenaan dengan sesuatu resiko juga.

Misalnya jika

seseorang manajer resiko inign membeli asuransi, maka berfaedah mengelompokkan


asuransi itu atas esensial, diinginkan dan tersedia.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ANALISIS RESIKO KUALITATIF
A.

Kelebihan analisis resiko kualitatif adalah sebagai berikut.


1. Perhitungannya sederhana (tidak ada perhitungan).
2. Tidak perlu menentukan nilai keuangan dari aset.
3. Tidak perlu mengkuantisasi frekuensi ancaman.
4. Lebih mudah, dapat melibatkan staf non-security dan non-teknikal.
5. Menyediakan fleksibilitas dalam pemrosesan dan pembuatan laporan.

B.

Kekurangan analisis resiko kualitatif adalah sebagai berikut.


1. Bersifat subjektif.
2. Hasilnya semata-mata bergantung pada kualitas tim manajemen resiko.
3. Tidak perlu banyak usaha untuk menentukan nilai keuangan dari aset yang
menjadi target.
4. Tidak ada dasar untuk analisis cost-benefit dari pengurangan resiko.

Anda mungkin juga menyukai