Anda di halaman 1dari 27

Relativisme

NANDA ARIS KUMUDDANINGRUM 20062103016

NUR LILA RAMTIYAH LAHAY 19062103009


RELATIVISME

✓ Relativisme berasal dari kata Latin, relativus, yang


berarti relative

✓ Relativisme merupakan teori dapat memberi


pernyataan bahwasannya sebuah prilaku bisa dibilang
etis ataupun tidak etis memiliki ketergantungan pada
pandangan dari masyarakat (Forsyth, 1992).
2
 Seseorang dengan relativisme yang tinggi justru tidaklah
menghiraukan prinsip-prinsip yang ada serta lebih
beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitar sebelum
akhirnya melakukan tindakan ataupun memberi respon
sebuah kejadian yang melakukan pelanggaran etika.

 jika individu memiliki ideologi etika


relativisme, individu cenderung akan
menolak aturan moral secara universal ketika
dihadapkan oleh pertanyaan-pertanyaan
moral. 3
 Seseorang relativis tidak memperhatikan prinsip-
prinsip yang berlaku sehingga seseorang relativis akan
melihat keadaan sekitar terlebih dahulu sebelum
merespon ataupun bertindak jika menemukan
pelanggaran etika.

 Dengan kata lain Relativisme merupakan suatu


paham yang berpendapat bahwa yang baik dan
yang jahat, yang benar dan yang salah tergantung
pada masing-masing orang dan budaya
masyarakatnya. 4
 Relativisme merupakan model cara mempunyai
pikiran pragmatis, alasannya yaitu bahwasannya
aturan etika mempunyai sifat tak universal
dikarenakan latar belakang etika adalah budaya
dimana masing-masing budaya mempunyai aturan
yang tidak sama

5
 Penelitian yang dilakukan oleh Nurfarida (2011),
Setiawan (2013), dan Putra (2015) menunjukkan
bahwa relativisme berpengaruh signifikan
terhadap perilaku etis. Ini berarti bahwa
hubungan relativisme berlawanan arah dengan
perilaku etis akuntan. Dapat diartikan semakin
tinggi tingkat relativisme seseorang maka akan
menurunkan perilaku etis dalam melaksanakan
tanggung jawab sebagai profesional akuntansi

6
Relativisme, idealisme, dan kreatifitas antara
akuntan wanita dan akuntan lelaki

Akuntan wanita memiliki tingkat


Idealisme yang lebih tinggi secara absolut
dibandingkan dengan Akuntan pria. Penilaian
tingkat Relativisme Akuntan Pria dan wanita,
berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
bahwa Akuntan wanita lebih berfikir relativ
secara absolut dibandingkan dengan Akuntan
pria. 7
Demikian pula dengan tingkat
kreativitas akuntan wanita ternyata lebih
tinggi secara absolut dibandingkan dengan
tingkat kreativitas akuntan pria. Secara
keseluruhan tingkat Idealisme, Relativisme,
dan Kreativitas akuntan wanita lebih tinggi
secara absolut dibandingkan dengan
akuntan pria.

8
Dapat dikatakan bahwa seseorang dalam
satu sisi mereka menyikapi suatu tindakan etis
adalah didasarkan pada situasi yang relative,
namun bagi mereka sudah terbiasa untuk
berperilaku etis dalam situasi ini perilaku
relative tidak dapat berjalan dengan absolut.

9
Contoh Relativisme berdasarkan akuntan
wanita dan akuntan lelaki

 Dalam penyusunan laporan akuntan wanita


cenderung lebih detail dan teliti
dibandingkan akuntan laki-laki.

 Dalam menuangkan hasil pemeriksaan


misalnya,

10
Contoh Relativisme berdasarkan jabatan

Semakin tinggi jabatan maka akan semakin


mempengaruhi pengambilan keputusan karena idealismenya
juga lebih tinggi. Selain itu, semakin tinggi jabatannya akan
semakin kreatif dalam melakukan tugas pemeriksaan
(contohnya bisa mengetahui langkah-langkah apa yg harus
dilakukan dalam pemeriksaan alternatif)

11
Dalam tim pemeriksaan pada Jabatan
PJ, WPJ, PT, KT Lebih memiliki kreatifiitas
dibandingkan dengan Anggota Tim, Karena
pengalamannya lebih banyak, karena
prosedur pemeriksaan yang mereka miliki
lebih banyak dibandingkan AT.

12
Relativisme berdasarkan umur

 Penilaian tingkat Idealisme Akuntan menunjukkan bahwa


kenaikan umur seorang Akuntan, menunjukan kenaikan tingkat
Idealisme. Sedangkan tingkat relativisme

 Akuntan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat Idealisme


Akuntan jika dilihat berdasarkan umur. Secara keseluruhan
tingkatan umur dapat dikatakan bahwa seorang Akuntan dilihat
berdasarkan umur, merupakan seorang yang kreatif.
13
Contoh Relativisme berdasarkan Umur

Akuntan yang lebih muda cenderung


mengutamakan hasil dibanding proses. Akuntan yang
lebih senior cenderung mengutamakan proses
dibanding hasil, proses harus benar dahulu.

14
Contoh Kasus Dari Jurnal

PENGARUH IDEALISME, RELATIVISME,


TINGKAT PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN
LOVE OF MONEY
TERHADAP PERSEPSI MAHASISWA
TENTANG KRISIS ETIKA AKUNTAN
1I Joko Ismanto, 2I Pipin Fitriasari
VOL. 10 NO. 2 DESEMBER 2019 p-ISSN : 2338 6177, e-ISSN
: 2686-2468

15
Latar Belakang

Pelanggaran etika akuntan, baik dalam skala nasional


maupun internasional, selalu menjadi perbincangan yang
menarik dan menyedot perhatian publik. Di Indonesia, telah
banyak bermunculan skandal etika profesi akuntan yang
merugikan banyak pihak, baik yang dilakukan oleh auditor,
manajer perusahaan, hingga akuntan. Contohnya yaitu kasus
Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwanto, Suherman dan
Surja Mitra dari KAP Ernst & Young’s (EY) di Indonesia
yang di denda oleh regulator Amerika Serikat sebesar US$ 1
juta pada tahun 2017, akibat gagal melakukan audit laporan
keuangan kliennya.

16
Fenomena diatas semakin menambah daftar panjang
ketidakpercayaan publik terhadap profesi akuntan dan
menegaskan bahwa etika profesi sangat penting bagi
profesional di bidang akuntansi, dan juga memberikan
pelajaran berharga mengenai dampak dari perilaku tidak etis
untuk keberlanjutan suatu organisasi. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa tentang krisis etika
akuntan.
faktor yang pertama adalah idealism. Faktor yang kedua
adalah relativisme. Faktor yang ketiga adalah tingkat
pengetahuan akuntansi. Selain idealisme, relativisme dan
tingkat pengetahuan akuntansi, faktor lain yang mempengaruhi
seseorang untuk bertindak tidak etis dalam menekuni
profesinya yaitu love of money atau kecintaan terhadap uang.
Love of money merupakan perilaku seseorang terhadap uang
serta keinginan dan aspirasi seseorang terhadap uang (Aziz,
2015). 17
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan akuntansi dan
love of money terhadap persepsi mahasiswa tentang krisis
etika akuntan.

18
Hipotesis
1. Hipotesis pertama (H1) : idealisme berpengaruh negatif
terhadap persepsi mahasiswa tentang krisis etika akuntan.
2. Hipotesis kedua (H2) : relativisme berpengaruh positif
terhadap persepsi mahasiswa tentang krisis etika akuntan
3. Hipotesis ketiga (H3) : tingkat pengetahuan akuntansi
berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa tentang
krisis etika akuntan
4. Hipotesis keempat (H4) : love of money berpengaruh
negatif terhadap persepsi mahasiswa tentang krisis etika
akuntan

19
Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa


akuntansi di STIE Madani Balikpapan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh atau
sensus, diperoleh sebanyak 111 responden. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner. Metode analisis yang
digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM)
dengan Partial Least Square (PLS) Path Modelling dengan
alat analisis SmartPLS 3.0.

20
Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini menyatakan


bahwa idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi
mahasiswa tentang krisis etika akuntan. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Prabowo (2018) yang menyatakan bahwa idealisme
tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas
perilaku tidak etis akuntan. Setiap orang memiliki
idealisme yang berbeda-beda, karena pada dasarnya
paham idealisme tidak muncul secara mendadak
melainkan melalui beberapa tahapan. Semakin
seseorang memiliki banyak pengalaman, maka semakin
tinggi pula idealisme yang ada dalam dirinya.

21
2. Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini menyatakan bahwa
relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa
tentang krisis etika akuntan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan Damayanthi dan Juliarsa
(2016) yang menyatakan bahwa relativisme berpengaruh
positif dan signifikan terhadap perilaku etis akuntan. Menurut
Smith (2009) dalam merespon perilaku tidak etis yang terjadi,
seseorang dengan relativisme yang tinggi akan cenderung
melihat kondisi yang mengelilinginya

22
3. Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menyatakan
bahwa tingkat pengetahuan akuntansi berpengaruh
negatif terhadap persepsi mahasiswa tentang krisis etika
akuntan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Fitria dan Sari (2014) yang
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan akuntansi tidak
berpengaruh signifikan negatif terhadap persepsi
mahasiswa akuntansi tentang krisis etika akuntan
profesional, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki,
maka persepsi mahasiswa tersebut terhadap krisis etika
akuntan profesional semakin menurun.

23
4. Hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini menyatakan
bahwa love of money berpengaruh negatif terhadap
persepsi mahasiswa tentang krisis etika akuntan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Prabowo (2018) yang menyatakan bahwa love
of money berpengaruh negatif terhadap persepsi
mahasiswa tentang krisis etika akuntan. Seseorang
dengan tingkat kecintaan uang yang tinggi, maka akan
berusaha untuk melakukan segala cara agar
kebutuhannya terpenuhi mesikipun tindakannya tidak
sesuai dengan etika.

24
Kesimpulan

1. Variabel idealisme tidak berpengaruh terhadap persepsi


mahasiswa tentang krisis etika. Meskipun dengan idealisme
yang tinggi, belum tentu mahasiswa dapat menilai secara
tegas atas perilaku tidak etis akuntan. Hal tersebut dapat
terjadi akibat kurangnya pemahaman mahasiswa mengenai
etika dan proses pembelajaran etika yang kurang efektif,
sehingga ketika dihadapkan kepada sebuah kasus pelanggaran
etika, mahasiswa cenderung tidak memberikan persepsi atau
penilaian yang tegas.
2. Variabel relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi
mahasiswa tentang krisis etika akuntan. Dalam memberikan
persepsinya, mahasiswa tidak hanya mengacu pada nilai-nilai
(aturan) moral universal namun juga dilihat melalui individu
dan situasi, karena hal tersebut mahasiswa akuntansi
cenderung memberikan persepsi positif terhadap krisis etika
akuntan yang terjadi. 25
3. Variabel tingkat pengetahuan akuntansi tidak berpengaruh
terhadap persepsi mahasiswa tentang krisis etika akuntan.
Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki, maka
cenderung untuk menyalahgunakan pengetahuan tersebut
sehingga persepsinya tentang krisis etika akuntan
profesional semakin menurun.
4. Variabel love of money berpengaruh negatif terhadap
persepsi mahasiswa tentang krisis etika akuntan. Semakin
tinggi tingkat love of money yang dimiliki seseorang,
maka akan semakin rendah persepsi etis yang
dimilikinya, karena hal tersebut mahasiswa cenderung
memberikan persepsi negatif terhadap krisis etika akuntan

26
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai