Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Krisis etika telah mempengaruhi berbagai profesi, termasuk penegakan hukum dan
akuntansi. Perilaku tidak etis yang dilakukan oleh beberapa anggota profesi ini telah
menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat dan meningkatnya campur tangan
pemerintah. Kode etik yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan
dan kliennya, antara akuntan dan sejawatnya, dan antara profesi dan masyarakat
(Arens and Loebecke, 2003). Pada dasarnya tujuan kode etik adalah untuk melindungi
kepentingan anggota dan kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi
(Farhan dan Halim, 2004). Orientasi etika adalah tujuan utama perilaku profesional
yang berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku dan digerakkan oleh
dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme berhubungan dengan
tingkat dimana individual percaya bahwa konsekuensi yang diinginkan (konse-kuensi
positif) tanpa melanggar kaidah moral. Sikap idealis juga diartikan sebagai sikap tidak
memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Di sisi lain, sikap relativisme
secara implisit menolak moral absolut pada perilakunya (Forsyth, 1980). Orientasi
etika merujuk pada sikap, nilai-nilai, prinsip moral, serta sudut pandang individu atau
kelompok terhadap hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, kebaikan, dan keadilan.
Ini mencakup pemahaman individu terhadap apa yang dianggap benar dan salah, baik
dalam konteks pribadi maupun profesional.
Di Indonesia, pelanggaran etika profesional akuntansi telah diamati dalam kasus-
kasus penipuan pelaporan keuangan dan penghindaran pajak. Studi akademis berfokus
pada hubungan antara ideologi etika individu dan pertimbangan etis mereka dalam
situasi bisnis. Penelitian telah menunjukkan bahwa variasi dalam ideologi etika
pribadi berhubungan secara signifikan dengan perbedaan dalam penilaian pribadi
mengenai masalah etika bisnis. Dalam konteks akuntansi, orientasi etika, jenis
kelamin, usia, dan pengetahuan tentang skandal keuangan dan profesi akuntansi
ditemukan mempengaruhi pertimbangan etis mahasiswa akuntansi.
Studi yang mempertimbangkan pengaruh orientasi etika, gender, pengetahuan tentang
profesi akuntan, dan pengetahuan tentang skandal keuangan terhadap penilaian atas
tindakan auditor dapat memberikan wawasan yang berharga terhadap praktik audit.
Auditor dengan orientasi etika yang kuat cenderung membuat penilaian yang lebih
cermat dan mempertimbangkan aspek moral dalam tindakan audit. Mereka mungkin
lebih rentan terhadap tekanan untuk bertindak secara etis dan mempertahankan
integritas dalam keputusan-keputusan audit. Terdapat penelitian yang mencoba
melihat perbedaan dalam penilaian tindakan auditor berdasarkan gender. Namun,
hasilnya bisa bervariasi dan faktor gender tidak selalu menjadi indikator yang kuat
dalam menentukan penilaian terhadap tindakan auditor. Beberapa studi menunjukkan
perbedaan persepsi antara auditor pria dan wanita, tetapi signifikansi dari perbedaan
tersebut masih dalam perdebatan. Pengetahuan yang kuat tentang standar, etika, dan
tata kelola dalam praktik akuntansi memainkan peran penting dalam penilaian
tindakan auditor. Auditor yang memiliki pemahaman yang baik tentang kerangka
kerja profesionalnya lebih cenderung membuat keputusan audit yang sesuai dengan
standar yang berlaku. Pemahaman tentang skandal keuangan sebelumnya dapat
mempengaruhi bagaimana seorang auditor mengevaluasi risiko dan situasi tertentu
selama proses audit. Pengetahuan ini membantu auditor dalam mengidentifikasi
potensi masalah atau kesalahan yang mirip dengan kasus-kasus sebelumnya.
Penelitian lebih lanjut dan analisis yang lebih mendalam dapat memberikan
pandangan yang lebih komprehensif tentang bagaimana faktor-faktor ini saling
berinteraksi dan memengaruhi proses audit. Penelitian bertujuan untuk menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian tindakan auditor, dengan variabel
independennya adalah idealisme, relativisme, gender, pengetahuan tentang profesi
akuntansi, dan pengetahuan tentang skandal keuangan.

Anda mungkin juga menyukai