Downloaded from Academia.edu
KAJIAN ASPEK PERILAKU PADA KEPUTUSAN ETIS AKUNTAN
PROFESIONAL
DEASY ARIYANTI RAHAYUNINGSIH
STIE Trisakti
deasy@stietrisakti.a.id
Abstract: The objective of this study is to explain the behavioral aspects in ethical decision making. This paper
describes how professional accountant’s perspective in making ethical decision. Previous analysis show that
many supporting variables related with ethical decision making, such as ethical orientation, professional
commitment, moral reasoning, moral judgment, social influence pressure and personal factors. Overall, moral
reasoning and moral judgment play important role in ethical decision making.
Keywords: Ethical decision, ethical orientation, professional commitment, moral reasoning, moral judgment,
social influence pressure and personal factors
73
2013 Deasy Ariyanti Rahayuningsih
lainnya sangat terkait dengan proses dan memberikan opini atas kewajaran laporan
pengambilan keputusan. keuangan tersebut. Dalam tugas tersebut,
Aspek perilaku (personality trait) akuntan dihadapi oleh berbagai macam
tumbuh dan berkembang pada diri individu dilemma khususnya deadline waktu. Pada
tersebut seiring dengan pergerakan individu kondisi tersebut, auditor memerlukan
tersebut dalam berbagai ruang lingkup, konsentrasi yang tinggi dalam menjalankan
khususnya akuntansi. Di lain pihak, peneliti tugas keseharian dan ketelitian, sehingga
juga menjumpai kenyataan bahwa faktor disaat itulah dibutuhkan faktor personal,
perilaku manusia juga memegang peranan lingkungan dan guidance tertentu sehingga
penting dalam mekanisme sistem akuntansi. tercipta kenyamanan kondisi psikologis auditor
Seperti halnya pada perilaku akuntan yang dalam mengambil keputusan sesuai prosedur
mempengaruhi keputusan yang terkait dengan dan etika tertentu. Etika yang dimaksud disini
sistem pendesainan, operasi dan pelaporan adalah nilai-nilai kejujuran, keadilan, kewajiban,
akuntansi tersebut (Parker et al. 1989). moralitas, mematuhi janji dan integritas
Sehingga dapat dijelaskan bahwasanya ruang (Nuryatno dan Dewi 2001).
lingkup pekerjaan dalam hal ini bidang Tekanan sosial mampu mendorong
akuntansi akan mempengaruhi sifat dan seorang auditor melakukan tindakan etis atau
karakter individu yang terkait didalamnya dan tidak meskipun para pelaku profesi memiliki
ini tentunya akan mempengaruhi perilaku dan tanggungjawab dan etika terhadap profesinya
tindakan individu dalam kesehariannya. masing-masing. Hal ini dikarenakan praktik-
Pemahaman terhadap aspek perilaku praktik dalam dunia bisnis sudah banyak
manusia akan menjembatani etis atau tidaknya menyimpang dari aktivitas moral bahkan
tindakan akuntan dalam proses pengambilan dikatakan bahwa dunia bisnis saat ini
keputusan. Dalam kajian ini, peneliti mampu merupakan dunia amoral (Nuryatno dan Dewi
mengeksplorasi dan mengungkapkan aspek- 2001). Dalam hal ini tekanan sosial tersebut
aspek psikologis yang patut dimiliki oleh mampu mempengaruhi auditor untuk
akuntan professional sehingga mampu menandatangani laporan keuangan yang
menghasilkan keputusan yang etis. Akuntan mengalami salah saji yang material (Lord dan
professional dalam pembahasan ini meliputi DeZoort 2001). Hal semacam ini akan
akuntan manajemen, auditor eksternal maupun menimbulkan dilema etika yang menyangkut
internal auditor. Kajian ini mampu integritas, independensi dan imbalansi
mengeneralisasikan semua profesi yang terkait ekonomis disisi lainnya. Dilema etika ini akan
dengan bidang akuntansi. mempengaruhi keputusan pengambilan auditor
Profesi akuntan merupakan suatu menjadi etis atau tidak (Abdurrahman dan
profesi yang unik, dimana profesi ini memiliki Yuliani 2011).
peran dan tanggungjawab yang vital, beberapa Ford dan Richardson (1994), Louwers
diantaranya adalah berperan dalam proses et al. (1997), Loe et al. (2000), Paolilo dan Vitell
penyusunan laporan keuangan perusahaan (2002) pada Abdurrahman dan Yuliani (2011
sehingga mampu menarik investor untuk mengungkapkan bahwasanya ada beberapa
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut faktor penting terkait pengambilan keputusan
74
Media Bisnis Maret
75
2013 Deasy Ariyanti Rahayuningsih
Situasi Pengambilan
Konflik Komitmen Profesional
Dilema Keputusan Etis
Audit
Etika
Untuk menghindari dilemma etika ini Keputusan etis adalah keputusan baik
ada beberapa pendekatan yang digunakan secara legal maupun moral diterima oleh
sebagai pegangan untuk memecahkan masyarakat luas. Sebaliknya keputusan tidak
dilemma yang meliputi (1) dapatkan fakta-fakta etis adalah keputusan yang baik secara legal
yang relevan (2) Identifikasikan isu-isu etika maupun moral tidak diterima oleh masyarakat
dari fakta-falta yang ada (3) Tentukan siapa- luas.Pada dasarnya pembuatan keputusan
siapa dan bagaimana orang atau kelompok etika merupakan hal yang kondisional yaitu
yang dipengaruhi oleh dilemma (4) tergantung atau sesuai dengan karakteristik-
Identifikasikan alternatif yang tersedia bagi karakteristik masalah moral.
orang yang memecahkan dilema (5)
Identifikasikan konsekuensi yang mungkin Orientasi Etika
timbul dari setiap alternative (6) Putuskan Menurut Forsyth (1980) pada Ulum
tindakan yang tepat (Arens dan Loebecke (2005), nilai-nilai etika (orientasi etika) individu
2000). Pada pendekatan terakhir ini, yang digerakkan oleh dua karakteristik, yaitu
idealisme dan relativisme. Idealisme adalah
merupakan pengambilan keputusan adalah
suatu orientasi etika yang mengacu pada
tahapan proses memilih suatu alternatif cara sejauhmana seseorang concern pada
bertindak dengan metode yang efisien sesuai kesejahteraan orang lain dan berusaha keras
dengan situasi. Berdasarkan definisi tersebut, untuk tidak merugikan orang lain. Sedangkan
dapat dinyatakan bahwa sebelum keputusan relativisme adalah suatu orientasi etika yang
tersebut ditetapkan diperlukan pertimbangan mengacu pada penolakan terhadap prinsip
yang menyeluruh tentang kemungkinan moral yang bersifat universal atau absolut.
Orientasi etika menunjukkan pandangan yang
konsekuensi yang bisa timbul sebab mungkin
diadopsi oleh masing-masing individu ketika
saja keputusan yang diambil hanya menghadapi situasi masalah yang
memuaskan satu atau beberapa kelompok membutuhkan pemecahan dan penyelesaian
saja. etika atau dilemma etika.
76
Media Bisnis Maret
Idealisme Relativisme
Tinggi Rendah
Tinggi Situasionis:mendukung analisis individual Absolutis: menganggap bahwa hasil
terhadap tindakan dalam setiap situasi terbaik bias selalu dicapai dengan
mengikuti aturan moral universal
Rendah Subyektivitas:penilaian berdasarkan nilai-nilai Eksepsionis: aturan moral universal
dan perspektif pribadi memandu pertimbangan tetapi secara
pragmatis terbuka pengecualian
77
2013 Deasy Ariyanti Rahayuningsih
Eliciting 5
Situation
4 5
Intuitive
Appraisal
78
Media Bisnis Maret
Model Greene berbeda dengan Model konflik etikal karena kolega harus mengevaluasi
Haidt’s dalam dua hal yaitu (1) Model Greene konsekuensi jangka pendek dan jangka
menekankan pada peranan rule based, panjang yang potensial atas tindakan mereka.
controlled cognitive process khususnya Baik yang berasal dari perspektif suatu
kesadaran dalam menyertakan utilitarian moral organisasi maupun professional dan berusaha
principle, (2) memperbolehkan bahwasanya untuk merekonsiliasikan tradeoffs yang
social influence terjadi ketika masyarakat dipersepsikan (Rahayu dan Faisal 2005).
melibatkan kapasitas seseorang untuk moral Selain itu penelitian terdahulu menunjukkan
reasoning, yaitu kesadaran evaluasi atas moral bahwa auditor pemula yang menerima perintah
judgement/ perilaku yang konsisten atas moral untuk melakukan perilaku yang menyimpang
principle dan komitmen moral yang lain. dari manajer audit maupun partner audit
Penetapan moral reasoning sebagai memiliki kemungkinan lebih besar untuk
proksi pengukuran untuk pengembangan moral melakukan pelanggaran norma atau standar
dikaitkan dengan kesadaran moral, sensitivitas professional, bila dibandingkan auditor pemula
moral, motivasi moral, karakter moral dan moral yang mengambil judgment tanpa adanya
intent (Butterfield et al. 2000, Rest 1994, tekanan dari atasan (De zoort dan Lord 1994
Thomas 1997 pada Turner et al. 2002). Moral pada Hartono dan Kusuma 2001).
reasoning itu sendiri merupakan pendekatan Fenomena Baramuli dan Bank Bali
utama untuk pendidikan nilai-nilai. adalah sebagai contoh keberadaan tekanan
dari kalangan atas yang mempunyai kekuasaan
Social Influence Pressure lebih besar. Peristiwa itu diduga berpengaruh
Ada 2 tekanan sosial yang dapat pada pertimbangan dan keputusan yang
mempengaruhi kinerja auditor yaitu tekanan diambil auditor (Hartanto dan Kusuma
ketaatan dan tekanan kesesuaian. Tekanan 2001).Dugaan ini akan diperkuat dengan
kesesuaian adalah sebagai suatu bentuk temuan DeZoot dan Lord (1994) pada Hartanto
tekanan pengaruh social yang memiliki potensi dan Kusuma (2001) yang melihat akibat dari
negative terhadap kinerja auditor. Tekanan pengaruh tekanan atasan pada konsekuensi
social mempengaruhi keputusan auditor untuk tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme dan
menyetujui atau tidak adanya salah saji hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas
material pada laporan keuangan. Hal ini perlu sosial. Eksperimen tersebut
dicermati, karena penyimpangan ini akan mempertimbangkan tekanan atasan untuk
mengarah pada integritas auditor melakukan perilaku yang menyimpang karena
(profesionalisme) dan bangkrutnya perusahaan adanya kemungkinan perubahan dalam
(Rahayu dan Faisal 2005). perspektif etis sejalan dengan perubahan
Rentannya auditor terhadap tekanan ranking peran dalam organisasi. Ada
yang ada dapat mempengaruhi pertimbangan kecenderungan perubahan focus dari yang
professional atas dilema etika, misalnya sempit (praktis dan kualitas audit) menjadi lebih
tekanan pengaruh social yang tidak tepat dalam luas dan menekankan pada profitabilitas
kantor akuntan publik akan menimbulkan organisasi, hal semacam ini akan berpengaruh
situasi konflik etik. Auditor berada pada situasi pada kemampuan auditor dalam menjaga
79
2013 Deasy Ariyanti Rahayuningsih
reputasi organisasi dalam hal independensi dan pedoman yang mengikat seperti kode etik
obyektivitas (AICPA 1993 pada Hartanto dan akuntan Indonesia. Sehingga dalam
Kusuma 2001). melaksanakan aktivitasnya, akuntan memiliki
arah yang jelas dan dapat memberikan
Faktor Personal dalam Keputusan Etis keputusan yang tepat dan dapat
Beberapa penelitian terdahulu dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
menunjukkan bahwasanya faktor-faktor yang
dan pihak-pihak lain yang menggunakan
secara unik berhubungan dengan individu
pembuat keputusan dan faktor-faktor yang keputusan auditor.
merupakan hasil dari proses sosialisasi dan Akuntan mampu menghasilkan
pengembangan masing-masing individu keputusan yang etis, dibutuhkan beberapa
merupakan faktor penting dalam pengambilan variabel terkait yang dapat mempengaruhi
keputusan etis. Trevino (1986) menyusun pemikiran dan idealism akuntan dalam
sebuah model pengambilan keputusan etis bertindak beberapa diantaranya adalah moral
dengan membuat suatu interaksi antara faktor
reasoning, moral judgement yang menggirin
individu dengan faktor situasional. Pengambilan
keputusan etis seseorang akan sangat pemikiran auditor dalam bertindak etis, karena
bergantung pada faktor-faktor individu berupa mampu membedakan mana yang etis dan tidak
egois, ketergantungan dan locus of control dan etis, selanjutnya komitmen professional yang
faktor situasional seperti budaya organisasi, mengarahkan auditor agar memiliki
karakteristik pekerjaan dan ruang lingkup kemampuan yang cukup, kompeten, memadai
pekerjaan. dan independen, orientasi etika yang lebih
mengutamakan faktor etis dan kejujuran fair
PENUTUP
serta adil, adanya tekanan social dari pihak luar
(dari lingkungan kerja, supervisor dan klien)
Akuntan professional dalam
dan juga faktor-faktor pribadi lainnya.
menjalankan tugasnya memiliki pedoman-
REFERENSI:
Abdurrahman dan NL Yuliani, 2011. Determinasi Pengambilan Keputusan Etis Auditor Internal (Studi
Empiris pada BUMN dan BUMD di Magelang dan Temanggung). Widya Warta, No. 02
Tahun XXXV/July.
Bucciarelli, M., Sanget Khemlani dan PN Johnson Laird. 2008. The Psychology of Moral Reasoning.
Judgement and Decision Making, Vol 3, No 2, February,hlm. 121-139.
Chan, Samuel YS dan P Leung. 2006. The Effects of Accounting Students’ Ethical Reasonong and
Personal Factors on Their Ethical Sensitivity. Managerial Auditing Journal, Vol 21, No 4.
Hartanto, HY dan Indra W Kusuma. 2001. Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Judgement
Auditor. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol 12, no 3 Desember.
Lord, Alan T dan F Todd DeZoort. 2001. The Impact of Commitment and Moral Reasoning on Auditors
Responses to Social Influence Pressure. Accounting, Organizations and Society 26 hlm.
215-235.
80
Media Bisnis Maret
Nuryatno, M dan S Dewi. 2001. Tinjauan Etika atas Pengambilan Keputusan Auditor Berdasarkan
Pendekatan Moral. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol.1, No, 3 Desember.
Parker, LD., Kenneth R Ferris dan David T Otley. 1989. Accounting for The Human Factor. Australia:
Prentice Hall of Australia.
Paxton, Joseph M dan Joshua D Greene. 2010. Moral Reasoning: Hints and Allegations. Topics in
Cognitive Science, hlm. 1-17.
Rahayu, DS dan Faisal. 2005.Pengaruh Komitmen Terhadap Respon Auditor Atas Tekanan Sosial;
Sebuah Eksperimen. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 9 No 1, Juni.
Turner, Nick. Julian Barling. Olga Epitopaki, Vicky Butcher dan Caroline Milner.2002. Transformational
Leadership and Moral Reasoning. Journal of Applied Psychology, Vol 87, No 2.
Ulum, Akhmad Samsul. 2005. Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Hubungan Antara Time Pressure
Dengan Perilaku Premature Sign Off Prosedur Audit. Jurnal Maksi, Vol. 2, No. 2, Agustus.
81