Anda di halaman 1dari 6

ASPEK KEPERILAKUAN PADA ETIKA AKUNTAN

A.

DILEMA ETIKA
Akuntan didalam aktivitas auditnya memiliki banyak hal yang harus
dipertimbangkan karena auditor mewakili banyak konflik kepentingan
yang melekat dalam proses audit. Konflik ini akan menjadi sebuah dilema
etika ketika auditor diharuskan membuat keputusan yang menyangkut
independensi dan integritasnya dalam imbalan ekonomis yang mungkin
dijanjikan disisi lain. Dilema etika muncul sebagai konsekuensi konflik
audit karena auditor berada dalam situasi pengambilan keputusan antara
yang etis dan tidak etis.
Penalaran Moral
Penalaran moral dan pengembangan memainkan peran kunci dalam
seluruh area profesi akuntansi. Akuntan yang secara kontinu dihadapkan
pada dilema berada pada konflik nilai. Akuntan pajak misalnya, ketika
memutuskan kebijakan mengenai metode akuntansi yang akan dipilih,
membutuhkan

waktu

untuk

memutuskan

antara

metode

yang

mencerminkan sifat ekonomi sesungguhnya dari transaksi atau metode


yang paling sesuai menggambarkan perusahaan.

B.

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS


Banyak sumber berbeda telah menyajikan landasan konseptual
tentang besaran riset perilaku etis akuntan. Misalnya saja, kerangka kerja
teoritis tentang pengambilan keputusan etis dipinjam dari psikologi sosial.
Pendekatan

Kognitif

Lingkungan

Terhadap

Pengembalian

Keputusan Etis
Ketika
individual

banyak

untuk

riset

mengukur

yang

berhubungan

tingkat moral

dengan

perilaku

reasoning individual,

etis
telah

berkembang pendekatan tambahan yang membahas komponen lain dari


model riset. Misalnya, mereka menyebutnya skala etis multidimensional
(sem) sebagai ukuran kesadaran modal, yang merupakan komponen
pertama dari model rest dan menghubungkan teori perencanaan perilaku
dengan komponen lain.

Reidenach

mengembangkan

sem

untuk

fokus

pada

dinamika

pengambilan keputusan yang melibatkan perilaku etis yang belum


diselidiki. Delapan skala likert yang bipolar dibagi kedalam tiga dimensi,
yaitu keadilan moral, relativisme dan kontraktualisme, yang dimasukkan
dalam ukuran. Skenario etis degunakan dengan memasukkan deskripsi
atas situasi tunggal sepanjang 100 kata. Flory et al, menggunakan SEM
untuk mengkaji respon etis terhadap 300 akuntan manajemen yang
bersertifikat terhadap empat skenario manajemen laba. Tujuan utama dari
studi tersubut adalah memvalidasi penggunaan SEM dalam konteks
akuntansi. Ketika tujuan ini dicapai, gambaran yang ditampilkan tidak
mendukung variabilitas antar subjek, sehingga menghasilkan perhatian
pada validasi eksternal.
Cohen kemudian memperluas riset Reidabach dan Robin terhadap
situasi multinasional. Hasil untuk sampel subjek di negara-negara Amerika
Serikat dan lainnya menunjukkan munculnya konflik tambahan yaitu
utilitarianisme

yang

penting

dalam

pengambilan

keputusan

etis.

Sementara SEM dikritik sebagai gagal untuk memasukkan kerangka kerja


psikolog

dalam

proses

ethical

reasoning

Flory

merespon

dengan

menunjukkan bagaimana ukuran ini secara teoritis berbeda dari karya


pengembangan moral Kolhberg dan Rest, serta bahwa ukuran ini mungkin
menjadi alat yang lebih baik untuk memahami proses moral reasoning
akuntan.
Model Alternatif Pengambilan Keputusan Etis
Noreen

(1988),

memperluas

teori

agensi

dengan

membahas

ekonomi etis dalam konteks kontrak. Didasarkan pada minat individual, dia
menyatakan

aksi

yang

paling

menguntungkan.

Terdapat

model

pengambilan keputusan etis lain yang dikembangkan secara spesifik untuk


profesi akuntansi. Misalnya, untuk lebih memahami situasi dimana auditor
dianggap melanggar kode etik dan perilaku profesional AICPA, lampe dan
finn membuat model dari proses keputusan etis auditor sebagai proses
dengan lima elimen (pemahaman keuntungan, pengendalian dampak,
keputusan lain, penilaian lain, dan pengambilan keputusan final) untuk
dibandingkan dengan model yang berbasis kode etik dan perilaku

profesional AICPA. Dengan cara yang sama, finn dan lampe membuat
model dari keputusan berkaitan dengan penyampaian pengaduan auditor.
Dalam mengomentari keadaan riset saat ini dalam paradigma etika
akuntansi,

Machintosh

yang

mengadopsi

perspektif

filosofi

sosial,

menyatakan bahwa riset saat ini menekankan suatu perspektif yang


hanya mengukur penerimaan sosial, dan bukannya perspektif etis yang
sesungguhnya.

Ia

menyatakan

bahwa

sementara

riset

sekarang

menggunakan ukuran etis alternatif, orang berperilaku agak etis atau


kurang etis, ini adalah masalah ini atau itu.
Terakhir, ia mempertanyakan penggunaan metodologi positivistik
saat ini dengan mencatat bahwa etika adalah masalah nilai (apa yang
seharusnya) dan bukan fakta (apa ini). Lebihlanjut lagi, masalah ini
semakin rumit dengan adanya fakta bahwa individu yang berbeda
mungkin menyampaikan sasaran normatif yang berbeda yang didasarkan
pada konteks dan individu masing-masing.
C.

RISET PERILAKU ETIS AKUNTAN


Bagian berikut mendefinisikan dan menjelaskan empat area riset
akuntansi utama yang menyelidiki tingkat moral reasoning akuntan dan
perilaku

yang

berhubungan,

yaitu

studi

pendidikan

etika,

studi

pengembangan etika, studi penilaian etika, dan studi etika lintas budaya.
Studi pendidikan etika menyelidiki apakah pendidikan memengaruhi
keahlian moral reasonig siswa dalam program akuntansi.
Studi pengembangan etika berusaha meningkatkan poin kerier
mereka. Studi penilaian etika mengkaji hubungan antara ukurn moral
reasoning dengan perilaku spesifik dalam akuntansi, auditing, atau
perpajakan. Terakhir, studi etika lintas budaya menyelidiki perbedaan
dalam keahlian moral reasoning dan/atau keputusan etika akuntan dari
belahan dunia yang berbeda.
Studi Pendidikan Etika
Studi pendidikan etika berusaha menentukan efek pendidikan
terhadap keahlian moral reasoning dari para praktisi dan mahasiswa
akuntansi.

Sementara

hasil

dari

banyak

studi

umumnya

telah

menunjukkan bahwa pendidikan kampus secara positif berhubungan

dengan pengaruh tingkat moral reasoning individual, temuan dalam ranah


akuntansi telah menunjukkan bahwa akuntan pada umumnya tidak
mengalami kemajuan pada tingkat perkembangan moral sama seperti
lulusan kampus lainnya.
M. Armstrong (1987)
Satu

studi

pertama

yang

menyelidiki

hubungan

antara

perkembangan moral dan riset perilaku dilakukan m. Armstrong (1987).


Tingkat moral reasoning dari CPA dibandingkan dengan yang sudah dan
belum lulus. Hal yang mengejutkan, skor DIT rata-rata CPA secara
signifikan lebih rendah dari pada kedua kelompok tersebut. M.armstrong
(1987)

menyimpulkan

bahwa

para

CPA

yang

menjadi

responden

kelihatannya mencapai tingkat kematangan moral orang dewasa pada


umumnya.
Ponemon Dan Glazer (1990)
Poneman dan glazer memperluas penyelidikan ke dalam tingkat
moral reasoning akuntan dengan membandingkan mahasiswa dengan
alumni untuk dua lembaga pendidikan yang terletak di daerah timur
amerika serikat. Lembaga yang pertama adalah suatu kampus seni liberal
swasta yang menawarkan jurusan akuntansi. Sementara lembaga yang
kedua,

american

assembly

of

colligiate

school

bisiness

(AACSB)

merupakan lembaga yang terpandang dalam mengadakan program


akuntansi.
St. Pierre, nelson dan gabbin (1990)
St pierre et al. Mengkaji hubungan tingkat moral reasoning . sampel
yang terdiri atas 479 mahasiswa senior dari semua disiplin ilmu yang
berbeda yang terdiri atas jurusan bisnis dan non bisnis pada universitas
ukuran menengah di bagian timur Amerika serikat diminta untuk
melengkapi DIT. Ukuran lain yang dikumpulkan berkaitan dengan sbjek
adalah jurusan, gender, dan paparan awal terhadap etika dalam kurikulum
formal.
Studi Pengembangan Etika
Sementara studi pendidikan etika mengkaji dampak pendidikan
terhadap praktisi dan mahasiswa akuntansi, studi pengembangan etika
berfokus pada pengembangan moral reasoning dalam profesi akuntansi.

Beberapa studi misalnya menemukan bahwa posisi auditor dalam


perusahaan berbanding terbalik dengan tingkat moral reasoning. Riset
memberikan bukti kuat mengenai eksistensi sosialitan etis. Individu yang
dipromosikan mempunyai tingkat ethical reasoning yang serupa dengan
manajemen. Bukti ini mendukung keyakinan bahwa promosi individual
dapat ditekan oleh budaya etika perusahaan.
Ponemon (1990)
Ponemon menyelidiki ethical reasoning dan penilaian praktisi
akuntansi dalam perusahaan publik. Lima puluh sua praktisi CPA dari
bermacam-macam posisi diperusahaan publik di daerah timur laut
Amerika Serikat berpartisipasi dalam studi. Subjek mengisi wawancara
penilaian moral atau MJI dan paradigma auditing. Dilema auditing
dikembangkan dari studi kasus dari kehidupan nyata yang melibatkan
kantor akuntan publik dan dua klien audit besar.
Dilema tersebut digambarkan sebagai serangkaian kejadian yang
terjadi dalam suatu krisis dengan kedua klien. Baik MJI dan dilema auditing
diskor secara serupa, sehingga memungkinkan untuk membandingkan
secara langsung skor tersebut. Hasilnya menunjukkan bahawa subjek
tidak berbeda secara signifikan antara kedua dilema.
Studi Keputusan Etis
Studi keputusan etis berfokus kepada hubungan antara bermacammacam ukuran dan perilaku terhadap bidang akuntansi. Bagian berikut
menelaah studi representatif yang mengkaji:
1.

Isu independensi

2.

Pelanggaran lain kode etik dan perilaku profesional AICPA

3.

Pendeteksian

atas

penipuan

dalam

laporan

keuangan

dan

komunikasinya
4.

Ketidakpatuhan pembayaran pajak

5.

Perilaku disfungsional spesifik dalam profesi akuntansi.


Studi Etis Lintas Budaya
Sebagian besar studi yang berhubungan dengan akntansi dan etika
difokuskan kepada profesi akuntansi di Amerika serikat. Perbedaan budaya
mungkin muncul diantara kelompok profesi akuntansi dari negara
berbeda. Meskipun demikian, perbandingan antara profesi akuntansi di

Amerika Serikat dengan kelompok lain dapat memberikan pemahaman


yang berharga tentang penetapan standar organisasi internasional.
D.

IMPLIKASI BAGI RISET MENDATANG


Satu masalah menonjol yang masih dihadapi oleh peneliti akuntansi
dalam menyelidiki dimensi etika profesi akuntansi berhubungn dengan
keputusan apakah akan terus memperluas atau menyatukan teori konflik
dan ukuran dalam kerangka kerja pengambilan keputusan etika empat
komponen dari Rest.
Gaa misalnya, menekankan pentingnya kemajuan diluar penjelasan
ini dan menyampaikan penempatan kerangka kerja teoretis kognisi moral
yang spesifik bagi profesi akuntansi. Ia menyampaikan bahwa kerangka
kerja ini harus melibatkan pengakuan atas peranan akuntan dalam
masyarakat dan tanggung jawab mereka terhadap bermacam-macam
pemangku kepentingan, serta keahlian moral akuntan.
Dengan cara yang sama, Ponemon dan Gabhart dalam bidang etika
untuk auditor dan akuntan mengakui bahwa keputusan-keputusan akuntan
telah

menjadi

subjek

dari

bermacam-macam

kelompok

konstituen

termasuk organisasi klien yang menbayar pelayanan mereka, kantor


akuntan profesional di mana karyawan menjadi anggota akuntan, profesi
akuntan itu sendiri, dan publik umum (yang mengandalkan angka-angka
dalam laporan keuangan).
Tanggung jawab beragam ini (dan sering kali bertentangan)
menunjukkan bahwa proses resolusi konflik etika akuntan mungkin tidak
cukup sesuai dengan model pengambilan keputusan yang lebih umum dari
Rest. Meskipun demikian jika model Rest sahih untuk menjelaskan perilaku
etis akuntan, maka ukuran dan konflik yang bertentangan dalam
menghubungkan keempat komponen tersebut harus disatukan.
Dengan demikian, riset medatang harus melanjutkan kemajuan di
dua dimensi:
1.

Melanjutkan integrasi model dan ukuran kognitif yang berbeda dalam


model Rest

2.

Mengembangkan sebuah model pengambilan keputusan etis kognitif


yang khusus untuk profesi akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai