Anda di halaman 1dari 6

Dela Eka Erviyana

B.211.20.0115
Akuntansi Keperilakuan

RESUME

ASPEK KEPERILAKUAN PADA ETIKA AKUNTAN

1. Dilema Etika

Akuntan didalam aktivitas auditnya memiliki banyak hal yang harus

dipertimbangkan karena auditor mewakili banyak konflik kepentingan yang melekat

dalam proses audit. Konflik ini akan menjadi sebuah dilema etika ketika auditor

diharuskan membuat keputusan yang menyangkut independensi dan integritasnya

dalam imbalan ekonomis yang mungkin dijanjikan disisi lain. Dilema etika muncul

sebagai konsekuensi konflik audit karena auditor berada dalam situasi pengambilan

keputusan antara yang etis dan tidak etis.

2. Moral Reasoning

Disebut juga kesadaran moral (moral judgement/moral thingking) merupakan

faktor penentu yang melahirkan perilaku moral dalam pengambilan keputusan etis,

sehingga untuk menentukan perilaku moral yang sebenarnya hanya dapat ditelusuri

melalui penalarannya. Berkaitan dengan teori perkembangan moral kognitif (cognitive

moral development). Misalnya, mereka menyebutnya skala etis multidimensional (sem)

sebagai ukuran kesadaran modal, yang merupakan komponen pertama dari model rest

dan menghubungkan teori perencanaan perilaku dengan komponen lain.

Reidenach mengembangkan sem untuk fokus pada dinamika pengambilan

keputusan yang melibatkan perilaku etis yang belum diselidiki. Delapan skala likert

yang bipolar dibagi kedalam tiga dimensi, yaitu keadilan moral, relativisme dan

kontraktualisme, yang dimasukkan dalam ukuran. Skenario etis degunakan dengan

memasukkan deskripsi atas situasi tunggal sepanjang 100 kata. Flory et al,

menggunakan SEM untuk mengkaji respon etis terhadap 300 akuntan manajemen yang
Dela Eka Erviyana
B.211.20.0115
Akuntansi Keperilakuan

bersertifikat terhadap empat skenario manajemen laba. Tujuan utama dari studi tersubut

adalah memvalidasi penggunaan SEM dalam konteks akuntansi. Ketika tujuan ini

dicapai, gambaran yang ditampilkan tidak mendukung variabilitas antar subjek,

sehingga menghasilkan perhatian pada validasi eksternal.

Cohen kemudian memperluas riset Reidabach dan Robin terhadap situasi

multinasional. Hasil untuk sampel subjek di negara-negara Amerika Serikat dan lainnya

menunjukkan munculnya konflik tambahan yaitu utilitarianisme yang penting dalam

pengambilan keputusan etis. Sementara SEM dikritik sebagai gagal untuk memasukkan

kerangka kerja psikolog dalam proses ethical reasoning Flory merespon dengan

menunjukkan bagaimana ukuran ini secara teoritis berbeda dari karya pengembangan

moral Kolhberg dan Rest, serta bahwa ukuran ini mungkin menjadi alat yang lebih baik

untuk memahami proses moral reasoning akuntan. Teori penalaran moral dari Kohlberg

berkaitan dengan perilaku etis akuntan disebut juga psikologi moral reasoning yaitu

suatu teori yang menjelaskan proses keadaan pikiran individu dalam pengambilan

keputusan etis. Terdiri dari tiga aspek yaitu : (1) kognisi yang didasarkan pada nilai dan

bukan pada fakta yang nampak, (2) keputusan yang didasarkan pada beberapa isu yang

melibatkan diri sendiri dan orang lain, dan (3) keputusan yang dibangun yang

merupakan keharusan dan bukan pada preferensi. Sedangkan menurut Rest ada empat

komponen dalam perilaku moral yaitu : (1) sensitivitas moral, (2) keputusan moral, (3)

motivasi moral, dan (4) karakter moral.

3. Riset Perilaku Etis Akuntan

Bagian berikut mendefinisikan dan menjelaskan empat area riset akuntansi

utama yang menyelidiki tingkat moral reasoning akuntan dan perilaku yang

berhubungan, yaitu studi pendidikan etika, studi pengembangan etika, studi penilaian

etika, dan studi etika lintas budaya. Studi pendidikan etika menyelidiki apakah
Dela Eka Erviyana
B.211.20.0115
Akuntansi Keperilakuan

pendidikan memengaruhi keahlian moral reasonig siswa dalam program akuntansi.

Studi pengembangan etika berusaha meningkatkan poin kerier mereka. Studi penilaian

etika mengkaji hubungan antara ukurn moral reasoning dengan perilaku spesifik dalam

akuntansi, auditing, atau perpajakan. Terakhir, studi etika lintas budaya menyelidiki

perbedaan dalam keahlian moral reasoning dan/atau keputusan etika akuntan dari

belahan dunia yang berbeda.

− M. Armstrong (1987)

Satu studi pertama yang menyelidiki hubungan antara perkembangan moral dan

riset perilaku dilakukan M. Armstrong (1987). Tingkat moral reasoning dari

CPA dibandingkan dengan yang sudah dan belum lulus. Hal yang mengejutkan,

skor DIT rata-rata CPA secara signifikan lebih rendah dari pada kedua

kelompok tersebut. M. Armstrong (1987) menyimpulkan bahwa para CPA yang

menjadi responden kelihatannya mencapai tingkat kematangan moral orang

dewasa pada umumnya.

− Ponemon Dan Glazer (1990)

Poneman dan Glazer memperluas penyelidikan ke dalam tingkat moral

reasoning akuntan dengan membandingkan mahasiswa dengan alumni untuk

dua lembaga pendidikan yang terletak di daerah timur Amerika Serikat.

Lembaga yang pertama adalah suatu kampus seni liberal swasta yang

menawarkan jurusan akuntansi. Sementara lembaga yang kedua, American

Assembly of Colligiate School Bisiness (AACSB) merupakan lembaga yang

terpandang dalam mengadakan program akuntansi.

− St. Pierre, Nelson dan Gabbin (1990)

St Pierre et al. Mengkaji hubungan tingkat moral reasoning. Sampel yang terdiri

atas 479 mahasiswa senior dari semua disiplin ilmu yang berbeda yang terdiri
Dela Eka Erviyana
B.211.20.0115
Akuntansi Keperilakuan

atas jurusan bisnis dan non bisnis pada universitas ukuran menengah di bagian

timur Amerika Serikat diminta untuk melengkapi DIT. Ukuran lain yang

dikumpulkan berkaitan dengan sbjek adalah jurusan, gender, dan paparan awal

terhadap etika dalam kurikulum formal.

4. Riset Pengembangan Etika

− Ponemon (1990), meneliti ethical reasoning dan penilaian praktisi akuntansi

dalam perusahaan publik.

− Ponemon (1992a), meneliti pengaruh dari sosialisasi KAP terhadap tingkat

ethical reasoning.

− Shaub (1994), meneliti perbedaan sampel auditor dan mahasiswa akuntansi

senior dengan 6 variabel demografis.

− Sweeney (1995), meneliti asosiasi antara faktor-faktor demografis dan

organisasional.

− Jeffrey dan Weatherholt (1996), meneliti perbedaan pengembangan etika,

komitmen profesional, dan sikap terhadap aturan akuntan.

− Kite, Louwer, dan Randtke (1996), mengkaji perbedaan dalam tingkat moral

reasoning antara auditor lingkungan, auditor internal lain dan akuntan publik.

5. Riset Keputusan Etis

Studi keputusan etis berfokus kepada hubungan antara bermacam-macam

ukuran dan perilaku terhadap bidang akuntansi. Bagian berikut menelaah studi

representatif yang mengkaji:

1. Isu independensi

− Ponemon dan Gabhart (1990)

− Windsor dan Ashkanasy (1995)


Dela Eka Erviyana
B.211.20.0115
Akuntansi Keperilakuan

− Schatzberg, Sevcik, dan Shapiro (1996)

− Shaub dan Lawrence (1996)

2. Pelanggaran lain kode etik dan perilaku profesional AICPA

− Lampe dan Finn (1992)

− Shaub, Finn, dan Munter (1993)

− Dreike dan Moeckel (1995)

3. Pendeteksian atas penipuan dalam laporan keuangan dan komunikasinya

− Arnold dan Ponemon (1991)

− Finn dan Lampe (1992)

− Ponemon (1993a)

− Hooks, Kaplan, dan Schultz (1994)

− Bernardi (1994)

4. Ketidakpatuhan pembayaran pajak

− Gosh dan Crain (1996)

− Hanno dan Violette (1996)

5. Perilaku disfungsional spesifik dalam profesi akuntansi

− Ponemon (1992b)

− Ponemon (1995)

6. Riset Etis Lintas Budaya

Sebagian besar studi yang berhubungan dengan akntansi dan etika difokuskan

kepada profesi akuntansi di Amerika serikat. Perbedaan budaya mungkin muncul

diantara kelompok profesi akuntansi dari negara berbeda. Meskipun demikian,

perbandingan antara profesi akuntansi di Amerika Serikat dengan kelompok lain dapat
Dela Eka Erviyana
B.211.20.0115
Akuntansi Keperilakuan

memberikan pemahaman yang berharga tentang penetapan standar organisasi

internasional.

Source :
Lubis, A. I. (2010). Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai